PALEMBANG
MAKALAH
Disusun Untuk Menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan Gerontik
Di Panti Sosial Trena Werdha Palembang
Oleh
Kelompok IV
Dosen Pembimbing
Dian Emilia S.kep Ners
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya dengan segala kemampuan dan
kesungguhan yang ada serta berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan di Panti tresna Werdha yang berjudul Asuhan Keperawatan Hipertensi pada Ny M. Adapun
tujuan dari penulisan laporan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Praktik Klinik
Keperawatan
Dalam penulisan laporan ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan dan doa dari berbagai
pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Oleh
karna itu penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
Penulis menyelesaikan makalah ini melibatkan banyak pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini
dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. H Chairil Zaman Msc selaku Direktur STIK Bina Husada Palembang
2. Abubakar Siddiq Skp M.kes Selaku kepala Program Studi Ilmu Keperawatan STIK bina husada
palembang.
3. ibu Edayati selaku kepala panti sosial tresna werdha teratai palembang
4. Dede panca Yusman selaku Pembimbing Klinik yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan
sehingga makalah ini dapat di selesaikan.
5. Ns Dian Emilia S.kep selaku Dosen pembimbing Akademik Keperawatan STIK Bina Husada
Palembang
6. Seluruh staf yang ada di Panti Tresna werdha
7. Seluruh dosen pengajar dan staf STIK Bina Husada Palembang
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga makalah seminar praktek klinik dapat kami
selesaikan.
Terima kasih semuanya atas dorongan, bantuan, bimbingan dan arahanya.Penulis menyadari sepenuhnya
segala kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik isi maupun cara penulisannya.
Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya di bidang keperawatan, Amin ya
Rabbal Alamin.
Salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian akibat hipertensi
disebabkan oleh perilaku masyarakat itu sendiri. Diperkirakan bahwa 40% sampai 50% klien
dengan hipertensi menghentikan program pengobatan dalam tahun pertama. Mengidentifikasi
adanya hambatan terhadap kepatuhan memungkinkan perawat untuk merencanakan intervensi
untuk menghilangkan masalah ini dan memperbaiki kepatuhan (Miller,1992). Ketidakpatuhan
terhadap program terapi merupakan perilaku yang menjadi masalah besar pada penderita
hipertensi. Diperkirakan 50% diantara mereka menghentikan pengobatan dalam 1 tahun
pemulihan. Pengontrolan tekanan darah yang memadai hanya dapat dipertahankan pada 20%.
Namun bila pasien berpartisipasi secara aktif dalam program, termasuk pemantauan diri
mengenai tekanan darah dan diit, kepatuhan cenderung meningkat karena dapat segera diperoleh
umpan balik sejalan dengan perasaan semakin terkontrol.(Brunner and Suddart, 2002).
Hak seseorang untuk menentukan diri sendiri dilindungi melalui proses persetujuan
tindakan (inform consent) yang mempunyai tiga syarat: seseorang harus mendapatkan penjelasan
akibat dari suatu tindakan, harus mengerti keuntungan dan kerugiannya, serta tidak ada paksaan.
Ketika seseorang menolak untuk patuh terhadap anjuran atau intruksi, perawat perlu mengkaji
adanya semua elemen yang diperlukan untuk persetujuan tindakan (Cassels &Redman, 1989).
Persepsi yang tidak akurat tentang status kesehatan biasanya meliputi kesalahan pengertian
penyakit yang dialaminya, keseriusan penyakit, kerentanan untuk terjadinya komplikasi, dan
perlunya prosedur untuk pengobatan atau mengontrol penyakit. Untuk itu diperlukan adanya
suatu proses penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah proses belajar mengajar yang
mempengaruhi perilaku klien dan keluarga melalui perubahan dalam pengetahuan, sikap dan
kepercayaan, dan melalui kemahiran ketrampilan psikomotor.
