Search
PBL Blok 11: Metabolisme Energi pada Kondisi Kelaparan dan Penyusunan
Pola Makan untuk Menghindari Kelaparan
Abstrak
Kelaparan adalah keadaan dimana seseorang kekurangan asupan karbohidrat, lemak dan
protein di dalam tubuhnya. Akibatnya, tubuh akan memetabolisme seluruh bahan dalam
tubuh menjadi glukosa karena banyak jaringan termasuk otak yang hanya bisa bekerja dengan
glukosa. Proses metabolismenya antara lain glikogenolisis dan glukoneogenesis. Proses-
proses tersebut tentunya tidak terlepas dari peranan hormon yang disekresikan oleh kelenjar
endokrin dalam tubuh. Meskipun kebutuhan glukosa dapat ditutupi saat kelaparan, tubuh
tetap membutuhkan zat-zat makanan lainnya. Untuk itulah diharuskan untuk memiliki pola
makan yang sehat sehingga dapat terlepas dari kelaparan atau mencegah kelaparan.
Kata Kunci: kelaparan, glikogenolisis, glukoneogenesis, hormon, pola makan
Abstrac
Starving is a condition where a person is deficient intake of carbohydrates, fats and protein
in their bodies. As a result, the body will metabolize all the material in the body into glucose
because many tissues including the brain can only work with glucose. Its metabolism
processes such as glycogenolysis and gluconeogenesis. These processes of course can not be
separated from the role of hormones are secreted by endocrine glands in the body. Although
glucose requirement can be covered when starving, the body still needs other nutrients. For
that required to have a healthy eating pattern so that it can irrespective from starving or
preventing starving.
Keywords: starving, glycogenolysis, gluconeogenesis, hormones, eating patterns
Pendahuluan
Kemiskinan, kesulitan bahan pangan, dan berpuasa merupakan beberapa penyebab
terjadinya kelaparan. Kelaparan adalah kondisi dimana tubuh kekurangan asupan energi dan
unsur-unsur nutrisi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang biasanya
didapatkan dari bahan makanan. Dalam kondisi kelaparan lebih dari satu hari, mulai akan
terjadi perubahan-perubahan metabolisme untuk mengimbangi kekurangan yang terjadi.
Meskipun tubuh dapat melakukan adaptasi metabolisme dalam kondisi lapar, tetap harus
dilakukan perbaikan pola makan. Mengapa? Karena jika dibiarkan terlalu lama, tubuh akan
menjadi kurus kering dan lemah serta dapat berujung pada kematian.
Melalui makalah kali ini, saya akan membahas mengenai metabolisme energi yang
terjadi dalam tubuh dikala terjadi kelaparan. Selain itu, saya juga akan membahas hormon-
hormon apa saja yang ikuta berperan dalam metabolisme tersebut dan tentunya saya akan
menjelaskan bagiaman pola makan yang baik untuk menghindari kelaparan. Semoga dengan
adanya makalah ini, mahasiswa FK Ukrida dapat menjelaskan dampak dari kelaparan
terhadap metabolisme energi (karbohidrat, protein, dan lemak), menjelaskan hormon-hormon
apa saja yang berperan, dan menjelaskan pola makan yang baik serta sehat bagi tubuh agar
tidak terjadi kelaparan.
Pembahasan
1. Metabolisme Energi
Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang terjadi dalam jaringan tubuh. Terdiri dari
dua bagian, yaitu anabolisme (pembentukan) dan katabolisme (pemecahan). Metabolisme
sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu metabolisme materi dan metabolisme energi. Pada
pembahasan kali ini, kita hanya akan membahas metabolisme energi. Metabolisme energi
terdiri dari perubahan kimia, lemak, karbohidrat, dan protein yang dipecah dan dioksidasi
menjadi energi atau disintesis menjadi komponen ATP (adenosin triphospate).1
Dalam kondisi normal (tidak kelaparan), karbohidrat akan diubah menjadi bentuk yang
lebih sederhana (monosakarida) hingga akhirnya akan diserap di dalam jejunum dan ileum
dalam bentuk glukosa.2 Glukosa nantinya akan diubah menjadi energi melalui proses
glikolisis Embden Meterhof (EM) dilanjutkan dengan proses oksidasi piruvat menjadi asetil
koA, dan terkahir akan melalui Sikulus Asam Sitrat (SAS). Selain diubah menjadi energi,
glukosa juga sebagian akan disimpan dalam bentuk glikogen melalui proses yang dikenal
sebagai proses glikogenesis.
