Anda di halaman 1dari 18

Peran Asam Laktat Bakterial dari Wine terhadap Metabolit Minuman

Beralkohol yang Memicu Terjadinya Kanker Rongga Mulut

Disusun oleh :

Ayu Yusriani Nasution 120100013


NurAzimah Bt. Nor Mohhemmad 110100416
Suruthi Subramaniam 110100419
Nivashini Munuyandi 110100408

Pembimbing :
Drg. Asmulian Dwi Djaya Hrp, C.Ort

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul Peran Asam Laktat Bakterial dari Wine terhadap Metabolit
Minuman Beralkohol yang Memicu Terjadinya Kanker Rongga Mulut.
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing kami, drg. Asmulian D. Djaya Harahap, C.Ort , yang telah
meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan
laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.

Medan, Januari 2017

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 4
1.1 Latar Belakang........................................................................... 4
1.2 Tujuan....................................................................................... 5
1.3 Manfaat..................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 6
2.1. Definisi Kanker Rongga Mulut................................................ 6
2.2. Epidemiologi Kanker Rongga Mulut....................................... 6
2.3. Etiologi Kanker Rongga Mulut................................................ 7
2.4. Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut....................................... 8
2.4.1. Merokok.......................................................................... 8
2.4.2 Mengunyah Tembakau..................................................... 8
2.4.3 Menyirih.......................................................................... 9
2.4.4 Alkohol............................................................................ 9
2.4.5 Phenol.............................................................................. 10
2.4.6 Radiasi............................................................................. 10
2.4.7 Defisiensi Zat Besi........................................................... 10
2.4.8 Defisiensi Vitamin A........................................................ 11
2.4.9 Infeksi Sifilis.................................................................... 11
2.4.10 Infeksi Candida.............................................................. 11
2.4.11 Virus Onkogen............................................................... 12
2.4.12 Imunosupresi................................................................. 13
2.4.13 Onkogen dan Tumor Suppresor Genes.......................... 13
2.5. Klasifikasi Kanker Rongga Mulut............................................ 14
2.6. Gejala klinis Kanker Rongga Mulut......................................... 15
2.7. Dampak Alkohol Dalam Menyebabkan Kanker....................... 16
2.8. Peran AsamLaktatBakterial terhadap Metabolit Alkohol......... 17
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 18
BAB 4 KESIMPULAN................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 20
4

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit-penyakit jaringan lunak rongga mulut telah menjadi perhatian


serius oleh para ahli terutama dengan meningkatnya kasus kematian yang
diakibatkan oleh kanker yang ada di rongga mulut terutama sekali pada negara-
negara yang sedang berkembang.
Walaupun ada perkembangan dalam mendiagnosa dan terapi,
keabnormalan dan kematian yang diakibatkan kanker mulut masih tinggi dan
sudah lama merupakan masalah didunia. Beberapa alasan yang dikemukakan
untuk ini adalah terutama karena kurangnya deteksi dini dan identifikasi pada
kelompok resiko tinggi, serta kegagalan untuk mengontrol lesi primer dan
metastase nodus limfe servikal (Lynch,1994; Balaram dan Meenattoor,1996).
Untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh kanker mulut, WHO
telah membuat petunjuk untuk mengendalikan kanker mulut, terutama bagi
negara-negara yang sedang berkembang. Pengendalian tersebut berdasarkan pada
tindakan pencegahan primer dimana prinsip utamanya mengurangi dan mencegah
paparan bahan-bahan yang bersifat karsinogen. Folson dkk, 1972, memperkirakan
bahwa 80% dari semua kasus kematian akibat kanker rongga mulut dapat dicegah
dengan deteksi dini keganasan dalam mulut (Folson dkk,1972).
Dalam makalah ini akan dikemukakan mengenai peran asam laktat
bakterial dari wine terhadap metabolit alkohol yang memicu terjadinya kanker
rongga mulut. Dimana beberapa asam laktat bakterial (khususnya Leuconostoc
mesenteroides subsp. Cremoris) mampu memetabolisme asetaldehida (metabolit
alkohol yang tidak baik untuk kesehatan gigi dan mulut) direduksi menjadi etanol
dan dengan demikian bertindak sebagai akseptor hidrogen dalam regenerasi NAD,
diperlukan untuk fermentasi gula. NAD regenerasi alternatif ini dapat
menyebabkan produksi ATP tambahan dan dengan demikian meningkatkan
pertumbuhan bakteri. Sehingga asam laktat bakterial dari wine diduga dapat
memproteksi dampak buruk alkohol untuk kesehatan gigi dan mulut.
5

