Anda di halaman 1dari 15

PENGENALAN KOMPONEN ELEKTRONIKA

Nurul Qisthi *), Husnul Patima Rahman, Mursyidul Awwam


Laboratorium Elektronika dan Instrumen
Universitas Negeri Makassar
2016

LATAR BELAKANG
Elektronika adalah ilmu mengenai tentang gerakan elektron dalam ruang hampa atau
ruang yang berisi gas bertekanan rendah, seperti pada tabung ruang hampa, tabung gas,
semikunduktor serta superkonduktor. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan
dalam dunia elektronika berkembang dengan pesat. Elektronika telah digunakan secara luas
dalam banyak bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan modern. Kini, dengan adanya rangkaian elektronika digital perkerjaan yang
dilakukan menjadi lebih mudah dan efisien. Banyak barang baru yang dapat dibuat untuk
mempermudah perkerjaan manusia.
Pemahaman tentang elektronika sangat penting untuk diketahui para mahasiswa fisika.
Pada semester tiga ini terdapat materi elektronika dasar dimana pada bagian pertama
mahasiswa mempelajari mengenai pengenalan komponen-komponen elektronika. Tujuan
dari pengenalan tersebut adalah agar mahasiswa lebih memahami mengenai komponen-
komponen elektronika maka dengan melakukan praktikum mengenai komponen elektronika
tersebut mahasiswa lebih mengerti dan memahami mengenai komponen-komponen yang
terdapat pada elektronika.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagimanakah bentuk, dan simbol dari masing-masing komponen elektronika?
2. Apa saja fungsi dari masing-masing komponen elektronika?
3. Bagaimana cara mengetahui kondisi dari masing-masing komponen elektronika?

TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk, dan simbol dari masing-masing komponen
elektronika.
2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari masing-masing komponen elektronika.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengecek kondisi dari masing-masing komponen
elektronika.

KAJIAN TEORI
Elektronika Dasar merupakan bagian dari ilmu elektronika yang mempelajari dasar-
dasar komponen; rangkaian; tegangan; karakteristik yang harus terlebih dahulu dipahami
dalam membangun sebuah peralatan elektronika (Elektronika Dasar, 2016). Elektronika
adalah ilmu mengenai tentang gerakan elektron dalam ruang hampa atau ruang yang berisi
gas bertekanan rendah, seperti pada tabung ruang hampa, tabung gas, semikunduktor serta
superkonduktor (Rangkaian Elektronika, 2016). Ilmu yang mempelajari mengenai peralatan
elektronika merupakan cabang dari ilmu fisika, sementara bentuk desain dan pembuatan
sirkuit elektronika adalah bagian dari teknik elektro, teknik komputer, dan ilmu/teknik
elektronika dan instrumentasi (Mikarajuddin, 2008).
Komponen elektronika adalah elemen terkecil dalam suatu rangkaian elektronika.
Dalam rangkaian elektronika pada umumnya terdiri dari komponen aktif, pasif, dan
komponen penujang. Komponen aktif adalah komponen elektronika yang dalam
pengopersaiannya dalam rangkaian elektronika membutuhkan sumber tegangan atau sumber
arus dari luar. Ada banyak tipe komponen aktif yang digunakan dalam rangkaian atau sistem
elektronika. Secara umum komponen aktif dibangun menggunakan bahan semikonduktor
yang didesain sedemikian rupa sehingga memiliki fungsi, nilai dan kapasitas yang sesuai
dengan kebutuhan yang diinginkan. Beberapa contoh komponen aktif adalah transistor,
dioda, dan IC (Ahmad, 2007).
Komponen pasif adalah komponen yang dalam pengopersiannya dalam komponen
elektronikatidak membutuhkan sumber tegangan atau sumber arus tersendiri. Komponen
pasif pada umunya digunakan sebagi pembatas arus, pembagi tegangan, tank circuit, dan
filter pasif. Komponen elektronika yang digolongkan sebagai komponen pasif diantarnya
adalah induktor, kapasitor, resistor, dan transformator. Sedangkan komponen penunjang
adalah komponen yang melengkapai suatu rangkaian elektronika yang biasanya tidak mesti
ada didalamnya. Komponen ini contohnya seperti konektor, saklar, dan lain sebagianya
(Ahmad, 2007).
Setiap komponen elektronika dibuat dengan nilai dan fungsi yang berbeda
berdasarkan produsen pembuat komponen elektronika tersebut. Setiap komponen elektronika
memiliki tipe, nilai dan simbol yang berbeda-beda. Tipe dan nilai yang melekat pada suatu
kompoenen elektronika memberikan arti fungsi dan pabrikan pembuatnya. Sedangkan
simbol komponen elektronika ditentukan berdasarkan jenis dan fungsinya tanpa
membedakan pabrik pembuat komponen tersebut (Fatwa, 2016).
Komponen elektronika berupa sebuah alat yang menjadi bagian pendukung suatu
rangkaian elektronik yang berkerja sesuai dengan kegunaannya. Mulai dari yang menempel
langsung pada papan rangkaian maupun haru dengan cara disolder atau tidak menempel
langsung pada papan rangkaian (dengan alat penghubung lain, misalnya kabel). Komponen
elektronika ini terdiri dari satu atau lebih bahan elektronika, yang terdiri dari satu atau
beberapa unsur materi dan jika disatukan, untuk desain rangkaian yang diinginkan dapat
berfungsi sesuai dengan fungsi masing-masing komponen, ada yang untuk mengatur arus
dan tegangan, meratakan arus, menyekat arus, memperkuat sinyal arus dan masih banyak
fungsi lainnya (Kamajaya, 2007).
Berikut Penjelasan komponen-komponen elektronika dasar:
1. Resistor
Resistor disebut juga dengan tahanan atau hambatan, berfungsi untuk menghambat
arus listrik yang melewatinya. Semakin besar nilai resistansi sebuah resistor yang
dipasang, semakin kecil arus yang mengalir.
Satuan nilai resistansi suatu resistor adalah Ohm () diberi lambang huruf R. Ada
dua macam resistor yang dipakai pada teknik listrik dan elektronika, yaitu resistor tetap
dan resistor variable.
resistor tetap adalah resistor yang mempunyai nilai hambatan yang tetap. Biasanya
terbuat dari karbon, kawat atau paduan logam. Sebuah hambatan karbon dibentuk oleh
pipa keramik dengan karbonnya diuapkan. Biasanya pada kedua ujungnya dipasang tutup,
dimana kawat-kawat penghubungnya dipasang. Nilai hambatannya ditentukan oleh
tebalnya dan panjangnya lintasan karbon. Panjang lintasan karbon tegantung dari
kisarnya alur yang berbentuk spiral. Bentuk resistor karbon yang diuapkan aksial dan
radial dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Hambatan karbon yang diuapkan aksial dan radial.