Untuk protein nantinya akan dipecah untuk membentuk asam amino oleh enzim-enzim
yang berada dalam traktus gastointestin. Asam-asam amino ini akan memperbaruhi simpanan
protein dalam hati serta otot dan menggantikan protein yang diurakan pada saat sebelum
makan. Asam-asam amino berlebih dan tidak digunakan untuk sintesis protein akan diubah
oleh hati menjadi aseti-KoA atau piruvat yang kemudian akan memasuki siklus asam sitrat
membentuk energi.2
Lemak dalam makanan terdiri atas trigliserida dan kolesterol akan dicerna oleh enzim
lipase. Trigliserida rantai karbon sedang akan diserap langsung ke dalam aliran darah
sementara terigliserida dengan rantai karbon yang panjang diserap ke dalam aliran limfe
setelah diemulsi oleh getah empedu menjadi bentuk misel yang larut air dan dicenakan oleh
enzim lipase. Misel akan membentuk trigliserida kembali dan diangkut sebagai kilomikron
lewat cairan limfe dan aliran darah ke dalam hati. Di dalam hati, kilomikron akan diubah
menjadi kolesterol dan trigliserida yang selanjutnya akan disimpan di dalam jaringan
adiposa.2
Pada pembahasan kali ini, kita tidak akan membahas proses metabolisme energi dalam
keadaan normal seperti yang telah diringkas diatas. Namun, sesuai dengan skenario yang ada,
kita akan membahas bagaimanna metabolisme energi yang terjadi dalam tubuh pada saat
kelaparan. Pembahasan lebih lanjut akan diberikan di bawah ini.
3. Glikogenolisis
Sebelum masuk ke glikogenolisis, kita akan membahas sedikit mengenai glikogenesis.
Glikogenesis adalah proses pembentukan glikogen dari glukosa. Hal ini bertujuan untuk
menyediakan cadangan energi tertutama di hati dan otot. Glikogen yang terbentuk dari proses
glikogenolisis merupakan polimer-polimer becabang. Rantai lurusnya disebut dengan ikatan
glikosidik -1,4. Percabangannya dinamakan ikatan glikosidik -1,6. Ketika gula dalam
darah menurun, maka rantai-rantai glikogen tersebut akan mengalami pemecahan untuk
menbentuk glukosa kembali yang dikenal dengan proses glikogenolisis.
Glikogenolisis adalah sintesis glikogen menjadi glukosa (pada hati) dan menjadi asam
piruvat serta laktat (pada otot). Mengapa hanya dapat menjadi glukosa bila proses terjadi di
hati? Karena di dalam hati terdapat enzim glukosa 6-fosfatase. Meskipun demikian, nantinya
asam piruvat maupun laktat dapat dijadikan glukosa dengan cara memasuki siklus cori.
Glikogen sendiri adalah sumber bahan bakar darurat yang mengasilkan glukosa untuk
membentuk ATP dalam keadaan tidak ada oksigen atau apabila terjadi kekurangan glukosa. 3
Enzim yang berperan dalam proses ini antara lain adalah enzim fosforilase, transferase, dan
debranching enzim.
Fosforilase merupakan enzim regulator yang mengkatalis reaksi pemecahan ikalatan
glikosidik/fosforolisis (pemecahan dengan fosfat). Oleh fosforilase, tiap satu molekul glukosa
pada rantai lurus glikogen dilepaskan menjadi glukosa 1-P, sampai tinggal kurang lebih 4
molekul glukosa pada cabang. Setelah itu, kerjanya akan beralih pada enzim transferase.
Enzim ini memindahkan kurang lebih 3 segmen glukosa dari 4 sisa glukosa ke rantai lurus
yang berdekatan dan meninggalkan satu glukosa pada cabang tersebut. Debranching enzim
akan mengambil alih setelahnya dengan menghidrolisis tempat percabangan, memutuskan
satu molekul glukosa pada cabang tersebut menghasilkan glukosa bebas.4
Proses glikogenolisis sendiri melalui beberapa tahap-tahap berikut ini. Glikogen yang
terdiri dari unit glukosil 1,4 dan 1,6 akan mengalami pemecahan dengan bantuan fosfat oleh
enzim fosforilase, lalu dilanjutkan oleh enzim glukan transferase dan terakhir oleh
debranching enzyme (hal ini telah dijelaskan sebelumnya). Glukosa dari pemcahan oleh
debranching enzyme sudah merupakan glukosa bebas, sementara glukosa dari pemecahan
dengan fosforilase masih dalam bentuk glukosa terikat fosfat (glukosa 1-p).