1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menguraikan teori
tentang peran asam laktat bakterial dari wine terhadap metabolit minuman
beralkohol yang memicu terjadinya kanker rongga mulut. Penyusunan makalah ini
sekaligus untuk memenuhi persyaratan kegiatan Program Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan penulis
maupun pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami bahaya alkohol
terhadap kesehatan rongga mulut dan memberikan informasi pencegahan
terjadinya kanker rongga mulut sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia.
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kanker Rongga Mulut

Kanker atau Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru. Suatu


neoplasma, sesuai definisi Willis, adalah massa abnormal jaringan yang
pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan
jaringan normal secara terus menerus walaupun rangsangan yang memicu
perubahan tersebut telah berhenti. Hal dasar tentang neoplasma adalah hilangnya
responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal(Kumar et al.,
2012).
c
Tumor ganas (maligna) secara kolektif disebut kanker, yang berasal dari
kata Latin untuk kepiting, tumor melekat erat ke semua permukaan yang
dipijaknya, seperti seekor kepiting. Ganas, apabila diterapkan pada neoplasma,
menunjukan lesi dapat menyerbu dan merusak struktur di dekatnya dan menyebar
ke tempat jauh (metastasis) serta menyebabkan kematian (Kumar et al., 2012).
Sehingga kanker rongga mulut merupakan suatu pertumbuhan sel kanker yang
dapat mengenai rongga mulut, meliputi bibir dan mukosa bibir, lidah, palatum,
gingival, dasar mulut dan mukosa pipi ( Lee et al., 2008).

2.2. Epidemiologi
Rongga mulut merupakan 1 dari 10 lokasi tersering terkenanya kanker di
dunia. Tiga per empat kasus mengenai masyarakat di negara berkembang. Kanker
rongga mulut menduduki kanker urutan pertama di Negara Sri Lanka, India,
Pakistan, dan Bangladesh. Sementara itu, di India kanker rongga mulut memiliki
insiden lebih dari 50% dari semua kanker (Scully et al., 2013).
Di negara maju, kanker rongga mulut kurang populer, tetapi tetap menduduki
urutan ke-8, contohnya di Francis bagian utara, kanker ini merupakan kanker
paling sering terjadi pada laki-laki. Diketahui pada tahun 1980 lebih dari 32.000
kasus kanker rongga mulut terdiagnosis di wilayah Eropa (Scully et al., 2013).
7

Prevalensi kanker dalam rongga mulut (intraoral) semakin meningkat di


banyak negara, khususnya kalangan kaum muda, sedangkan prevalensi kanker
bibir menurun. Ini terjadi didaerah Eropa bagian tengah dan bagian timur (Scully
et al., 2013).
Hampir semua kanker rongga mulut adalah karsinoma sel squamosa. Hampir
semuanya mudah diakses untuk biopsi dan didiagnosis secara dini tetapi sekitar
separuhnya menyebabkan kematian dalam lima tahun dan mungkin telah
bermetastasis saat lesi primer ditemukan (Kumar et al., 2012).
Tiga tempat asal karsinoma rongga mulut yang predominan adalah (sesuai
dengan urutan frekuensi) (1) batas vermilion tepi lateral bibir bawah, (2) dasar
mulut, dan (3) batas lateral lidah yang bergerak (Kumar et al., 2012).
Kanker rongga mulut pada laki-laki lebih sering daripada perempuan,
meskipun rasio tersebut nyaris sama. Di dunia, Insiden pada laki-laki sebanyak
2.7% dibanding perempuan (IARC, 2012). Sering ditemukan pada umur dewasa
muda dan orang tua (Scully et al., 2013). Kanker ini jarang sebelum usia 40 tahun
(Kumar et al., 2012).