Gambar dibawah ini memperlihatkan simbol resistor tetap

Gambar 2. Simbol resistor tetap.

Kode warna pada resistor menyatakan harga resistansi dan toleransinya. Semakin kecil
nilai toleransi suatu resistor adalah semakin baik, karena harga sebenarnya adalah harga
yang tertera harga toleransinya. Misalnya suatu resistor harga yang tertera= 100 Ohm
mempunyai toleransi 5%, maka harga yang sebenarnya adalah 100- (5%x100) s/d 100 +
(5%x100)= 95 Ohm s/d 105 Ohm. Terdapat resistor yang mempunyai 4 gelang warna
dan 5 gelang warna seperti yang terlihat pada Gambar 3

.
Gambar 3. Resistor cincin atau gelang.

Tabel 1. Kode warna pada resistor 4 gelang.


Warna Gelang 1 Gelang 2 Gelang 3 Gelang 4
(Angka (Angka (Faktor (Toleransi)
Pertama) Kedua) Pengali)
Hitam - 0 1 -
Coklat 1 1 101 1
Merah 2 2 102 2
Orangye 3 3 103 3
Kuning 4 4 104 4
Hijau 5 5 105 5
Biru 6 6 106 6
Ungu 7 7 107 7
Abu-abu 8 8 108 8
Putih 9 9 109 9
Emas - - 10-1 5
Perak - - 10-2 10
Tanpa Warna - - 10-3 20
Arti kode warna pada Resistor 5 gelang adalah:
a. Gelang 1 = Angka pertama
b. Gelang 2 = Angka kedua
c. Gelang 3 = Angka ketiga
d. Gelang 4 = Faktor pengali
e. Gelang 5 = Toleransi
2. Kondensator
Kondensator ialah suatu komponen listrik/elektronika yang dapat menyimpan muatan
listrik. Kapasitas kondensator diukur dalam satuan Farad. 1 Farad = 10 3 mF (mili farad) =
106 F (mikro farad) = 109 nF (nano farad) = 1012 pF (piko farad). Kondensator eletrolit
mempunyai dua kutub yaitu positif dan negatif (bipolar), sedangkan kondensator kering
misalnya kondensator mika, kondensator kertas tidak membedakan kutub positif dan
kutub negatif (non polar). Kode angka dan huruf yang terdapat pada sebuah kondensator
menentukan nilai kapasitansi dan tegangan kerjanya.

Tabel 2. Tabel kode angka dan huruf pada kondensator.


Kode Angka Gelang 1 Gelang 2 Gelang 3 Kode Huruf
(Angka (Angka (Faktor (Toleransi %)
Pertama) Kedua) Pengali)
0 - 0 1
1 1 1 101
2 2 2 102 F=1
3 3 3 103 G=2
4 4 4 104 H=3
I=4
5 5 5 105
J=5
6 6 6 106 K = 10
7 7 7 107 M = 20
8 8 8 108
9 9 9 109

Kapasitas sebuah kondensator adalah sebanding dengan luas pelat-pelat yang


membentuk kondensator tersebut. Semakin luas pelat-pelatnya semakin besar nilai
kapasitansinya. Nilai kapasitansi berbanding terbalik dengan jarak dari pelat-pelatnya.
Semakin kecil jarak kedua plat itu, semakin besar nilai kapasitansinya. Sebaliknya
semakin jauh jarak kedua plat itu, semakin kecil nilai kapasitansinya. Nilai kapasitansi
sebuah kondensator juga sebanding dengan konstanta dielektrikum dari bahan isolator
yang dipasang antara kedua plat itu. Jika nilai konstanta dielektrikumnya mempunyai
nilai yang besar, maka nilai kapasitansinya besar.
3. Induktor
Induktor adalah komponen listrik/elektronika yang digunakan sebagai beban
induktif. Simbol induktor dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambat 4. Simbol Induktor