Glukosa 1-p tersebut kemudian dengan bantuan enzim fosfoglukomutase menjadi
glukosa 6-p. Di hati, glukosa 6-p dapat diubah menjadi glukosa oleh enzim glukosa 6-
fosfatase. Glukosa 6-p yang berada di otot, harus melalui jalur pembentukan laktat maupun
asam piruvat, untuk bisa kembali menjadi glukosa. Proses tersebut akan dibahas pada
pembahasan berikutnya. Untuk lebih jelasnya, simak bagan yang berada di bawah ini.
Proses glikogenolisis tidak terlepas dari peranan hormon epinefrin dan glukagon dalam
darah (hormon ini akan dibahas lebih lengkap pada pembahasan di subbab berikutnya). Kadar
gula darah yang menurun, merangkasang peningkatan glukagon ataupun peningkatan
epinefrin ke resptor di hati yang kemudian mengaktifkan adenilat siklase, yang mensintesis
cAMP dari ATP. cAMP kemudian berikatan dengan protein kinase A (protein kinase
dependen-cAMP) sehingga terjadi pengaktifan subunit katalitik.3
Protein kinase A mengaktifkan fosforilase kinase melalui fosforilasi. Fosforilase kinase
manambahkan sebuah fosfat ke residu serin spesifik pada fosforilase, sehingga mengubah
fosforilase b menjadi fosforilase a yang aktif. Protein kinase A juga memfosforilasi glikogen
sintase, menyebabkan aktivitas enzim berkurang. Akibat inhibisi terhadap glikogen sintase
dan pengaktifan glikogen fosforilase, terjadi penguraiann glikogen menjadi glukosa 1-p. Pada
gambar, garis terputus-putus menyatakan reaksi yang menurun di hati individu yang sedang
puasa (kondisi kelaparan).3
4. Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah pembentukan glukosa dari sumber-sumber non karbohidrat
seperti asam laktat, beberapa jenis asam amino, gliserol, dan beberapa jenis asam lemak.
lokasi glukoneogenesis terjadi biasanya berlangsung di hati, tetapi pada orang yang
kelaparan, ginjalnya akan membentuk glukosa (lihat gambar 1). Proses ini juga berlangsung
di beberapa area yang sangat terbatas pada sel-sel epitel usus halus. Proses ini bertujuan
untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup saat kelaparan, saat masa asupan
karbohidrat terbatas, atau saat latihan berat, yaitu ketika asam laktat yang terbentuk dalam
otot diubah kembali menjadi glukosa dalam hati.
Glukoneogenesis distimulasi oleh konsentrasi karbohidrat selular yang rendah dan
penurunan gula darah. Proses ini juga distimulasi secara hormonal oleh glukagon, epinefrin
medula adrenal, dan oleh glukokortikoid korteks adrenal. 5 Pada manusia, sumber karbon
yang utama untuk glukoneogenesis adalah laktat, gliserol, asam amino, dan alanin. Laktat
dihasilkan oleh glikolisis anaerobik di jaringan misalnya otot yang sedang bekerja atau sel
darah merah. Gliserol dibebaskan dari simpanan triasilgliserol di jaringan adiposa, dan asam
amino terutuma berasal dari simpanan asam amino di otot yang mungkin berasal dari
penguraian protein otot. Alanin adalah asam amino glukoneogenik utama yang dibentuk di
otot dari asam amino lain dan dari glukosa.3
4.1 Sintesis Glukosa dari Laktat dan Alanin
Laktat akan terlebih dahulu dirubah menjadi piruvat. Kemudian piruvat mitokondria
mengalami dekarboksilasi membentuk oksaloasetat. Reaksi ini memerlukan ATP dan
dikatalis oleh piruvat karboksilase. Kemudian oksaloasetat direduksi menjadi malat oleh
malat dehidrogenase mitokondria. Pada reaksi ini, glukoneogenesis secara singkat mengalami
overlap (tumpang tindih) dengan siklus asam sitrat.
