Anda di halaman 1dari 24

Pengaruh Kadar Gula Darah yang Meningkat pada Tubuh Manusia

Maria Agustina Dee

(102013075)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Email : rithrato@gmail.com

Identifikasi Istilah : -

Rumusan Masalah :

Laki-laki 21 tahun tidak sadarkan diri serta menunjukan kadar gula darah yang tinggi,
glukosuria dan ketonuria.

Analisis Masalah :

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 1


Metabolisme

Metabolisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan interkonversi senyawa kimia
di dalam dubuh, jalur yang diambil tiap molekul, hubungan antarmolekul, dan mekanisme
yang mengatur aliran metabolit melalui jalur-jalur metabolisme. Jalur metabolik digolongkan
menjadi tiga kategori. Jalur anabolik, yaitu jalur-jalur yang berperan dalam sintesis senyawa
yang lebih besar dan kompleks dari prekurso yang lebih kecil. Jalur anabolik bersifat
endotermik. Jalur katabolik, berperan dalam penguraian molekul besarm sering melibatkan
reaksi oksidatif; jalur ini bersifat eksotermik, yang menghasilkan ekuivalen pereduksi, dan
ATP terutama melalui rantai respiratorik. Jalur amfibolik, yang berlangsung di
persimpangan metabolisme, bekerja sebagai penghubung antara jalur katabolik dan
anabolik misalnya siklus asam sitrat.1

Metabolisme Karbohidrat

1. Glikolisis
Kebanyakan jaringan memerlukan glukosa. Di otak, kebutuhan ini bersifat substansial.
Glikolisis, yaitu jalur utama metabolisme glukosa, terjadi di sitosil semua sel. Jalur ini unik
karena dapat berfungsi baik dalam keadaan aerob maupun anaerob, bergantung pada
ketersediaan oksigen dan rantai transpor elektron. Eritrosit yang tidak memiliki mitokondria,
bergantung sepenuhnya pada glukosa sebagai bahan bakar metaboliknya, dan memetabolisme
glukosa melalui glikolisis anaerob. Namun, untuk mengoksidasi glukosa melewati piruvat
(produk akhir glikolisis) oksigen dan sistem mitokondria diperlukan.1 Glikolisis merupakan
rute utama metabolisme glukosa dan jalur utama untuk metabolisme fruktosa dan galaktosa,
dan karbohidrat lain yang berasal dari makanan. Kemampuan glikolisis untuk menghasilkan
ATP tanpa oksigen sangat penting karena hal ini memungkinkan otot rangka bekerja keras
ketika pasokan O2 terbatas.1

Glikolisis dibagi menjadi dua fase yaitu fase preapartory dan fase payoff. Setiap molekul
glukosa yang melewati fase preparatory, dua molekul gliseraldehid-3-fosfat terbentuk. Kedua
molekul itu menuju fase payoff. Piruvat adalah produk akhir dari fase kedua glikolisis. 2
Semua enzim glikolisis ditemukan di sitosol. Glukosa memasuki glikolisis melalui fosforilasi
menjadi glukosa 6-fosfat yang dikatalis oleh heksokinase dengan menggunakan ATP sebagai

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 2


donor fosfat. Dalam kondisi fisiologis, fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6-fosfat dapat
dianggap bersifat ireversibel. Heksokinasi dihambat secara alosterik oleh produknya, yaitu
glukosa 6-fosfat.1

Gambar 1. Proses glikolisis2

Di jaringan selain hati (dan sel pulau-pankreas), ketersediaan glukosa untuk glikolisis
dikontrol oleh transpor ke dalam sel yang selanjutnya diatur oleh insulin. Heksokinase
memiliki afinitas tinggi untuk glukosa, dan di hati dalam kondisi normal enzim ini
mengalami saturasi sehingga bekerja dengan kecepatan tetap untuk menghasilkan glukosa 6-
fosfat untuk memenuhi kebutuhan sel. Sel hati juga mengandung isoenzim heksokinase,
glukokinase yang memiliki afinitas rendah. Fungsi glukokinasi di hati adalah untuk
mengeluarkan glukosa dari darah setelah makan dan menghasilkan glukosa 6-fosfat yang
melebihi kebutuhan untuk glikolisis, yang digunakan untuk sintesis glikogen dan
lipogenesis.2

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 3


Glukosa 6-fosfat adalah senyawa penting yang berada di pertemuan beberapa jalur
metabolik: glikolisis, glukoneogenesis, jalur pentosa fosfat, glikogenesis, dan glikogenolisis.
Pada glikolisis, senyawa ini diubah menjadi fruktosa 6-fosfat oleh fosfoheksosa isomerasi
yang melibatkan suatu isomerasi aldosa-ketosa. Reaksi ini diikuti oleh fosforilasi lain yang
dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase untuk membentuk fruktosa 1,6-bisfosfat. Reaksi
fosfofruktokinase secara fungsional dapat dianggap ireversibel dalam kadaan fisiologis;
reaksi ini dapat diinduksi dan diatur secara alosterik, dan memiliki peran besar dalam
mengatur laju glikolisis. Fruktosa 1,6-bisfosfat dipecah menjadi aldolase menjadi dua triosa
fosfat, gliseraldhida 3-fosfat dan diidroksiaseton fosfat. Gliseraldehida 3-fosfat dan
dihidroksiaseton fosfat dapat saling terkonveksi oleh enzim fosfotriosa isomerase.2

Glikolisis berlanjut dengan oksidasi gliseraldehida 3-fosfat menjadi 1,3-bisfosfogliserat.


Enzim yang mengatalisis reaksi oksidasi ini, gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase, bersifat
dependen NAD. Dalam reaksi berikutnya yang dikatalisis oleh fosfogliserat kinase, fosfat
dipindahkan dari 1,3-bisfosfogliserat ke ADP, membentuk ATP dan 3-fosfogliserat. Karena
untuk setiap molekul glukosa yang mengalami glikolisis dihasilkan dua molekul triosa fosfat,
padan tahap ini dihasilkan dua molekul ATP per molekul glukosa yang mengalamu glikolisis.
Lalu 3-fosfogliserat mengalami isomerasi menjadi 2-fosfogliserat oleh fosfogliserat mutase.
Besar kemungkinan bahwa 2,3-bisfosfogliserat merupakan zat antara dalam reaksi ini.1

