Anda di halaman 1dari 5

PROBLEMATIKA SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA

LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif
dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang, dan pendidikan nasional Indonesia adalah
pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya
dan program yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, Pendidikan
keturunan dan pendidikan lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan yuridis, Kurikulum
dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan.
Berangkat dari definisi di atas maka dapat difahami bahwa secara formal sistem pendidikan indonesia
diarahkan pada tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal dalam rangka mewujudkan peradaban
bangsa Indonesia yang bermartabat. Namun demikian, sesungguhnya sistem pendidikan indonesia
saat ini tengah berjalan di atas rel kehidupan sekulerisme yaitu suatu pandangan hidup yang
memisahkan peranan agama dalam pengaturan urusan-urusan kehidupan secara menyeluruh,
termasuk dalam penyelenggaran sistem pendidikan. Meskipun, pemerintah dalam hal ini berupaya
mengaburkan realitas (sekulerisme pendidikan) yang ada sebagaimana terungkap dalam UU
No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan, Pendidikan nasional bertujuan
membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan
berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Kondisi ini menunjukan adanya hubungan yang berarti antara penyelenggaraan pendidikan dengan
kualitas pembangunan sumber daya manusia indonesia yang dihasilkan selama ini, meskipun masih
ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhinya.

PERMASALAHAN
Dalam memetakan masalah pendidikan maka perlu diperhatikan realitas pendidikan itu sendiri yaitu
pendidikan sebagai sebuah subsistem yang sekaligus juga merupakan suatu sistem yang kompleks.
Gambaran pendidikan sebagai sebuah subsistem adalah kenyataan bahwa pendidikan merupakan
salah satu aspek kehidupan yang berjalan dengan dipengaruhi oleh berbagai aspek eksternal yang
saling terkait satu sama lain. Aspek politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan-keamanan, bahkan
ideologi sangat erat pengaruhnya terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan, begitupun
sebaliknya. Sedangkan pendidikan sebagai suatu sistem yang kompleks menunjukan bahwa
pendidikan di dalamnya terdiri dari berbagai perangkat yang saling mempengaruhi secara internal,
sehingga dalam rangkaian input-proses-output pendidikan, berbagai perangkat yang
mempengaruhinya tersebut perlu mendapatkan jaminan kualitas yang layak oleh berbagai stakeholder
yang terkait.

1. Permasalahan Pendidikan Sebagai Suatu Sub-Sistem

2. Permasalahan Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Kompleks


a. Pemerataan Pendidikan
1) Keterbatasan Aksesibilitas dan Daya Tampung
2) Kerusakan Sarana/ Prasarana Ruang Kelas

3) Kekurangan Jumlah Tenaga Guru


3. Pengelolaan dan Efisiensi
a. Kinerja dan Kesejahteraan Guru Belum Optimal
b. Proses Pembelajaran Yang Konvensional
c. Jumlah dan Kualitas Buku Yang Belum Memadai
d. Penyelenggaraan Otonomi Pendidikan
e. Keterbatasan Anggaran
f. Mutu SDM Pengelola Pendidikan
4. Relevansi pendidikan
a. Belum Menghasilkan Life Skill Yang Sesuai
b. Pendidikan Yang Belum Berbasis Pada Masyarakat dan Potensi Daerah
c. Belum Optimalnya Kemitraan Dengan Dunia Usaha/ Dunia Industri

SOLUSI PERMASALAHAN

1. Solusi Masalah Mendasar

Penyelesaian masalah mendasar tentu harus dilakukan secara fundamental. Penyelesaian itu
hanya dapat diwujudkan dengan melakukan perombakan secara menyeluruh yang diawali dari
perubahan paradigma pendidikan sekular menjadi paradigma Islam. Hal ini sangat penting dan
utama. Artinya, setelah masalah mendasar diselesaikan, barulah berbagai macam masalah
cabang pendidikan diselesaikan, baik itu masalah aksesibilitas pendidikan, relevansi
pendidikan, pengelolaan dan efisiensi, hingga kualitas pendidikan
Solusi masalah mendasar itu adalah dengan melakukan pendekatan sistemik yaitu secara
bersamaan melakukan perubahan paradigma dalam penyelenggaraan sistem ekonomi yang
kapitalistik menjadi islami, tatanan sosial yang permisif dan hedonis menjadi islami, tatanan
politik yang oportunistik menjadi islami, dan ideologi kapitalisme-sekuler menjadi mabda islam,
sehingga perubahan sistem pendidikan yang materialistik juga dapat diubah menjadi
pendidikan yang dilandasi oleh aqidah dan syariah islam sesuai dengan karakteristiknya.
Perbaikan ini pun perlu dilanjutkan dalam perbaikan aspek formalitas, yaitu dengan dibuatnya
regulasi tentang pendidikan yang berbasiskan pada konsep syariah islam.
Salah satu bentuk nyata dari solusi mendasar itu adalah mengubah total UU Sistem
Pendidikan yang ada dengan cara menggantinya dengan UU Sistem Pendidikan (Syariah)
Islam. Hal paling mendasar yang wajib diubah tentunya adalah asas sistem pendidikan. Sebab
asas sistem pendidikan itulah yang menentukan hal-hal paling prinsipil dalam sistem
pendidikan, seperti tujuan pendidikan dan struktur kurikulum.