Nilai induktansi sebuah induktor dinyatakan dalam satuan Henry. 1 Henry= 1000 mH
(mili Henry). Induktor yang ideal terdiri dari kawat yang dililit, tanpa adanya nilai
resistansi. Sifat-sifat elektrik dari sebuah induktor ditentukan oleh panjangnya induktor,
diameter induktor, jumlah lilitan dan bahan yang mengelilinginya.
Induktor dapat disamakan dengan kondensator, karena induktor dapat dipakai sebagai
penampung energi listrik. Di dalam induktor disimpan energi, bila ada arus yang mengalir
melalui induktor itu. Energi itu disimpan dalam bentuk medan magnit. Bila arusnya
bertambah, banyaknya energi yang disimpan meningkat pula. Bila arusnya berkurang,
maka induktor itu mengeluarkan energi.
Komponen elektronik yang termasuk induktor karena memakai lilitan kawat antara
lain:
a. Trafo daya yang dikenal dengan trafo stepup dan trafo stepdown
b. Trafo frekuensi rendah dikenal dengan trafo input dan output
c. Trafo frekuensi tinggi misalnya spull antena dan spull osilator
d. Trafo frekuensi menengah antara dikenal dengan trafo IF
e. Gulungan bicara pada mikropon atau gulungan yang terdapat pada spiker dikenal
dengan moving coil
f. Gulungan pada relay
g. Gulungan pada filter frekuensi tinggi dikenal dengan nama Rfc (Radio frekuensi
choke) dan frekuensi rendah (choke)
h. Gulungan pada motor listrik atau dinamo listrik
i. Gulungan pada head playback, head rekam dan head hapus (erase head)
4. Transformator
Transformator (trafo) ialah alat listrik/elektronika yang berfungsi memindahkan
tenaga (daya) listrik dari input ke output atau dari sisi primer ke sisi sekunder.
Pemindahan daya listrik dari primer ke sekunder disertai dengan perubahan tegangan baik
naik maupun turun.
Ada dua jenis trafo yaitu trafo penaik tegangan (stepup transformer) dan trafo penurun
tegangan (stepdown transformer). Jika tegangan primer lebih kecil dari tegangan
sekunder, maka dinamakan trafo stepup. Tetapi jika tegangan primer lebih besar dari
tegangan sekunder, maka dinamakan trafo stepdown.

Gambar 5. Simbol Trafo

Pada setiap trafo mempunyai input yang dinamai gulungan primer dan output yang
dinamai gulungan sekunder. Trafo mempunyai inti besi untuk frekuensi rendah dan inti
ferrit untuk frekuensi tinggi atau ada juga yang tidak mempunyai inti (intinya udara).
Bila pada lilitan primer diberi arus bolak-balik (AC), maka gulungan primer akan
menjadi magnit yang arah medan magnitnya juga bolak-balik. Medan magnit ini akan
menginduksi gulungan sekunder dan mengakibatkan pada gulungan sekunder mengalir
arus bolak-balik (AC). Dimisalkan pada gulungan primer mengalir arus berfasa positif
(+), maka pada gulungan sekundernya mengalir arus berfasa negatifp (-). Karena arus
yang mengalir digulungan primer bolak-balik, maka pada gulungan sekunderpun
mengalir arus bolak-balik.
Pada umumnya jumlah lilitan primer tidak sama dengan jumlah lilitan sekunder.
Untuk trafo step up jumlah lilitan primer lebih sedikit dari jumlah lilitan sekunder,
sebaliknya untuk trafo step down jumlah lilitan primer lebih banyak dari jumlah lilitan
sekunder. Banyaknya lilitan primer dan banyaknya lilitan sekunder menunjukkan
besarnya tegangan primer dan besarnya tgangan sekunder. Semakin besar tegangannya
semakin banyak pula lilitannya.
Pada teknik elektronika dikenal bermacam-macam trafo, baik untuk frekuensi tinggi
maupun frekuensi rendah. Contoh trafo untuk frekuensi tinggi yaitu trafo osilator, trafo
frekuensi menengah (IF), trafo spull antena (tuner). Sedangkan trafo yang dipakai untuk
frekuensi rendah yaitu trafo input, trafo output, trafo filter (choke).
5. Dioda
Dioda semikonduktor yang dipakai pada teknik elektronika pada umumnya digunakan
untuk menyearahkan arus listrik AC menjadi DC. Dioda dibentuk oleh atom P dan atom
N yang digabungkan menjadi satu, sehingga akan membentuk susunan seperti gambar
dibawah ini.

