Pembimbing: dr. Armen H. Rangkuti, Sp.Rad (K) HERNIA NUCLEUS PULPOSUS
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan
suatu gangguan yang melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus pulposis menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis spinalis. ETIOLOGI Usia berperan penting pada HNP. Seiring dengan bertambahnya usia, disk menjadi kering dan menjadi lebih keras. Dinding luar dari fibrosa yang keras dapat menjadi lemah dan menyebabkan kehilangan kemampuan untuk menahan nukleus gel-like pada inti nukleus. Material ini akan menjadi tonjolan atau ruptur keluar melalui robekan pada dinding disk, menyebabkan nyeri ketika material ini menyentuh saraf. Genetik, merokok, jumlah dari pekerjaan, dan aktifitas rekreasi dapat menyebabkan degenerasi disk yang dini. Manisfestasi Klinis
Hernia nukleus pulposus umumnya terjadi di
daerah lumbosakral, paling sering terjadi di antara L4 dan L5 atau L5 dan S1, sedangkan pada bagian servikal umumnya terjadi pada C5 dan C6. DISCUS INTERVERTEBRALIS Pembagian discus intervertebralis antara lain terdiri dari: Annulus fibrosus Terdiri atas jaringan fibrokartilago, di dalamnya serabut serabut kolagen tersusun dalam lamel lamel yang konsentris, dimana lamel lamel yang lain berjalan dalam arah sebaliknya. Nucleus pulposus Sifat nucleus pulposus adalah setengah cair sehingga memungkinkan berubah bentuk dan vertebra dapat menjungkit ke depan dan ke belakang di atas yang lain, seperti gerakan fleksi dan ekstensi columna vertebralis. Permukaan atas dan bawah corpus vertebra yang berdekatan yang menempel pada discus diliputi oleh cartilagohialin yang tipis. Gambaran Radiologis Foto polos
Dapat ditemukan berkurangnya tinggi diskus
intervertebralis pada HNP fase lanjut, sehingga ruang antar vertebralis tampak menyempit. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan patologis seperti proses metastasis dan fraktur kompresi. Gambaran foto polos dan CT scan vertebra lumbalis yang dicurigai HNP Ct-scan Computed Tomography Scan (CT-Scan) terbukti telah menjadi pemeriksaan penunjang yang baik dalam membantu penegakan diagnosa HNP. Pemeriksaan ini akan menunjukkan kompresi kanalis servikalis oleh diskus yang mengalami herniasi. CT-scan dengan myelografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan fiksasi alat metal. CT myelografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang akan menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncakan tindakan operasi terhadap stenosis forainal dan kanal vertebralis. CT-Myelogram Scan menunjukkan herniasi Potongan Axial yang menunjukkan protraction dari diskus parasentral kiri dengan kompresi serabut saraf S1. CT-myelogram menunjukkan ekstruksi diskus vertebrae ke posterior yang mengakibatkan kompresi saraf pada level T5-6 diskografi Dilakukan dengan penyuntikan pada diskus dengan media kontras yang larut dalam air, namun pemeriksaan ini dapat menimbulkan infeksi pada ruang diskus intervertebralis, terjadinya herniasi diskus, dan bahaya radiasi. Biaya relatif mahal dan hasilnya tidak lebih unggul dari pemeriksaan MRI sehingga jarang digunakan.9 Axial CT myelogram menunjukkan ekstrusi diskus sentral pada level T5-6 yang menyebabkan kompresi medulla spinalis. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan standard baku emas untuk
HNP. Pada MRI dapat terlihat gambaran bulging diskus (anulus intak), herniasi diskus (anulus robek), dan dapat mendeteksi dengan baik adanya kompresi akar-akar saraf atau medulla spinalis oleh fragmen diskus. Potongan T1-T2 weighted yang menunjukkan diskus tengah bagian kanan yang mengalami tekanan pada L4-5 yang ditandai dengan kompresi thecal sac. Diskus merembes keluar dan berpindah ke bagian cranial dan menekan serabut saraf L5. Potongan sagital pada gambaran echo MRI T1-T2-weighted dengan gradien yang lebih besar yang menunjukkan moderate-severe ekstuksi diskus vertebra yang mengakibatkan kompresi medula spinalis. PENATALAKSANAAN Terdapat dua tahapan terapi yaitu konservatif dan operatif. Terapi konservatif meliputi rehat baring (bed rest), mobilisasi, medikamentosa, fisioterapi, dan traksi pelvis. Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif selama 2-3 minggu tidak memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik. TERIMA KASIH