2. Solusi Untuk Permasalahan Derivat

Seperti diuraikan di atas, selain adanya masalah mendasar, sistem pendidikan di Indonesia
juga mengalami masalah-masalah cabang, antara lain :
1) Keterbatasan aksesibilitas dan daya tampung,
2) Kerusakan sarana dan prasarana,
3) Kekurangan tenaga guru,
4) Kinerja dan kesejahteraan guru yang belum optimal,
5) Proses pembelajaran yang konvensional,
6) Jumlah dan kualitas buku yang belum memadai,
7) Otonomi pendidikan. Keterbatasan anggaran
9) Mutu SDM Pengelola pendidikan
10) Life skill yang dihasilkan tidak sesuai kebutuhan
11) Pendidikan yang belum berbasis masyarakat dan lingkungan
12) Kemitraan dengan DU/DI

Untuk menyelasaikan masalah-masalah cabang di atas, diantaranya juga tetap tidak bisa
dilepaskan dari penyelesaian masalah mendasar. Sehingga dalam hal ini diantaranya secara
garis besar ada dua solusi yaitu: Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah
sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, antara lain: sistem ekonomi,
sistem politik, sistem sosial, ideologi, dan lainnya. Dengan demikian, penerapan ekonomi
syariah sebagai pengganti ekonomi kapitalis ataupun sosialis akan menyeleraskan paradigma
pemerintah dan masyarakat tentang penyelenggaraan pendidikan sebagai salah satu bentuk
kewajiban negara kepada rakyatnya dengan tanpa adanya pembebanan biaya yang
memberatkan ataupun diskriminasi terhadap masyarakat yang tidak memiliki sumber dana
(capital). Penerapan sistem politik islam sebagai pengganti sistem politik sekuler akan
memberikan paradigma dan frame politik yang dilakukan oleh penguasa dan masyarakat
sebagai bentuk perjuangan untuk menjamin terlaksananya pengaturan berbagai kepentingan
ummat oleh penguasa termasuk diantaranya dalam bidang pendidikan. Sehingga bukan malah
sebaliknya menyengsarakan ummat dengan memaksa mereka agar melayani penguasa.
Penerapan sistem sosial yang islami sebagai pengganti sistem sosial yang hedonis dan
permisif akan mampu mengkondisikan masyarakat agar memiliki kesadaran yang tinggi
terhadap kewajiban terikat pada hukum-hukum syariat sehingga peran mereka dalam
mensinergiskan pendidikan di sekolah adalah dengan memberikan tauladan tentang aplikasi
nilai-nilai pendidikan yang diperoleh siswa di sekolah.

Kedua, solusi teknis, yakni solusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan internal dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan. Diantaranya: Secara tegas, pemerintah harus mempunyai
komitmen untuk mengalokasikan dana pendidikan nasional dalam jumlah yang memadai yang
diperoleh dari hasil-hasil eksploitasi sumber daya alam yang melimpah yang merupakan milik
ummat. Dengan adanya ketersediaan dana tersebut, maka pemerintahpun dapat
menyelesaikan permasalahan aksesibilitas pendidikan dengan memberikan pendidikan gratis
kepada seluruh masyarakat usia sekolah dan siapapun yang belum bersekolah baik untuk
tingkat pendidikan dasar (SD-SMP) maupun menengah (SLTA), bahkan harus pula berlanjut
pada jenjang perguruan tinggi. merekrut jumlah tenaga pendidik sesuai kebutuhan di lapangan
disertai dengan adanya jaminan kesejahteraan dan penghargaan untuk mereka.
Pembangunan sarana dan prasarana yang layak dan berkualitas untuk menunjang proses
belajar-mengajar. Penyusunan kurikulum yang berlandaskan pada nilai-nilai syariah (Al-Quran
dan As-Sunnah). Melarang segala bentuk kapitalisasi dan komersialisasi pendidikan baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta menjamin terlaksananya pendidikan yang berkualitas
dengan menghasilkan lulusan yang mampu menjalani kehidupan dunia dengan segala
kemajuannya (setelah menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan teknologi serta seni baik
yang berasal dari islam maupun hadharah am) dan mempersiapkan mereka untuk
mendapatkan bagiannya dalam kehidupan di akhirat kelak dengan adanya penguasaan
terhadap tsaqofah islam dan ilmu-ilmu keislaman lainnya.

