Abstrak
Listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Ia tidak hanya berfungsi
memberi penerangan bagi kita terutama di malam hari, tapi banyak masyarakat yang
menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti memasak nasi menggunakan rice
cooker, menyimpan dan mengawetkan makanan dengan kulkas. Artinya, listrik sudah menjadi
kebutuhan primer masyarakat, atau setidaknya menjadi jembatan pemenuhan kebutuhan primer
hidup.
Demikian juga untuk menggerakkan sektor produksi dalam negeri, listrik memegang
peranan sangat penting disamping faktor produksi lainnya.Artinya, kondisi listrik, termasuk
tarifnya akan berpengaruh terhadap kondisi riil masyarakat, terutama persoalan harga barang.
Maka, kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) bias dipastikan memicu inflasi. Walaupun tidak
berpengaruh besar terhadap inflasi di Indonesia secara keseluruhan. Dan hal ini akan berimbas
pada masyarakat kecil sebagai korban.
Walaupun bagi pelanggan listrik yang berdaya 450-900 kWh tidak akan dikenakan kenaikan tarif
dasar listrik, tetapi mereka akan merasakan dampak tidak langsung dari kenaikan tarif dasar
listrik tersebut. Hal ini pada mulanya akan ditandai dengan naiknya harga kebutuhan pokok
masyarakat sebagai akibat naiknya harga salah satu faktor produksi, yaitu listrik.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
KESIMPULAN
Dari sedikit pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa kenaikan tarif dasar listrik
(TDL) dengan dalih apapun, tetap saja tidak memihak rakyat terutama golongan menengah
ke bawah. Dampak kenaikan tersebut secara langsung akan menggerus pendapatan masyarakat
kecil dan juga akan memicu inflasi di Indonesia walaupun tidak begitu besar.
Inflasi akan terjadi akibat dari kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok dan barang-
barang substitusi yang disebabkan kenaikan TDL yang mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2010.
Pemerintah hendaknya mempertimbangkan dampak tidak langsung dari kebijakan
menaikkan TDL, bukan hanya dampak langsung yang hanya diperhitungkan. Karena justru dampak
tidak langsung inilah yang cukup menyengsarakan rakyat kecil dan itu akan berlangsung lebih lama.
Sisi besaran inflasi akan tergantung bagaimana pemerintah melakukan penyesuaian tarif listrik.
JAKARTA, Jaringnews.com - Rencana Pemerintah menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) diakui akan memicu
kenaikan inflasi Namun tidak berpengaruh besar, hanya 0,2-0,3 persen.
"Memang tidak terlalu besar. Namun hal itu masih tergantung dari bagaimana kita melakukan hal itu (menaikkan
TDL)," kata Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar, ketika ditemui hari ini (18/9) di Hotel Four Season,
Jakarta.
Menurut Mahendra, Pemerintah telah melakukan beberapa simulasi perhitungan kenaikan TDL berikut cara
menaikkannya, secara bertahap atau tidak. "Berdasarkan simulasi kita, dari sisi besaran (inflasi) akan
tergantung bagaimana kita melakukan penyesuaian tarif itu (listrik)," kata Mahendra Siregar.
"Simulasi kami menunjukkan dampak inflasi lebih dapat dikelola dengan baik bila dinaikkan secara bertahap
dibandingkan dinaikkan sekaligus. Ini juga penting disamping menjaga agar subsidi tidak membengkak," tambah
Mahendra
Mahendra melanjutkan, kenaikan TDL dimaksudkan untuk menekan subsidi yang akan mengalami
pembengkakan bila tidak ada langkah nyata menekannya.
Mahendra tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai kapan waktu untuk menaikkan TDL tersebut. "Kapan
dinaikkan TDL itu saya rasa terlalu cepat disampaikan sekarang. Tentu nanti akan ada pembahasan lebih lanju,"
tutur Mahendra.
- See more at: http://www.jaringnews.com/ekonomi/sektor-riil/23268/pengaruh-kenaikan-tdl-terhadap-inflasi-
cuma-persen#sthash.q03UGK2q.dpuf
Inflasi Ringan, yaitu tingkat inflasi sampai dengan 10% atau 20% setahun;
Inflasi Sedang, yaitu antara 10% s/d 30% setahun;
Inflasi Berat, yaitu antara 30% s/d 100% setahun;
Hiper Inflasi, yaitu di atas 100% setahun.
Berdasar sebab terjadinya:
Demand Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena desakan permintaan masyarakat
akan barang dan jasa begitu kuat. Inflasi ini muncul karena naiknya tingkat
pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung membeli barang dan jasa
lebih banyak dari yang biasa mereka gunakan. Misalnya seseorang yang biasa
mengkonsumsi susu satu gelas sehari, karena pendapatnya meningkat, maka
konsumsi susunya juga meningkat menjadi 3 gelas sehari. Dengan meningkatnya
konsumsi atau pembelian, akan mendorong naiknya harga barang-barang.
Cost atau Cost-push Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena naiknya biaya
produksi. Misalnya terjadi kenaikan bahan bakar atau tuntutan buruh akan kenaikan
upah, dimana kedua hal itu merupakan bagian dari biaya produksi, maka
perusahaan pun akan menaikkan harga jual barang dan jasanya.