Langkah berikutnya dikatalisis oleh enolase dan melibatkan suatu dehidrasi yang
membentuk fosfoenolpiruvat. Enolase dihambat oleh fluorida, dan jika pengambilan sampel
darah untuk mengukur glukosa dilakukan, tabung penampung darah tersebut diisi oleh
fluorida untuk menghambat glikolisis. Enzim ini juga bergantung pada keberadaan Mg 2+ atau
Mn2+. Fosfat pada fosfoenolpiruvat dipindahkan ke ADP oleh piruvat kinase untuk
membentuk dua molekul ATP per satu molekul glukosa yang teroksidasi.1
Keadaan redoks jaringan kini menentukan jalur mana dari dua jalur yang diikuti. Pada
kondisi anaerob, NADH tidak dapat direoksidasi melalui rantai respiratorik menjadi oksigen.
Piruvat direduksi oleh NADH menjadi laktat yang dikatalisisi oleh laktat dehidrogenasi.
Terdapat berbagai isoenzim laktat dehidrogenasi spesifik-jaringan yang penting secara klinis.
Reoksidasi NADH melalui pembentukan laktat memungkinkan glikolisisi berlangsung tanpa
oksigen dengan menghasilkan cukup NAD+ untuk siklus berikutnya dari reaksi yang
dikatalisis oleh gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase. Pada keadaan aerob, piruvat diserap ke
dalam mitokondria, dan setelah menjalani dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil KoA,

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 4


dioksidasi menjadi CO2 oleh siklus asam sitrat. Ekuivalen pereduksi dari NADH yang
dibentuk dalam glikolisis diserap ke dalam mitokondria untuk dioksidasi.1

Kebanyakan reaksi glikolisisi bersifat reversibel, namun ada tiga reaksi jelas bersifat
eksergonik dan karena itu harus dianggap ireversibel secara fisiologis. Ketiga reaksi tersebut,
yang dikatalisis oleh heksokinase (dan glukokinase), fosfofruktokinase, dan piruvat kinase,
adalah tempat-tempat utama pengendalian glikolisis. Fosfofruktokinase dihambat oleh ATP
dalam konsentrasi intrasel, hambatan ini dapat cepat dihilangkan oleh 5AMP yang terbentuk
sewaktu ADP mulai menumpuk, yang memberi sinyal akan perlunya peningkatan laju
glikolisis.2

Fruktosa masuk ke jalur glikolisis melalui fosforilasi menjadi fruktosa 1-fosfat, dan tidak
melalui tahap-tahap regulatorik utama sehingga dihasilkan lebih banyak piruvat (dan asetil
KoA) daripada piruvat yang dibutuhkan untuk membentuk ATP. Di hati dan jaringan adiposa,
hal ini menyebabkan peningkatan lipogenesis dan tingginya asupan fruktosa berperan
menyebabkan obesitas.2

2. Oksidasi Piruvat
Piruvat yang telah terbentuk sebagai hasil proses glikolisis dapat masuk ke dalam
mitokondria untuk mengalami oksidasi menjadi molekul asetil koA. 1 molekul glukosa akan
menghasilkan 2 molekul piruvat yang memiliki 3 atom karbon. Piruvat akan diubah menjadi
asetil koA yang memiliki 2 atom karbonoleh suatu kompleks multienzim yang terdapat di
membran dalam mitokondria yaitu kompleks piruvat dehidrogenase. Dalam eritrosit, setelah
mengalami glikolisis maka piruvat akan diubah menjadi laktat.3

Gambar 2. Reaksi oksidasi piruvat secara umum2

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 5


Piruvat dehidrogenase dihambat oleh produknya, yaitu asetil-koA dan NADH. Enzim ini
juga diatur melalui fosforilasi oleh suatu kinase tiga residu serin pada komponen pirivat
dehidrogenase kompleks multienzim sehingga aktivitas enzim menurun, dan menyebabkan
peningkatan aktivitas melalui defosforilasi oleh suatu fosfatase. Kinase diaktifkan oleh
peningkatan rasio [ATP]/[ADP], [asetil-KoA]/[KoA], dan [NADH]/[NAD +]. Oleh sebab itu,
piruvat dehidrogenase, dan dengan demikian glikolisis, dihambat jika tersedia ATP dalam
jumlah memadai dan jika asam lemak teroksidasi. Di jaringan adiposa, tempat glukosa
menghasilkan asetil-KoA untuk lipogenesis, enzim tersebut diaktifkan sebagai respons
terhadap insulin.3

Gambar 3. Regulasi piruvat dehidrogenase (PDH)1

3. Siklus Asam Sitrat


Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi di mitokondria yang mengoksidasi gugus
asetil pada asetil-KoA dan mereduksi koenzim yang ter-reoksidasi melalui rantai transpor
elektron yang berhubungan dengan pembentukan ATP. Siklus asam sitrat adalah jalur bersama
terakhir untuk oksidasi karbohidrat, lipid, dan protein karena glukosa, asam lemak, dan
sebagian besar asam amino dimetabolisme menjadi asetil-KoA atau zat-zat antara siklus ini.
Siklus ini juga berperan sentral dalam glukoneogenesis, lipogenesis, dan interkonversi asam-
asam amino. Banyak proses ini berlangsung di sebagian besar jaringan, tetapi hati adalah
satu-satunya jaringan tempat semuanya berlangsung dengan tingkat yang signifikan.4

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 6


Siklus diawali dengan reaksi antara gugus asetil pada asetil KoA dan asam dikarboksilat
empat karbon oksaloasetat yang membentuk asam trikarboksilat enam-karbon, yaitu sitrat.
Pada reaksi-reaksi berikutnya, terjadi pembebasan dua molekul CO2 dan pembentukan ulang
oksaloasetat. Hanya sejumlah kecil oksaloasetat yang dibutuhkan untuk mengoksidasi asetil-
KoA dalam jumlah besar. Proses ini bersifat aerob yang memerlukan oksigen sebagai oksidan
terakhir dari koenzim-koenzim yang tereduksi. Enzim-enzim pada siklus asam sitrat terletak
di matriks mitokondria.4

Gambar 4. Tahapan siklus asam sitrat3

Reaksi awal antara asetil-KoA dan oksaloasetat untuk membentuk sitrat dikatalisis oleh
sitrat sintase yang membentuk ikatan karbon ke karbon antara karbon metil pada asetil-KoA
dan karbon karbonil pada oksaloasetat. Ikatan tioester pada sitril-KoA yang terbentuk
mengalami hidrolisis dan membebaskan sitrat dan KoASG (eksotermik). Sitrat mengalami
isomerisasi menjadi isositrat oleh enzim akonitase. Racun fluoroasetat bersifat toksik karena
fluoroasetil-KoA berkondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk fluorositrat, yang
menghambat akonitase sehingga terjadi penimbunan sitrat. Isositrat mengalami dehidrogenasi
yang dikatalisis oleh isositrat dehidrogenase untuk membentuk oksalosuksinat yang tetap
terikat pada enzim dan mengalami dekarboksilasi menjadi ketoglutarat.3