3. Solusi dari tokoh Pendidikan

Gurunya adalah putera daerah yang kompeten, petani/peternak/pengrajin/pengusaha sukses


di daerahnya. Pemerintah/ Komunitas daerah hanya perlu merekrut 2 orang PAEDAGOGE dan
PSIKOLOG per Kabupaten untuk menyusun kurikulum berbasis POTENSI BISNIS di daerah.
Perpustakaan difokuskan kepada pengembangan potensi daerah ini.Dengan begitu,
pendidikan atau sekolah benar2 menjadi tempat dimana BUSINESS dilahirkan, dihidupkan dan
diimplementasikan dalam dunia nyata untuk menghidupkan Kesholehan Sosial dan
Kesholehan Ekonomi di Daerah. [Harry Santosa]

Tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi dari guru/dosen yang harus ditingkatkan sebagai
insentif dalam proses mengajar serta semakin banyak sekolah yang mempunyai fasilitas yang
memadai tetapi masih terlalu besar poverty gap antara sekolah di kota dan di desa." Prioritas
yang paling mendesak dilakukan pemerintah saat ini menurut Syamsul adalah perbaikan gaji,
perbaikan kurikulum, perbaikan peraturan/regulasi, dan pendistribusian subsidi pemerintah
yang adil dan menyeluruh. Selain itu kemampuan guru dan dosen sendiri harus ditingkatkan
baik melalui intensive training dan self-learning seperti research, menulis di jurnal dll.
Seharusnya hal-hal seperti inilah yang harus ditingkatkan oleh pemerintah untuk meningkatkan
mutu para pendidik itu sendiri. Good educators mean good education dan diharapkan akan
menghasilkan para lulusan yang bermutu dan siap kerja. (Syamsul Arief Rakhmadani, seorang
staff pengajar di INTI College)

Mengutif dari DR.H.Arief Rahman,MPd,sebagai Executive Chairman of Indonesian National


Commision untuk Lembaga PBB UNESCO ini, adalah Mutu Guru. Di mana kesejahteraan
mereka para guru harus diperhatikan dan diperbaiki, akademisnya juga harus diperbaiki, pola
mengajarnya juga harus diperbaiki. Bangsa dan negara ini juga mempunyai andil dalam
kesalahan besar terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Maksud saya adalah seolah-olah
semua masalah besar pada pendidikan dibebankan atau ditujukan kepada Pemerintah saja,
padahal itu adalah tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia juga atau tanggung jawab kita
bersama. Saya beri contoh, jika ada sesuatu yg tidak beres dalam tatanan dunia pendidikan
seharusnya kita tanyakan dulu kepada diri kita sendiri tentang permasalahan itu, dan kita
berusaha ikut berpartisipasi positif dan aktif di dalam memajukan sistem pendidikan di
Indonesia. Jangan hanya menyalahkan pemerintah saja. Dalam hal ini pemerintah itu hanya
memberikan rambu-rambu pendidikan yang fleksibel yang dapat kita rembukan atau diskusikan
bersama untuk hal perubahan atau penambahan di dalam rambu2 tersebut".

Menurut Syamsul yang mengidolakan Mr.Peter O'Donnell salah satu senior lecturer di Monash
University dulu, ada dua hal yang menjadi tantangan terbesar bagi dunia pendidikan di
Indonesia menghadapi era globalisasi dunia sekarang. Yang pertama adalah Teknologi.
Minimnya pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi kemampuan para edukator. Saya
yakin bahwa banyak guru-guru yang tidak mengetahui adanya internet sedangkan para murid
sudah technology-aware. Yang kedua, masuknya sekolah plus dengan overseas syllabus.
Tantangan ini bisa berdampak positif dan berdampak negatif, tergantung dari perspektif mana
kita melihatnya. Syllabus dari luar negeri tidak sepenuhnya sempurna seperti yang dipikirkan
oleh banyak orang, banyak hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi Indonesia. Tetapi di lain
sisi, overseas syllabus maupun sekolah plus akan memberikan nilai tambah tersendiri dan
mungkin akan menjadikan suatu warning bahwa era globalisasi has truly arrived. Dan kita
berharap pemerintah mempunyai peraturan yang mengatur sekolah plus dan syllabus-nya.

Anda mungkin juga menyukai