2.3. Etiologi Kanker Rongga Mulut

Penyebab kanker rongga mulut adalah multifaktorial. Tidak satu pun


penyebab kanker rongga mulut ditemukan secara pasti, tetapi kedua faktor
ekstrinsik dan intrinsik mungkin berhubungan. Faktor ekstrinsik terdiri dari
kebiasaan merokok, minuman alkohol, infeksi sifilis, dan terpapar sinar matahari
(hanya kanker bibir). Faktor intrinsik terdiri dari penyakit sistemik, seperti anemia
defisiensi besi. Keturunan tidak menjadi faktor penyebab utama dari kanker
rongga mulut. Selain itu, beberapa kasus kanker rongga mulut berhubungan
dengan lesi prakanker, khususnya leukoplakia (Neville et al., 2002).

2.4. Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut

Menurut Neville et al. (2002) terdapat berbagai macam faktor risiko untuk
terjadinya kanker rongga mulut, yaitu:
8

2.4.1 Merokok

Kebiasaan menghisap rokok memiliki hubungan secara tidak langsung


dengan perkembangan sel kanker di rongga mulut. Risiko paling tinggi ditemukan
didaerah India dan Amerika Selatan yang memiliki kebiasaan yang disebut
reverse smoking, yaitu memasukkan sisa puntung rokok ke dalam rongga mulut,
kebiasan ini menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya kanker rongga mulut
khususnya terjadi di palatum durum sebanyak 50%.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Taiwan pada tahun 2007-2012 dengan
sampel sebanyak 599 pasien, laki-laki sebanyak 577 menderita kanker rongga
mulut dan perempuan 22 orang dengan kebiasaan merokok yang lama, menyirih,
dan mengonsumsi alkohol. Risiko untuk terjadinya kanker rongga mulut pada
pasien dengan kebiasaan merokok sebanyak 85.3% sedangkan pada grup kontrol
risikonya mencapai 39.2% (Chou et al., 2014).
Menurut Petti et al. (2013) tingginya risiko terjadinya kanker rongga mulut
dengan faktor risiko kebiasaan merokok mencapai 3.6%, mengonsumsi alkohol
sebanyak 2.2%, menyirih sebanyak 7.9%, dan kombinasi ketiganya sebanyak
40.1%, ini terjadi di Asia Tenggara.
Menurut Lin et al. (2013) dalam penelitiannya membuktikan bahwa
adanya hubungan dengan kode genetik ICAM-1 rs5498 pada masyarakat Taiwan
dengan kebiasaan merokok terhadap kejadian kanker rongga mulut.

2.4.2. Mengunyah Tembakau

Kebiasaan mengunyah tembakau dalam jangka waktu yang lama


ditemukan di budaya barat yang meningkatkan risiko kanker rongga mulut
sebanyak empat kali. Selain itu, penelitian lain dilakukan pada pekerja wanita di
sebuah perusahaan tekstil yang memiliki kebiasaan mengunyah tembakau berisiko
0,5 kali lebih besar dibanding pekerja laki-laki.
Menurut Madani et al. (2012) adanya hubungan yang kuat kebiasaan
mengunyah tembakau dengan meningkatnya risiko terjadinya kanker rongga
sebanyak 8.3%.
9

Menurut Bhisey (2012), pada masyarakat di India yang memiliki


kebiasaan mengunyah tembakau yang cukup banyak terbukti meningkatkan
insiden kanker rongga mulut. Selain penggunaan tembakau mereka juga
menggunakan bahan-bahan lain seperti khaini, betel quid, kharra, mainpuri, dan
gutkha
2.4.3. Menyirih
Betel quid adalah suatu kebiasaan mengunyah tanaman alami seperti buah
pinang, daun tembakau, dan slaked lime, hal ini dilakukan untuk mencapai efek
psikostimulan. Slaked lime memiliki daya absorbs molecular tinggi dibanding
tanaman lainnya. Diantara pengguna di Asia risiko terbentuknya kanker rongga
mulut sebesar 8%. Kebiasaan ini juga berhubungan dengan perkembangan lesi
prakanker, seperti leukoplakia.
Menurut Shah et al. (2012), salah satu bentuk betel quid yaitu areca nut
tanpa mengandung tembakau meningkatkan risiko untuk terjadinya kanker rongga
mulut di Taiwan.
Menurut Lee et al. (2012), hubungan kebiasaan menyirih dengan risiko
timbulnya lesi preneoplastik selama 1 tahun di 6 negara di Asia yaitu Taiwan,
China, Nepal, Srilanka, Malaysia, dan Indonesia cukup tinggi yaitu dengan odds
ratio 8-51,3 .