1.2.Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular : hipertensi, secara komprehensipf meliputi aspek biopsikososio spiritual
2. Tujuan khusus
Melalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio spiritual diharapkan siswa mampu:
3. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai dengan
masalah yang diprioritaskan.
4. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang telah
diprioritaskan.
5. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada klien
hipertensi.
7. Mampu membahas kesenjangan yang terjadi antara teori yang diperoleh dengan studi
kasus/ penerapan di lapangan.
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita
hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus
dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner
and Suddart , 2002).
Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut usia dan
menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya, kontrol tekanan darah
menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Jose Roesma, dari divisi nefrologi ilmu
penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta mengungkapkan bahwa pada
orang tua umumnya terjadi hipertensi dengan sistolik terisolasi yang berhubungan dengan
hilangnya elastisitas arteri atau bagian dari penuaan.
Jantung terletak dalam rongga dada. Ukuran jantung sebesar genggaman tangan pemiliknya
dengan berat sekitar 300 gram. Lihat Gambar 5.7. Jantung dalam sistem sirkulasi berfungsi
sebagai alat pemompa darah.\
Jantung tersusun atas otot jantung ( miokardium ) . Bagian jantung luar dilapisi oleh selaput
jantung ( perikardium ). Perikardium terdiri dari 2 lapisan. Lapisan luar disebut lamina panistalis
dan lapisan dalam yang menempel pada dinding jantung disebut lamina viseralis. Di antara
kedua lapisan tersebut terdapat ruangan kavum perikardii yang berisi cairan perikardii. Cairan ini
berfungsi untuk menahan gesekan. Bagian dalam jantung dilapisi endokardium.
Jantung mempunyai empat ruangan, yaitu atrium sinister (serambi kiri), atrium dexter (serambi
kanan), ventrikel sinister (bilik kiri), dan ventrikel dexter (bilik kanan). Antarsisi kiri dan kanan
jantung dipisahkan oleh septum (sekat) yang berupa otot yang padat. Perhatikan Gambar 5.8.
( Gambar Jantung )
Atrium merupakan ruangan jantung tempat masuknya darah dari pembuluh balik (vena). Antara
atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup valvula bikuspidalis (katup berdaun dua). Katup ini
berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kiri agar tidak mengalir kembali ke atrium kiri saat
jantung berkontraksi.
Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari pada atrium, keadaan ini disebabkan ventrikel
berfungsi memompa darah keluar jantung. Antara atrium kanan dengan ventrikel kanan terdapat
katup valvula trikuspidalis (katup berdaun tiga). Katup ini berfungsi mencegah darah dalam
ventrikel kanan agar tidak mengalir kembali ke atrium saat jantung berkontraksi.
Jantung terus-menerus memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jantung memompa darah
dengan cara berkontraksi sehingga jantung dapat mengembang dan mengempis. Kontraksi
jantung ini menimbulkan denyutan yang dapat dirasakan pada pembuluh nadi di beberapa
tempat.
Saat berkontraksi, atrium dan ventrikel mengembang dan menguncup secara bergantian. Bila
atrium mengembang, jantung mengisap darah dari seluruh tubuh melalui pembuluh balik (vena
kava superior dan vena kava inferior). Darah yang diisap ini masuk ke atrium kanan dan darah
dari vena pulmonalis yang kaya oksigen masuk ke atrium kiri.
Bila atrium menguncup maka ventrikel mengembang dan darah mengalir dari atrium ke
ventrikel. Ventrikel merupakan bagian jantung yang berfungsi memompa darah meninggalkan
jantung. Perhatikan Gambar 5.9.
2.3. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya
(terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan / sebagai akibat dari adanya penyakit
lain.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi berdasarkan WHO-ISH 1999
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal Tinggi 130 139 85 89
Derajat 1 (ringan) 140 159 90 99
subgroup borderline 140 149 90 94
Derajat 2 (sedang) 160 179 100 109
Derajat 3 (berat) 180 110
Hipertensi Sistolik 140 90
Sumber : Zulkhair Ali, Standar Profesi Ilmu Penyakit Dalam (2002).
