Kata pengantar..........................................................................................i
Daftar isi......................................................................................... ii
BAB I. Pendahuluan................................................................................ 2
1.1. Latar belakang.................................................................... 2
1.2. Rumusan masalah............................................................... 2
1.3. Tujuan......................................................................... 2
1.4. Manfaat....................................................................... 2
BAB VI.Penutup14
4.1.Kesimpulan.......14
4.2.Saran.....14
DAFTAR PUSTAKA... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan
pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Kegiatan tersebut akan
menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah meningkatnya
derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya antara lain adalah
sampah dan limbah medis maupun non medis yang dapat menimbulkan penyakit
dan pencemaran yang perlu perhatian khusus. Oleh karenanya perlu upaya
penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat
dan karyawan akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari sampah
maupun limbah rumah sakit. Sampah atau limbah rumah sakit dapat mengandung
bahaya karena dapat bersifat racun, infeksius dan juga radioaktif.
Karena kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, maka rumah sakit
menjadi depot segala macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan dapat pula
sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu dihuni, dipergunakan, dan
dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah terhadap penyakit. Di tempat
ini dapat terjadi penularan baik secara langsung (cross infection), melalui
kontaminasi benda-benda ataupun melalui serangga (vector borne infection)
sehingga dapat mengancam kesehatan masyarakat umum.
1.3. Tujuan
- Agar masyarakat mengetahui sifat dan pengaruh limbah rumah sakit terhadap
kesehatan
- Mengetahui jenis-jenis limbah rumah sakit.
1.4. Manfaat
Dari gagasan inpemereintah dapat mengetagui potensi dari limbah dengan baik
tidak hanya membuang dengan begutu saja.
Masarakat juga mengharapkan kepada pemerintah agar menangni limbah dengan
baik.pada sat ini masih banyak janjangn kosong yang belum dimanfatkan sebagai
mana mestrinya
BAB II
PEMBAHASAN
Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi,
veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan
yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk limbah klinis
bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
4) Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik didalamnya
harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc
5) Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat,
obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah
yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
6) Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
7) Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat
berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan
bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas. Limbah cair yang dihasilkan
rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
8)Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang
terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
1) Pemisahan
Golongan A
Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang terkontaminasi dari
ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak penampungan limbah klinis
yang mudah dijangkau bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat
produksi sampah Kantong plastik tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu
hari sekali atau bila sudah mencapai tiga perempat penuh. Kemudian diikat kuat
sebelum diangkut dan ditampung sementara di bak sampah klinis.
Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai tiga
perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah tersebut
kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut :
a) Sampah dari haemodialisis
Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga digunakan
autoclaving, tetapi kantung harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa sehingga uap
panas bisa menembus secara efektif.
(Catatan: Autoclaving adalah pemanasan dengan uap di bawah tekanan dengan
tujuan sterilisasi terutama untuk limbah infeksius).
b) Limbah dari unit lain :
Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin bisa
menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman.
Prosedur yang digunakan untuk penyakit infeksi harus disetujui oleh pimpinan
yang bertanggungjawab, kepala Bagian Sanitasi dan Dinas Kesehatan c/q Sub Din
PKL setempat.
Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak
limbah klinis atau kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan dengan
incinerator.
Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan
incinerator. Incinerator harus dioperasikan di bawah pengawasan bagian sanitasi
atau bagian laboratorium.
Golongan B
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup.
Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bilamana
penuh (atau dengan interval maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya
diikat dan ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan
dimasukkan dengan incinerator.
- Penampungan 7
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan.
Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau
pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang ditunjuk), sampah
tersebut hendaknya :
a) Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
b) Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan
dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah
ditentukan secara terpisah.
c) Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes,
dan disediakan sarana pencuci.
d) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan
bebas dari infestasi serangga dan tikus.
e) Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)
Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi bisa
digolongkan dalam sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain sambil
menunggu pengangkutan.
- Pengangkutan
Bila tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ke tempat
lain :
a) Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut.
Dan harus dilakukan upaya untuk men-cegah kontaminasi sampah lain yang
dibawa.
8
b) Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi
kebocoran atau tumpah.
B) Limbah Cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahan-
bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan
Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:
(2) Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)
Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota, karena
tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat atau elips, dan air
limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan
oksigen dari udara (aerasi). Kemudian air limbah dialirkan ke bak sedimentasi
untuk mengendapkan benda padat dan lumpur. Selanjutnya air yang sudah jernih
masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan umum atau sungai. Sedangkan
lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan pada Sludge drying bed (tempat
pengeringan Lumpur). Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari :
1. Pump Swap (pompa air kotor)
2. Oxidation Ditch (pompa air kotor)
3. Sedimentation Tank (bak pengendapan)
4. Chlorination Tank (bak klorinasi)
5. Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak).
