Anda di halaman 1dari 7

PROGRAM KESELAMATAN DAN KEAMANAN

KERJA
LABORATORIUM KLINIK
RSU. SANTO ANTONIUS
2014

JL. K.H. WAHID HASYIM NO. 249, PONTIANAK 78112


Telp: (0561) 732101 pswt. 2108, Fax: (0561) 733623
2014
A. PENDAHULUAN
Keamanan laboratorium adalah bagian dari upaya keselamatan laboratorium
yang menjadi tanggung jawab bersama antara pimpinan dan staf. Berbagai tindakan
yang dilakukan di dalam laboratorium baik akibat bahan pemeriksaan, reagen,
listrik maupun peralatan laboratorium dapat menimbulkan bahaya bagi pasien,
petugas, staf lain maupun pengunjung pada saat penerimaan spesimen, saat
pengambilan spesimen, saat pengolahan spesimen maupun saat penanganan limbah
hasil pemeriksaan laboratorium.
Praktik keselamatan dan keamanan kerja dimaksudkan untuk membantu
laboratorium melaksanakan fungsi utama mereka dengan cara yang efisien, selamat
dan aman. Serta petugas juga harus mengetahui tata cara penanganan untuk bahan-
bahan berbahaya dan beracun yang biasa digunakan di dalam lingkungan
laboratorium
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan
konsentrasi atau jumlahnya baik langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan merusak lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup
manusia serta mahluk hidup lain. Suatu bahan disebut B3 jika memiliki satu atau
lebih sifat-sifat :
a. Mudah meledak
Limbah mudah meledak (explosive) adalah limbah yang pada temperatur dan
tekanan standar dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dapat dengan cepat
merusak lingkungan sekitarnya. Limbah B3 yang paling berbahaya adalah
limbah kimia jenis peroksida organik, karena selain bersifat oksidator kuat juga
mempunyai sifat kimia yang tidak stabil.
b. Mudah terbakar (flammable)
c. Reaktif
Limbah reaktif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat berikut :
Pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa
peledakan.
Dapat bereaksi hebat dengan air
Apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan,
menghasilkan gas, uap, atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar.
Dapat menyebabkan kebakaran
d. Menyebabkan infeksi
Limbah yang menyebabkan infeksi (infeksius) adalah limbah-limbah yang
berpotensi menginfeksi mahluk hidup. Contohnya limbah laboratorium, cairan
tubuh manusia yang terinfeksi kuman penyakit dan dapat menular.
e. Korosif
Limbah korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
atau mengkorosifkan baja. Limbah korosif dapat merusak atau menghancurkan
jaringan mahluk hidup akibat adanya efek kimia.

B. LATAR BELAKANG
Setiap kegiatan selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat
terjadinya kecelakaan, kecelakaan yang terjadi pada suatu kegiatan laboratorium
dapat menyebabkan kondisi kerja yang tidak nyaman. Terjadinya kecelakaan pada
umumnya ditimbulkan oleh beberapa faktor penyebab yang bersumber pada faktor
lingkungan kerja dan faktor manusia.
Perilaku pekerja yang tidak aman yang dapat membahayakan, kondisi yang
berbahaya, kondisi hampir celaka dan penyakit akibat kerja adalah gejala dari
kurang berfungsinya manjemen. Bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja pada
dasarnya berpotensi dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan, secara umum resiko
bahaya kebakaran. Upaya-upaya pencegahan dan penanggulangannya antara lain
dengan menyediakan fasilitas keselamatan kerja perorangan dan sarana pencegahan
dan penanggulangan kebakaran baik secara permanen maupun yang portable.
Dalam melakukan kegiatan di dalam laboratorium, kita harus menyadari
bahwa dalam setiap kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan dampak lingkungan
dan kebakaran. Merupakan kebijakan manajemen untuk mencegah terjadinya
kecelakaan pada laboratorium, melindungi harta milik rumah sakit dari kerusakan
dan memberikan keamanan kepada karyawan sehubungan dengan pengoperasian
dan penggunaan fasilitas laboratorium di rumah sakit.
Setiap pengguna laboratorium harus mempunyai rasa tanggung jawab yang
penuh akan keselamatan dan kesehatan kerja di dalam laboratorium. Setiap orang
yang akan melakukan pekerjaan di dalam laboratorium harus membaca peraturan
yang ada di dalam laboratorium.
Dalam laboratorium pada tahap awal kita harus mengetahui :
1. Kegiatan yang akan dilakukan
2. Bahan-bahan kimia yang tersedia
3. Fasilitas peralatan proses yang tersedia
4. Peralatan K3 yang tersedia
Kemajuan pada prosedur keselamatan dan keamanan kerja yang baik pada
akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan produktivitas, efisiensi, penghematan,
dan yang terpenting kerja sama yang lebih baik.
Petugas laboratorium seringkali kontak dengan bahan kimia yang banyak
digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling
karsinogen. Semua bahan ini cepat atau lambat dapat memberi dampak negatif
terhadap kesehatan pada petugas laboratorium. Gangguan kesehatan yang paling
sering adalah kontak dengan bahan-bahan yang dapat menyebabkan iritasi. Bahan
toksik jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit
akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan
mengakibatkan kerusakan jaringan pada daerah yang terpapar.

