Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

SYOK HIVOPOLEMIK

Oleh :

M.Rahman Ramadani

PO7120213060

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PRODI D4 JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARMASIN
2017
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti
perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan
metabolik selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk
mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera
untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentuka (hipovolemik,
kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner & Suddarth,2002).
Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan
ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan
mekanisme homeostasis (Toni Ashadi,2006).
Syok hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi secara
langsung karena perdarahan hebat atau tudak langsung karena hilangnya cairan yang
berasal dari plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat
berlebihan)(sherwood,)
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak
adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya
perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan
kekurangan oksigen dan bisacedera.(Az Rifki, 2006).

2. Fatofisiologi
Tahap-tahap syok
Karena sifat-sifat khas dari syok sirkulasi dapat berubah pada berbagai derajat
keseriusan, Menurut Guyton, (1997) syok dibagi dalam tida tahap utama yaitu:
a. Tahap nonprogresif (atau tahap kompensasi), sehingga mekanisme kompensasi
sirkulasi normal akhirnya akan menyebabkan pemulihan sempurna tanpa dibantu
terapi dari luar.
b. Tahap progresif, ketika syok menjadi semakin buruk sampai timbul kematia
c. Tahap ireversibel, ketika syok telah jauh berkembang sedemikian rupa sehingga
semua bentuk terapi yang diketahui tidak mampu lagi menolong penderita,
meskipun pada saat itu, orang tersebut masih hidup.

3. Etiologi
Menurut Toni Ashadi, 2006, Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya
cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:
a. kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir keluar
tubuh seperti hematotoraks, ruptur limpa, dan kehamilan ektopik terganggu
b. trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah
yang besar. Misalnya: fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan
atau fraktur femur menampung 1000-1500 ml perdarahan
c. kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein
plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
a. Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis
b. Renal: terapi diuretik, krisis penyakit addison
c. Luka bakar (kompustio) dan anafilaksis

4. Manifestasi klinis
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid,
besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan
kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi. Pasian muda
dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang
vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu
lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga
dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat. (Toni Ashadi, 2006).
Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia,
penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa
menit. Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah:

1. Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler
selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2. Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke
homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan kecepatan aliran darah ke
mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah
sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial
dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat
dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70 mmHg.
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik.
Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.

5. Penatalaksaan
a. Pastikan jalan nafas pasien dan nafas dan sirkulasi dipertahankan. Beri bantuan
ventilator tambahan sesuai kebutuhan.
b. Perbaiki volume darah sirkulasi dengan penggantian cairan dan darah cepat sesuai
ketentuan untuk mengoptimalkan preload jantung, memperbaiki hipotensi, dan
mempertahankan perfusi jaringan.
1. Kateter tekan vena sentra dimasukkan dalam atau didekat atrium kanan untuk
bertindak sebagai petunjuk penggantian cairan. Pembacaan tekanan vena
sentral kontinu (CVP) memberi petunjuk dan derajat perubahan dari
pembacaan data dasar; kateter juga sebagai alat untuk penggantian volume
cairan darurat.
2. Jarum atau kateter IV diameter besar dimasukkan kedalam vena perifer. Dua
atau lebih kateter mungkin perlu untuk penggantiaqn cairan cepat dan
pengembalian ketidakstabilan hemodinamik; penekanan pada penggantian
volume.
- Buat jalur IV diameter besar dimasukkan ke vena periver. Dua tau lebih
kateter mungkin perlu untuk penggantian cairan cepat dan pengembalian
ketidakstabilan hemodinamik; penekanan pada penggantian volume.
- Ambil darah untuk spesimen; garis darah arteri, pemeriksaan kimia,
golongan darah dan pencocokan silang, dan hemtokrit.
- Mulai infus IV dengan cepat sampai CVP meningkat pada tingkat pada
tingkat yang memuaskan diatas pengukuran dasar atau sampai terdapat
perbaikan pada kondisi klinis pasien
3. Infus larutan Ringer Laktat digunakan pada awal penangana karena cairan ini
mendekati komposisi elektrolit plasma, begitu juga dengan osmolalitasnya,
sediakan waktu untuk pemeriksaan golongan darah danm pencocockan silang,
perbaiki sirkulasi, dan bertindak sebgai tambahan terapi komponen darah.
4. Mulai tranfusi terapi komponen darah sesuai program, khususnya saat
kehilangan darah telah parah atau pasien terus mengalami hemoragi.
5. Kontrol hemoragi; hemoragi menyertai status syok. Lakukan pemeriksaan
hematokrit sering bila dicurigai berlanjutnya perdarahan
6. Pertahankan tekanan darah sistolik pada tingkat yang memuaskan dengan
memberi cairan dan darah sesuai ketentuan.
- Pasang kateter urine tidak menetap: catat haluaran urine setiap 15-30
menit, volume urine menunjukkan keadekuatan perfusi ginjal.
- Lakukan pemeriksaan fisik cepat untuk menentukan penyebab syok.
Pertahankan surveilens keperawatan terus menerus terhadap pasien total-
tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, suhu kulit, warna, CVP, EKG,
hematokrit, Hb, gambaran koagulasi, elektrolit, haluaran urine-untuk
mengkaji respon pasien terhadap tindakan. Pertahankan lembar alur
tentang parameter ini; analisis kecenderungan menytakan perbaikan atau
pentimpangan pasien
- Tinggikan kaki sedikit untuk memperbaiki sirkulasi serebral lebih baik dan
mendorong aliran darah vena kembali kejantung (posisi ini kontraindikasi
pada pasien dengan cidera kepala). Hindarkan gejala yang tidak perlu.
- Berikan obat khusus yang telah diresepkan (misalnya inotropik seperti
dopamen) untuk meningkatkan kerja kardiovaskuler.
- Dukung mekanisme devensif tubuh
- Tenangkan dan nyamankan pasien: sedasi mungkin perlu untuk
menghilangkan rasa khawatir.
- Hilangkan nyeri dengan kewaspadaan penggunaan analgesik atau
narkotik.
Pertahankan suhu tubuh.
1) Terlalu panas menimbulkan vasodilatasi yang merupakan mekanisme
kompensasi tubuh dari vasokontriksi dan meningkatnya hilangnya caiiran
karena perspirasi.
2) Pasien yang mengalami septik harus dijaga tetap dingin: demam tinggi
meningkatkan efek metabolik selular terhadap syok.

A. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Data Umum Klien, berisi data-data umum tentang pasien misalnya nama, umur,
jenis kelamin, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS.

b. Pengkajian primer
1) Airway, kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya sumbatan atau obstruksi,
serta kaji bunyi nafas tambahan
2) Breathing, kaji pola nafas klien, frekuensi pernafasan, pergerakan dada klien,
bentuk dada, atau adanya bantuan pernafasan
3) Circulation, kaji tanda-tanda vital klien, adanya akral dingin dan kaji
Capillary Refill Time (CRT)
4) Disability, kaji adanya penurunan tingkat kesadaran, adanya ganggun verbal,
motorik dan sesorik serta refleks pupil.

c. Pengkajian Sekunder (13 Domain NANDA)


1) Promosi Kesehatan, kaji kesehatan umum klien, alasan masuk rumah sakit,
dan riwayat keluhan utama klien, riwayat penyakit masa lalu, riwayat
pengobatan masa lalu, kemampuan mengontrol kesehatan, faktor sosial
ekonomi yang berpengaruh terhadap kesehatan, riwayat pengobatan sekarang.
2) Nutrisi, melakukan pengkajian antropometri (Tinggi badan, berat badan,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas,Indeks Massa Tubuh),
Biochemical (data laboratorium yang abnormal), Clinical (tanda-tanda klinis
integumen, anemia), Diet (meliputi jenis, frekuensi, nafsu terhadap makanan
yang diberikan selama di RS), Energi (kemampuan beraktivitas selama
dirawat), Factor (penyebab masalah), Penilaian Status Gizi, pola asupan
cairan, jumlah intake dan output, penilaian status cairan (balance cairan),
pemeriksaan abdomen
3) Eliminasi, mengkaji pola pembuangan urine, riwayat kandung kemih, pola
urine, distensi kandung kemih, sistem gastrointestinal (konstipasi dan faktor
penyebab, pola eliminasi)
4) Aktivitas dan Istirahat, mengkaji kebutuhan istirahat/tidur, aktivitas, respons
jantung, pulmonary respon, sirkulasi, riwayat hipertensi, kelainan katup,
bedah jantung, endokarditis, anemia, septik syok, bengkak pada kaki, asites,
takikardi, disritmia, atrial fibrilasi, prematur ventricular contraction, bunyi S3
gallop, adanya bunyi CA, adanya sistolik atau diastolik, murmur, peningkatan
JVP, adanya nyeri dada, sianosis, pucat,ronchi, hepatomegaly.
5) Persepsi dan Kognisi, mengkaji orientasi klien, sensasi dan persepsi,
kemampuan komunikasi
6) Persepsi diri
7) Peranan Hubungan (Role Relationship) mengkaji pola interaksi dengan orang
lain atau kedekatan dengan anggota keluarga atau orang terdekat
8) Seksualitas, mengkaji masalah identitas seksual, masalah atau disfungsi
seksual
9) Mekanisme Koping/ Toleransi Stress
10) Nilai-Nilai Kepercayaan
11) Keamanan, mengkaji adanya alergi, penyakit autoimmune, tanda-tanda
infeksi, gangguan termoregulasi, gangguan/ komplikasi (akibat tirah baring,
proses perawatan, jatuh, obat-obat, penatalaksanaan)
12) Kenyamanan, mengkaji adanya nyeri yang diarasakan (PQRST), rasa tidak
nyaman lainnya serta gejala-gejala yang menyertai
13) Pertumbuhan dan Perkembangan

2. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul


1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan
makanan tidak adekuat , mual muntah
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat di
alveoli akibat edema paru.
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kongesti sistemik,
kerusakan transpor oksigen, hipervolemia, hipoventilasi, gangguan aliran arteri,
gangguan aliran vena

3. Intervensi asuahan keperawatan


1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan
makanan tidak adekuat , mual muntah
Kriteria Hasil :
- Status Gizi : Asupan Gizi : Keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya
- Selera Makan : Keinginan untuk makan dalam keadaan sakit atau sedang
menjalani pengobatan

Itervensi :

1. Manajemen Nutrisi : membantu atau menyediakan asupan makanan dan


cairan diet seimbang Aktivitas Keperawatan
- Ketahui makanan kesukaan pasien
Rasional : makanan kesukaan biasanya meningkatkan selera makan
- Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Rasional : Kandungan nutrisi yang tepat untuk meningkatkan energi klien
beraktivitas
- Berikan informasi mengenai kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
- Rasional : agar klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi secara
mandiri
- Kolaborasi dengan ahli gizi (jika perlu) jumlah kalori dan jenis zat gizi yang
dibutuhkan
- Rasional : pemenuhan nutrisi klien secara tepat melalui gizi klinik

2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat di


alveoli akibat edema paru.
Kriteria Hasil:
- Bernapas dengan mudah dan tanpa dyspnea
- Menunjukkan kapasitas ventilasi yang membaik
- Melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
Intervensi
- Instruksikan dan/ atau awasi latihan pernapasan dan pernapasan terkontrol
Rasional : untuk meningkatkan pernapasan disfragmatik yang tepat, ekspansi
sisi, dan perbaikan mobilitas dinding dada.
- Instruksikan pasien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk
Rasional : Batuk yang tidak terkontrol melelehkan dan in efektif dapat
menimbulkan frustasi
- Observasi TTV
Rasional : Mengetahui keadaan umum pasien
- Dorong postur tubuh yang baik untuk ekspansi paru maksimum.
Rasional : Posisi tubuh yang tepat dapat membantu ekspansi paru maksimum
- Bantu klien dalam memilih aktivitas yang tepat sesuai kemampuan.
Rasional : Aktivitas yang dapat ditoleransi agar tidak memperberat kondisi
klien
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kongesti sistemik,
kerusakan transpor oksigen, hipervolemia, hipoventilasi, gangguan aliran arteri,
gangguan aliran vena
Kriteria Hasil :
- Perfusi jaringan : perifer : keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah
kecil ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan
Intervensi
- Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer (edema, CFR, warna, suhu, nadi
perifer)
Rasional : untuk membantu penegakan diagnosa dan pemberian intervensi
yang tepat
- Letakkan ekstremitas pada posisi menggantung, jika perlu
Rasional : untuk mencegah edema pada area luka
- Pantau parestesia (kebas, kesemutan, hiperestesia, dan hipoestesia)
Rasional : untuk mengetahui tingkat sensasi perifer
- Lakukan modalitas terapi kompresi, jika perlu
Rasional : untuk memperbaiki aliran darah arteri dan vena
- Kolaborasi pemberian obat anti trombosit atau antikoagulan, jika perlu
Rasional : untuk mencegah pembekuan darah atau terbentuknya emboli

DAFTAR PUSTAKA
Toni Ashadi, (2006). Syok Hipovolemik. (online). Http:// www. Medicastore. Com/med/.detail-
pyk. Phd?id.

Az Rifki, (2006). Kontrol terhadap syok hipovolemik. (online).Http://www. Kalbefarma. Com /


file/cdk/15 penatalaksanaan.

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi 8, Vol.3). EGC, Jakarta.

Doenges, E, Marilynn, Mary Frances Moorhause, Alice C. Geissler. 2002. Rencana Asuhan
Keperawatan. (Edisi 3). EGC, Jakarta.

Price, A, Sylvia & Lorraine M. Willson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. (Edisi 4). EGC, Jakarta
Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosa
NANDA, intervensi NIC,

Anda mungkin juga menyukai