Malat meninggalkan mitokondria dan dalam sitoplasma dioksidasi membentuk kembali
oksaloasetat. Oksaloasetat sioplasma mengalami dekarboksilasi membentuk PEP (fosfat enol
piruvat) pada reaksi yang tidak memerlukan GTP yang dikatalis oleh PEP karboksikinase.
Dari PEP, akan terjadi jalur yang merupakan kebalikan jalur glikolisis sehingga pada
akhirnya akan menghasilkan glukosa bebas.3
4.2 Sitesis Glukosa dari Gliserol
Gliserol adalah hasil pecahan dari lemak yang disimpan dalam bentuk triasilgliserol.
Gliserol akan diubah menjadi glisero 3-p oleh enzim gliserol kinase. Dengan demikian,
proses ini telah masuk ke dalam proses glikolisis. Nantinya, gliserol 3-p akan diubah menjadi
dihidroksiaseton fosfat (DHAP), yang selanjutnya diubah menjadi furktosa 1,6 bisfosfat.
Fruktosa 1,6 bifosfat oleh bantuan enzim fruktosa 1,6 bisfosfatase menjadi fruktosa 6-p.
Fruktosa kemudian menjadi glukosa 6-p, dimana pada akhirnya glukosa 6-p akan menjadi
glukosa bebeas oleh bantuan enzim glukosa 6-fosfatase.
4.3 Sintesis Glukosa dari Asam Amino
Melalui reaksi bokimiawi, beberapa asam amino dalam tubuh dapat diubah menjadi
glukosa atau glikogen; asam amino ini disebut asam amino glukogenik atau glikogenik. Asam
amino yang di dalam tubuh dapat diubah menjadi senyawa-senyawa keton (keton bodies) atau
menjadi Asetil-S-KoA dikenal sebagai asam-asam amino ketogenik. Beberapa asam-asam
amino termasuk keduanya, yaitu sebagai asam amino glikogenik dan ketogenik.6
Dari gambar 8, kita dapat melihat proses perubahan asam-asam amino glikogenik untuk
menjadi glukosa. Histidin, prolin, glutamin, dan arginin akan diubah menjadi glutamat yag
kemudian dengan bantuan enzim transaminase akan diubah menjadi -ketoglutarat. Dengan
berubah menjadi -ketoglutarat, proses ini telah memasuki siklus asam sitrat dan pada
akhirnya akan menjadi glukosa. Isoleusin, metionin, dan valin akan diubah menjadi suksinil-
KoA dan kemudian masuk ke dalam siklus asam sitrat. Tirosin dan fenilalanin diubah
menjadi fumarat dan kemudian masuk ke dalam siklus asam sitrat dan berlanjut akhirnya
menjadi glukosa.
5.3.2 Kortisol
Glukokortikoid utama yang akan dibahas disini adalah kortisol karena memiliki peran
penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan juga protein. Efek keseluruhan dari
pengaruh kortisol pada metabolisme adalah peningkatan konsentrasi glukosa darah dengan
mengorbankan simpanan lemak dan protein. Untuk lebih spesifiknya, efek dari kortisol akan
dijelaskan di bawah ini.
Kortisol merangsang glukoneogenesis di hati, perubahan sumber-sumber nonkarbohidrat
(yaitu asam amino) menjadi karbohidrat i dalam hati melalui proses glukoneogenesis. Antara
waktu makan atau selama puasa, ketika tidak ada nutrien baru yang diserap ke dalam darah
untuk digunakan dan disimpan, glikogen (glukosa dimpanan) di hati cenderung berkurang
karena di uraikan untuk membebaskan glukosa ke dalam darah. Glukoneogenesis adalah
faktor penting untuk mengganti simpanan glikogen hati dan karenanya mempertahankan
kadar glukosa darah tetap normal di antara waktu makan. Hal ini penting karena otak hanya
dapat menggunakan glukosa sebagai bahan bakar metabolik.
Kortisol menghambat penyerapan dan pemakaian glukosa oleh banyak jaringan kecuali
otak. Dengan demikian, otak akan mendapat suplai glukosa. Selain itu, kortisol merangsang
penguraian protein di banyak jaringan khususnya otot. Dengan menguraikan sebagian dari
protein otot menjadi asam amino, korrtisol meningkatkan konsentrasi asam amino darah.
Asam-asam amnio yang dimobilisasi ini tersedia untuk glukoneogenesis atau di manampun
mereka dibutuhkan.