2.4.4. Alkohol

Konsumsi alkohol dan penyalahangunaannya belum terbukti dalam


pembentukan awal kanker rongga mulut. Kebiasaan ini akan menjadi faktor
penyebab yang signifikan jika dikombinasikan dengan penggunaan tembakau.
Penelitian membuktikan meningkatnya risiko kanker mulut bergantung pada dosis
yang digunakan dan lamanya penggunaan serta kombinasi mengkonsumsi alkohol
dan tembakau dalam jangga waktu yang lama.
Penelitiaan ini membuktikan bahwa sepertiga dari pasien laki-laki yang
menderita kanker rongga mulut adalah pengguna alkohol berat. Selain itu, kurang
dari 20% diantara mereka menderita sirosis hati.
10

Menurut Anantharaman et al. (2014), dalam studinya membuktikan


kebiasaan mengonsumsi alkohol meningkatnya risio terjadinya kanker mulut
sebanyak 1.67 kali dibanding yang tidak mengonsumsi alkohol.
Percobaan pada tikus dengan pemberian ethanol sebanyak 8% selama 16
minggu masih bisa ditolerirnya, tetapi dapat meningkatkan risiko terjadinya oral
squamous cell carcinoma jika ditingkatnya dosis mencapai 20-43% (Guo et al.,
2011).

2.4.5. Phenol

Penelitian terbaru mengatakan risiko terjadinya kanker rongga mulut


meningkat pada pekerja lama di industri kayu, ini disebabkan karena terpaparnya
suatu bahan kimia karsinogenik yaitu phenoxyacetic acid. Terlepas dari kanker
mulut, phenolsudah diketahui meningkatkan risiko nasal carcinoma dan
nasopharingeal carcinoma.

2.4.6. Radiasi

Radiasi ini meningkatkan risiko terjadinya kanker pada bibir, ini


ditemukan pada laki-laki berkulit putih di Amerika Serikat dengan insiden 4 per
100.000 penduduk sebelum abad ke-20. Seiring bertambahnya waktu, risiko
terhadap kanker ini berkurang karena berkurangnya paparan sinar matahari akibat
sedikitnya pekerjaan/aktivitas diluar rumah.

2.4.7. Defisiensi Zat Besi

Defisiensi besi khususnya dalam keadaan berat dan kronis yang juga
dikenal dengan Plummer-Vinson atau Paterson-Kelly Syndrome. Diketahui dapat
meningkatkan risiko squamous cell carcinoma pada esofagus, orofaring, dan
mulut bagian posterior. Keganasan ini berkembang pada lebih dini dibanding pada
pasien tanpa anemia defisiensi besi. Seseorang yang mengalami defisiensi besi
juga memiliki ganguan sel imunitas. Selain itu, besi juga penting dalam membantu
fungsi sel epitel saluran pencernaan bagian atas, sehingga sel epitel berkembang
menjadi lebih cepat dan menjadi atropi atau mukosa menjadi imatur.
11

2.4.8. Defisiensi Vitamin A

Defisiensi vitamin A menyebabkan proses keratinisasi yang berlebihan


pada kulit dan membran mukosa. Vitamin A juga memiliki fungsi protektif dan
preventif terjadinya prakanker mulut dan kanker mulut. Jumlah kandungan retinol
dalam darah dan jumlah kandungan beta-karoten pada makanan dipercayai dapat
mengurangi risiko leukoplakia dan squamous cell carcinoma pada mulut.
Lecithin Retinol Acyltranferase (LRAT) dalam meregulasi metabolisme
retinol (vitamin A) dengan cara mengesterifikasi retinol, pada orang-orang dengan
defisiensi enzim ini yang ditemukan pada orang dengan penyakit kanker di kepala
dan leher dan meningkatkan risiko untuk terjadinya kanker rongga mulut (Liu et
al., 2010).

2.4.9. Infeksi Sifilis

Infeksi sifilis di tingkat tersier sudah dibuktikan memiliki hubungan yang


kuat dengan berkembangnya kanker lidah di bagian dorsal. Penelitian ini
menyebutkan risiko relatifnya mencapai empat kali. Selain itu, seseorang yang
menderita karsinoma lidah memiliki risiko lima kali untuk hasil yang positif pada
pemeriksaan serologi terhadap antigen sifilis dibanding pada pasien yang tidak
memiliki kanker lidah. Terlepas dari itu, infeksi sifilis yang disertai memiliki
keganasan pada rongga mulut jarang karena infeksi tersebut telah terdiagnosa
sekaligus terobati sebelum onset ditingkat tersier.