Gambar 6. Susunan dan simbol dioda semikunduktor

Dari gambar diatas atom P disebut sebagai anoda dan atom N sebagai katoda. Bila
anoda diberi muatan positip dan katoda diberi muatan negatip, maka arus akan mengalir
(lampu menyala), sebaliknya jika anoda diberi muatan negatip dan katoda diberi muatan
positip, maka arus tidak mengalir. Arah gerakan arus yang mengalir ini dinamai arah
gerak maju atau forward direction. Arah gerakan tanpa aliran arus ini dinamai arah gerak
tentang atau revers direction.
Dioda dapat digunakan untuk menyearahkan arus AC menjadi arus DC. Ada dua
macam penyearah dioda yaitu penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang
penuh.
6. Transistor
Nama transistor diambil dari kata transfer dan resistor. Bahan semikonduktor ini
berasal dari bahan atom Germanium, Indium dan Arsenikum atau Silikon. Atom-atom ini
sendiri termasuk bahan yang tidak mengalirkan arus listrik, jadi termasuk jenis bahan
isolator atau resistor. Setelah mengalami proses peleburan, maka terbentuklah hasil
campuran yang dinamai P-N junction. Bahan campuran ini mempunyai sifat setengah
menghantarkan arus listrik atau semikonduktor. Itulah sebabnya hasil campuran ini sering
dinamai semikonduktor. Jadi semikonduktor atau transistor ini hasil pencampuran lagi
dari jenis P-N junction dan N-P junction.
Bila dua jenis atom P dan N junction digabungkan, maka terbentuklah bahan baru
yang dinamai Transistor. Jadi Transistor terbentuk dari bahan-bahan:
a. PN + NP menjadi PNP
b. Np + PN menjadi NPN
Gambar dibawah ini memperlihatkan simbol dari transistor PNP dan transistor NPN

Gambar 7. Simbol dari Transistor PNP dan Transistor NPN

Macam-macam bentuk dan tipe transistor terlihat seperti gambar dibawah ini.

Gambar 7. Bermacam-macam bentuk Transistor dari bermacam tipe.

Dari gambar diatas terlihat bahwa transistor ada yang mempunyai 2 kaki dan ada yang
4 kaki. Khusus untuk transistor daya besar biasanya mempunyai 2 kaki, kaki kolektor
sama dengan badannya. Pada transistor yang berkaki tiga arti dari ketiga kaki tersebut
ialah basis (fungsinya mengatur, jalannya arus elekron dari emitor ke kolektor), emitor
(fungsinya gudang elektron atau tempat berkumpulannya elektron sebelum dialirkan
kekolektor dan basis, dan kolektor (berfungsi sebagai tempat pengumpulan elektron yang
telah diatur oleh basis). Untuk transistor yang berkaki 4 biasanya untuk frekuensi tinggi,
disitu terdapat kaki yang dinamai shield (tameng) yang dihubungkan ke ground.
Agar transistor dapat mengalirkan arus, maka transistor harus diberi sumber arus dari
dua buah baterai. Sumber arus ini biasanya diberi kode VCC. Untuk transistor jenis PNP
negatif dan untuk NPN positif. Transistor dipasang sedemikian sehingga harus memenuhi
beberapa syarat yaitu dalam arah maju (forward) dan arah balik (revers).
7. SCR ( Silicon Controlled Ractifier)
SCR disebut juga Thyristor dan dipakai sebagai pengatur daya dan saklar.
Penggunaan SCR sebagai pengatur daya dan sebagai saklar sangat menguntungkan
dibandingkan dengan saklar mekanik sebab tak ada kontak-kontak yang aus karena
terbakar, tidak menjangkitkan busur api dan memerlukan sedikit komponen-komponen
tambahan. SCR dapat dipakai untuk mengatur daya yang besar-besar sepertin mesin-
mesin listrik, sedangkan SCR itu sendiri memerlukan daya yang kecil saja. Gambar 2-12
memperlihatkan bentuk dan simbol ari SCR.

Gambar 8. Bentuk dan simbol SCR


(Raharjo, 2005).
METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
1. Resistor 7 buah
a. Resistor batu 2 buah
1) 5W 56 J

2) 5W 10 KJ
b. Resistor cincin 3 buah
1) 33 5%

2) 1.5 K 5%

3) 180 5%

c. Potensiometer 2 buah
1) B100K
2) B5K
2. Kapasitor Tantalum 2 buah
a. 50 V 10 F

b. 2A 223 J
3. Trafo 2 buah
a. IT 191
b. Merah
4. Dioda 2 buah
a. Dioda Penyearah 540 2 MIC
b. Dioda Zener
5. Transistor 3 buah
a. ICP, BJR 2N 3055 No.252 (NPN)
b. D1 541 6F
c. BC 337 -16 (NPN)
6. IC 2 buah
a. 7N28 HD7403P
b. 41AQR8M BA7ICP
7. Konekor 1 buah
8. Baterai (Pakko 6F 22 9V) 1 buah
9. Sekring (FIL 250 V ) 1 buah
10. Multimeter analog 1 buah
11. Multimeter digital 1 buah
12. Kabel/probe 4 buah