Terdapat tiga isoenzim isositrat dehidrogenase. Salah satunya yang menggunakan NAD +,
hanya terdapat di mitokondria. Dua lainnya menggunakan NADP+ dan ditemukan di

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 7


mitokondria dan sitosol. Oksidasi isositrat terkait-rantai respiratorik berlangsung hampir
sempurna melalui enzim yang dependen-NAD+. Ketoglutarat mengalami dekarboksilasi
oksidatif dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh suatu kompleks multi-enzim yang mirip
dengan kompleks multienzim yang berperan dalam dekarboksilasi oksidatif piruvat.
Kompleks ketoglutarat dehidrogenase memerlukan kofaktor yang sama dengan kofaktor yang
diperlukan kompleks piruvat dehidrogenase serta menyebabkan terbentuknya suksinil-KoA.
Kesetimbangan reaksi ini jauh lebih menguntungkan pembentukan suksinil-KoA sehingga
fisiologisnya reaksi ini harus berjalan satu arah. Arsenit menghambat reaksi ini yang
menyebabkan akumulasi substrat yaitu -ketoglutarat.3

Suksinil-KoA diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinat tiokinase (suksinil-KoA


sintetase). Reaksi ini adalah satu-satunya fosforilasi tingkat substrat dalam siklus asam sitrat.1
Metabolisme suksinat yang menyebabkan terbentuknya oksaloasetat, memiliki rangkaian
reaksi kimia yang sama seperti yang terjadi pada oksidasi asam lemak: dehidrogenasi
untuk membentuk ikatan rangkap karbon-ke-karbon, penambahan air untuk membentuk
gugus hidroksil, dan dehidrogenasi lebih lanjut untuk menghasilkan gugus okso pada
oksaloasetat.4

Reaksi dehidrogenasi pertama yang membentuk fumarat dikatalisis oleh suksinat


dehidrogenase yang terikat pada permukaan dalam membran dalam mitokondria. Fumarase
mengatalisis penambahan air pada ikatan rangkap fumarat sehingga menghasilkan malat.
Malat diubah menjadi oksaloasetat oleh malat dehidrogenase, suatu reaksi yang memerlukan
NAD+. Meskipun keseimbangan reaksi ini jauh menguntungkan malat, namun aliran netto
reaksi tersebut adalah ke oksaloasetat karena oksaloasetat terus dikeluarkan sehingga
reoksidasi NADH terjadi secara kontinu. Akibat oksidasi yang dikatalisis oleh berbagai
dehidrogenase pada siklus asam sitrat, dihasilkan tiga molekul NADH dan satu FADH 2 untuk
setiap molekul asetil-KoA yang dikatabolisme per satu kali putaran siklus. Ekuivalen
pereduksi ini dipindahkan ke rantai respiratorik, tempat reoksidasi masing-masing NADH
menghasilkan pembentukan 3 ATP dan FADH 2 2 ATP. Selain itu, terbentuk 1 ATP melalui
fosforilasi tingkat substrat yang dikatalisis oleh suksinat tiokinase.2

4. HMP Shunt

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 8


Gambar 5. Skema umum jalur pentosa fosfat2

HMP shunt (Hexose Mono Phosphate = Pentose Phosphate Pathway) atau jalur pentosa
fosfat adalah rute alternatif untuk metabolisme glukosa. Jalur ini tidak menyebabkan
terbentuknya ATP, tetapi memiliki dua fungsi utama: pembentukan NADPH untuk sintesis
asam lemak dan steroid, dan sintesis ribosa untuk membentuk nukleotida dan asam nukleat.2

Jalur pentosa fosfat adalah suatu jalur yang lebih rumit daripada glikolisis. Tiga molekul
glukosa 6-fosfat menghasilkan tiga molekul CO2 dan tiga gula lima-karbon. Zat-zat ini
disusun kembali untuk menghasilkan dua molekul glukosa 6-fosfat dan satu molekul zat
antara glikolitik, yaitu gliseraldehida 3-fosfat. Karena dua molekul gliseraldehida 3-fosfat
dapat menghasilkan glukosa 6-fosfat, jalur ini dapat mengoksidasi glukosa secara tuntas.1

Enzim jalur pentosa fosfat terdapat di sitosol. Tidak seperti glikolisis, oksidasi terjadi
melalui dehidrogenasi dengan menggunakan NADP+, bukan NAD+, sebagai penerima
hidrogen. Rangkaian reaksi di jalur ini dapat dibagi menjadi dua fase: fase oksidatif
nonreversibel dan fase nonoksidatif reversibel. Pada fase pertama, glukosa 6-fosfat
mengalami dehidrogenasi dan dekarboksilasi untuk menghasilkan suatu pentosa, ribulosa 5-
fosfat. Pada fase kedua, ribulosa 5-fosfat diubah kembali menjadi glukosa 6-fosfat melalui
serangkaian reaksi yang terutama melibatkan dua enzim: transketolase dan transaldolase.1

Dehidrogenasi glukosa 6-fosfat menjadi 6-fosfoglukonat terjadi melalui pembentukan 6-


fosfoglukonolakton yang dikatalisis oleh glukosa 6-fosfat dehidrogenase. Hidrolisis 6-
fosfoglukonolakton dilakukan oleh enzim glukonolakton hidrolase. Tahap oksidatif kedua
dikatalisis oleh 6-fosfoglukonat dehidrogenase yang juga memerlukan NADP + sebagai

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 9


penerima hidrogen. Kemudian terjadi dekarboksilasi disertai pembentukan ketopentosa
ribulosa 5-fosfat.3

Untuk mengoksidasi glukosa secara sempurna menjadi CO2 melalui jalur pentosa fosfat, di
jaringan harus terdapat enzim-enzim untuk mengubah gliseraldehida 3-fosfat menjadi
glukosa 6-fosfat. Hal ini melibatkan pembalikan glikolisis dan enzim glukoneogenik, yakni
fruktosa 1,6-bisfosfatase. Di jaringan yang tidak memiliki enzim ini, gliseraldehida 3-fosfat
mengikuti jalur normal glikolisis menjadi piruvat. Jalur pentosa fosfat dan glutation
peroksidase dapat melindungi eritrosit dari hemolisis. Di sel darah merah, jalur pentosa fosfat
menghasilkan NADPH untuk mereduksi glutation teroksidasi yang dikatalisis oleh glutation
reduktase, suatu flavoprotein yang mengandung FAD. Glutation tereduksi mengeluarkan
H2O2 dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh glutation peroksidase. Reaksi ini penting
karena penimbunan H2O2 dapat mempersingkat umur eritrosit dengan menyebabkan
kerusakan oksidatif di membran sel sehingga terjadi hemolisis.1

