Insiden Dan Karakteristik Epilepsi PDF
Insiden Dan Karakteristik Epilepsi PDF
,QVLGHQVGDQ.DUDNWHULVWLN.OLQLV(SLOHSVL
SDGD$QDN
I Gusti Ngurah Made Suwarba
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah, Denpasar, Bali
Latar belakang. Epilepsi merupakan salah satu penyebab terbanyak morbiditas di bidang saraf anak, yang
berdampak terhadap tumbuh-kembang anak. Epilepsi merupakan diagnosis klinis, insidensnya bervariasi di
berbagai negara. Elektroensefalogra (EEG) dikerjakan untuk melihat fokus epileptogenik, sindrom epilepsi
tertentu, evaluasi pengobatan, dan menentukan prognosis. Pencitraan dilakukan untuk mengetahui adanya
fokus epilepsi dan kelainan struktur otak lainnya.
Tujuan. Mengetahui insidens dan karakteristik klinis, gambaran EEG dan pencitraan pasien epilepsi di
bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/ RSUP sanglah Denpasar Bali, selama periode Januari
2007- Desember 2010.
Metode. Penelitian potong lintang dengan observasi langsung. Data diambil dari setiap pasien yang baru
dengan diagnosis epilepsi di Poliklinik Anak dan ruang rawat inap Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar selama Januari 2007-Desember 2010. Data yang dikumpulkan adalah
umur, jenis kelamin, status gizi, gambaran klinis epilepsi, penyakit neurologis penyerta, status tumbuh
kembang, riwayat kejang demam, riwayat epilepsi keluarga, gambaran EEG dan pencitraan kepala.
Hasil. Ditemukan 276 kasus epilepsi, dengan insidens 5,3%. Sebagian besar laki-laki (56,9%), terbanyak
(42%) umur 15 tahun dan onset tersering umur <1 tahun (46%) kasus. Diagnosis epilepsi umum tonik-
klonik (62%), dan sindrom epilepsi yang ditemukan spasme infantil 6,9% kasus. Sebagian besar tumbuh
kembang normal (75%), riwayat kejang demam sebelumnya 10,1% kasus dan riwayat epilepsi keluarga 13%
kasus. Pemeriksaan EEG pertama ditemukan abnormal 42,4% kasus dan pada CT scan kepala ditemukan
kelainan pada 51,4 % kasus.
Kesimpulan. Ditemukan 276 kasus epilepsi, dengan insidens 5,3%, terutama terjadi pada anak laki-laki
(56,9%). Sebagian besar (62%) epilepsi umum tonik-klonik. Gambaran EEG pertama kali abnormal pada
42,4% kasus. Pada CT scan kepala, ditemukan kelainan pada 51,4 % kasus.
Sari Pediatri 2011;13(2):123-8.
E
pilepsi merupakan salah satu penyebab
Alamat korespondensi:
Dr. I Gusti Ngurah Made Suwarba, Sp.A. Bagian /SMF Ilmu kesehatan
terbanyak morbiditas di bidang saraf anak,
Anak FK UNUD/RSUP Sanglah, Jl. Pulau Nias No. 1 Denpasar Bali. yang menimbulkan berbagai permasalahan
Tel. 0361-257388, E-mail: suwarbangurah@yahoo.co.id. antara lain kesulitan belajar, gangguan
tumbuh-kembang, dan menentukan kualitas hidup epilepsi keluarga, gambaran EEG, dan pencitraan (CT
anak.1 Insidens epilepsi pada anak dilaporkan dari scan). Kriteria inklusi, semua pasien epilepsi anak yang
berbagai negara dengan variasi yang luas, sekitar 4-6 baru didiagnosis berumur 0-12 tahun dan kriteria
per 1000 anak, tergantung pada desain penelitian eksklusi, jika pasien atau orang tua menolak turut
dan kelompok umur populasi.2 Di Indonesia terdapat dalam penelitian dan data rekam medis tidak lengkap.