Prosedur Kerja
Pada masing-masing komponen elektornika cara pengujian atau pengamatan kondisi
baik buruknya komponen berbeda-beda. Cara pengujian komponen elektronika yaitu sebagai
berikut:
1. Resistor Batu
Pertama-tama dua buah kabel/probe dipasang pada masing-masing
multimeter digital dan analog. Sebelum disambungkan pada resistor, kedua
multimeter diatur posisi saklarnya menjadi ohm ( ). Kemudian dua kabel
dari multimeter analog atau digital dihubungkan pada masing-masing kaki/ujung
pada resistor batu. Resistor batu dikatakan pada kondisi baik apabila nilai
pembacaan pada multimeter berada dekat dengan nilai yang tertera pada
spesifikasi resistor batu tersebut.
2. Resistor Cincin
Setelah pengujian resistor batu dilakukan selanjutnya pengujian dilakukan
pada resistor cincin yaitu dua kabel dari multimeter analog atau digital
dihubungkan pada masing-masing kaki/ujung pada resistor cincin. Resistor
cincin dikatakan pada kondisi baik apabila nilai pembacaan pada multimeter
berada dekat dengan nilai pada spesifikasi resistor cincin tersebut. Tidak terdapat
angka atau huruf pada resistor cincin, sehingga cara untuk mengetahui
spesifikasi resistor cincin ialah dengan melihat pada warna-warna resistor
cincinnya, warna-warna tersebut memiliki arti tersendiri untuk mengetahui
spesifikasi dari resistor cincin.
3. Potensiometer
Setelah pengujian resistor cincin dilakukan selanjutnya pengujian dilakukan
pada potensiometer yaitu dua kabel dari multimeter analog atau digital
dihubungkan pada kaki terminal yang pertama (1) dan kaki terminal yang ketiga,
nilai yang tertera ialah nilai maksimum dari potensiometer. Setelah nilai
pembacaan didapatkan, kemudian pindahkan kabel/probe yang dari terminal 1
ke terminal 3 (pada terminal 2 tetap, tidak dipindahkan), kemudian shaft atau
tuas diputar searah jarum jam nilai resistansi yang didapatkan akan menurun,
lain halnya jika diputar berlawanan jarum jam nilai resistansi potensiometer
akan naik.
4. Kapasitor Tantalum
Setelah pengujian potensiometer dilakukan selanjutnya pengujian dilakukan
pada kapasitor yaitu probe/kabel yang postif dihubungkan ke kaki kapasitor
positif, dan kabel/probe yang negatif dihubungkan ke kaki kapasitor yang
negatif. Cara mengetahui kaki positif atau negatif pada kapasitor tantalum ialah
dengan melihat pajang kakinya, kaki terpanjang pada kapasitor tantalum
dikatakan kaki positif dan kaki yang pendek dikatakan kaki negatif. Kapasitor
dikatakan baik apabila jarum bergerak dan kemudian kembali lagi, sedangkan
kapasitor dikatakan jebol jika jarum bergerak naik dan tidak kembali lagi dan
apabila jarum tidak naik sama sekali maka kapasitor dikatakan rusak. Pada
multimeter digital cara mengetahui baik buruknya ialah dengan melihat
perubahan nilai pada multimeter digital.
5. Trafo
Setelah pengujian kapasitor dilakukan selanjutnya pengujian dilakukan pada
Trafo. Cara mengecek kondisi trafo dilakukan dengan empat cara yaitu, pertama
tesled dihubungkan pada bagian primer trafo (tidak apa-apa terbalik), jika jarum
meter bergerak berarti masih bagus. Selanjutnya dilakukan pengukuran pada
bagian sekunder dengan cara yang sama, jika jarum bergerak berarti bagus dan
jika diam berati telah putus. Kemudian dilakukan pengukuran pada bagian
primer dan sekunder secara bersamaan untuk memastikan tidak ada korsleting
antara bagian primer dan sekunder, jika jarum bergerak berarti trafo telah rusak
dan jika diam trafo dalam keadaan yang baik. Terakhir, dilakukan pengukuran
dari bagian primer atau sekunder ke casis atau bodi, jika bergerak trafo korslet
dan jika diam trafo dalam keadaan baik. Cara pengujian untuk multimeter digital
sama dengan multimeter analog, dimana trafo dikatakan baik apabila terjadi
perubahan nilai.
6. Dioda LED dan Zener
Setelah pengujian trafo dilakukan selanjutnya pengujian dilakukan pada
dioda yaitu probe/kabel yang postif dihubungkan ke kaki dioda postif (anoda),
dan kabel/probe yang negatif dihubungkan ke kaki dioda yang negatif (katoda).
Cara mengetahui kaki anoda dan katoda ialah sama dengan kapasitor yang
melihat pajang kakinya, kaki terpanjang pada dioda dikatakan kaki anoda dan
kaki yang pendek dikatakan kaki katoda atau pengujian anoda dan katoda dapat
langsung dilakukan dengan cara mengubungkan langsung probe pada kedua
ujung kaki dioda apabila tidak bergerak maka pindahkan segera probe atau balik
posisinya dan apabila jarum berpindah maka dioda telah dikatakan baik da jika
tetap tidak bergerak maka dioda dikatakan rusak.
7. Transistor
Setelah pengujian dioda dilakukan selanjutnya pengujian dilakukan pada
transistor yaitu untuk multimeter analog cara pengujiannya ialah probe/kabel
yang negatif dihubungkan dengan terminal basis dan probe yang positif
dihubungkan dengan terminal emitor, jika jarum bergerak ke kanan dengan
menujukan nilai tertentu maka transistor dikatakan baik. Lalu pindahkan probe
yang postif pada terminal kolektor, jika jarum bergerak kekanan dengan
menunjukkan nilai tertentu maka transistor dikatakan baik. Cara tersebut bertipe
NPN apabila semua yang tadi dilakukan tidak menujukkan nilai tertentu maka
diuji lagi dengan mengubah posisi kebel/probe, yang dimana kabel yang positif
dihubungkan dengan basis lalu kabel yang negatif dihubungkan dengan emitor
lalu dipindahkan pada terminal kolektor, apabila dengan melakukan hal tersebut
terjadi perubahan nilai atau jarum bergerak maka transistor dikatakan baik pula
tetapi berbeda tipe dengan sebelumnya, tipenya yang diperoleh dengan cara
tersebut dikatakan transistor bertipe PNP. Lain halnya dengan menggunakan
multimeter digital, cara pengujian transistor bertipe NPN ialah kabel yang positif
dihubungkan dengan terminal basis, lalu kabel yang negatif dihubungkan dengan
terminal emitor lalu dipindahkan ke terminal kolektor, jika terjadi perubahan
nilai maka transistor dikatakan baik. Cara pengujian transistor bertipe PNP
dengan menggunakan multimeter digital ialah dengan menghubungkan kabel
yang negatif pada terminal basis, dan kabel yang positif dihubungkan dengan
terminal emitor dan kolektor, jika terjadi perubahan nilai maka transistor
dikatakan baik.
8. IC
IC diuji dengan cara melihat langsung jumlah kaki pada IC tersebut. Pada
pengujian IC tidak digunakan multimeter analog maupun digital, IC dikatakan
dalam kondisi baik apabila jumlah kaki lengkap dan IC dikatakan dalam kondisi
tidak baik/rusak jika jumlah kakinya tidak lengkap.
9. Konektor
Pada pengujian konektor, multimeter digunakan lagi, dimana kedua
kabel/probe dihubungkan dengan kedua kaki/ujung konektor jika terjadi
perubahan nilai pada multimeter maka konektor dikatakan dalam kondisi baik,
jika tidak terjadi perubahan konektor dikatakan dalam kondisi rusak.
10. Baterai
Setelah pengujian konektor dilakukan selanjutnya pengujian dilakukan pada
baterai yaitu terlebih dahulu ubah saklar pada multimeter digital yang
pertamanya dalam bagian ohm, diubah ke volt. Kemudian melihat bagian polar
baterai karena saat kabel/probe dari multimeter digital dihubungkan harus
sesama polarnya. Dimana kabel/probe postif dihubungkan dengan bagian baterai
yang positif pula, dan kabel/probe negatif dihubungka dengan bagian beterai
yang negatif pula. Baterai dikatakan positif apabila terjadi perubahan nilai pada
multimeter.
11. Sekring
Setelah pengujian baterai dilakukan selanjutnya pengujian dilakukan pada
sekring. Saklar pada multimeter diubah menjadi ohm lagi kemudian kedua
kabel/probe dihubungkan pada masing-masing ujung sekring apabila terjadi
perubahan nilai/jarum maka sekring dikatakan dalam kondisi baik, apabila tidak
terjadi perubahan nilai atau jarum maka sekring dikatakan rusak.

