DERMATOMIKOSIS SUPERFISIAL
Pembimbing :
dr. Chadijah Rifai, Sp.KK
Oleh :
Gisni Luthviatul (2012730128)
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. NONDERMATOFITOSIS
A. Pitriasis versikolor
B. Piedra
C. Tinea nigra
A. Pitiriasis Vesikolor
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
3
Pitiriasis vesikolor disebabkan oleh Malassezia spp. Ragi bersifat
lipofilik yang merupakan flora normal pada kulit. Jamur ini bersifat
dimorfik, bentuk ragi dapat berubah menjadi hifa. Dahulu ragi ini
digolongkan sebagai genus Pityrosporum (terdiri atas sporum ovale dan
Pityrosporum orbi- culare), tetapi kemudian mengalami reklasifikasi
sebagai genus Malassezia. Berdasarkan analisis genetik, diidentifikasi 6
spesies lipofilik pada kulit manusia yakni M. furfur, M. sympodialis, M.
globosa, M. restricta, M. slooffiae, M. obtusa; dan satu spesies yang
kurang lipofilik dan biasa terdapat pada kulit hewan, M pachydermatis.
Selanjutnya dilapor kan spesies lain: M. dermatis, M yaponica, M. nana
M caprae, M equine. Sifat lipofilik menyebabkan ragi ini banyak
berkolonisasi pada area yang kaya sekresi kelenjar sebasea. Beberapa
studi terpisah menunjukkan bahwa M. globosa banyak berhubungan
dengan PV, tetapi studi lain menunjukkan bahwa M sympodialis dan M
furfur yang predominan pada PV1
Patogenesis
4
melanosom yang lebih besar dari normal. Lapisan keratin yang lebih tebal
juga dijumpai pada lesi hiperpigmentasi. 1
Gambaran Klinis
Gambar 1. Gambar 2.
5
Gambar 3. Gambar 4.
Pemeriksaan Penunjang
6
Pada pemeriksaan dengan KOH 10-20% tampak dermatofit yang
memiliki septa dan percabangan hifa.4
Diagnosis Banding
Tatalaksana
Prognosis
B. Piedra
Definisi
7
Piedra adalah infeksi jamur pada helai rambut, ditandai dengan
benjolan (nodul) sepanjang rambut. Dikenal 2 jenis, piedra hitam, yang
disebabkan jamur Piedraia hortae, dan piedra putih yang dulu dianggap
disebabkan oleh Trichosporon beigelli, ternyata kemudian terbukti
disebabkan oleh beberapa spesies genus Trichosporon antara lain T
ovoides, T. inkin, T asahii..2
Epidemiologi
Etiologi
Patogenesis
Gejala Klinis
8
melekat erat pada rambut, berukuran mikroskopis sampai 1 milimeter.
Bila rambut disisir akan terdengar suara bergelitik, dan rambut sering
patah.1
Pemeriksaan penunjang
Diagnosa Banding
9
Piedra perlu dibedakan anatar lain dengan pedikulosis kapitis,
trikoreksis nodosa, trikomikosis aksilaris, serta berbagai kelainan kulit
kepala dengan gambaranklinis berupa skuama.3
Tatalaksana
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
Patogenesis
10
jamur ini biasa hidup di tanah, saluran pembuangan air, dan tanaman
busuk. Infeksi timbul akibat inoklusi jamur setelah trauma, dengan masa
inkubasi 2-7 minggu. Penularan dari orang lain jarang terjadi. Tidak ada
faktor predisposisi.1
Gejala Klinis
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Banding
Tatalaksana
11
Tidak ada pencegahan yang khusus. Pengobatan terhadap penyakit
ini dapat dilakukan dengan cara5:
Obat topikal
1. Obat keratolitik : Salep Whitfield(=AAV II, berisi asidum salisilikum
6%, asidum
benzoikum 12% dalam vaselin album ) dioleskan pagi dan malam.
2. Salep AAV I (half strengh Whitfield ointment) tidak efektif.
3. Krim asam Undesilenik 2-3 minggu
4. Krim Imidazol : mikonazol, klotrimazol, ketokonazol dioleskan 2 x
sehari.
5. Krim Terbinafin
6. Asam Retinoid
7. Ciclopirox
Obat topikal dilanjutkan selama 2-4 minggu sesudah sembuh
klinis untuk mencegah kambuh, minimal 3 minggu pengobatan.