Terakhir, kortisol mempermudah lipolisis, yaitu suatu poreses penguraian lemak di
jaringan adiposa sehingga asam-asam lemak di bebaskan ke dalam darah. Asam-asam lemak
yang dimobilisasi ini tersedia sebagai bahan bakar metabolik alternatif bagi jaringan yang
dapat menggunakan sumber energi ini sebagai pengganti glokosa sehingga glukosa di hemat
untuk otak. Selain untuk efek-efek metabolisme energi, kortisol juga harus ada dalam jumlah
memadai agar katekolamin dapat menimbulkan vasokontriksi juga berperan penting dalam
adaptasi terhadap stress. Segala jenis tres merupakan rangsangan utama bagi peningkatan
sekresi kortisol. Kortisol juga memiliki efek antiinflamasi dan imunosupresif.
Glukokorikoid dilepaskan dari kelenjar adrenal sebagai repons terhadap hormon
adrenokortikotropik (ACTH) yang bersirkulasi dari hipofisis anterior. ACTH dilepaskan
sebagai respon terhadap cortiocotropin-releasing hormon (CRH) yang dibawa dalam darah
portal dari hipotalamus. Stimulus untuk peningkatan CRH adalah stres, hipoglikemia
(glukosa darah yang rendah), dan penurunan kadar glukokortikoid yang bersirkulasi.
5.3.3 Andorgen Adrenal
Androgen adrenal dilelpaskan sebagai respon terhadap stimulasi ACTH pada kelenjar
adrenal. Andorgen adrenal adalah sumber utama androgen pada wanita dan anak. Akadar
ACTH yang tinggi dapat menimbulkan maskulinisasi pada wanita dan anak. Struktur ACTH
sama dengan hormon hipofisis anterior lainnya.7
5.3.4 Epinefrin dan Norepinefrin
Epinerin dan norepinefrin memiliki perbedaan efk fisiologis yang berkaitan dengan kedua
jenis resptornya, alfa dan beta, yang terletak pada membran sel target. Secara keseluruhan,
fungsi hormon ini adalah untuk memperisapkan tubuh terhadap aktivitas fisik yang
merespons stress, kegembiraan, cedera, latihan, dan penurunan kadar gula darah.
Efek epinefrin antara lain: meningkatkan frekuensi jantung, meningkatkan metabolisme
dan konsumsi oksigen, meningkatkan kadar gula darah melalui stumulasi glikogenolisis pada
hati dan simpanan glikogen otot. Selain dari pada itu, epinefrin juga menyebabkan pemuluh
darah pada kulit dan organ-organ ciseral berkonstriksi sementara pembuluh otot rangka dan
otot jantung berdilatasi. Efek norepinefrin adalah untuk meningkatkan tekanan darah dan
untuk menstimulasi otot jantung.9
5.4 Pankreas
Pankreas adalah organ pipih yang terletak di belakang dan sedikit di bawah lambung
dalam abdomen. Organ ini memiliki dua fungsi yaitu fungsi endokrin dan fungssi eksokrin.
Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai sel asinar pankreas yang memproduksi
carian pankreas untuk kemudian disekresi melalui duktus pankreas ke dalam usus halus. Sel
endokrin dapat ditemukan dalam pualau-pula Langerhans, yaitu kumpulan kecil sel yang
tersebar di seluruh organ. Ada empat jenis sel penghasil hormon yang terindentifikasi dalam
pulau-pulau tersebut, yaitu sel alfa (mensekresi glukagon), sel beta (mensekresi insulin), sel
delta (mensekresi somastotatin) dan sel F (mengsekresi polipeptida pankreas). Dalam
makalah ini kita akan lebih membahas pankreas endokrin.9
5.4.1 Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon protein yang dikeluarkan oleh sel alfa pulau Langerhans
sebagai resposn terhadap kadar glukosa darah yang rendah dan peningkatan asam amino
plasma. Glukagon adalah hormon utama stadium pasca absorptif pencernaan, yang terjadi
selama periode puasa di antara waktu makan.7 Faktor utama yang mengatur sekresi glukagon
adalah efek langsung konsentrasi glukosa darah pada pankreas enndokrin. Dalam hal ini, sel
alfa pankreas meningkatkan sekresi glukagon sebegai respon terhadap penurunan glukosa
darah. Sebaliknya, peningkatan konsentrasi glukosa darah menghambat sekresi glukagon.10