2.5. Tanda Dan Gejala
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema
pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-
tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi
yang khas sesuai dengan sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan.penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi.
Hipertropi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yag meningkat. Apabila jantung tidak mampu
lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam
hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah [BUN] dan kreatinin). Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang
termanifestasikan sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam
penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia,
insiden infark otak mencapai 80%.
2.6.Patoflow
Tek.pemblhdrhotak
Nyerikepala
Ginjal
Vasokonstriksipemblh.darah
ginjal
Blood flow
Respon KAA
Vasokonstriksi
Rangsangaldosteron
Retensi Na
Oedema
Pemblhdarah
Sistemik
Vasokontriksi
afterload
COP
Retina
Spasmus
arteriole
Diplopia
Suplai O2otak
Kesadaran
Resikoinjuri
CVA
Otak
Resikoinjuri
Intoleransiaktivitas
Koronerjantung
invarkmiokard
Nyeri dada
Gx. Keseimbangancairan
2.7. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mecapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah
140/90mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya
perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi. Beberapa penelitian menunjukan
bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol,
natrium dan tembakau: latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan
pada setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi
(pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85-95 mmHg dan sistoliknya
diatas 130 sampai 139mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.
Pastikan mengkonsumsi kalsium, kalium dan diet magnesium dalam jumlah yang
diizinkan setiap hari.
Obesitas meningkatkan tahanan perifer dan beban kerja jantung sehingga meningkatkan
tekanan darah. Alkohol adalah vasodilatator yang akan menyebabkan vasokonstriktor rebound,
yang mempunyai keterkaitan dengan tekanan darah (Cunningham, 1992).
Latihan reguler meningkatkan aliran darah perife- dan otot se` efisiensi jantung.
Hasilnya adalah sistem kardiovaskuler yang lebih efektif (Hill,1985). Natrium mengontrol
distribusi air keseluruh tubuh. Peningkatan natrium menyebabkan peningkatan air, dengan
demikian meningkatkan volume sirkulasi dan meningkatkan tekanan darah. Tembakau bekerja
sebagai vasokonstriktor, yang meningkatkan tekanan darah. Diet tinggi lemak membantu
pembentukan plaque dan penyempitan pembuluh darah (Cunningham, 1992).
9. Keamanan
Gejala : - Gangguan koordinasi/ cara berjalan.
- Episode parestesia unilateral transien.
- Hipotensi postural.
10. Pembelajaran/ Penyuluhan
Gejala: - Faktor-faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes melitus,
penyakit serebrovaskular/ ginjal.
- Faktor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara.
- Penggunaan pil KB atau hormon lain; penggunaan obat/ alkohol.
11. Pemeriksaan Diagnostik
Hemoglobin/ Hemotokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
BUN/ Kreatinin : Memberikan nformasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
Glukosa :Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetusan hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan kadar ketokolamin(meningkat hipertensi).
Kalium Serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
Kalsium Serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasi pencetus untuk/
adanya pembentukan plakateromatosa (efek kardiovaskuler).
Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi
Kadar aldosteron urin/ serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
Urinalisa : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau diabetes.
VMA urin (metabolit katekolamin) : Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma
(penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositomabila hipertensi
hilang timbul.
Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi.
Steroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoa atau disfungsi
pituitari, sindrom Cushing kadar renin dapat juga meningkat.
IVP : Dapat mengindentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal/ ureter.
Foto Dada : Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup, deposit pada dan/ atau
takik aorta, pembesaran jantung.
CT Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, atau feokromositoma.
EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, catatan:
Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
1. Mempertahankan tirah baring 1. Meminimalkan stimulus/ meningkatkan
selama fase akut. relaksasi.