Domestic inflation, yaitu inflasi yang berasal atau bersumber dari dalam negeri;
Sebagai contoh adalah negara kita, dimana negara kita masih banyak mengimpor
bahan baku dan barang modal lainnya. Apabila harga barang-barang yang diimpor
itu naik, maka biaya produksi juga meningkat, yang akhirnya akan menaikkan harga
jual barang dan jasa.
Dari sudut pandang ekonomi, pada prinsipnya inflasi itu terjadi karena tidak adanya
keserasian antara laju pertambahan uang dan tingkat pertumbuhan barang dan jasa.
Apabila jumlah uang beredar meningkat, sedangkan produksi barang dan jasa tetap,
maka hal ini cenderung akan mendorong terjadinya inflasi. Namun demikian, dari
uraian tentang jenis-jenis inflasi dapat diidentifikasikan faktor-faktor penyebab
terjadinya inflasi, yaitu antara lain :
Ketika pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri sipil(PNS), biasanya diikuti dengan
kenaikan permintaan barang dan jasa. Bila kenaikan besarnya permintaan ini tidak
diimbangi dengan penambahan volume barang dan jasa di pasar, maka hal ini akan
berakibat pada naiknya harga barang dan jasa. Kenaikan gaji PNS ini pada dasarnya
mengidikasikan adanya kenaikan jumlah uang yang beredar. Jenis inflasi ini disebut
demand-pull inflation
Defisit APBN yang ditutup dengan percetakan uang baru oleh Bank Indonesia, akan
berakibat pada bertambahnya jumlah uang beredar,
Dimana hal ini akan berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa.
Menurunnya nilai tukar terhadap valuta asing, seperti US dollar, Yen, Deutche Mark,
akan berdampak pada semakin mahalnya barang-barang produksi impor. Hal ini
berakibat pada kenaikan biaya produksi.
Faktor uang dan barang/jasa seperti diuraikan diatas memang berdampak langsung
terhadap inflasi. Bla ditelusuri, maka sumber penyebab inflasi dapat juga bersal
faktor-faktor sosial dan politik. Sebagai contoh, adanya berbagai kerusuhan sosial
seperti yang terjadi akhir-akhir ini, juga memberikan dorongan terhadap laju inflasi.
Berbagai kerusuhan sosial yang terjadi menyebabkan rasa tidak aman pada
penduduk, sehingga mendorong mereka untuk membeli barang-barang dalam
jumlah besar dari kebutuhan.
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang terjadi di seluruh negara di dunai. Inflasi
tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang saja, seperti Indonesia, tetapi
terjadi juga di negara-negara maju pada umumnya seperti Eropa Barat, Amerika
Serikat, dan Jepang, harga barang-barang secara umum relatif stabil, dimana tingkat
inflasi relatif rendah, berkisar antara 3% - 5% per tahun. Sedangkan di negara-
negara berkembang pada umumnya, tingkat inflasi sangat berfluktuatif dan relatif
lebih tinggi dari tingkat inflasi di negara-negara maju. Hal ini berkaitan juga dengan
keadaan ekonomi, dan sosial-politik yang relatif belum stabil.
Sehingga agar inflasi tidak semakin buruk, perlu adanya upaya untuk menekan
inflasi, diantaranya:
Menjaga keserasian antara laju penambahan uang beredar dengan laju
pertumbuhan barang dan jasa. Penambahan jumlah uang beredar harus dilakukan
secara proporsional dengan tingkat pertumbuhan penawaran barang dan jasa. Di
samping itu, jumlah uang beredar senantiasa harus dipantau dan dikendalikan.
Beberapa instrumen yang dapat digunakan oleh pemerintah (Bank Indonesia guna
mengendalikan jumlah uang beredar adalah: Politik operasi pasar terbuka (Open
Market Operation);
Politik diskonto dan bunga pinjaman; serta Politik mengubah cadangan
minimal bank-bank umum pada Bank Indonesia. Selain itu perlu dilakukan
pengawasan pinjaman secara selektif maupun Pembujukan moral (moral suation).
Menjaga kestabilan nilai tukar mata uang. Nilai tukar rupiah yang cenderung
merosot terhadap mata uang asing, akan mendorong laju inflasi. Mengapa? Sebab
negara kita masih banyak mengimpor barang-barang modal dan juga bahan baku
produksi. Jika mata uang rupiah meroset, maka harga barang-barang impor untuk
kebutuhan produksi menjadi lebih mahal. Hal ini berati akan menaikkan biaya
produksi, yang selanjutnya akan menaikkan harga barabf dan jasa di pasar.
Melakukan intervensi pasar. Pada masa-masa tertentu dapat terjadi lonjakan
terhadap permintaan barang-barang dipasar, seperti menjelang hari raya Idul Fitri
dan Natal. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan terus, karena dapat menyulut
kenaikan harga barang-barang pada umunya. Kenaikan harga barang-barang
secara temporer memang tidak dapat disebut inflasi