Dianjurkan dikerok / dikupas dengan penempelan cellophane tape
(selotip) terlebih dahulu, baru diolesi obat topikal.5
Obat oral
Indikasi obat oral adalah bila setelah pengobatan topikal yang
adekuat tidak sembuh. Obat yang dapat diberikan1 :
1. Ketokonazol 200 mg/ hari selama 3 minggu.
2. Itrakonazol
Prognosa
II. DERMATOFITOSIS
PENDAHULUAN
12
Dermatofitosis adalah salah satu kelompok dermatomikosis
superfisialis yang disebabkan oleh jamur dermatofit, terjadi sebagai reaksi
pejamu terhadap produk metabolit jamur dan akibat invasi oleh suatu
organisme pada jaringan hidup. Terdapat tiga langkah utama terjadinya
infeksi dermatofi, yaitu perlengketan dermatofit pada keratin penetrasi
melalui dan diantara sel, serta terbentuknya respon pejamu.4
Definisi
Epidemiologi
13
penyebab tnea kapitis ditemukan pada sisir, topi, sarung bantal, mainan
anaj-anak atau bahkan kursi di gedung teater.4
Etilogi
Klasifikasi
14
4. Tinea Pedis et Manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan
1. Tinea Kapitis
Kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
spesies dermatofita. Kelianan ini ditandai dengan lesi bersisik,
kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran
klinis yang lebih berat, yang disebut korion. Di klinik tinea
kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas,5 yaitu:
a. Gray patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya
disebabkan Microsporum dan sering ditemukan pada anak-
anak. Penyakit ini mulai dengan papul merah kecil di sekitar
rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang
menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa
gatal. Rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut
mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah
dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di
daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk
alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey
patch (Gambar 8). Pada pemeriksaan dengan lampu Wood
dapat dilihat flouresensi hijau kekuning-kuningan pada rambut
yang sakit melampaui batas-batas grey patch tersebut. 5
15
Gambar 8. Grey patch
16
alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-
kadang dapat terbentuk.5
2. Tinea Pedis
Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada
sela-sela jari dan telapak kaki.5
1. Tinea pedis yang tersering dilihat adalah bentuk
interdigitalis. Di antara jari IV dan V terlihat fisura yang
dilingkari sisik halus dan tipis (Gambar 11). Oleh karena
daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek
klinis maserasi kulit putih dan rapuh. Cenderung meluas
ke sela jari lain.5
17
Gambar 11. Tinea interdigitalis
2. Bentuk lain ialah yang disebut moccasin foot. Pada
seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki
terlihat kulit menebal dan bersisik (Gambar 12). Eritema
biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi
lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan
kadang-kadang vesikel.5
18
Gambar 12. Moccasin foot.
19
3. Tinea Unguium
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita. Terdapat beberapa bentuk klinis5,7:
1. Subungual distalis
Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku.
Proses ini mejalar ke proksimal dan di bawah kuku
terbentuk sisa kuku rapuh. Apabila proses berjalan terus,
maka permukaan kuku bagian distal akan hancur dan
terlihat hanya kuku rapuh yang menyerupai kapur
(Gambar 14).5,7
2. Leukonikia trikofita
Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau
keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk
dibuktikan adanya elemen jamur (Gambar 15). Kelainan
ini dihubungkan dengan Trichophyton mentagrophytes
sebagai penyebabnya. 1,6
3. Subungual proksimal
20
Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal
terutama menyerang kuku dan membentuk gambaran
klinis yang khas, yaitu terlihat kuku di bagian distal masih
utuh, sedangkan proksimal rusak (Gambar 16).5,7
4. Tinea Kruris
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah
perineum, dan sekitar anus. Kelianan ini bersifat akut atau
menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung
seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah sekitar anus,
daerah gluteus dan perut bagian bawah. Lesi berbatas tegas,
peradangan pada tepi lebih nyata dari pada daerah tengahnya.