Secara umum, kerja glukagon berlawanan dengan fungsi insulin. Fungsi hormon ini
terutama adalah katabolik (penguraian).7 Efek keseluruhan glukagon pada metabolisme
karbohidrat menyebabkan peningkatan produksi dan pelepasan glukosa oleh hati sehingga
kadar glukosa darh meningkat. Glukagon melalui efek hiperglikemiknya dengan menurunkan
sintesis glikogen, mendorong glikogenolisis dan merangsang glukoneogenesis.10
Glukagon juga melawan efek insulin pada metabolisme lemak dengan mendorong
penguraian lemak serta inhibisi sintesis trigliserida. Glukagon meningkatkan produksi keton
hati (ketogenesis) dengan mendorong perubahan asam lemak menjadi badan keton. Karena
itu kadar asam lemak dan keton darah meningkat di bawah pengaruh glukagon. Efek pada
protein, glukagon dapat menghambat sintesis protein di hati serta mendorong penguraian
protein hati. Stimulasi glukoneogenesis juga memperkuat efek katabolik glukagon pada
metabolisme protein hati. Glukagon mendorong katabolisme protein di hati tetapi tidak
berefek nyata pada kadar asam amino darah karena hormon ini tidak mempengaruhi protein
otot, simpanan protein utama di tubuh.10
5.4.2 Insulin
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah serta mendorong
penyimpanan bahan-bahan tersebut. Sewaktu molekul nutrien ini masuk ke darah selama
keadaan absorptif, insulin mendorong penyerapan bahan-bahan ini oleh sel dan mengubahnya
masing-masing menjadi glikogen, trigliserida, dan protein. Insulin melaksanakan banyak
fungsinya dengan mempengaruhi transpor nutrien darah spesifik masuk ke dalam sel atau
mengubah aktivasi enzim-enzim yang berperan dalam jalur metabolik tertentu.
Secara singkat, insulin tertuma menimbulkan efek dengan bekerja pada otot rangka
inaktif, dan jaringan lamak. Hormon ini merangsang jalur-jalur biosintetik yang
menyebabkan penyimpanan karbohidrat dan lemak, serta meningkatkan sintesis protein. Jadi
hormon ini merurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah. Ketika sekresi
insulin rendah, efek kebalikannya yang terjadi. Lalu pemasukan glukosa ke dalam sel
berkurang dan terjadi katabolisme melebihi sintesis glikogen, trigliserida, dan protein.10
5.4.3 Somastotatin
Somatostatin juga disebut hormon penghambat hormon perubuhan dan dilepaskan oleh
hipotalamus. Somatostatin dari hipotalamus merupakan salah satu penghambat pelepasan
hormon perumbuhan hormon hipotalamus yang mengontrol pelepasan horom pertumbuhan
dari hipofisis anterior. Hormon ini mengendalikan metabolisme dengan menghambat sekresi
insulin dan glukagon.7
Pembahasan Kasus
Pada PBL kali ini didapatkan kasus: pada suatu daerah yang telah mengalami rawan
pangan akibat kekeringan selama beberapa tahun, banyak ditemukan anak-anak yang
kelaparan. Tubuh mereka jauh lebih kurus dan pendek dibanding anak-anak normal
seusianya. Kelaparan sendiri adalah kondisi dimana tubuh kekurangan asupan energi dan
unsur-unsur nutrisi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang biasanya
didapatkan dari bahan makanan.
Dalam kondisi kelaparan lebih dari satu hari, tubuh akan mulai melakukan aktivitas
metabolisme yang tidak seperti biasanya. Jika biasanya bahan makanan karbohidrat akan
dibentuk menjadi energi dan disimpan dalam glikogen, maka saat kelaparan, glikogen akan
yang disimpan akan diubah menjadi glukosa. Sama halnya dengan protein yang ada di dalam
tubuh mulai dipecah dalam tubuh dan akan memasuki siklus asam sitrat untuk kembali
menjadi glukosa. Lemak yang tersimpan di dalam jaringan adiposa akan diubah menjadi
gliserol lalu pada akhirnya akan menjadi glukosa juga. Selain dari pada bahan-bahan tersebut
laktat dan alanin juga akan mengalami sejumlah proses untuk menjadi glukosa. Kesemua
proses-proses tersebut terdapat dalam glikogenolisis dan glukoneogenesis.