Hasil Pengamatan

Tabel 3. Komponen Pasif


Nilai Pembacaan
No Nama Komponen Spesifikasi Mult. Mult. Ket.
. Analog Digital

1. Resistor Batu 5W 56 1K 56 Baik

J
2. Resistor Batu 5W 10 KJ 11 K 9.13 Baik

3. Resistor Cincin 33 48 - Rusak

5%
4. Resistor Cincin 1.5 K 2K 1.99 Baik

5%
5. Resistor Cincin 180 80 1775 Baik

5%
6. Potensiometer B100K 100K 84.8K Baik

7. Potensiometer B5K 4.9 K 4.96 K Baik

8. Kapasitor Tantalum 50 V 10 - - Baik


F
9. Kapasitor Tantalum 2 A 223 J - - Rusak
10. Trafo IT 191 - - Baik
11. Trafo Merah - - Baik

Tabel 4. Komponen Aktif


Nilai Pembacaan
No Nama Komponen Spesifikasi Mult. Mult. Ket.
. Analog Digital

1. Dioda Penyearah IN 540 2 - - Baik


MIC
2. Dioda Zener - - - Baik
3. Transistor ICP, BJR 2 N - - Baik
3055 No.
252 (NPN)
4. Transistor D15411 6 F - - Rusak
5. Transistor BC 337 -16 - - Baik
(NPN)
6. IC 7N 28 HD - - Baik
7403P
7. IC 41 AQR 8M - - Baik
BA 7ICP