2.4.10. Infeksi Candida

Hiperplastik kandidiasis sering menjadi kondisi prakanker di rongga


mulut. Oleh karena lesi ini seperti plak berwarna putih yang tidak bisa diangkat,
ini juga dikenal sebagai candidal leukoplakia. Namun, sulitnya dalam
membedakan klinis dan histopatologi hiperplastik kandidiasis dengan leukoplakia
yang disebabkan oleh kandidiasis. Sebuah penelitian eksperimen menunjukkan
bahwa beberapa jenis Candida albicans menyebabkan lesi hiperkeratosis pada
lidah pada bagian dorsal tikus tanpa disertai faktor-faktor lainnya.
12

Walaupun Candida spp. secara umum menyebabkan perkembangan kanker


mulut dan esofagus, namun petogenesis dan patomekanisme masih belum dapat
dijelaskan dengan pasti. C. albicans merupakan mikroorganisme yang normal
dalam rongga mulut dan bisa menjadi agen penyebab suatu penyakit apabila
terganggunya ekosistem dalam rongga mulut (Bakri et al., 2010).
Sebuah studi menunjukkan adanya hubungan riwayat terjadinya kanker
leher dan kepala dengan kejadian kanker rongga mulut dan adanya hubungan
dengan kebersihan mulut seseorang khususnya penyakit kandidiasis di rongga
mulut (Radoi et al., 2013).

2.4.11. Virus Onkogen

Virus onkogen memiliki peranan penting dalam berbagai macam kanker


walaupun tidak ada virus yang pasti menyebabkan kanker rongga mulut. Virus ini
bersifat imortal di dalam sel pejamu, dengan cara demikian mereka mengalami
transformasi menjadi ganas. Beberapa contoh virus yaitu retrovirus, adenovirus,
Herpes Simpleks Virus (HSV), dan Human Papilloma Virus (HPV) memiliki
hubungan terbentuknya sel kanker pada mulut. Walaupun demikian, HPV adalah
satu-satunya yang masih memiliki hubungan tidak hanya pada kanker rongga
mulut tetapi juga pada kanker di tempat lain seperti tonsil faringeal, laring,
esofagus, serviks uterin, vulva, dan penis. HPV dengan subtipe 16, 18, 31, dan 33
yang memiliki hubungan erat dengan displasia dan squamous cell carcinoma.
Kanker sel squamous rongga mulut menduduki peringkat ke-6 terganas di dunia.
Di Bangladesh dilakukan sebuah studi dan membuktikan terdapatnya hubungan
kanker rongga mulut dengan kejadian infeksi human papiloma virus sebanyak 15-
20% (Akhter et al., 2013).
Tersebarnya human papiloma virus (HPV) di rongga mulut pada pasien
yang positif mengidap penyakit infeksi HPV terdapat lokasi-lokasi yang
predominan, yaitu perbatasan vermilion bibir, sudut bibir, dan palatum durum.
Lokasi-lokasi ini cenderung untuk terjadinya lesi mulut dan berpotensi untuk
terjadinya keganasan (Mravak-Stipetic et al., 2013).
13

2.4.12. Imunosupresi

Imunosupresi memiliki peranan dalam terbentuknya beberapa keganasan


pada saluran pencernaan bagian atas. Pada pasien Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) dan orang-orang yang sedang mendapatkan terapi
imunosupresif karena keganasan atau transplantasi organ meningkatkan risiko
terhadap squamous cell carcinoma rongga mulut dan keganasan di kepala dan
leher, apalagi memiliki kebiasaan menghisap tembakau dan mengonsumsi alkohol.
Menurut Leurenco et al. (2011), pada orang-orang yang terinfeksi HIV
positif dan sebelum diberikan obat anti retrovirus membuktikan tingginya insiden
untuk terjadinya lesi di rongga mulut.
2.4.13. Onkogen dan Tumor Suppresor Genes

