Anda di halaman 1dari 20

Profesi Kependidikan

Pengertian Profesi Keguruan dan Sasaran Sikap Profesional

Created by Group 3:

1. Irawati Datau
2. Nurain Rajak
3. Nirwana Bouty

English Department

Faculty of Letters and Culture

State University of Gorontalo

2017/2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kunci pokok kemajuan suatu bangsa dan negara adalah terletak
pada bidang pendidikan, walaupun apabila dilihat dengan kasat mata dan dengan
pemikiran yang awam pendidikan tidaklah penting. Namun sebenarnya pendidikan
adalah penggerak dan penentu kemajuan suatu bangsa dan negara. Hal ini sejalan
dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya membutuhkan SDM
yang berorientasi untuk kebutuhan dunia industri. SDM yang dibutuhkan saat ini
adalah SDM yang memiliki kompetensi unggulan terutama dalam hal kemampuan
berpikir. Dengan demikian kebutuhan SDM saat ini adalah SDM yang berorientasi
kepada kerja pikiran.

Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh dan
berkembang. Walaupun ada yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semi
profesional, namun sebenarnya lebih dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan
guru hanya dapat diperoleh pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan
tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan yang jelas tentang
jabatan fungsional.

Jelas bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan


tugasnya memerlukan keahlian, menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi
yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan
untuk itu dengan kurikulum yang jelas serta dapat dipertanggungjawabkan.

Guru merupakan unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan


khususnya di tingkat institusional. Tanpa guru pendidikan hanya menjadi slogan
muluk karena segala bentuk kebijakan dan program pada akhirnya akan ditentukan
oleh kinerja pihak yang berada di garis terdepan yaitu guru (Surya, 2003:2). Karena
itu, untuk menjadikan pendidikan sebagai sebuah sektor pembangunan yang efektif.

Guru adalah faktor yang mutlak. Bukan saja jumlahnya yang harus
mencukupi, melainkan mutunya juga harus baik, sebab jumlah dan mutu guru adalah
unsur yang secara langsung ikut menentukan kekuatan sektor pendidikan. Dengan
kata lain, kekuatan dan mutu pendidikan sesuatu negara dapat dinilai dengan
mempergunakan faktor guru sebagai salah satu indeks utama. Itulah antara lain
sebabnya mengapa guru faktor yang mutlak dalam pembangunan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas kita dapat menarik permasalahan yang ada antara
lain:

1. Apa yang dimaksud dengan profesi keguruan?

2. Apa saja sasaran sikap professional guru?

C. Tujuan Masalah

Tujuan menjadi target capaian dari pembahasan masalah yang telah ditentukan.
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, terdapat dua tujuan dalam kajian ini.

1. Untuk menjelaskan pengertian sikap profesional guru.

2. Untuk mendeskripsikan sasaran sikap profesional.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Profesi Keguruan

Profesi

Istilah profesi dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk menunjukkan


tentang pekerjaan seseorang. Seseorang yang bekerja sebagai dokter, dikatakan
profesinya sebagai dokter dan orang yang pekerjaannya mengajar dikatakan
profesinya sebagai guru. Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa profesinya
sebagai tukang batu, tukang parkir, pengamen, penyanyi, pedagang, dan sebagainya.
Jadi istilah profesi dalam konteks ini sama artinya dengan pekerjaan atau tugas yang
dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa inggris, yaitu profession,
yang artinya pekerjaan, atau dalam bahasa Latin, profecus yang artinya mengakui,
adanya pengakuan menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan.
Sedangkan secara Terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan
pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental yaitu
adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan
perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Danin,2002). Jadi suatu profesi harus
memiliki tiga pilar pokok yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.

Secara leksikal, perkataan profesi mengandung berbagai makna dan


pengertian. Pertama, profesi menunjukkan suatu kepercayaan (to profess means to
trust), bahkan suatu keyakinan (to belief in) atas suatu kebenaran (ajaran agama) atau
kredibilitas seseorang (Hornby, 1962). Kedua, profesi dapat pula menunjukkan dan
mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu (a particular business, Hornby,
1962).

Websters New World Dictionary menunjukkan lebih lanjut bahwa profesi


merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi (kepada pengembannya)
dalam liberal atrs atau science, dan biasanya meliputi pekerjaan mental dan bukan
pekerjaan manual.