paling sedikit 700.000-1.400.000 kasus epilepsi Data yang terkumpul diolah dengan komputer dan
dengan pertambahan sebesar 70.000 kasus baru setiap disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Penelitian
tahun dan diperkirakan 40%-50% terjadi pada anak- telah mendapatkan laik etik dari Komisi Etik FK
anak.3 Sebagian besar epilepsi bersifat idiopatik, tetapi UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Bali.
sering juga disertai gangguan neurologi seperti retardasi
mental, palsi serebral, dan sebagainya yang disebabkan
kelainan pada susunan saraf pusat. Di samping itu, Hasil
dikenal pula beberapa sindrom epilepsi pada anak
antara lain Sindrom Ohtahara, spasme infantil Selama periode penelitian Januari 2007 - Desember
(Sindrom West), Sindrom Lenox-Gestaut, benign 2010, dijumpai pasien epilepsi baru 276 kasus, rata-
rolandic epilepsy,dan juvenile myoclonic epilepsy.4 rata 69 kasus per tahun, 157 (56,9%) laki-laki dan 119
Epilepsi merupakan diagnosis klinis, pemeriksaan (43,1%) perempuan. Jika dibandingkan dengan angka
EEG merupakan pemeriksaan neurosiologi yang kunjungan pasien di Poliklinik Neurologi Anak pada
diperlukan untuk melihat adanya fokus epileptogenik, periode yang sama, yaitu 5217 maka kejadian epilepsi
menentukan sindrom epilepsi tertentu, evaluasi 5,3%. Insidens terbanyak ditemukan pada kelompok
pengobatan, dan menentukan prognosis.5 Pemeriksaan umur 1-5 tahun yakni 116 (42,0%), sedangkan onset
pencitraan (neuroimaging) yang paling terpilih adalah epilepsi terbanyak pada kelompok umur <1 tahun 127
magnetic resonance imaging (MRI) untuk melihat (46,0%). Sebagian besar status gizi baik 193 (69,9%)
adanya fokus epilepsi dan kelainan struktural otak dan 3(1,1%) gizi buruk. Riwayat kejang demam
lainnya yang mungkin menjadi penyebab epilepsi.6 sebelumnya 48 (10,1%) dan riwayat epilepsi pada
Melalui pendekatan epidemiologis, dapat menjawab keluarga 36 (13,0%) kasus (Tabel 1).
banyak hal mengenai epilepsi pada anak antara lain angka Jenis epilepsi berdasarkan tipe kejang ditemukan
kejadian dan peningkatan kasus, jenis epilepsi, adanya sebagian besar 171 (62,0%) kejang umum tonik-
gangguan penyerta, tata laksana, perjalanan penyakit, dan klonik, 34 (12,3%) tipe tonik dan 12 (4,3%) tipe
prognosis.7 Tujuan penelitian untuk mengetahui insidens absanse. Epilepsi fokal/parsial ditemukan pada 35
dan karakteristik klinis, gambaran EEG, dan pencitraan (12,6%), sedangkan sindrom epilepsi yang ditemukan
pasien epilepsi di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK hanya spasme infantil 19 (6,9%) kasus. Etiologi
UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar Bali selama periode ditemukan terbanyak 205 (74,3%) kasus idiopatik,
Januari 2007- Desember 2010. sedangkan berdasarkan penilaian Denver II, tumbuh
kembang normal pada sebagian besar kasus 207 (75%),
42 (15,2%) tersangka perkembangan terlambat, dan
Metode 27 (9,8%) palsi serebral (Tabel 2).
Pada pemeriksaan penunjang diagnostik, pe-
Telah dilakukan penelitian potong lintang (cross meriksaan EEG pertama ditemukan gambaran abnor-
sectional) dengan observasi langsung. Data diambil dari mal pada 117 (42,4%) kasus, sisanya menunjukkan
setiap pasien yang baru didiagnosis epilepsi di Poliklinik gambaran EEG dalam batas normal. Empatpuluh
Anak (termasuk Wing International) dan ruang rawat persen (113/279) kasus dilakukan pemeriksaan
inap Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/ pencitraan (CT scan kepala) sedangkan sisanya tidak
RSUP Sanglah Denpasar. Setelah pasien dan atau dikerjakan. Pada kasus yang dilakukan CT scan kepala,
orang tua pasien mendapatkan penjelasan tentang 58/113 (51,3%) yang menunjukkan kelainan (Tabel
penelitian dan menandatangani informed consent, data 3).