Onkogen dan tumor supresor gen adalah komponen-kromosom yang bisa


teraktivasi oleh berbagai agen penyebab. Apabila teraktivasi mereka akan
menstimulasi produksi material-material genetik dalam jumlah yang besar melalui
amplification atau over expression pada gen terkait. Onkogen ini mungkin akan
mengalami progresi pada berbagai macam neoplasma termasuk squamous cell
carsinoma rongga mulut.
Di lain pihak, tumor supresor gen bisa memproduksi tumor secara tidak
langsung ketika mereka dalam keadaan inaktivasi atau mutasi. Beberapa contoh
abnormalitas dari ras, myc, c-erbb, p53, pRb, dan E-cadherin sudah teridentifikasi
pada kanker rongga mulut walaupun hubungan sebab dan akibatnya belum bisa
dibuktikan.
Menurut Chu et al. (2012) dalam studinya membuktikan adanya hubungan
pada gen miRNA499 polimorfisme dengan proses terjadinya kanker mulut dan
interaksi dari gen miRNA499 dengan lingkungan dengan tingginya risiko kanker
mulut meningkatkan kejadian kanker rongga mulut pada masyarakat di Taiwan.
14

2.5. Klasifikasi Kanker Rongga Mulut

Menurut Regezi et al. (2008) Berdasarkan lokasinya kanker rongga mulut


dibagi atas beberapa lokasi, yaitu :
1. Karsinoma di bibir, sebanyak 25-30% pada kanker rongga mulut dan
tersering di bibir bawah. Menurut Neville et al. (2002) hampir 90% lesi
terdapat di bibir bawah.
2. Karsinoma di lidah, insiden ini sebanyak 25-40% dan menurut Neville et
al. (2002), karsinoma ini merupakan lokasi tersering pada kejadian kanker
rongga mulut yang biasanya terletak di bagian postero-lateral, permukaan
ventral lidah (20%) dan 4% di dorsal. Kejadian karsinoma lidah sebanyak
lebih dari 50% dari kanker rongga mulut di Amerika Serikat.
3. Karsinoma di dasar lidah, karsinoma ini menduduki urutan kedua tersering
pada karsinoma rongga mulut sebanyak 15-20% dan menurut Neville et
al. (2002), dasar lidah paling sering di jumpai pada laki-laki, dan dewasa
ini meningkat juga pada perempuan. Karsinoma di dasar lidah memiliki
jumlah 35% pada bagian dalam rongga mulut, dan lokasi terseringnya di
garis tengah lidah dekat dengan frenulum
4. Karsinoma di mukosa bukal dan gingiva, lesi mukosa bukal bersamaan
dengan lesi gingiva memiliki insiden 10% pada squamous cell carcinoma
rongga mulut.
5. Karsinoma di gingiva, lesi mukosa bukal bersamaan dengan lesi gingiva
memiliki insiden 10% pada squamous cell carcinoma rongga mulut.
6. Karsinoma di palatum, kanker ini memiliki insiden sebanyak 10-20% pada
karsinoma rongga mulut. Namun, kejadian kanker di palatum durum masih
sangat jarang dibanding palatum molle.
15

2.6. Gejala Klinis Kanker Rongga Mulut

Lesi dapat menimbulkan nyeri lokal atau kesulitan menelan tetapi banyak
yang asimtomatik sehingga lesi diabaikan. Akibatnya banyak yang terdiagnosis
sampai tahap lanjut yang tidak dapat diobati lagi (Kumar et al., 2012).
Menurut Wood dan Sawyer (1997), gejala kanker rongga mulut sebagai
berikut:

Plak
Eritroplakia (merah)
Leukoplakia (putih)
Eritroleukoplakia (merah dan putih)

Eksofitik
Merah
Putih
Merah jambu
Kombinasi banyak warna
Ulserasi
Non-ulserasi

Krusta
Lesi hitam atau kecoklatan
Blep
Permukaan yang kasar
Nyeri atau tidak nyeri
Perdarahan
Maloklusi
Bengkak di leher
Susah menelan
Perubahan rasa kecap
Perubahan suara
16