C. TUJUAN
Untuk melindungi pasien, petugas laboratorium, staf lain dan pengunjung agar
terhindar dari kecelakaan di dalam lingkungan laboratorium.
Melindungi pekerja dan orang disekitarnya dari resiko terkena gangguan
kesehatan, akibat kegiatan laboratorium yang berhubungan dengan
mikroorganisme maupun media/reagen yang berbahaya.
Petugas mengetahui tata cara penanganan untuk bahan-bahan berbahaya dan
beracun yang biasa digunakan di dalam lingkungan laboratorium.

D. KEGIATAN POKOK dan RINCIAN KEGIATAN


1. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
a. Petugas memakai jas laboratorium untuk melindungi petugas dari percikan
dan tumpahan bahan-bahan yang dapat menularkan penyakit dan
melepaskan jas laboratorium sehabis bekerja untuk mencegah transfer zat
keluar laboratorium.
b. Gunakan sarung tangan baru tiap pasien
c. Menggunakan masker pada saat pengambilan sampel untuk menutupi
mulut dan hidung yang berfungsi sebagai perlindungan terhadap masuknya
bahan berbahaya ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan paru paru

2. Personal hygiene
Menjaga kebersihan diri dan kebersihan area kerja untuk menghindari
kecelakaan dan kontaminasi residual, setelah bekerja bersihkan area kerja dan
cucilah tangan dengan sabun sebelum meninggalkan laboratorium.
3. Logo Biohazard
Pintu-pintu laboratorium dilengkapi dengan logo biohazard, sehingga tidak
semua orang bebas masuk ke laboratorium.
4. Pemadam Kebakaran (APAR )
Dalam laboratorium tersedia alat pemadam kebakaran yang berguna untuk
mencegah kebakaran yang mungkin terjadi dan petugas laboratorium
mengetahui letak penempatan dan cara penggunaan APAR.
5. Chemical Explosure
Tindakan pertama yang dapat dilakukan bila terpapar limbah bahan berbahaya :
a. Apabila terjadi paparan ke mata (eye explosure) :
Cuci mata dengan air bersih mengalir (misalnya air kran) minimal 20
menit, dengan salah satu cara berikut :
Tempatkan wajah di depan kran atau shower dan posisikan
kepala sehingga aliran air jatuh di dahi di atas mata yang
terkena. Jika kedua mata yang terkena, posisikan kepala agar
aliran air jatuh dipangkal hidung. Kelopak mata dapat dibantu
dibuka dengan tangan.
Kepala agak ditundukkan lalu dimiringkan sehingga aliran air
mengenai mata yang terkena.
Jangan menggosok mata, karena dapat semakin melukai mata.
Setelah itu carilah bantuan ke Unit Gawat Darurat.
b. Apabila tertelan (ingestion) :
Jangan memicu muntah.
Beri pasien air atau susu 2-4 gelas biasa untuk mengencerkan zat di
lambung.
Segera cari bantuan ke Unit Gawat Darurat
c. Apabila terhirup (inhalasi) :
Bawa pasien ke ruang terbuka
segera bawa pasien ke unit atau ruangan terdekat yang memiliki akses
oksigen.
segera cari bantuan ke Unit Gawat Darurat
d. Apabila tertumpah :
Amankan lokasi tumpahan
Saat membersihkan tumpahan, petugas menggunakan alat pelindung
diri (APD).
e. Apabila terkena tumpahan ke kulit :
Segera buka pakaian yang terpapar tumpahan
Cuci bagian kulit yang terkena tumpahan dengan air mengalir selama
30 menit.
Segera cari bantuan ke Unit Gawat Darurat
6. Penggunaan pipet dan alat bantu pipet
a. Alat bantu pipet harus selalu digunakan, tidak boleh memipet dengan mulut
b. Jangan meniup udara melalui cairan yang mengandung bahan infeksius.
Bahan infeksius jangan dicampur dengan cara menghisap dan
mengeluarkan melalui pipet
c. Kalau ada cairan bahan infeksius yang menetes dari pipet, gunakan kain
yang dibasahi alkohol 70% untuk membersihkan meja kerja, lalu kain
tersebut harus di autoklaf.
d. Pipet yang terkontaminasi harus direndam dalam lysol selama 18 24 jam
7. Penggunaan sentrifus
a. Sentrifus harus ditempatkan pada level dimana analis dapat melihat dengan
baik isi sentrifus
b. Tabung sentrifus harus ditutup dengan baik
c. Saat memutar harus dalam keseimbangan yang baik
d. Gunakan alkohol 70% untuk keseimbangan, jangan menggunakan
hipoklorit atau garam fisiologi oleh karena dapat menimbulkan karat pada
sentrifus.
e. Lakukan sentrifugasi dengan cara yang benar. Tabung yang tertutup rapat
dan selongsong yang terkunci dapat melindungi petugas laboratorium
terhadap aerosol dan sebaran partikel dari mikroorganisme.
f. Tempat meletakkan tabung harus di desinfeksi secara berkala
8. Penanganan dan Pembuangan Bahan berbahaya
a. Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya, pindahkan
darah ke dalam tabung spesimen dengan hati-hati melalui dinding tabung
dan tutup rapat tabung spesimen. Jarum suntik habis pakai dibuang dalam
wadah tahan tusukan, semprit dan peralatan pengambilan sampling yang
terkontaminasi darah dibuang dalam tempat sampah infeksius yang dilapisi
plastik kuning.
b. Limbah Infeksius
Limbah cair yang dihasilkan selama pemeriksaan sampel dibuang
dalam septiktank kemudian disiram dengan air yang banyak.
Tabung spesimen yang positif Hepatitis B dan HIV, diberi label
BAHAYA INFEKSI