Tabel 5. Komponen Penjuang


Nilai Pembacaan
No. Nama Komponen Spesifikasi Mult. Mult. Digital Ket.
Analog
1. Konektor - - - Baik
2. Baterai Pakko 6F 22 - 8.97V Baik
9V
3. Sekring FIL 250 V - - Rusak
PEMBAHASAN
Praktikum mengenai Pengenalan Komponen Elektronika memiliki tujuan agar
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bentuk, simbol serta fungsi dari komponen-
komponen elektronika. Selain itu, praktikum ini juga bertujuan agar mahasiswa dapat
membedakan bagian-bagian komponen elektronika yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu
komponen aktif, komponen pasif dan komponen penunjang.
Komponen pertama yang diuji ialah resistor batu Resistor batu pertama memiliki
spesifikasi 5W 56 J, arti dari kode dan angka tersebut ialah 5W berarti kemampuan

daya resistor besarnya 5 Watt, 56 berarti besarnya resistansi 56 , dan J berarti

besarnya toleransi yaitu 5%. Setelah pengujian dilakukan pada resistor batu pertama
diperoleh yaitu pada multimeter analog nilainya 1 K, pada multimeter digital 56 dan
kondisi resistor tersebut ialah baik karena terjadi perubahan nilai pada multimeter. Pada
resistor batu kedua, spesifikasi yang diperoleh ialah 5W 10 KJ, yang berarti 5W adalah
kemampuan daya resistor besarnya 5 Watt, 10 K artinya besarnya resistansi 10 kilo dan J
berarti besar toleransinya ialah 5%. Setelah pengujian dilakukan pada resistor batang kedua
diperoleh yaitu pada multimeter analog nilainya 11 K, pada multimeter digital 9.13

dan kondisi resistor tersebut ialah baik.


Setelah resistor batu, selanjutnya ialah resistor cincin. Warna cincin pada resistor
cincin pertama ialah orange, orange, hitam, emas yang berarti spesifikasinya adalah 33
5 nilai pembacaan pada multimeter analog adalah 48 sedangkan menggunakan
multimeter digital kami tidak mendapatkannya karena kondisi resistor cincinya rusak karena
pada saat pengujian .di multimeter digital tidak terjadi perubahan nilai. Pada resistor cincin
kedua, kami peroleh warna cincinnya ialah coklat, hijau, merah, emas yang berati 1.5 k
5%. Nilai yang diperoleh dari multimeter analog dan multimeter digital berturut-turut

ialah 2K dan 1.99 , kondisi pada resistor cincin kedua ini dapat dikatakan baik. Pada

resistor cincin ketiga, kami peroleh warna cincinnya ialah coklat, abu-abu, coklat, emas yang
berati 180 5%. Nilai yang diperoleh dari multimeter analog dan multimeter digital

berturut-turut ialah 80 dan 1775 , kondisi pada resistor cincin kedua ini dapat

dikatakan baik. Arti dari nilai spesifikasi resistor cincin ialah pada 33 berarti nilai

resistansinya ialah 33 dan 5 artinya toleransi dari reaistor tesebut, hargayang sebenarnya jika
dijabarkan ialah 33-(5% x 100) s/d 33+(5% x 100)= 28 s/d 38 .

Setelah itu, dua buah potensiometer, dua buah kapasitor tantalum, dan dua buah trafo
diuji. Keenam komponen tersebut hanya diuji kondisinya, dan tidak mencatat nilai
pembacaan pada ketiga komponen tersebut dan hasil kondisinya ialah dari keenam
komponen hanya ada satu komponen yang rusak karena tidak terjadi perubahan pada
multimeter yaitu kapasitor tantalum yang spesifikasinya 2A 223 J (arti dari spesifikasi
tersebut ialah 22pF dikali dengan 10 3 dengan toleransi 5%,) dan yang lainnya dalam kondisi
yang baik. Spesifikasi dari kelima komponen yang baik ialah pada potensiometer pertama
B100K, potensio meter kedua ialah B5K arti dari spesifikasi potensio meter ialah pada kode
B artinya jenis atau tipe pada potensio meter ialah linier, dan 100 K berarti nilai dari potensio
meter tersebut ialah 100 Kilo Ohm, kapasitor tantalum kedua ialah 50V 10 F arti dari