9
6. Control Room (ruang kontrol)
10
a. Penimbulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )
Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang
kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan
dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan
limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3,
pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk
efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.
b. Penampungan
Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor
atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak
overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan
standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang
bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no.
986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang
biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol
citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol
radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan
domestik
c. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan
eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat
pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan
internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan
dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi
dan pakaian kerja khusus.
Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat
pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur
pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut
termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam
kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.
d.Pengolahan dan Pembuangan
Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis
tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan
dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap
masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin
diterapkan adalah :
a. Incinerasi
b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu 121
C)
c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau
formaldehyde) 11
d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia
sebagai desinfektan)
e. Inaktivasi suhu tinggi
f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60
g. Microwave treatment
h. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)
i. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang
terbentuk.
Incinerator
Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di
rumah sakit antara lain : ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume
sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan
pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur
pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu,
serta perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.
Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume sampah,
dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik menjadi non
toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas,
pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan
untuk mengisi tanah yang rendah. Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis
sampah dapt dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat
menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution control
berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu). Hasil pembakaran
berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang
rendah. Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui
sarana pengolah pencemar udara yang sesuai.
12
BAB III
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN DAMPAK
PEMBUANGAN
LIMBAH RUMAH SAKIT TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
4.1. Kesimpulan
Toksikologi limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara
umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya diantaranya limbah benda tajam, limbah infeksius tubuh,
limbah sitotoksik, limbah kimia, limbah radioaktif , limbah plastik.
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap lingkungan dan kesehatan antara lain
gangguan kenyamanan dan estetika, kerusakan harta benda, kesehatan manusia,
reproduksi, dan ganguan terhadap tanaman maupun binatang. Oleh karena itu
limbah harus dikelola dengan baik dengan cara memisahkan limbah padat dan cair,
dan membuangnya di tempat yang sudah ditentukan.
4.2. saran
Adanya toksikologi limbah rumah sakit, disarankan agar pengguna berhati
hati dalam penggunaan alat atau bahan yang berasal dari rumah sakit, agar tidak
menimbulkan efek negatif pada tubuh.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M., 2008, Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Hindarko ,5 15. Ir. 2003. Mengolah limbah supayah tidak mencemari orang lain.
Jakarta.
Dalam pengelolaan limbah padat baik medis maupun non medis, rumah sakit
diwajibkan melakukan pemilahan limbah dan menyimpannya dalam kantong
plastik yang berbeda beda berdasarkan karakteristik limbahnya. Limbah domestik
di masukkan kedalam plastik berwarna hitam, limbah infeksius kedalam kantong
plastik berwarna kuning, limbah sitotoksic kedalam warna kuning, limbah
kimia/farmasi kedalam kantong plastik berwarna coklat dan limbah radio aktif
kedalam kantong warna merah. Disamping itu rumah sakit diwajibkan memiliki
tempat penyimpanan sementara limbahnya sesuai persyaratan yang ditetapkan
dalam Kepdal 01 tahun 1995.
Dalam hal ini banyak fakta yang dapat kita temukan bahwa penanganan limbah
medis lebih dominan menggunakan system inceneration, karena dari segi biaya
lebih murah selain itu dapat mengurangi massa dan volume sehingga untuk
penanganan berikutnya menjadi lebih mudah. Limbah dapat ditangani dalam waktu
yang relatif lebih singkat daripada pengolahan secara biologi maupun sistem
landfill dan area yang dibutuhkan relatif lebih kecil.
1. Tahapan pertama adalah limbah atau sampah dalam sampah menjadi uap air,
hasilnya limbah menjadi kering dan siap terbakar.
Suplay oksigen dari udara luar ditambahkan agar terjadi oksidasi sehingga materi-
materi limbah akan teroksidasi dan menjadi mudah terbakar, dengan terjadi proses
pembakaran yg sempurna, asap yg keluar dari cerobong menjadi transparan.
Proses Insinerator :
Insinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam waktu
relative singkat mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga menjadi
abu. Pembakaran sampah ini digunakan dengan sistem pembakaran bertingkat
(double chamber), sehingga emisi yang melalui cerobong tidak berasap dan tidak
berbau, dan menggunakan sitem cyclon yang pada akhirnya hasil pembakaran
tidak memberikan pengaruh polusi pada lingkungan.
Keseluruhan kinerja incinerator yang saat ini diterapkan di beberapa negara maju
dapat dibagi pada beberapa tahapan proses yaitu :
2. Proses pembakaran;