5. Glikogenesis
Glikogen adalah karbohidrat simpanan utama pada hewan, setara dengan pati pada
tumbuhan; glikogen adalah polimer bercabang D-glukosa. Zat ini terutama ditemukan di
hati dan otot; meskipun kandungan glikogen hati lebih besar daripada kandungan glikogen
otot, namun karena massa otot tubuh jauh lebih besar daripada massa hati, sekitar tiga-
perempat glikogen tubuh total berada di otot. Glikogen otot merupakan sumber glukosa yang
dapat cepat digunakan untuk glikolisis di dalam otot itu sendiri. Glikogen hati berfungsi
untuk menyimpan dan mengirim glukosa untuk mempertahankan kadar glukosa darah di
antara waktu makan. Setelah berpuasa 12 18 jam, glikogen hati hampir seluruhnya terkuras.
Meskipun glikogen otot tidak secara langsung menghasilkan glukosa bebas, namun piruvat
yang terbentuk oleh glikolisis di otot dapat mengalami transaminasi menjadi alanin yang
dikeluarkan dari otot dan digunakan untuk glukoneogenesis di hati. Seperti glikolisis, glukoas
mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat yang dikatalisis oleh heksokinase di otot dan
glukokinase di hati. Glukosa 6-fosfat mengalami isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat oleh
fosfoglukomutase. Kemudian glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk
membentuk nukleotida aktif uridin difosfat glukosa (UDPGlc) dan pirofosfat yang dikatalisis
oleh UDPGlc pirofosforilase. Reaksi berlangsung dalam arah pembentukan UDPGlc karena
pirofosfatase mengatalisis hidrolisis pirofosfat menjadi dua kali fosfat sehingga salah satu
produk tersebut reaksi dihilangkan.5

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 10


Glikogen sintase mengatalisis pembentukan sebuah ikatan glikosida antara C1 glukosa
UDPGlc dan C4 residu glukosa terminal glikogen yang membebaskan uridin difosfat (UDP).
Suatu molekul glikogen yang sudah ada (primer glikogen) harus ada agar reaksi ini dapat
berlangsung. Primer glikogen ini pada gilirannya dapat dibentuk pada suatu orimer protein
yang dikenal sebagai glikogenin. Residu glukosa lain melekat pada posisi 14 untuk
membentuk suatu rantai pendek yang merupakan substrat untuk glikogen sintase. Di otot
rangka, glikogenin tetap melekat pada bagian tengah molekul glikogen; di hati, jumlah
molekul glikogen lebih banyak daripada jumlah molekul glikogenin. Penambahan sebuah
residu glukosa ke rantai glikogen yang sudah ada terjadi di ujung luar molekul sehingga
cabang-cabang molekul nonpereduksi glikogen memanjang seiring dengan terbentuknya
ikatan 14 . Ketika rantai memiliki panjang sedikit 11 residu glukosa, sebagian rantai 14
dipindahkan ke rantai di dekatnya oleh branching enzyme untuk membentuk ikatan 16
sehingga terbentuk titik percabangan. Cabang tumbuh melalui penambahan unit-unit 14
glukoasil dan percabangan selanjutnya.5

Gambar 6. Jalur glikogenesis dan glikogenolisis5

6. Glikogenolisis

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 11


Gambar 7. Tahap-tahap dalam glikogenolisis6

Glikogen fosforilase mengatalisis tahap penentu kecepatan glikogenolisis dengan


mengatalisis pemecahan fosforoilitik ikatan ikatan 14 glikogen untuk menghasilkan
glukosa 1-fosfat. Residu glukoasil terminal dari rantai terluar molekul glikogen dikeluarkan
secara sekuensial sampai tersisa sekitar empat residu glukosa di kedua sisi suatu cabang
16. Hidrolisis ikatan 16 memerlukan debranching enzyme; glukan transferase dan
debranching enzyme mungkin merupakan kedua bentuk aktivitas dari suatu protein tunggal.
Kerja fosforilase selanjutnya dapat berlangsung. Kombinasi kerja fosforilase dan enzim-
enzim lain menyebabkan terurainya glikogen secara sempurna. Reaksi yang dikatalisis oleh
fosfoglukomutase bersifat reversibel sehingga glukosa 6-fosfat dapat dibentuk dari glukosa 1-
fosfat. Di hati glukosa 6-fosfatase menghidrolisis glukosa 6-fosfat yang menghasilkan
glukosa yang diekspor sehingga kadar glukosa darah meningkat.6

Gambar 8. Kontrol fosforilase6

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 12


Enzim-enzim utama yang mengendalikan metabolisme glikogen-glikogen fosforilase dan
glikogen sintase, diatur oleh mekanisme alosterik dan modifikasi kovalen karena terjadi
fosforilasi dan defosforilasi reversibel protein enzim sebagai respons terhadap kerja hormon.5

AMP siklik (cAMP) dibentuk dari ATP oleh adenilil siklase pada permukaan dalam
membran sel dan berfungsi sebagai second messenger intrasel sebagai respons terhadap
berbagai hormon, misalnya epinefrin, norepinefrin, dan glukagon. cAMP dihidrolisis oleh
fosfodiesterase sehingga kerja hormon-hormon tersebut terhenti; di hati insulin meningkatkan
aktivitas fosfodiesterase.5

Di hati peran glikogen adalah menyediakan glukosa bebas untuk diekspor guna
mempertahankan kadar glukosa darah, di otot berperan sebagai sumber glukosa 6-fosfat
untuk glikolisis sebagai respons terhadap kebutuhan akan ATP untuk kontraksi otot. Di kedua
jaringan, enzim diaktifkan oleh fosforilasi yang dikatalisis oleh fosforilase kinase (untuk
menghasilkan fosforilase a) dan diinaktifkan oleh defosforilasi yang dikatalisis oleh
fosfoprotein fosfatase (untuk menghasilkan fosforilase b), sebagai respons terhadap sinyal
hormon dan sinyal lain.6