2. Berikan tindakan nonfarmakologi 2. Tindakan yang menurunkan tekanan
untuk menghilangkan sakit kepala, vaskular serebaral dan yang
mis: kompres dingin pada dahi, pijat memperlambat/ memblok respons
punggung dan leher, teknik relaksasi simpatis efektif dalam menghilangkan
(panduan imajinasi, distraksi) dan sakit kepala dan komplikasinya.
aktivitas waktu senggang.
3. Hilangkan/ minimalkan aktivitas 3. Aktivitas yang meningkatkan
vasokontriksi yang dapat vasokontriksi menyebabkan sakit
meningkatkan sakit kepala, mis: kepala pada adanya peningkatan
mengejan saat BAB, batuk panjang, tekanan vaskular serebral.
membungkuk.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai 4. Pusing dan peningkatan kabur sering
kebutuhan. berhubungan dengan sakit kepala.
Pasien juga dapat mengalami episode
hipotensi postural.
5. Berikan cairan, makanan lunak, Meningkatkan kenyamanan umum.
perawatan mulut yang teratur bila
terjadi perdarahan hidung atau
kompres telah dilakukan untuk
menghentikan perdarahan.
Kolaborasi
6. Berikan sesuai indikasi : obat 6. Menurunkan/ mengontrol nyeri dan
analgesik menurunkan rangsang sistem saraf
simpatis.
3). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dari kebutuhan oksigen.
Kriteria hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ diperlukan.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intolerasi fisiologi.
PALEMBANG
A. PENGKAJIAN
I. Identitas
a. Identitas klien
ma : Ny M
Umur : 68 th
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : panti tresna werdha teratai Km 5
Tgl masuk wisma : 23 Februari 2005
Tgl pengkajian : 03 Agustus 2012
II. Alasan Masuk Panti
Klien merasa dirinya sudah tua dan sudah tidak bisa banyak membantu dan klien tidak mau
menjadi beban hidup keluarganya,sedangkan klien tinggal bersama adik iparnya yang hanya
bekerja sebagai tukang becak dan kehidupan ekonominya tidak mencukupi oleh karena itu klien
minta kepada adik iparnya agar membawa klien kepanti jompo
a. Keluhan utama
Klien mengatakan seringa merasakan nyeri kepala dan pusing
a. Psikologis
1. Harga diri
Klien mengatakan malu dengan dirinya sendiri dan orang lain
karena hidup didalam rumah panti jompo
2. Ideal diri
Klien mengatakan ingin pulang kerumahnya tapi klien tidak mengetahui keberadaan keluarganya
3. Gambaran diri
klien tidak mampu mengingat keluarga dan alamat tempat tinggalnya terdahulu, serta Klien
dapat menerima bentuk dan keadaan tubuhnya apa adanya
b. Hubungan sosial
1. Hubunga antar keluarga
Klien tidak mengetahui akan keluarganya, klien masuk panti tampa ada keluarga yang
mengetahuinya
2. Hubungan dengan orang lain
Klien hanya berdiam dan sering menyendiri dan tidak mau berkumpul dengan orang lain
disekitarnya dan klien jarang berkomunikasi dengan klien lainnya walaupun duduk
bersampingan.
c. Spiritual / kultural
1. Pelaksanaan ibadah
Klien sangat menyakini agamanya dan klien sering melaksanakan ibadah jumat tapi tidak
melaksanakan ibadah 5 waktu
2. Kegiatan tentang kesehatan
Klien sadar bahwa keadaan kesehatannya sudah menurun, dimana klien mengetahui pengelihatan
kabur, kulit keriput akibat factor penuaan.
c. Data Penunjang
- Segi Psikososial
Klien lansia menunjukan tanda tanda meningkatnya ketergantungan fokus fokus diri lansia
bertambah, memperlihatkan semakin sempitnya perhatian, membuktikan bukti nyata akan kasih
sayang yang berlebihan.