Apabila penyakit ini menahun, dapat berupa bercak hitam disertai
sedikit sisik (Gambar 17).5,7
21
Gambar 17. Tinea kruris
5. Tinea Korporis
Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh
tidak berambut. Kelainan yang dilihat dalam klik merupakan lesi
bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritem, skuama,
kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah
tengahnya biasanya lebih tenang, kadang terlihat erosi akibat
garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak
terpisah dengan yang lainnya. Lesi di pinggir polisiklik, karena
beberapa lesi kulit menjadi satu (Gambar 18).5
22
Tatalaksana
Terapi Oral
- Griseofulvin : dewasa (0,5-1 gr/hari)
Anak-anak (0,25-0,5 gr/hari atau 10-25mg/kgBB/hari)
Setelah sembuh klinis pengobatan dilanjutkan hingga 2 minggu.
- Ketokonazol 200mg/hari selama 10 hari- 2 minggu.
Kontraindikasi pada penderita kelainan hepar.
- Itrakonazol 2x100-200mg/hari selama 3 hari.
- Terbinafin, dosis 62,5mg-250mg selama 2-3 minggu. Efek
samping gangguan gastrointestinal track.1
Topikal
- Asam salisil 2-4%
- Asam benzoate 6-12%
- Sulfur 4-6%
- Vioform 3%
- Asam undesilenat 2-5%
- Zat warna hijau brilian 1%
- siklopiroksamin
23
III. Dermatomikosis Profunda
1. Misetoma
Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif, dan granulomatosa yang
dapat disebabkan bakteri Actinomyces dan Nocardia yang termasuk
Schizomycetes dan Eumycetes atau jamur berfilamen. Terdapat 2
jenis misetoma, yaitu: misetoma aktinomikotik (bacterial mycetoma)
dan misetoma maduromikotik (fungal mycetoma/eumycetoma)
a. Misetoma aktinomikotik (bacterial mycetoma)
a) Definisi dan etiologi
Aktinomikosis adalah penyakit infeksi jamur kronik
dengan nodulus-nodulus supuratif, granulomatosa disertai
sinus-sinus yang mengeluarkan eksudat purulen. Jamur
penyebabnya adalah Actinomadura pelletieri, Nocardia
brasiliensis dan Streptomyces somaliensis.
b) Gambaran klinis
Aktinomikosis servikofasialis merupakan infeksi primer
yang terjadi secaraendogen, karena adanya faktor predisposisi
berupa trauma pada jaringan,misalnya setelah pencabutan gigi.
Mikroorganisme penyebab dapat menjalar ke jaringan lunak di
sekitar perkotinuitatum, terutama pada mandibula.
Aktinomikosis servikofasialis menyebabkan
pembengkakan yang pada mulanya tidak khas pada bagian
mandibula, namun dapat berubah menjadi keras seperti papan
dengan permukaan yang berbenjol (lampy jaw), diikuti
dengan pembentukan abses dan fistul ekstra oral. Bila infeksi
mengenai otot yang berperan dalam fungsi pengunyahan dapat
menyebabkan gejala trismus. Diagnosis laboratoris dilakukan
dengan memeriksa pus dari lesi berupa granula aktinomikotik.
c) Diagnosis : Pemeriksaan pus dari lesi yang berupa granula
aktinomikotik (sulfur granules)
d. Terapi : Aktinomikosis memiliki prognosis yang baik, obat
penicilin masih merupakan terapi untuk aktinomikosis
24
Maduromikosis merupakan penyakit jamur sistemik yang
mengenai tungkai atau kaki, unilateral, menahun, granulomatous
dengan pembentukan fistula yang disebabkan oleh jamur golongan
Madurella mycetomatis, Scedosporium apiospermum
(Pseudoallscheria boydii), Madurella grisea, Leptosphaeria
sinegalensis.
b) Gambaran klinis
Sakit dibedakan dari aktinomikotik yang disebabkan oleh
Actinomyces aerob. Pada tempat terjadinya trauma pada kaki atau
tungkai, mula-mula terjadi benjolan atau satu daerah yang
mengeras dengan pembentukan vesikula-vesikula disekelilingnya
yang kemudian berubah menjadi abses dibagian dalamnya, yang
sering tidak diketahui dari luar.
Abses dapat pecah dan mengeluarkan cairan serous berisi
butir-butir jamurnya. Butir-butir ini disebut granula
maduromikotik berwarna putih, kuning, merah atau hitam
c) Diagnosa
Dengan pemeriksaan mikroskopik, pembiakan dan biopsy.