Fosforilase a aktif di kedua jaringan dihambat secara alosterik oleh ATP dan glukosa 6-
fosfat; di hati, tetapi tidak di otot, glukosa bebas juga merupakan suatu inhibitor. Fosforilase
otot berbeda dari isoenzim di hati karena memiliki tempat pengikatan untuk 5AMP yang
berfungsi sebagai aktivator alosterik bentuk b terdefosforilasi (inaktif) enzim. 5AMP bekerja
sebagai sinyal poten statu energi sel otot; 5AMP terbentuk sewaktu konsentrasi ADP mulai
meningkat, akibat reaksi adenilat kinase: 2x ADP ATP + 5AMP.6

Fosforilase kinase diaktifkan sebagai respons terhadap cAMP. Peningkatan konsentrasi


cAMP anak mengaktifkan protein kinase dependen-cAMP yang mengatalisis fosforilasi oleh
ATP fosforilase kinase b inaktif menjadi fosforilase kinase a aktif yang selanjutnya
memfosforilasi fosforilase b menjadi fosforilase a. Di hati, cAMP dibentuk sebagai respons
atas menurunnya kadar glukosa darah; otot kurang peka terhadap glukagon. Di otot, sinyal
untuk meningkatkan pembentukan cAMP dalah efek norepinefrin yang disekresikan sebagai
respons terhadap takut dan cemas, ketika kebutuhan akan glikogenolisis meningkat agar
aktivitas otot dapat ditingkatkan.6

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 13


Baik fosforilase a maupun fosforilase kinase a mengalami defosforilasi dan diinaktifkan
oleh protein fosfatase-1. Protein fosfatase-1 dihambat oleh suatu protein, yakni inhibitor-1,
yang hanya aktif setelah terfosforilasi oleh protein kinase dependen c-AMP. Oleh sebab itu,
cAMP mengontrol baik pengaktifan maupun penginaktifan fosforilase. Insulin memperkuat
efek ini dengan menghambat pengaktifan fosforilase b. Hormon ini melakukannya secara
tidak langsung dengan meningkatkan penyerapan glukosa sehingga meningkatkan
pembentukan glukosa 6-fosfat yang merupakan suatu inhibitor fosforilase kinase.7

Gambar 9. Kontrol glikogen sintase7

Seperti fosforilase, glikogen sintase terdapat baik dalam keadaan terfosforilasi maupun
tidak-terfosforilasi; namun, efek fosforilasi adalah kebalikan efek yang dijumpai pada
fosforilase. Glikogen sintase a aktif mengalami defosforilasi dan glikogen sintase b inaktif
mengalami fosforilasi. Terdapat enam protein kinase berbeda yang bekerja pada glikogen
sintase. Dia diantaranya bersifat dependen Ca 2+. Kinase lain adalah protein kinase dependen-
cAMP yang memungkinkan hormon, melalui perantaraan cAMP, menghambat sintesis
glikogen secara sinkron dengan pengaktifan glikogenolisis. Insulin juga memacu glikogenesis
di otot secara bersamaan dengan penghambatan glikogenolisis dengan meningkatkan kadar
glukosa 6-fosfat yang merangsang defosforilasi dan pengaktifan glikogen sintase.
Defosforilasi glikogen sintase b dilaksanakan oleh protein fosfatase-1 yang berada dalam
kendali protein kinase dependen-cAMP.7

Pada saat yang sama dengan terjadinya pengaktifan fosforilase oleh peningkatan
konsentrasi cAMP, glikogen sintase diubah menjadi bentuk inaktif; kedua efek diperantarai
oleh protein kinase dependen-cAMP. Jadi, inhibisi glikogenolisis meningkatkan glikogenesis
netto, dan inhibisi glikogenesis meningkatkan glikogenolisis netto. Defosforilasi fosforilase a,
fosforilase kinase, dan glikogen sintase b dikatalisis oleh satu enzim dengan spesifitas yang

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 14


luas yaitu protein fosfatase-1. Selanjutnya. Protein fosfatase-1 dihambat oleh protein kinase
dependen-cAMP melalui inhibitor-1. Jadi, glikogenolisis dapat dihentikan dan glikogenesis
dirrangsang secara sinkron atau sebaliknya karena kedua proses bergantung pada aktivitas
protein kinase dependen-cAMP. Baik fosforilase kinase maupun glikogen sintase dapat
difosforilasi secara reversibel di lebih dari satu tempat oleh kinase dan fosfatase yang
berbeda. Fosforilasi sekunder ini memodifikasi sensivitas bagian/tempat utama terjadinya
fosforilasidan defosforilasi. Fosforilasi sekunder ini juga memungkinkan insulin
menimbulkan efek yang timbal-balik dengan efek cAMP melalui peningkatan glukosa 6-
fosfat.7

7. Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah proses mengubah prekursor nonkarbohidrat menjadi glukosa atau
glikogen. Substrat utamanya adalah asam-asam amino glukogenik, laktat, gliserol, dan
propionat. Hati dan ginjal adalah jaringan glukoneogenik utama. Glukoneogenesis memenuhi
kebutuhan glukosa tubuh jika karbohidrat dari makanan atau cadangan glikogen kurang
memadai. Pasokan glukosa merupakan hal yang esensial terutama bagi sistem saraf dan
eritrosit. Kegagalan glukoneogenesis biasanya bersifat fatal. Glukosa juga penting dalam
mempertahankan kadar zat-zat antara siklus asam sitrat meskipun asam lemak adalah sumber
utama asetil-KoA di jaringan. Selain itu, glukoneognenesis membersihkan laktat yang
dihasilkan oleh otot dan eritrosit serta gliserol yang dihasilkan oleh jaringan adiposa.1

Gambar 10. Jalur utama dan glukoneogenesis dan glikolisis hati.6

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 15


Tiga reaksi tidak-seimbang dalam glikolisis yang dikatalisis oleh heksokinase,
fosfofruktokinase, dan piruvat kinase, menghambat pembalikan sederhana glikolisis untuk
membentuk glukosa. Pembalikan reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase dalam glikolisis
melibatkan dua reaksi endotermik. Piruvat karboksilase mitokondria mengatalisis
karboksilasi piruvat menjadi oksaloasetat, suatu reaksi yang membutuhkan ATP dengan
vitamin biotin sebagai koenzim. Biotin mengikat CO2 dari bikarbonat sebagai karboksibiotin
sebelum penambahan CO2 ke piruvat. Enzim kedua, fosfoenolpiruvat karboksikinase,
mengatalisis dekarboksilasi dan fosforilasi oksaloasetat menjadi fosfoenolpiruvat dengan
menggunakan GTP sebagai donor fosfat. Di hati dan ginjal, reaksi suksinat tiokinase dalam
siklus asam sitrat menghasilkan GTP, dan GTP ini digunakan untuk reaksi fosfoenolpiruvat
karboksikinase sehingga terbentuk hubungan antara aktivitas siklus asam sitrat dan
glukoneogenesis, untuk mencegah pengeluaran berlebihan oksaloasetat untuk
glukoneogenesis yang dapat mengganggu aktivitas siklus asam sitrat.5