d. Theraphy
1. Memenuhi kebutuhan fisik klien lansia
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan lansia dengan menciptakan Lingkungan yang
menunjang
3. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif
4. Mengurangi ketergantungan klien lansia
5. Mencegah komplikasi penyakit dengan tindakan tindakan preventif, spt :
- Nutrisi : Makanan + Suplemen tambahan
- Personal Hygiene : Mandi, cuci rambut, ganti pakaian
- Alat alat bantu Persepsi sensorik, spt : Alat bantu penglihatan dan pendengaran
B. ANALISA DATA
2. Ds :
- Klien mengatakan badan Vasokontriksi
lemas dan kepala pusing
Do :
- Aktivitas di bantu
- Keadaan umum lemah
Afterload terjadi
peningkatan
COP mengalami
penurunan
Intolerasnsi aktivitas
C. PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan rasa nyaman/Nyeri
2. Intoleransi aktivitas
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Gangguan rasa nyaman/nyeri beruhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral
2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai
dari kebutuhan oksigen
Rencana Keperawatan
Nama : Ny M
Umur : 68 thn
membungkuk. berhu
sakit k
Bantu pasien dalam
dapat
ambulasi sesuai
hipote
kebutuhan.
5. Menin
Berikan cairan,
kenya
makanan lunak,
perawatan mulut yang 4. Menu
teratur bila terjadi nyeri
perdarahan hidung atau Meny
kompres telah memb
dilakukan untuk mengk
menghentikan 1. r
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perdarahan. terhad
adanya kelemahan umum, Berikan sesuai dan; b
ketidakseimbangan antara suplai dari Setelah dilakukan indikasi : obat analgesik indika
kebutuhan oksigen.
2. tindakan keperawatan kerja
Ds :
1x24 jam di harapkan
1. Kaji respons pasien denga
- Klien Mengatakan sulit sulit
klien dapat melakukan terhadap 2.
aktivitas, Te
melakukan aktivitas sehari hari
aktivitas lagi dengan perhatikan frekuensi energi
terutama aktivitas yang berat
criteria hasil nadi lebih dari 20 kali pengg
- Klien mengatakan merasakan nyeri
Berpartisipasi dalam per menit di atas memb
dan linu pada extremitas terutama
aktivitas yang frekuensi istirahat; antara
ekstremitas bagian bawah
diinginkan/ diperlukan. peningkatan. kebutu
Melaporkan peningkatan
2. Instruksikan 3.
pasien Ke
dalam toleransi tentang teknik bertah
aktivitas yang dapat penghematan energi, pening
diukur. mis: menggunakan .
Menunjukkan penurunan kursi saat mandi, duduk
dalam tanda-tanda saat menyisir rambut
intolerasi fisiologi. atau menyikat gigi,
melakukan aktivitas
dengan perlahan.
3. Berikan dorongan
untuk melakukan
aktivitas/ perawatan diri
bertahap jika dapat
No Tanggal No. Dx Implementasi Respon
1. 03 Agt 21012 1. Mengajarkan dan menganjurkan
4. Klien mengerti tentang apa
08.00 teknik manajemen nyeri yang di ajarkan
2. Dengan menarik nafas melaui
5. Klien mengatakan skala
hidung sambil menyebutkan dalam nyeri dan lokasi nyeri pada
hati bagian kepala
3. Mengobservasi skla nyeri dan lokasi
6. Klien tampak rileks dan
nyeri mengatakan nyeri berkurang
4. Melakukan pijatan masase yang
7. Klien merasa nyaman
lembut 8. Klien menganggukan kepala
5. Menganjurkan klien untuk istirahat dan mengatakan iya
tanpa bantal
1. Klien menggunakan
waktunya untuk istirahat
2. 03 Agt 21012
2. Klien menggunakan alat
08.00
bantu sementara untuk
1. Mengajarkan klien untuk banyak melakukan aktiviata
istirahat 3. TTV normal
2. Memberikan dorongan untuk - TD : 140/60
melakukan aktivitas - S : 36,5 C
3. Mengukur tanda-tanda vital - RR : 27 x/menit
- - N : 120x/menit
Evaluasi Keperawatan
Tanggal
No No. diagnosa Evaluasi Paraf
1. 03 Agt 2012 1 S : Klien mengatakan nyeri kepala
10.00 wib berkurang
O : skala nyeri berkurang ( 2)
4. TTV normal
- TD : 140/60
- S : 36,5 C
- RR : 27 x/menit
- N : 120x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
03 Agt 2012 2
4.1. Pengkajian
Pada waktu pengkajian pada kenyataannya lebih mudah melaksanakan pengkajian secara
head tu-toe daripada melakukan pengkajian per sistem. Pada saat mengakaji riwayat kesehatan
klien, peran keluarga klien lebih dominan daripada klien sendiri, perankeluarga sangatkooperatif
dalam memberikan berbagai informasi yang dibutuhka untuk menegakkan diagnosa, disamping
itu berbagai dukungan penulis dikatakan baik
3). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dari kebutuhan oksigen.