spesifikasi tersebut ialah nilai kapasitor ialah 10 mikro Farad (0.000001 Farad) dan bisa
berkerja pada tegangan maximal 50 V, trafo pertama ialah IT 191 (artinya trafo tersebut
adalah trafo input penyesuai impedansi dan juga pengganda fasa) dan trafo kedua spesifikasi
yang ditulis hanya merah karena trafo kedua telah berkarat sehingga menutupi pembacaan
spesifikasinya.
Setelah semua komponen pasif diuji, selanjutnya ialah komponen aktif. Sama halnya
dengan keenam komponen pasif diatas, pada kompoenen akif hanya dilakukan pengujian
kondisi dari komponen tersebut. Kami menguji dua dioda, pada dioda penyearah dalam
kondisi baik dan spesifikasinya ialah IN 540 2 MIC. Pada dioda kedua yaitu dioda zener,
dimana dioda zener digunakan untuk menstabilkan tegangan serta sebagai pembatas
tegangan pada leave tertentu untuk keamannan rangkaian. Komponen aktif kedua yang diiuji
ialah transistor, kami menguji tiga buah transistor yang memiliki spesifikasi berbeda-beda
diantaranya yaitu; pertama, ICP BJR 2N 3055 No. 252 (NPN), transistor tersebut dalam
kondisi baik, lain halya dengan transistor kedua, yang kondisinya dalam keadaan rusak
karena tidak dapat diketahui jenis transistornya spesifikasi yang terbaca pada transistor
kedua ialah D1 541 6F arti dari 6F ialah 6 Farad. Pada transisor ketiga, BC 337 -16 (NPN)
dalam kondisi baik, arti dari NPN ialah jenis transistor yang diamati adalah transistor jenis
negatif-positif-negatif dan. Komponen aktif terakhir ialah IC, pada IC kami hanya melihat
jumlah kakinya apakah lengkap atau tidak? Bila lengkap dikatakan baik dan jika tidak
artinya IC rusak. Kedua IC yang kami amati dalam kondisi baik spesifikasi kedua IC tersebut
adalah 7N 28 HD 7403 P dan 41 AQR 8 M BA 7 ICP.
Terakhir komponen penunjang yang kami amati berjumlah tiga diantaranya
konektor,Kondisi dari konektor tersebut ialah dalam kondisi baik, fungsi umum dari
konektor ialah menyambungkan dari satu komponen atau satu tempat ke temapat lain atau
komponen lainnya. Baterai yang berspesifikasi Pakko 6F 22 9 V arti dari spsefikasi baterai
tersebut adalah kapasitas dari baterai yaitu 6 Farad dan tegangan yang terdapat dalam baterai
adalah 9 volt, fungsi umum dari baterai adalh sebagai penyedia tegangan dan arus dengan
sistem arus searah, kondisi baterai ialah dalam kondisi baik dan nilai pembacaan yang tertera
untuk baterai adalah 8.97 V. Pada komponen penunjang ketiga ialah sekring yang kondisinya
rusak. Fungsi umum dari sakring ialah pemutus jaringan listrik atau menghubungkannya
dengan arus listrik. Spesifikasi yang tertera pada sekring ialah FIL 250 V, dimana tegangan
yang bisa dia hubungkan dan putuskan sebesar 250 volt, huruf F kepanjangan dari Fuse
atau huruf itu adalah lambang dari sakering.
Nilai pembacaan yang diperoleh banyak yang berbeda dengan spesifikasi yang
tertera. Hal itu terjadi, karena adanya ketidaktahuan praktikan dalam menggunakan
multimeter serta komponen-komponen yang digunakan juga telah banyak yang berkarat
sehingga praktikan mengalami kesulitan untuk melihat spesifikasi pada komponen.

KESIMPULAN
1. Bentuk dan simbol dari komponen-komponen elektronika berbeda-beda tetapi ada ciri
khas tertentu dari masing-masing komponen yang memudahkan untuk membedakan atau
mengetahui komponen-komponen elektronika seperti pada IC yang memiliki banyak
kaki, kapasitor cincin yang memiliki pita warna serta transistor yang menyerupai sisir
rambut.
2. Fungsi dari komponen-komponen elektronika berbeda-beda pula. Secara singkatnya
komponen-komponen dibedakan menjadi tiga bagian yaitu komponen aktif yang
umunyaberfungsi sebagai penguat, menghantarkan arus listrik, penstabil tegangan,
mengatur tegangan input dan output, dan lain sebagainya. Kemudian komponen pasif
yang fungsi umumnya ialah sebagai pembatas arus, pembagi tegangan, filter pasif dan
lain sebaginya. Serta komponen penujang yang memiliki fungsi sebagai penghubung,
mempermudah melepas pasang rangkaian dan lain sebaginya.
3. Cara mengecek kondisi pada komponen elektronika berbeda-beda pula, seperi kita harus
mengetahui komponen mana yang berpolaritas, apabila komponen berpolaritas kita harus
menyambungkan kabel dari multimeter ke komponen yang sesuai dengan kaki negatif
atau positifnya, cara yang paling umum dilakukan untuk mengetahui kutub/polar dari
komponen ialah dengan melihat panjang kaki komponen tersebut apabila terdapat kaki
yang lebih panjang dari kaki yang lain maka kaki yang panjang tersebut dikatakan positif.
Dan pada IC kami hanya melihat kelengkapan jumlah kakinya. Bila lengkap IC dapat
dikatakan baik dan bila tidak IC dikatakan tidak rusak.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Jayadin. 2007. ELDAS. http://heru_h.staff.gunadarma.ac.id/ Downloads/files /
37649/eldas.pdf diakses pada tanggal 30 September 2016 pukul 18.15
Elektronika Dasar. 2016. Pengertian Elektronika Dasar. http://elektronikadasar.info
/pengertian-elektronika-dasar.htm diakses tanggal 13 Oktober 2016 pukul 19.30.

Fatma. 2016. Komponen Elektronika Dasar.http://elektronikadasar.info/komponen


-elektronika-dasar.htm diakses tanggal 30 September 2016 pukul 21.00

Kamajaya. 2007. Fisika 1. Jakarta: Erlangga.

Mikarajuddin. 2008. IPA Fisika Jilid 1. Jakarta: Esis.

Raharjo, Dadang Sofian, dan Endang Setyowulan. 2005. Menguasai Teori Dasar
Elektronika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Rangkaian Elektronika. 2016. Pengertian Elektronika. http://rangkaianelektronika.info


/pengertian-elektronika/ diakses tanggal 13 Oktober 2016 pukul 21.15

Anda mungkin juga menyukai