2.7. Dampak alkohol dalam menyebabkan kanker mulut

Berdasarkan beberapa data penelitian, salah satu factor resiko dari kanker
mulut adalah penggunaan alkohol. Sebuah studi terbaru oleh Boston University
School of Medicine dan School of Public Health menemukan bahwa konsumsi
alkohol dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap kanker, terutama kanker
payudara pada perempuan. Studi itu dipublikasikan di American Journal of Public
Health.
Menurut studi tersebut, 3,5 persen dari total kematian akibat kanker terjadi
karena dipicu konsumsi alkohol. Dari jumlah tersebut, sebagian besar terjadi pada
orang-orang yang mengonsumsi lebih dari tiga gelas minuman beralkohol dalam
sehari. Namun, orang yang mengonsumsi 1,5 gelas per hari ditengarai mengisi
sepertiga dari jumlah keseluruhan kejadian. Artinya, betapa pun moderat jumlah
alkohol yang Anda konsumsi setiap hari, risiko tetap mengintai.
Dalam studi itu, para peneliti menguji tujuh tipe kanker yang diketahui
terkait dengan penggunaan alkohol: Kanker mulut, faring, laring, esofagus, liver,
kolon, rektum dan kanker payudara pada perempuan. Mereka melakukan survei
terhadap 220.000 orang dewasa.
Hasilnya, kanker payudara adalah jenis kanker terkait alkohol yang paling
sering menyebabkan kematian pada perempuan, sementara pada pria adalah
kanker mulut, faring, laring dan esofagus.
Ada beberapa hipotesa telah dimunculkan untuk menjelaskan bagaimana
konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kanker sebagai berikut :
1) Produk metabolismenya yaitu asetaldehid.

Asetaldehid dapat menyebabkan kerusakan DNA dan sel-sel dalam tubuh tidak
mau melakukan perbaikan dari kerusakan tersebut. Asetaldehid juga memicu
pertumbuhan sel hati melebih normalnya, dan sel-sel yang baru ini mengalami
mutasi pada gen-gennya sehingga menjadi kanker.
17

2) Kontak secara langsung dengan organ tubuh.

Alkohol juga dapat memicu kanker dengandengan cara mengiritasi epitelium atau
meningkatkan penetrasi senyawa karsinogen masuk ke dalam tubuh melalui
mukosa. Hal ini karena alkohol adalah pelarut yang baik sehingga ia dapat
meningkatkan kelarutan senyawa lain atau meningkatkan permeabilitas
(kemudahan untu ditembus) dari lapisan mukosa mulut. Di samping itu, alkohol
juga akan mengurangi pengeluaran air liur sehingga mengurangi efek
pembersihan mulut dan menyebabkan senyawa karsinogen dapat terakumulasi di
rongga mulut.

3) Kandungan alkohol yg memicu kanker.

Minuman beralkohol umumnya juga mengandung senyawa lain yang merupakan


karsinogen, seperti nitrosamin, hidrokarbon aromatik polisiklik, mikotoksin, ester,
fenol, dan senyawa-senyawa lain yang dihasilkan dalam proses produksinya.

4) Alkohol memiliki efek sistemik (ke seluruh tubuh) maupun lokal.

Telah banyak diketahui bahwa biasanya pecandu alkohol mengalami malnutrisi


dan gangguan fungsi hati. Padahal, hati merupakan organ tubuh yang sangat
penting untuk memetabolisme obat atau pun senyawa karsinogenik lain. Selain
itu, alkohol juga memiliki efek penekanan terhadap sistem kekebalan tubuh
(immunosupresive) sehingga akan menurunkan kekebalan tubuh terhadap kanker
atau virus penyebab kanker. Alkohol sendiri juga menyebabkan sirosis hati yang
dapat berkembang menjadi kanker hati.

2.8. Peran Asam Laktat Bakterial dari Wine terhadap Metabolit Alkohol

Beberapa asam laktat bakterial (khususnya Leuconostoc mesenteroides


subsp. Cremoris) mampu memetabolisme asetaldehida (metabolit alkohol yang
tidak baik untuk kesehatan gigi dan mulut) direduksi menjadi etanol dan dengan
demikian bertindak sebagai akseptor hidrogen dalam regenerasi NAD, diperlukan
untuk fermentasi gula. NAD regenerasi alternatif ini dapat menyebabkan produksi
18

ATP tambahan dan dengan demikian meningkatkan pertumbuhan bakteri.


Sehingga asam laktat bakterial dari wine diduga dapat memproteksi dampak
buruk alkohol untuk kesehatan gigi dan mulut.

Anda mungkin juga menyukai