Pada pemeriksaan mikroskopik granula maduromikotik berbentuk
oval, penuh dengan potongan-potongan hifa, bercabang,
bersegmen dan lebar-lebar. pada biakan dengan menggunakan
media SGA akan tumbuh koloni berfilamen yang khas untuk
masing-masing spesies jamurnya. Pada potongan jaringan
misetoma dapat berwarna-warni. Dengan pewarnaan HE dan PAS
akan tempak granula yang lonjong dikelilingi oleh nanah dan sel
makrofag atau sel-sel datia.
d) Pengobatan
Maduromikosis esisten terhadap pengobatan. Bila tulang
telah terkena, pengobatannya deilakukan secara amputasi tetapi
bila tulang terkena dapatdiberika amfoterisin A. bila ada infeksi
sekunder dari bakteri dapat diberikan antibiotic.
Gejala klinis
Biasanya terdiri atas pembengkakan,abses, sinus, dan fistel
multiple. Di dalam sinus ditemukan butir-butir (granules)
25
yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melalui
eksudat.Berhubungan dengan penyebabnya, misetoma yang
disebabkan Actinomyces disebut Actinomycotic mycetoma yang
disebabkan bakteri botryomycosis dan yang disebabkan jamur
berfilamen dinamakan maduromycosis biasanya merupakan lesi kulit
yang sirkumskrip dengan pembengkakan seperti tumor jinak dan
harus disertai butir-butir. Inflamasi dapat menjalar dari permukaan
sampai ke bagian dalam dapat menyerang subkutis, fasia, otot, dan
tulang. Sering berbentuk fistel yang mengeluarkan eksudat.
Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan
urain di atas. Namun bila disokong dengan gambaran histologik dan
hasil biakan, diagnosis akan lebih meyakinkan. Lagi pula penentuan
spesies penyebab sangat penting artinya untuk terapi dan prognosis.
Pengobatan
Pengobatan misetoma biasanya harus disertai reseksi radikal,
bahkan amputasi kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Obat-obat
misalnya kombinasi kotrimoksazol dengan streptomisin dapat
bermanfaat, bila penyakit yang dihadapi adalah misetoma
aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama (9 bulan-
1tahun) dan bila kelainan belum meluas benar. Obat-obat baru
antifungal misalnya itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk
misetoma maduromikotik.
Prognosis
Prognosis quo ad vitam umumnya baik. Pada maduromikosis
prognosis quo adsanationam tidak begitu baik tidak begitu baik bila
dibandingkan aktinomikosis atau botriomikosis. Diseminasi limfogen
atau hematogen dengan lesi pada alat-alat dalam merupakan
pengecualian.
26
2. Kromomikosis
Kromomikosis adalah infeksi jamur kronis pada kulit dan subkutan,
yang berbentuk noduli verukosa. Penyakit ini disebabkan oleh jamur
golongan dermatiaceae, yaitu jamur yang berwarna gelap. Ada
beberapa jenis, yaitu Cladosporium carionii, Phialophora
verrucosa, Fonsecae perdrosoi, H.compactum.
Penyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang
perlahan-lahan sehinggaakhirnya membentuk vegetasi papilomatosa
yang besar. Pertumbuhan ini dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya
ada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi di tempat lain
pernahditemukan, misalnya pada tangan, muka, leher, dada, dan
bokong.
27
3. Sporotrikosis
Sporotrikosis adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh
Sporotrichium schenkii dan ditandai dengan pembesaran kelenjar
getah bening. Kulit dan jaringan subkutis diatas nodus bening sering
melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen.
Umumnya mudah dibuat berdasarkan kelainan kulit yang
multiple yang umunya khas. Penyakit ini umumnya ditemukan pada
pekjerja hutan maupun petani. Selain gejala klinis, yang dapat
menyokong diagnosis adalah pembiakan terutama pada mencit atau
tikus dan pemeriksaan histopatologik.
- Tipe limfokutan
Bentuk ini paling sering dijumpai. Bentuk klasik dimulai dengan
papula merah muda dan tidak sakit, pustula dan nodus yang
kemudian mengalami ulserasi dengan dasar nekrosis di daerah
inokulasi, disebut sebagai Sporotrikosis chancre. Infeksi kemudian
meluas mengikuti aliran getah bening secara asenden dan
28
membentuk satu rantai nodus subkutan yang keras seperti tali
dalam waktu beberapa minggu.