Dari berbagai pengertian profesi tersebut, dapat disimpulkan bahwa profesi


adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Pada umumnya, masyarakat awam memaknai kata profesionalisme bukan


hanya digunakan untuk pekerjaan yang telah diakui sebagai suatu profesi, melainkan
pada hampir setiap pekerjaan. Muncul ungkapan, misalnya, penjahat profesional,
sopir profesional, hingga tukang ojek profesional. Dalam bahasa awam pula,
seseorang disebut profesional jika cara kerjanya baik, cekatan dan hasilnya
memuaskan. Dengan hasil kerja itu, seseorang mendapatkan uang atau bentuk
imbalan lainnya.

Dapatkah disalahkan penggunaan istilah yang serampangan itu? Tidak, karena


istilah profesi bukan monopoli kalangan tertentu. Namun, secara sosiologis ada aspek
positifnya di belakang gejala itu, yaitu refleksi dari adanya tuntutan yang makin besar
dari masyarakat akan proses dan hasil kerja yang bermutu, penuh tanggung jawab
bukan sekadar asal dilaksanakan.

Ada semacam common denominators antara berbagai profesi. Suatu profesi


umumnya berkembang dari perkerjaan (vocation) yang kemudian berkembang makin
matang. Selain itu, dalam bidang apapun, profesionalisme seseorang ditunjang oleh
tiga hal, yaitu keahlian, komitmen, dan keterampilan yang relevan yang membentuk
sebuah segitiga sama sisi yang di tengahnya terletak profesionalisme. Ketiga hal itu
pertama-tama dikembangkan melalui pendidikan prajabatan dan selanjutnya
ditingkatkan melalui pengalaman dan pendidikan/latihan dalam jabatan. Karena
keahliannya yang tinggi, maka seorang profesional dibayar tinggi. well educated,
well trained, well paid, adalah salah satu prinsip profesionalisme.

Achmad Sanusi, dkk. (1991), mengemukakan bahwa karakteristik suatu


profesi yaitu:

Suatu jabatan yaang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang


menentukan (crusial)

Jabatan yang menuntut keterampilan atau keahlian tertentu.

Keterampilan atau keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui


pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu (body of


knowledge) yang jelas, sistematik, eksplisit, dan bukan hanya sekedar
pendapat khalayak umum (publik).

Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat pergguruan tinggi dengan


waktu yang cukup lama.

Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan


sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.

Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi


berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.

Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan pendapat


ahli (judgement) terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.

Dalam praktik memberikan pelayanan kepada masyarakat, anggota profesi


bersifat otonom dan bebas dari campur tangan pihak luar

Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan oleh
karenanya secara umum, dan semestinya memperoleh imbalan yang
tinggi pula.
Berdasarkan karakteristik tersebut, jelas bahwa tidak setiap pekerjaan atau
jabatan bisa disebut sebagai profesi. Sudah dapat diidentifikasi apakah tukang becak,
penderes karet, petani, masinis, pilot, dokter, guru, dosen, wartawan, reporter, penyiar
radio, nelayan, penyanyi, artis, aktor, operator kompurter, perawat, bidan, dan lain-
lain adalah pekerjaan ataukah profesi.

Guru

Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya merujuk pada


pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Guru
merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
jalur pendidikan formal.

Senada dengan itu, dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, bahwa guru adalah tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Lebih lanjut, Sagala (dalam Deden, 2011), menegaskan bahwa, guru yang memenuhi
standar adalah guru yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dan memahami
benar apa yang harus dilakukan, baik ketika di dalam maupun di luar kelas.

Guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dan kompetensi,


kemahiran atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang guru, sebutan guru
mencakup: (1) guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi,maupun guru
bimbingan dan konseling atau guru bimbingan karier; (2) gurudengan tugas tambahan
sebagai kepala sekolah; (3) guru dalam jabatan pengawas.

Secara formal, untuk menjadi professional guru di isyaratkan memenuhi


kualifikasi akademik minimum dan bersertifikat pendidik. Guru-guru yang memenuhi
kriteria professional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi utamanya secara
efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Untuk memenuhi kriteria professional itu, guru
harus menjalani profesionalisasi atau proses menjuju professional yang
sesunggunhnya secara terus-menerus, termaksud kompetensi mengelola kelas.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat
pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dan/atau
olah raga. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru (PPPG) meliputi pembinaan
kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensisosial, dan kompetensi
profesional. Pembinaan dan pengembangan kariermeliputi penugasan, kenaikan
pangkat dan promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karier guru harus sejalan
dengan jenjang jabatan fungsional mereka. Pola pembinaan dan pengembangan
profesi dan karier guru tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait
di dalam pelaksanaan pembinaan profesi dan karier guru. Pengembangan profesi dan
karier tersebut diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam
rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di keals dan di luar kelas.