Perubahan fruktosa 1,6-bisfosfat menjadi fruktosa 6-fosfat, untuk pembalikan glikolisis,


dikatalisis oleh fruktosa 1,6-bisfosfatase. Keberadaan enzim ini menentukan apakah suatu
jaringan mampu membentuk glukosa tidah saja dari piruvat, tetapi juga dari triosa fosfat.
Enzim ini terdapat di hati, ginjal, dan otot rangka, tetapi mungkin tidak ditemukan di otot
jantung dan otot polos.5

Perubahan glukosa 6-fosfat menjadi glukosa dikatalisis oleh glukosa 6-fosfatase. Enzim
ini terdapat di hati dan ginjal, tetapi tidak di otot dan jaringan adiposa, akibatnya tidak dapat
mengekspor glukosa ke dalam aliran darah. Pemecahan glikogen menjadi glukosa 1-fosfat
dikatalisis oleh fosforilase. Sintesis glikogen melibatkan jalur yang berbeda melalui uridin
difosfat glukosa dan glikogen sintase. Setelah transaminasi atau deaminasi, asam-asam amino
glukogenik menghasilkan piruvat atau zat-zat antara siklus asam sitrat. Oleh karena ini, reaksi
yang dijelaskan sebelumnya dapat menyebabkan perubahan laktat maupun asam amino
glukogenik menjadi glukosa atau glikogen.

Pada hewan bukan pemamah biak, termasuk manusia, propionat berasal dari oksidasi-
asam lemak rantai-ganjil yang terdapat pada lipid hewan pemamah biak, serta oksidasi
isoleusin dan rantai samping kolesterol, serta merupakan substrat bagi glukoneogenesis.1
Gliserol dibebaskan dari jaringan adiposa melalui lipolisis lipoprotein triasilgliserol dalam
keadaan kenyang: gliserol dapat digunakan untuk re-esterifikasi asam lemak bebas menjadi
triasilgliserol di jaringan adiposa atau hati, atau menjadi substrat untuk glukoneogenesis di

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 16


hati. Dalam keadaan puasa, gliserol yang dibebaskan dari lipolisis triasilgliserol jaringan
adiposa digunakan semata-mata sebata substrat untuk glukoneogenesis di hati dan ginjal.1

Fungsi Karbohidrat

Fungsi utamanya adalah menyediakan keperluan energi tubuh, selain itu karbohidrat juga
mempunyai fungsi lain yaitu karbohidrat diperlukan bagi kelangsungan proses metabolisme
lemak. Diketahui juga karbohidrat mengadakan suatu aksi penghematan terhadap protein.
Orang-orang yang membatasi pemasukan kalori, akan membakar terlalu banyak asam amino
(unit pembangun molekul protein) bersama dengan lemak akan dibakar untuk menghasilkan
energi. Akibatnya orang tersebut akan mengalami kehilangan banyak asam amino yang
berfungsi membangun jaringan tubuh. Akan tetapi bila kebutuhan tenaga bisa dicukupi oleh
karbohidrat, maka tubuh cukup mengoksidasinya tanpa harus mempergunakan protein yang
sebenarnya mempunyai fungsi yang lebih penting sebagai zat pembangun. Dengan demikian
akan menyelamatkan asam amino untuk fungsi yang lain daripada sekedar penghasil energi.3

Diketahui juga kelebihan karbohidrat akan disimpan dalam bentuk glikogen sebagai energi
siap pakai pada saat tubuh mengalami kekurangan. Fungsi yang lain karbohidrat mengatur
peristaltic usus terutama usus besar. Fungsi karbohidrat:3

Sebagai sumber energi utama.

Pengatur metabolisme lemak.

Penghemat fungsi protein.

Sumber energy utama bagi otak dan susunan saraf.

Simpanan karbohidrat sebagai glikogen.

Pengatur peristaltik usus dan pemberi muatan pada sisa makanan.

Sumber Karbohidrat

Karbohidrat terkandung di dalam semua kelompok makanan. Jumlah dan jenis karbohidrat
sangat bervariasi di antara kelompok makanan dan di antara pilihan dalam masing-masing
kelompok. Padi-padian meliputi roti, sereal, nasi, dan pasta. Semuanya mengandung
karbohidrat kompleks dan beberapa protein; beberapa padi-padian tertentu juga mengandung
lemak. Serat hanya sedikit terkandung dalam produk olahan, sedang dalam padi-padian utuh
dan paling tinggi dalam produk dari kulit padi. Setidaknya, separuh dari jumlah sajian padi-

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 17


padian yang direkomendasikan seharusnya merupakan padi-padian utuh. Padi-padian menjadi
dasar menu makanan sehat.4

Bagi banyak makanan yang dapat dipilih dari kelompok ini, satu kali penyajian
mengandung sekitar 15 gram karbohidrat. Satu kali penyajian setara dengan: satu potong roti,
cup pasta atau nasi yang telah dimasak, cup sereal yang telah dimasak, muffin Inggris
atau roti bagel kecil. Sebagian besar karbohidrat dalam kelompok sayuran terkandung dalam
sayuran yang mengandung tepung, seperti kacang polong, jagung, kentang, dan kacang-
kacangan. Kelompok buah-buahan terdiri dari berbagai makanan yang sebagian besar
mengandung gula. Buah yang dikeringkan memiliki kandungan gula lebih tinggi daripada
buah segar karena airnya telah dihilangkan sehingga meningkatkan konsentrasi gula. Selain
itu, asupan serat akan meningkat jika memakan buah secara utuh ketimbang meminum jus
buah.5

Kelompok susu, yogurt, dan keju (produk olahan susu) mengandung gula laktosa.
Beberapa produk olahan susu seperti susu coklat, yogurt stroberi, dan es krim telah diberi
perasa atau ditambah gula sehingga jumlah karbohidrat setiap penyajian menjadi lebih tinggi.
Namun, keju merupakan pilihan dari produk olahan susu yang rendah laktosa (rendah
karbohidrat). Makanan dari kelompok daging dan kacang-kacangan sebagian besar
mengandung protein. Akan tetapi kacang kering yang merupakan sumber protein dari
tumbuhan, juga tinggi akan karbohidrat, seperti zat tepung dan serat. Selain itu, kebanyakan
kalori dalam kacang berasal dari lemak, tetapi sebagian besar varietas kacang mengandung 4
sampai 8 g karbohidrat per 1-oz penyajian. Polong-polongan termasuk dalam kelompok
sayuran dan daging, serta kacang-kacangan karena mengandung zat gizi dan keduanya
memiliki kadar serat yang tinggi.5