Tabung spesimen yang positif Hepatitis B / HIV dimasukkan ke dalam
kantong plastik kuning diikat setelah terisi kemudian beserta wadah
jarum suntik yang sudah penuh dibawa ke ruang insenerasi untuk
dibakar.
9. Tranport ke laboratorium
a. Pengiriman sampel menggunakan box bertutup yang ada dudukan tempat
sampel.
b. Sampel dalam posisi tegak agar tidak tumpah
10. Membuka wadah/tempat spesimen
a. Petugas melakukan dengan hati-hati, terutama bila wadahnya pecah atau
bocor.
b. Desinfektan harus tersedia.
11. Peralatan otomatis
a. Cairan yang keluar dari alat harus dikumpulkan dalam tabung/wadah
tertutup atau dibuang kedalam sistem pembuangan limbah
b. Jika memungkinkan, alirkan larutan hipoklorit kedalam alat setelah habis
pakai. Air dapat digunakan sebagai pengganti disinfektan hanya pada
keadaan tertentu.
12. Cara membuka bahan kontrol yang diliofilasi
a. Botol berisi bahan kontrol yang disimpan dalam bentuk lifolisat harus
dibuka dengan hati-hati, karena bahan dalam botol dalam tekanan yang
rendah, sehingga bila ampul dibuka dengan tiba-tiba maka sebagian isinya
dapat menyebar ke udara.
b. Lepaskan bagian atas ampul dengan perlahan dan perlakukan sebagai bahan
yang terkontaminasi
c. Tambahkan cairan perlahan-lahan untuk melarutkan kembali bahan dalam
botol dan mencegah timbulnya busa/gelembung cairan
13. Pemisahan serum
a. Hanya staf yang telah diberi pelatihan yang boleh menangani pemisahan
serum
b. Harus selalu menggunakan sarung tangan
c. Cipratan dan aerosol hanya bisa diminimalkan dengan teknik yang baik.
Darah dan serum harus dipipet dengan hati-hati jangan dituang. Pipet dengan
klinik pipet.
14. Penggunakan lemari pendingin dan lemari pembeku
a. Lemari pendingin (refrigator), lemari pembeku (freezer) harus dibersihkan
dan esnya dicairkan (defrost) secara teratur
b. Semua wadah yang disimpan harus diberi label yang jelas berisi nama
bahan, tanggal disimpan dan nama orang yang menyimpan.
c. Wadah yang tidak berlabel dan bahan yang sudah kadaluarsa harus di
autoklaf
d. cairan yang mudah terbakar tidak boleh disimpan dalam lemari pendingin.
15. Menghindari penyebaran bahan infeksius
a. Pada waktu mensterilkan ose, pemanasan sebaiknya dimulai dari pangkal
ose lalu ke ujung
b. Pada waktu membuka tutup botol, bibir botol dilewatkan pada api bunsen
c. Spesimen harus didesinfeksi dengan bayclin sebelum dibuang.
d. Meja kerja harus dibersihkan dengan kain kassa/kapas yang sudah dibasahi
dengan alkohol 70% setiap kali selesai bekerja dan waktu akan bekerja pada
pagi hari.
16. Mencegah tertelan bahan infeksi, persentuhan dengan kulit dan mata
Selama bekerja, partikel dan droplet (diameter >5 um) akan terlepas ke udara,
partikel-partikel hasil percikan yang terlepas pada waktu manipulasi
mikrobiologi akan cepat melekat pada permukaan meja kerja dan tangan petugas.
Oleh karena itu para petugas harus mencegah sentuhan dengan mulut dan mata.
Untuk itu dianjurkan mengikuti hal-hal dibawah ini :
a. Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan jangan menyentuh mulut
dan mata selama bekerja
b. Dilarang makan, minum, merokok, mengunyah permen atau menyimpan
makanan/minuman di ruang kerja
c. Jangan membubuhkan/menambahkan kosmetik di ruang kerja
d. Gunakan alat pelindung diri (APD) jika terdapat resiko percikan bahan
infeksi saat bekerja
17. Membuka wadah/tempat spesimen
c. Petugas melakukan dengan hati-hati, terutama bila wadahnya pecah atau
bocor.
d. Desinfektan harus tersedia.
18. Identifikasi Resiko Keselamatan
a. Seluruh ruangan dalam laboratorium harus mudah dibersihkan
b. Permukaan meja kerja harus tidak tembus air. Juga tahan asam, alkali,
larutan organik dan panas yang sedang. Tepi meja dibuat melengkung
c. Perabot yang digunakan harus terbuat dari bahan yang kuat
d. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah dibersihkan
e. Ada dinding pemisah antara ruang pasien dan laboratorium
f. Penerangan dalam laboratorium harus cukup
g. Tempat sampah dilengkapi dengan kantong plastik
h. Tempat sampah kertas, sarung tangan karet dan tabung plastik harus
dipisahkan dari tempat sampah gelas/kaca/botol.
i. Tersedia ruang ganti pakaian, ruang makan, minum dan kamar kecil
j. Lantai laboratorium harus bersih, kering dan tidak licin.
19. Orientasi Prosedur Praktek Keselamatan dan Keamanan Kerja
Petugas laboratorium mengikuti pengenalan bahan B3 di laboratorium (MSDS)
dan mengetahui cara penanganan limbah B3 serta mendapat informasi prosedur
penggunaan bahan berbahaya yang baru.
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Sosialisasi kepada semua petugas laboratorium tentang prosedur praktek
keselamatan kerja
Rapat bulanan dan informasi mengenai K3 kepada semua petugas laboratorium
setiap bulan.
Petugas laboratorium mencatat semua kegiatan yang beresiko menimbulkan
kecelakaan serta melaporkan kepada atasan sekecil apapun kecelakaan yang
terjadi di laboratorium