dikumpulkan meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, Jika dihubungkan dengan etiologi, sebagian besar
gambaran klinis, penyakit neurologis penyerta, status gambaran EEG abnormal ditemukan pada epilepsi
tumbuh kembang, riwayat kejang demam, riwayat simtomatik 41/47 (87,2%) dan kriptogenik 16/24
Tabel 1. Karakteristik umum pasien epilepsi anak Tabel 3. Gambaran EEG dan CT scan kepala pasien epilepsi
Karakteristik Jumlah (n=276) Persentase anak.
yang diambil adalah populasi komunitas. Hasil serupa populasi, yaitu anak yang menderita PS, sedangkan
dijumpai pada jumlah kasus terbanyak yaitu usia pada penelitian kami populasi adalah kasus epilepsi.
kurang dari 5 tahun. Meskipun epilepsi adalah diagnosis klinis,
Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki mempunyai elektroensefalogra (EEG) merupakan pemeriksaan
risiko lebih tinggi menderita epilepsi, tetapi tidak yang sangat penting untuk konfirmasi diagnosis
ditemukan perbedaan ras.7,14 Angka kejadian lebih epilepsi, menentukan klasikasi epilepsi, melihat fokus
banyak pada laki-laki, serupa dengan penelitian di epileptogenik, evaluasi hasil terapi, dan menentukan
Turki didapatkan 59,3% laki-laki, sebagai faktor prognosis.5,6 Pemeriksaan EEG juga sangat diperlukan
risiko terjadinya epilepsi (rasio odds 1,38; internal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya gangguan
kepercayaan 95% 1,13-1,69).2,7 Ditinjau dari jenis yang menyerupai epilepsi seperti sinkope, henti nafas
kejang, terbanyak ditemukan epilepsi umum tonik- sejenak (breath holding speell), masturbasi infantil,
klonik, serupa dengan penelitian di Afrika terbanyak migrain dan sebagainya, yang sering membuat epilepsi
epilepsi pada usia <20 tahun dan 60% kejang umum salah diagnosis/overdiagnosis.23-25,26 Rekaman EEG
tonik-klonik, sedangkan tipe absans, mioklonik, parsial, pertama kali pada kasus kami, didapatkan gambaran
dan tipe lainnya kejadiannya lebih kecil.1,15 Sindrom abnormal pada 42,4% kasus dan sisanya sebagian besar
epilepsi yang sering ditemukan pada anak adalah gambaran EEG dalam batas normal. Beberapa peneliti-
spasme infantil (sindrom West), sindrom Othahara, an lain melaporkan hasil serupa, EEG yang pertama ka-
sindrom Lenox-Gestaut, benign rolandic epilepsy, li didapatkan abnormal pada 37-39% kasus.6,24-,25 Hasil
juvenile myoclonic epilepsy.5,8 Spasme infantil ditemukan rekaman EEG dipengaruhi oleh banyak faktor dan
pada 6,9% kasus, kebanyakan laki-laki. Spasme infantil tidak selalu gangguan fungsi otak dapat tercermin pada
merupakan sindrom epilepsi yang bersifat katastropik rekaman EEG. Gambaran EEG normal dapat dijumpai
karena dua alasan yakni kejang sangat sulit diobati dan pada anak dengan epilepsi, sebaliknya gambaran EEG
berhubungan dengan retardasi mental berat. Angka abnormal ringan dan tidak khas terdapat pada 15%
insidens spasme infantil diperkirakan 0,25-0,60 per populasi normal.17,27 Gambaran EEG abnormal pada
1000 kelahiran hidup dan angka prevalensinya 0,15- seri kasus kami ditemukan lebih sedikit dibandingkan
0,2 per 1000 anak di bawah 10 tahun.10 EEG normal, karena rekaman EEG yang dicatat hanya
Sebagian besar pasien tidak mempunyai riwayat EEG pertama saat epilepsi didiagnosis, dan rekaman
kejang demam sebelumnya dan tidak ada riwayat dilakukan saat pasien tidak kejang (inter-ictal). Pada
epilepsi pada keluarga. Penelitian di Turki menemukan literatur disebutkan bahwa gambaran EEG abnormal
hal serupa, tidak ada riwayat kejang demam (80,8%) akan didapatkan lebih sering jika EEG dilakukan
dan tidak ada riwayat keluarga epilepsi (77,5%), na- berulang beberapa kali.1,5,6 Di samping itu, hasil ini
mun adanya riwayat pada rst degree relatives (14% berbeda karena untuk mendapatkan hasil yang positif
dengan rasio Odds 6,42), second degree relatives (6%, memerlukan beberapa prosedur aktivasi, misalnya
rasio Odds 3,09) dan third-degree relatives (2,5%, rasio tidur, hiperventilasi, dan stimulasi fotik. 24,27,28 Aktivasi
Odds 2,66).2 Penelusuran riwayat epilepsi pada keluar- hiperventilasi akan memberikan hasil yang positif
ga sebaiknya dilakukan minimal pada tiga generasi, terutama pada pasien epilepsi absans, pada penelitian
karena kemampuan seseorang mengingat.7,17 Penelitian kami hanya didapatkan pada sedikit kasus.