Glukosuria
Adalah dimana terdapatnya glukosa/gula dalam jumlah yang berlebih dalam urine.
Glukosuria sebenarnya bukan merupakan suatu jenis penyakit, melainkan merupakan suatu
gejala yang disebabkan karena adanya peningkatan glukosa dalam darah, seperti pada pasien
diabetes melitus. Sakit glukosuria ini biasanya terjadi pada penderita yang disebabkan oleh
penyakit diabetes melitus. Meningkatnya kadar glukosa dalam darah pada penderita diabetes
melitus, disebabkan oleh adanya gangguan pada sel-sel beta pankreas yang mensekresikan
hormon insulin. Dalam keadaan normal, glukosa difasilitasi oleh hormon insulin menuju sel
target, yaitu sel otot, dan jaringan tubuh yang lain. Gangguan pada sel beta pankreas dapat

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 18


menyebabkan terjadinya defesiensi insulin atau kekurangan insulin sehingga terjadi kondisi
peningkatan glukosa dalam darah. Meningkatnya glukosa dalam darah akan memberi beban
bagi tubulus ginjal dalam absorbsi glukosa, sehingga tidak semuanya glukosa diserap ada
sebagian yang dikeluarkan bersama urine atau di sebut sebagai glukosuria.6

Ketonuria
Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam -
hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang
berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk
menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat
(mis. diabetes mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet
tidak seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan
gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan
asam lemak untuk dibakar. Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis
sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan
menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton serum meningkat hingga mencapai
lebih dari 50 mg/dl. Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam
urin. Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atu serum, kemudian baru
urin. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urine
terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.

Hormon-hormon Terkait

Kadar glukosa dan lemak dalam tubuh diatur oleh fungsi hormon endokrin yang
disekresikan oleh pankreas. Pankreas adalah suatu organ yang terdiri dari
jaringan eksokrin dan endokrin. Sel endokrin pankreas yang terbanyak adalah sel beta,
tempat sintesis dan sekresi insulin, dan sel alfa, yang menghasilkan glukagon. Sel D (delta)
adalah tempat sintesis somastostatin. Sel pulau Langerhans yang paling jarang,
sel PP, mengeluarkan polipeptida.6

Somatostatin
Somatostatin pankreas adalah menghambat pencernaan nutrien dan mengurangi
penyerapannya. Somatostatin dikeluarkan sebagai respon terhadap peningkatan glukosa darah
dan asam aminodarah selama penyerapan makanan. Dengan menimbulkan efek

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 19


inhibisi, somatostatin pankreas bekerja melalui mekanisme umpan balik negatif untuk
mengerem kecepatan pencernaan dan penyerapan makanan sehingga kadar nutrien dalam
plasma tidak berlebihan. Somatostatin pankreas juga berperan parakrin dalam mengatur
sekresi hormon pankreas. Keberadaan lokal somatostatin mengurangi sekresi insulin,
glukagon, dan somatostatinitu sendiri, tetapi makna fisiologik dari fungsi parakrin ini masih
belum jelas.8

Insulin
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Hormon
ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah serta mendorong
penyimpanan bahan-bahan tersebut. Sewaktu molekul nutrien ini masuk ke darah selama
keadaan absorptif, insulin mendorong penyerapan bahan-bahan ini oleh sel dan
pengubahannya masing-masing menjadi glikogen, trigliserida, dan protein. Insulin
melaksanakan banyak fungsinya dengan mempengaruhi transpor nutrien darah spesifik
masuk ke dalam sel atau mengubah aktivitas enzim-enzim yang berperan dalam jalur-jalur
metabolik tertentu.8
Efek pankreas pada karbohidrat adalah terutama memelihara homeostasis glukosa darah.
Konsentrasi glukosa dalam darah ditentukan oieh keseimbangan antara proses-proses berikut:
penyerapan glukosa dari saluran cerna, pemindahan glukosa ke dalam sel, produksi glukosa
oleh hati, dan (secara abnormal) ekskresi glukosa di urin. Insulin memiliki empat efek yang
menurunkan kadar glukosa darah dan mendorong penyimpanan karbohidrat :8
Insulin mempermudah transpor glukosa ke dalam sebagian besar sel. (Mekanisme
peningkatan penyerapan glukosa ini dijelaskan setelah efek lain insulin dalam
menurunkan glukosa darah dicantumkan).
Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, di otot rangka
dan hati.
Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa.
Insulin juga menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat
glukoneogenesis.
Karena itu, insulin mengurangi konsentrasi glukosa darah dengan mendorong penyerapan
glukosaoleh sel dari darah untuk digunakan dan disimpan, dan secara bersamaan
menghambat dua mekanisme pembebasan glukosa oleh hari ke dalam darah (glikogenolisis
dan glukoneogenesis). Insulin adalah satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 20


glukosa darah. Insulin mendorong penyerapan glukosa oleh sebagian besar sel melalui
rekrutmen pengangkut glukosa. Sedangkan efek insulin pada lemak adalah :8
Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah menuju kedalam sel jaringan
lemak.
Insulin meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel jaringan lemak. Glukosa berfungsi
sebagai prekursor untuk pembentukan asam lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah
untuk membentuk trigliserida.
Insulin mendorong reaksi-reaksi kimia yang akhirnya menggunakan turunan asam
lemak dan glukosa untuk sintesis trigliserida.
Insulin menghambat lipolisis, mengurangi pembebasan asam lemak dari jaringan lemak
ke dalam darah.

Secara kolektif, efek-efek ini cenderung mengeluarkan asam lemak dan glukosa dari darah
dan mendorong penyimpanan keduanya sebagai trigliserida. Pengontrol utama sekresi insulin
adalah sistem umpan balik negatif langsung antara sel pankreas dan konsentrasi glukosa
dalam darah yang mengalirinya. Peningkatan kadar glukosa darah, seperti selama penyerapan
makanan, secara langsung merangsang sel untuk membentuk dan mengeluarkan insulin.