F. SASARAN
Mengurangi resiko terpaparnya bahan berbahaya dan infeksius, maksimal 1
kasus pertahun
Meningkatkan kewaspadaan semua petugas laboratorium selama bekerja di
laboratorium
Memberikan informasi kepada semua petugas laboratorium tentang kesehatan,
keselamatan dalam bekerja serta cara penanganan bahan-bahan berbahaya.
Mengurangi terjadinya insiden kecelakaan kerja, maksimal 1 kasus pertahun.

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Mengikuti rutinitas kerja dan bila ada bahan B3 yang baru.

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN dan PELAPORAN


Evaluasi pelaksanaan kegiatan dievaluasi setiap tahun oleh penanggung jawab
laboratorium
Pelaporan dilakukan setiap tahun dan diserahkan kepada Manajemen K3RS.

I. PENCATATAN, PELAPORAN dan EVALUASI KEGIATAN


Kegiatan didokumentasikan ke dalam buku kasus kecelakaan kerja dan dilaporkan
ke manajemen K3RS atau setiap kejadian insiden untuk ditindak lanjuti. Evaluasi
kegiatan dilakukan setahun sekali.

Ditetapkan di Pontianak
Pada tanggal 11 Juni 2014

Kepala Unit Laboratorium Klinik, Direktur

dr. Ramona CH. Pangaribuan, SpPK dr. Caecilia Titik Nurwahyuni.W, Sp.S

Anda mungkin juga menyukai