Pada tipe ini infeksi terbatas pada kulit, pembuluh getah bening dan
jaringan subkutan. Bila terjadi penurunan imunitas akan terjadi
infeksi sistemik. Infeksi primer terjadi pada daerah ekstremitas dan
letaknya unilateral. Bila inokulasi primer terjadi pada daerah wajah,
akan terbentuk nodus satelit akibat penyebaran melalui pembukuh
getah bening yang arahnya berbeda-beda. Lesi ini selalu
melibatkan ekstremitas, khususnya tangan dan lengan.1,5,8
- Fixed cutaneous sporotrichosis
Biasanya terlihat pada area geofrafis dimana sporotrikosis endemis
dan orang mempunyai derajat imunitas yang tinggi. Infeksi hanya
terbatas pada daerah inokulasi dan tidak melibatkan pembuluh
getah bening. Gambaran klinis sangat bervariasi, antara lain dapat
berupa krusta tebal yang menutupi ulkus, erosi, pioderma, papula
yang mengalami infiltrasi dan plak menyerupai sarkoid, plak
verukosa, plak psoriasis dan selulitis muka. Sering dijumpai lesi
satelit kecil-kecil. Daerah yang paling sering terkena infeksi adalah
muka, leher dan badan.
- Sporotrikosis diseminata
Bentuk ini jarang dijumpai dan dapat mengenai tulang, sendi,
mukosa (mulut, hidung, mata), susunan saraf pusat (meningen),
ginjal, hati, usus dan genitalia. Pada beberapa kasus Sporothrix
schenckii menyebar dari lesi kutan, sementara peyebaran yag lain
muncul tanpa tanda-tanda kutan.
29
4. Rinosporidosis
Rinospoidiosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
organisme Rhinosporidium seeberi yang dulunya dianggap sebagai
jamur namun kini diyakini menjadi protistan perairan langka parasite
ikan.
Rhinosporidiosis paling mudah dan secara definitive didiagnosis
melalui pengamata mikroskopik organisme pada slide-slide dari
jaringan dibawah mikroskop. Berbentuk oval sporangia, berisi ratusan
endospore, mudah diamati dan diidentifikasi dibawah mikroskop.
KLASIFIKASI DERMATOFITOSIS
TINEA ETIOLOGI
30
Trichophyton rubrum
Interdigitalis Trichophyton interdigitale
Epidermophyton floccosum
Tinea pedis Trichophyton rubrum
Moccasin Foot
Epidermophyton floccosum
Subakut Trichophyton interdigitale
Microsporum auduoinii
Gray Patch Microsporum canis
Ringworm Microsporum ferrugineum
Trichophyton tonsurans
Trichophyton tonsurans
Black Dot Ringworm
Trichophyton violaceum
Microsporum auduoinii
Tinea kapitis Microsporum canis
Microsporum gypseum
Microsporum nanum
Kerion
Trichophyton interdigitale
Trichophyton schoenleinii
Trichophyton tonsurans
Trichophyton verrucosum
Trichophyton rubrum
Trichophyton concentrikum
Tinea korporis Trichophyton schoenleinii
Trichophyton violaceum
Microsporum gypseum
Trichophyton rubrum
Tinea kruris
Epidermophyton floccosum
Trichophyton rubrum
Subungual distalis
Trichophyton interdigitale
Tinea ungium Subungual Trichophyton rubrum
proksimalis Trichophyton megnini
Leukonikia trikofita Trichophyton mentagrophytes
OBAT ANTI JAMUR TOPIKAL
Poliene Nystatin
Azole - Klotrimazole
31
Ekonazole
Mikonazole
Ketokonazole
Sulkonazole
Imidazole
Oksikonazol
Terkonazol
Tiokonazol
Sertakonazol
Naftifin
Alilamin/
Terbinafin (Candida
benzilamin (dermatofit)
albicans)
Butenafin
Amorolfin
Obat anti jamur
Siklopiroks
topikal lain
Haloprogin
Griseofulvin
Ketokonazole
32
Itrakonazol
Flukonazol
Vorikonazol
Terbinafin
Caspofungin
33
34
DAFTAR PUSTAKA
35