Lama kelamaan, tubuh akan kehilangan simpanan glikogen sehingga energi yang
dihasilkan akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan seseorang menjadi mudah lelah.
Dilain pihak, simpanan lemak di jaringan adiposa pun akan berkurang yang dapat
menyebabkan tubuh orang yang kelaparan menjadi kurus kering. Protein pun lama-lama
kadarnya akan berkurang sehingga beberapa proses perbaikan dan pertumbuhan jaringan
akan sangat terganggu, misalnya saja pertumbuhan tinggi badan. Pada akhirnya tubuh akan
kehabisan semua zat yang dibutuhkan sehingga mengakibatkan kematian.
Untuk itulah diperlukan pengaturan pola makan yang baik agar kelaparan tidak terjadi.
Menu makanan yang disusun dalam sehari haruslah memberikan nutrien lengkap, memenuhi
cita rasa, bervariasi, tampak menarik dan bersih, tidak bertentangan dengan agama dan
kepercayaan, serta memberikan kepuasan tanpa mengurangi harga diri. Selain itu harus
mengikuti pola makan yang baik (tiga kali sehari, 2 kali makanan selingan) dan memenuhi 4
sehat 5 sempurna. Perlu juga diperhatikan bahwa makana dalam sehari haruslah memiliki
kadar kalori yang sesuai dengan kalori total yang dibutuhkan tubuh.
Kesimpulan
Dari kasus yang ada, kelompok membuat hipotesis bahwa tubuh anak kurus dan pendek
kekurangan suplai gizi. Berdasarkan pembahasan kasus diatas, benar adanya bahwa
kekurangan suplai gizi atau kelaparan dapat menyebabkan tubuh seseorang kurus dan pendek.
Hal ini dikarenakan seluruh simpanan dalam tubuh baik yang merupakan karbohidrat,
protein, dan lemak, diubah menjadi glukosa untuk memenuhi kebutuhan glukosa tubuh.
Akibatnya pertumbuhan dan juga berat badan akan berkurang. Untuk itulah diperlukan
perbaikan pola makan. Dengan demikian, hipotesis dapat dibenarkan.
Daftar Pustaka
1. Dewi N. Nutrion and food: gizi untuk keluarga. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara;
2010.h.8.
2. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2006.h.66-70.
3. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
4. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
6. Brooker C. Ensiklopedia keperawatan (churchill livingstones mini encyclopaedia of
nursing). Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.270.
7. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009.h.272-4.
8. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2003.
9. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
10. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2012.
11. Brooker C. Ensiklopedia keperawatan (churchill livingstones mini encyclopaedia of nursing).
Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.270.
12. Sediaoetama AD. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Edisi 1. Jakarta: Dian Rakyat;
2012.
13. Sediaoetama AD. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Edisi 2. Jakarta: Dian Rakyat;
2012.
DAPATKAN UANG
DENGAN KERJA ONLINE
Kunjungi: Money4visits
Thx for your visits :)
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Reactions:
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
1 komentar:
1.
Balas
Tambahkan komentar
Muat yang lain...
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Popular
Tags
Blog Archives
PBL Blok 11: Metabolisme Energi pada Kondisi Kelaparan dan Penyusunan Pola
Makan untuk Menghindari Kelaparan
Afraid For Love To Fade | Download Lagu After You | Download Lagu Away from
You | Download Lagu Be My Number Two | Download Lag...
PBL Blok 5: Kelelahan Otot sebagai Akibat Mekanisme Kerja Otot
Abstrak Sistem muskular (otot) terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung
jawab atas gerakan tubuh. Terdapat tiga jenis yaitu...
Pendahuluan 1. Latar Belakang Masyarakat saat ini adalah tipe masyarakat yang
membutuhkan perhatian serta sentuhan kasih yang...
Pagi hari saat saya bangun dari tidur, saya mendapatkan sms dari +6285696016329
yang bertuliskan: "SLMT!! No Anda m-dpt 1 unit mobil...
Pembentukan Bumi
Sejarah Pembentukkan Bumi Menurut ilmuan, Bumi yang me njadi tempat tinggal
manusia telah berusia sekitar 4,6 milliar tahun. Beberapa contoh...
Abstrak Dalam proses melahirkan, panggul atau pelvis adalah salah satu struktur
penting. Pelvis yang memiliki 4 tulang penyusun utama i...