Oleh:
Pembimbing
dr. Armen H. Rangkuti, Sp.Rad (K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Gambaran
Radiologis pada Gout Arthtritis. Penulisan makalah ini adalah untuk salah satu
syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Radiologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
dr.Armen H. Rangkuti, Sp.Rad (K) selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini
dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara
optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
3
SAMPUL
Kata Pengantar .................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I . PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II . ANATOMI DAN FISIOLOGI SENDI ............................................. 3
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................
A. Definisi .............................................................................................. 6
B. Insiden dan Epidemologi ................................................................... 6
C Etiologi .............................................................................................. 7
D. Patofisiologi ....................................................................................... 7
E. Diagnosis ........................................................................................... 9
1. Gambaran Klinis............................................................................ 9
2. Pemeriksaan Radiologi...................................................................
3. Pemeriksaan Laboratorium............................................................
F. Diangnosis Banding ........................................................................... 15
G. Penatalaksanaan ................................................................................. 17
H. Prognosis ........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Artritis pirai (gout) merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai
akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat
supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraseluler. Masalah akan timbul
jika terbentuk kristal kristal monosodium urat monohidrat pada sendi
sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal kristal berbentuk seperti jarum ini
mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan
nyeri hebat yang sering menyertai serangan gout.(1,3)
Gout dapat ditemukan di seluruh dunia, pada semua ras manusia. Ada
prevalensi familial dalam penyakit gout yang mengesankan suatu dasar
genetik dari penyakit ini. Namun, ada sejumlah faktor yang agak
mempengaruhi timbulnya penyakit ini.(1,2,3,4,5)
Pada tahun 1986 dilaporkan prevalensi gout di Amerika Serikat adalah
13.6/1000 pria dan 6.4/1000 perempuan. Prevalensi gout meningkat dengan
meningkatnya taraf hidup. Di Indonesia belum banyak publikasi epidemologi
tentang arthritis pirai (AP). Pada tahun 1935 seorang dokter kebangsaan
Belanda bernama Van der Horst telah melaporkan 15 pasien arthritis pirai
dengan kecacatan (lumpuhkan anggota gerak) dari suatu daerah di Jawa
Tengah.(3)
C. ETIOLOGI
Penyebab hiperurisemia dan gout dapat dibedakan dengan hiperurisemia
primer, sekunder. Hiperurisemia dan gout primer adalah hiperurisemia dan
gout tanpa disebabkan penyakit atau penyebab lain. Hiperurisemia primer
terdiri dari kelainan molekuler yang masih belum jelas dan hiperurisemia
karena adanya kelainan enzim spesifik. Hiperurisemia kelainan molekular
yang belum jelas terbanyak didapatkan yaitu 99% terdiri dari hiperurisemia
karena underexcretion (80 90%) dan overproduction (10-20%).
Underexcretion kemungkinan disebabkan karena faktor genetik dan
menyebabkan gangguan pengeluaran AU dan menyebabkan gangguan
pengeluaran AU sehingga menyebabkan hiperurisemia. Hiperurisemia primer
karena kelainan enzim spesifik diperkirakan hanya 1%, yaitu karena
peningkatan aktivitas dari enzim phoribosylpyro-hosphatase (PRPP)
synthetas. (1,2,5)
Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia atau gout yang
disebabkan oleh penyakit lain atau penyebab lain,1,2 seperti penyakit glycogen
storage disease tipe I, menyebabkan hiperurisemia yang bersifat automal
resesif, glycogen storage disease tipe III, V, VI akan terjadi hiperurisemia
7
D. PATOFISIOLOGI
Onset serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar asam
urat serum, meninggi atau menurun. Pada keadaan asam urat stabil jarang
mendapat serangan.(2,5)
Perkembangan dari serangan akut gout umumnya mengikuti serangkaian
peristiwa. Mula mula terjadi hipersaturasi dari urat plasma dan cairan tubuh.
Selanjutnya diikuti oleh penimbunan di dalam dan sekeliling sendi sendi.
Serangan gout seringkali terjadi sesudah trauma local atau ruptura tofi
(timbunan asam urat), yang mengakibatkan peningkatan cepat konsentrasi
asam urat lokal. Tubuh mungkin tidak dapat mengatasi peningkatan ini
dengan baik, sehingga terjadi pengendapan asam urat di luar serum.
Kristalisasi dan penimbunan asam urat akan memicu serangan gout. Krital
kristal asam urat memicu respon fagositik oleh leukosit, sehingga leukosit
memakan Kristal Kristal asam urat dan memicu mekanisme respon
peradangan lainnya. Respon peradangan ini diperngaruhi oleh lokasi dan
banyaknya timbunan aam Kristal asam urat. Reaksi peradangan dapat meluas
dan bertambah sendiri, akibat dari penambahan timbuan Krista serum. (2,5)
`
8
E. DIAGNOSIS
1. Gambaran klinik
a. Stadium hiperurisemia asimtomatik
Nilai normal asam urat serum pada laki-laki adalah 5,1 kurang kebih
1,0 mg/ dl, dan pada perempuan adalah 4,0 kurang 1,0 mg/dl. Nilai-
nilai ini meningkat sampai sampai 9-10 mg/dl pada seseorang
dengan gout. Dalam tahap ini pasien tidak menunjukkan gejala-
gejala selain dari peningkatan asam urat serum. Pada umumnya
hiperurisemia secara tidak sengaja ditemukan pada sat melakukan
medical cek-up. Hanya 20% dari pasien hiperurisemia asimtomatik
yang berlajut menjadi serangan gout akut.(1,3,4)
Keadaan hiperurisemia juga dapat berlangsung seumur hidup tanpa
menimbulkan gejala.(3)
b. Stadium artritis Gout Akut
9
cepat sekali. Tofi juga bisa menjadi koreng atau ulcerasi atau
perlukaan dan mengeluarkan cairan kental seperti kapur yang
mengandung Kristal MSU. (3,5)
c. Stadium interkritik
Tidak terdapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat belangsung
dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami
serangan gout berulang dalam waktu kurang dari satu tahun jika
diobati.(3,5)
d. Stadium gout kronik
Timbunan asam urat yang bertambah dalam beberapa tahun jika
pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronik akibat Kristal-kristal
asam urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku juga pembesaran dan
penonjolan sendi yang bengkak. Serangan akut atritis gout dapat
terjadi dalam tahap ini tofi terbentuk pada masa kronik akibat
insolubilitas relative asam urat. Awitan dan ukuran tofi secara
proporsional mungkin berkaitan dengan kadar asam urat serum.