Kriteria hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ diperlukan.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intolerasi fisiologi.
-
4) Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.
Kriteria hasil :
- Menerima dan mendiskusikan rasa takut.
- Mengungkapkan pengetahuan yang akurat tentang situasi.
- Mendemonstrasikan rentang perasaan yang tepat dan berkurangnya rasa takut.
Maka pada tahap perumusan masalah diagnosis ini terdapat kesenjangan antara tinjauan
teoritis dan tinjauan kasus.
4.3. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukukan penulis berdasarkan
diagnosa keperawatan yang telah didapat penulis membuat beberapa perencanaan yaitu:
a. Memberikan dukungan dan support kepada lansia
b. Mengatur posisi yang nyaman untuk
c. Observasi TTV
d. Mengukur skala nyeri
4.4. Pelaksanaan
Didalam pelaksanaan, penulis melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan yang telah
direncanakan, yaitu:
a. Mengatur posisi lansia
b. Memantau skala nyeri dan TTV
4.5. Evaluasi
Dalam asuhan keperawatan dapat di evaluasi, penulis menemukan hasil dan dapat
melewati proses dengan baik yaitu:
a. klien dapat relaksasi terhadap nyeri
b. klien tampak tampak tenang
BAB V
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny M di Panti Tresna Werdha
Palembang , maka penulis menarik kesimpulan yaitu :
1. Masalah yang sering timbul sesuai dengan apa yang dikaji yaitu rasa nyeri yang dialami
2. Perencanaan & pelaksanaan berjalan dengan baik karena adanya kerjasama yang baik
antara petugas kesehatan pasien tersebut
3. Faktor yang mempelancar proses persalinan sangat didukung dengan sikap positif klien
yang mau melakukan yang diperintah oleh penolong persalinan
4. Evaluasi dari perencanaan & pelaksanaan adalah baik sesuai dengan yang diharapkan
1.2. Saran
a) Untuk Klien
Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju ke arah
berulangnya hipertensi, misalnya hinadri konsumsi garam berlebih, hindari stress, jangan
banyak pikiran, dan olah raga teratur. Anjurkan untuk selalu cek status kesehatan ke
tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi peningakat status
kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada keluarga
klien sendiri
b) Untuk Siswa
Diharapkan siswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill, amupun
mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi
peningkatan status kesehatan klien.
Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat aspek
bio-psiko-sosio-spiritual
a) Untuk panti
Brunner & Suddarth, (2002), Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
Carpenito, (1999), Rencana asuhan & Dokumentasi keperawatan, Jakatra : EGC.
Corwin, (2001). Buku saku Patofisiologi, Jakarta : EGC.
Doenges, (2005), Rencana Asuhan Keperawatan , Edisi 3, Jakarta : EGC.
Soeparman, (1993), Ilmu penyakit dalam, Jakarta, FKUI.
Stanley, (2007), Buku ajar keperawatn gerontik, Jakarta : EGC.