di Afrika menyatakan kejang demam merupakan Pemeriksaan pencitraan yang dapat dilakukan
faktor risiko epilepsi pada anak di kemudian hari,14,15 adalah foto polos kepala, angiogra serebral, computed
sedangkan kami menemukan 10,1% kasus dengan tomography scan, magnetic resonance imaging dan
riwayat kejang demam. positron emision tomography (PET).5,29,30 Pemeriksaan
Kajian literatur mendapatkan bahwa anak dengan CT scan kepala dilakukan, namun MRI belum
palsi serebral (PS) sering disertai beberapa penyakit tersedia, didapatkan separuh dari kasus menunjukkan
penyerta di antaranya epilepsi.18,19,20 Prevalens epilepsi kelainan, persentase yang cukup tinggi karena
pada anak dengan PS sekitar 15%-55%. Peet, 21 dilakukan pada pasien epilepsi yang juga mengalami
menemukan 62/145 (43%) kasus epilepsi di sekolah desit neurologis. Pemeriksaan CT scan kepala dapat
anak-anak yang berkebutuhan khusus. Penelitian oleh mendeteksi beberapa kelainan struktur otak seperti
Sianturi dkk18 di Medan, menyatakan insidens epilepsi fokus kalsikasi, sedangkan MRI kepala dapat melihat
pada 67 pasien PS 37,3%. Temuan tersebut berbeda kelainan di otak dengan lebih baik terutama kelainan
di parenkim otak.29 Penelitian lain menyebutkan bahwa dibandingkan anak normal (interval kepercayaan
pada anak epilepsi ditemukan hasil CT scan kepala 95%:13,905-65,834).7,29
abnormal pada sekitar 7%-24% kasus, sedangkan
MRI kepala abnormal ditemukan pada hampir 50%
epilepsi fokal/parsial.30 Pada pasien dengan riwayat Daftar pustaka
perkembangan normal, tidak memerlukan pemeriksa-
an pencitraan kepala (brain imaging) dan dikatakan 1. Major P, Thiele EA. Seizure in children: laboratory,
anak dengan perkembangan normal dengan kejang diagnosis, and management. Pediatr Rev 2007;28:405-
umum menunjukkan abnormalitas pada brain imaging 14.
sangat rendah <2% dibandingkan 26% pada anak 2. Aydin A, Ergor A, Ergor G, Dirik E. The prevalence
dengan epilepsi parsial.31 of epilepsy amongst school children in Izmir, Turkey.