Bursa olekranon tendo Achilles permukaan extensor lengan bawah
bursa infrapatellar dan heliks telinga adalah tempat-tempat yag
sering dihinggapi tofi.secara klinis ini mungkin sulit dibedakan
dengan nodul reumatik. Pada masa kini tofi jarang terlihat dan akan
menghilang dengan terapi yang tepat.(3,5)
Gout dapat merusak ginjal, sehingga ekskresi asam urat
bertambah buruk. Kristal-kristal asam urat dapat terbentuk
interstitum medulla papilla dan pyramid, sehingga ginjal asam urat
juga dapat terbentuk sebagai akibat sekunder dari gout. Batu
biasanya berukuran kecil bulat dan tidak terlihat pada pemerikasaan
radiografi.(5)
2. Pemeriksaan Radiologi
11
F. DIANOSIS BANDING
1. Reumatoid artritis
Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai
sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit
jaringan ikat difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui
penyebabnya. Sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit
kronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan
terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang progresif
yang menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini. (1,3,6)
20% pada penderita artritis reumatoid dan tidak terjadi pada penyakit
lain, sehingga membantu dalam menegakkan diagnosis.(6)
2. Pseudogout
Pseudogout merupakan sinovitis mikrokristalin yang dipicu oleh
penimbunan Kristal calcium pyrophosphate dehidrogenase crystal
(CPPD), dan dihubungkan dengan kalsifikasi hialin serta
fibrokartilago. Ditandai dengan gambaran radiologis berupa kalsifikasi
rawan sendi dimana sendi lutut dan sendi sendi besar lainnya
merupakan predileksi untuk terkena radang.
G. PENATALAKSANAAN
Secara umum penanganan arthritis gout adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan
secara dini agar tidak terjadi kerusakan ataupun komplikasi lain misalnya
pada ginjal. Pengobatan arthritis gout akut bertujuan menghilangkan
keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan obat obat, antara lain
kolkisin, obat anti inflamasi non steroid (OAINS), kortikosteroid, atau
hormon ACTH. Obat penurun asam urat seperti alopurinol atau obat
urikosurik tidak boleh diberikan pada stadium akut. Namun pada pasien
yang telah rutin mendapat obat penurun asam urat, sebaiknya tetap
diberikan. Pemberian kolkisin dosis standar untuk arthritis gout akut
secara oral 3-4 kali, 0,5-0,6 mg per hari dengan dosis maksimal 6 mg.
Pemberian OAINS dapat pula diberikan. Dosis tergantung dari jenis
OAINS yang dipakai. Disamping efek anti inflamasi obat ini juga
mempunyai efek analgetika. Jenia OAINS yang banyak dipakai pada
arthritis gout akut adalah indometasin. Dosis obat ini adalah 150-200
mg/hari selama 2 3 hari dan dilanjutkan 75 100 mg/hari sampai
minggu berikutnya atau sampai nyeri atau peradangan berkurang.
Kortikosteroid dan ACTH diberikan apabila kolkisin dan OAINS tidak
efektif atau merupakan kontra indikasi. Pemakaian kortikosteroid pada
gout dapat diberikan secara oral atau parenteral. Indikasi pemberian adalah
pada arthritis gout akut yang mengenai banyak sendi (poliartikular). Pada
stadium interkritik dan menahun tujuan pengobatan adalah untuk
menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah
kekambuhan. Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet
17
H. PROGNOSIS
Lebih dari 50% orang yang telah terkena serangan artritis gout akan
mucul kembali biasanya dalam waktu enam bulan sampai dua tahun. Bagi
orang-orang dengan penyakit yang lebih berat, pengobatan jangka panjang
pencegahan sangat efektif untuk menurunkan asam urat, yang dapat
mencegah serangan dan, selama bulan sampai tahun, menye babkantophi
untuk menyelesaikan.15
18
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
19
12. Sawas N. Dual Source CT - Gout Imaging with Dual Energy. 2007.
Available at http://healthcare.siemens.com/computed-tomography/case-
studies/dual-source-ct-gout-imaging-with-dual-energy diakses Desember
2016
14. Ashman CJ, Klecker RJ, Yu JS. 2001. Forefoot pain involving the
metatarsal region: differential diagnosis with MR imaging. RadioGraphics
p;21: 14251440.
15. Yu JS, Tanner JR. 2002. Considerations in metatarsalgia and midfoot pain:
an MR imaging perspective. Semin Musculoskelet Radiol p;6:91104.
http://reference.medscape.com/features/slideshow/diseases-plain-
radiography diakses Desember 2016