Peningkatan insulin menurunkan kadar glukosa darah ke normal dan mendorong


pemakaian serta penyimpanan nutrien ini. Sebaliknya, penurunan glukosa darah di bawah
normal, misalnya sewaktu puasa, secara langsung menghambat sekresi insulin. Penurunan
laju sekresi insulin menggeser metabolisme dari pola absorptif ke pasca-absorptif. Karena itu,
sistem umpan balik negatif sederhana sudah dapat mempertahankan pasokan glukosa yang
relatif konstan ke jaringan tanpa memerlukan partisipasi saraf atau hormon lain.8

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 21


Gambar 15. Efek defisiensi insulin.9
Konsekuensi yang terjadi dengan penurunan metabolisme karbohidrat adalah akibat
penurunan aktivitas insulin, maka perubahan yang terjadi pada diabetes melitus adalah pola
metabolik pasca-absropsi yang berlebihan, kecuali hiperglikemia. Pada keadaan puasa yang
biasa, kadar glukosa darah sedikit di bawah normal. Hiperglikemia merupakan tanda utama
diabetes melitus, terjadi karena berkurangnya penyerapan glukosa oleh hati. Karena proses-
proses glikogenolisis dan glukoneogenesis yang menghasilkan glukosa berlangsung tanpa
kendali karena tidak adanya insulin maka pengeluaran glukosa oleh hati meningkat. Karena
banyak sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin maka terjadi
kelebihan glukosa ekstrasel bersamaan dengan defisiensi glukosa intrasel. Meskipun otak
yang tidak bergantung pada insulin mendapat nutrisi yang adekuat pada diabetes melitus,
namun konsekuensi yang lebih lanjut adalah disfungsi otak.6

Ketika glukosa darah meningkat ke kadar dimana jumlah glukosa yang tersaring melebihi
kemampuan sel tubulus maka glukosa muncul di urin yang menimbulkan efek osmotik
sehingga menarik air bersamanya menyebabkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria
(sering berkemih). Besarnya cairan tubuh yang keluar menyebabkan dehidrasi dan
menyebabkan gagal sirkulasi perifer karena kurangnya volume darah. Kegagalan sirkulasi ini
dapat menyebabkan kematian atau gagal ginjal sekunder. Serta malfungsi sistem saraf akibat
penciutan sel otak. Akibat dehidrasi akan terjadi polidipsia yakni rasa haus berlebihan sebagai
kompensasi dehidrasi. Pada defisiensi glukosa intrasel, nafsu makan meningkat sehingga
terjadi polifagia (asupan makan berlebih) namun tidak terjadi penaikan berat badan,
melainkan penurunan akibat efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak dan protein.8

Sintesis trigliserida akan berkurang dan lipolisis meningkat menyebabkan mobilisasi asam
lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak darah sebagian besar digunakan
oleh sel sebagai sumber energi alternatif. Peningkatan pemakaian asam lemak oleh hati
menyebabkan pelepasan badan-badan keton secara berlebihan ke dalam darah menyebabkan
ketosis. Asidosis menekan otak dan dapat menyebabkan koma diabetes dan kematian.8

Glukagon
Meskipun insulin berperan kunci dalam mengontol penyesuaian metabolik antara keadaan
absorptif dan pasca-absorptif, namun produk sekretorik sel alfa pulau Langerhans pankreas
(glukagon) juga sangat penting. Glukagon mempengaruhi banyak proses metabolik yang juga

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 22


dipengaruhi oleh insulin tetapi pada kebanyakan kasus efek glukagon adalah berlawanan arah
dengan insulin. Tempat utama kerja glukagon adalah hati.8

Efek keseluruhan glukagon pada karbohidrat menyebabkan peningkatan produksi dan


pelepasan glukosa oleh hati sehingga kadar glukosa darah meningkat. Glukagon
melaksanakan efek hiperglikemiknya dengan menurunkan sintesis glikogen, mendorong
glikogenolisis, dan merangsang glukoneogenesis.8

Sedangkan efek glukagon pada lemak adalah mendorong penguraian lemak serta inhibisi
sintesis trigliserida. Glukagon meningkatkan produksi keton hati dengan mendorong
perubahan asam lemak menjadi badan keton. Karena itu, kadar asam lemak dan keton darah
meningkat di bawah pengaruh glukagon.8

Peningkatan kadar glukosa darah merangsang sekresi insulin tetapi menghambat sekresi
glukagon sementara penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sebaliknya. Penurunan
konsentrasi asam lemak darah secar langsung menghambat pengeluaran insulin dan
merangsang pengeluaran glukagon oleh pankreas dimana keduanya adalah mekanisme
kontrol umpan balik negatif untuk memulihkan kadar asam lemak darah ke normal.9

Efek berlawanan yang ditimbulkan oleh konsentrasi glukosa dan asam lemak dalam darah
pada sel alfa dan beta pankreas adalah sesuai untuk mengatur kadar molekul nutrien di dalam
darah karena efek insulin dan glukagon pada metabolisme karbohidrat dan lemak saling
berlawanan.9

Kesimpulan

Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh yang berasal dari gugus gula yang saling
berikatan. Sumber karbohidrat ialah roti, gandum, dan beras. Karbohidrat memiliki fungsi
yang penting sebagai bahan pembentuk glikogen dan memiliki pengaruh ke kadar glukosa
darah. Jadi, hubungan diabetes melitus dengan kadar glukosa darah yang meningkat
dikarenakan karbohidrat merupakan salah satu energi yang fungsinya dapat membentuk zat-
zat yang dapat menaikkan glukosa darah, contohnya adalah glikogen.

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 23


Daftar Pustaka

1. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC;
2009.
2. Nelson DL, Cox MM. Lehninger principles of biochemistry. 4th edition. New York: W. H.
Freeman and Company; 2005.
3. Sherwood L. Human physiology from cell to system. Seventh Editon. Belmont:
Brooks/Cole; 2010.h.722.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.780-
90.
5. Suhardjo, Kusharto CM. Prinsip-prinsip ilmu gizi. Yogyakarta: Kanisius; 2006.
6. Mayer BH, Tucker L, Williams S. Ilmu gizi menjadi sangat mudah. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC; 2011.h.36-7; 57-9.
7. Harjasasmita. Ikhtisar biokimia dasar B. Jakarta: FKUI; 2009.
8. Barker HM. Nutrition and dietetics for health care. 10th edition. UK: University of
Coventry; 2006.p. 18.
9. Sumardjo D. Pengantar kimia: buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan program
strata I fakultas bioeksakta. Jakarta: EGC; 2009.h.270-2.

PBL Blok 11 Universitas Kristen Krida Wacana 24

Anda mungkin juga menyukai