Doescher dkk6 menyatakan abnormalitas MRI Seizure 2002;11:392-6.
pada anak epilepsi dengan gambaran EEG normal 3. Harsono, Endang K, Suryani G. Pedoman tata laksana
(42%) dan EEG abnormal dengan MRI normal epilepsi. Edisi Ke-3. Perdossi. 2006;62:1-43
11,6%, sedikit berbeda dengan hasil EEG abnormal 4. Johnston MV. Seizure in childhood. Dalam: Behrman
dan MRI abnormal 21%. RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson
Berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang textbook of pediatrics. Edisi Ke-17. Philadelphia;
yang sudah dilakukan, maka ditemukan sebagian besar Saunder;2004.h.1993-2005.
tergolong epilepsi idiopatik 74,3%, simtomatik 17,0%, 5. Mohammed MS. Assessment of the utility of paediatric
dan kriptogenik 8,7%. Hasil serupa pada penelitian electroencephalography. Seizure 2002;11:99-103.
lain, menyebutkan bahwa pada saat pertama anak 6. Doescher JS, de Grauw TJ, Musick BS, Dunn DW,
didiagnosis epilepsi idiopatik 65%-70%, simtomatik Kalnin AJ, Egelhoff JC, dkk. Magnetic resonance
15%-20%, dan kriptogenik 10%-15%.31 Penelitan di imaging (MRI) and electroencephalography(EEG)
India tahun 2010 mendapatkan hasil berbeda yakni ndings in a cohort of normal children with newly
sebagian besar simtomatik 50%, kriptogenik 30%, diagnosed seizure. J. Child Neurol 2006;21: 490-5.
dan idiopatik 20% dari 20 pasien.32 Guzeva dkk21 7. Ali C, Ayse S, Deniz Y, Vehbi D, Secil O, Tugbna H,
menyatakan dari 40 anak usia 8-18 tahun, diagnosis dkk. Prevalence of some risk factors in childhood with
epilepsi simtomatik 77,5% dan epilepsi idiopatik epilepsy compared to their controls. Seizure 2007;16:
(22,5%). Temuan tersebut berbeda karena tidak 338-44.
mengklasikasikan epilepsi kriptogenik. Namun serupa 8. Fosgren L. Epidemiology of epilepsy : a global problem.
dengan penelitian Sidenvall,12 menyatakan epilepsi Program and abstract of the 17th World Congress of
simtomatik 42%, idiopatik 28%, dan kriptogenik Neurology. J Neurol Sci 2001;187(Suppl.I):S212.
30%. Secara umum temuan dapat berbeda-beda karena 9. Reading R, Haynes R, Beach R. Deprivation and incidence
sangat tergantung pada fasilitas penunjang diagnosis of epilepsy in childhood. Seizure 2006;15:190-3.
yang tersedia untuk menemukan etiologi epilepsi. 10. Christensen J, Vestergaard M, Mortensen PB, Sidenius
Gangguan tumbuh-kembang (kelainan neurologis) P, Agerbo E. Epilepsy and risk of suicide: a population
dijumpai pada 25% kasus, 39,1% di antaranya based case control study. Lancet Neurol 2007;6:693-8.
menderita palsi serebral. Gangguan tumbuh kembang 11. Khreisat WH. Clinical prole of epilepsy during the two
tersebut, sebagian besar pada pasien epilepsi simto- years of life. Pak J Med Sci 2006;22:55-9.
matik dan kriptogenik. Penelitian serupa di Turki, 12. Sidenvall R, Forsgrent L, Heijbel J. Prevalence and
melaporkan kejadian gangguan tumbuh kembang characteristics of epilepsy in children in Northern
ditemukan pada 25,8% kasus dibandingkan 5,5% Sweden. Eur J Epilepsy 1996; 5: 139-46.
pada kelompok control, 2 sedangkan kelainan 13. Schiariti V, Farrell K, Hoube JS, Lisumkovas. Period
neurologis ditemukan pada 25% anak epilepsi.7 prevalence of epilepsy in children in BC: a population-
Berdasarkan beberapa penelitian disimpulkan base study. Can J Neurol Sci 2009;36:36-41.
bahwa terdapat hubungan kuat antara kelainan 14. Mohammed MS. Clinical review of pediatric epilepsy.
neurologis dengan kejang tanpa provokasi, atau anak Neuroscience 2005;10:255-64.
dengan kelainan neurologis mempunyai risiko yang 15. Preux PM, Cabanac MD. Epidemiology and aetiology of
lebih tinggi untuk menderita epilepsi 30,26 kali epilepsy in sub-saharan Africa. Lancet Neurol 2005;4:21-