Guru yang hebat adalah guru yang kompeten secara metodologi pembelajaran
dan keilmuan, kaitan keduanya tercermin dalam kinerja selama pembelajaran.
Dalam konteks pembelajaran guru harus memiliki kompetensi mengelola semua
sumber daya kelas. Guru harus kompeten di bidang manajemen kelas atau lebih luas
lagi, manajemen pembelajaran. Guru tidak hanya berfungsis sebagai agen
pembelajaran, namun juga berfungsi sebagai pembentuk karakter peserta didik dan
penanaman nilai-nilai karakter. Guru harus mengembangkan kecerdasan akal,
emosional, mental dan spiritual sebelum membina siswanya.

Profesi Keguruan

Menurut Kartadinata, profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang
pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas
kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu, dan
kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak
pernah mengikuti pendidikan keguruan.
Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun
ada yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semiprofesional, namun sebenarnya
lebih dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada
lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi
profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No.
26/1989).

Beberapa para ahli mengemukakan pendapat mereka mengenai profesi guru


yaitu :

Menurut Kartadinata, profesi guru adalah orang yang memiliki latar


belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam
melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh
pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan tersebut tidak dimiliki
oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti
pendidikan keguruan.

Makagiansar, M. (1996), profesi guru adalah orang yang memiliki latar


belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam
melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh
pendidikan keguruan tertentu.

Nasanius, Y. (1998), mengatakan profesi guru adalah kemampuan yang


tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak
pernah mengikuti pendidikan keguruan. Ada beberapa peran yang
dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara lain :

a. Sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing


dan melatih

b. Pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh


kemampuan kemanusiaan yang dimiliki

c. Sebagai petugas kemasyarakatan dengan fungsi mengajar dan


mendidik masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik
Galbreath, J. (1999), profesi guru adalah orang yang bekerja atas
panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada
masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati
nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas
berat mencerdaskan anak didiknya.

Menurut Dedi Supriadi (1999), profesi guru adalah suatu pelayanan


atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan.

Abin Syamsudin (2000), mengatakan bahwa profesi guru yaitu


kemampuan yang tidak dimiliki orang pada umumnya yang tidak
pernah mengikuti pendidikan keguruan tingkat tinggi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat didefinisikan


bahwa Profesi guru merupakan suatu bidang pekerjaan khusus yang
memerlukan keahlian, kemampuan, ketelatenan, dan pengetahuan yang digunakan
untuk melaksanakan tugas pokok seperti mendidik, mengajar, membimbing, melatih,
serta mengevaluasi peserta didiknya, agar memiliki sikap dan prilaku yang
diharapkan.

Profesi guru merupakan suatu bidang pekerjaan khusus yang memerlukan


keahlian, kemampuan, ketelatenan, dan pengetahuan yang digunakan untuk
melaksanakan tugas pokok seperti mendidik, mengajar, membimbing, melatih, serta
mengevaluasi peserta didiknya, agar memiliki sikap dan prilaku yang diharapkan.

Profesi pendidikan adalah satu kegiatan atau pekerjaan sesuai keahliannya


yang diberikan atau diajarkan kepada peserta didik agar bisa berperan aktif dalam
hidupnya sekarang dan masa datang.

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) telah merealisasikan pengertian


profesi keguruan untuk pendidikan di Indonesia sebagai berikut:

Profesi keguruan adalah suatu bidang pengabdian/dedikasi kepada


kepentingan anak didik dalam perkembangannya menuju
kesempurnaan manusiawi.
Para anggota profesi keguruan terikat oleh pola sikap dan perilaku guru
yang dirumuskan dalam kode etik guru Indonesia.

Para anggota profesi keguruan dituntut untuk menyelesaikan suatu


proses pendidikan persiapan jabatan yang relatif panjang.

Para anggota profesi keguruan terpanggil untuk senantiasa


menyegarkan serta menambah pengetahuannya

Untuk dapat melaksanakan profesi keguruan dengan baik, para anggota


harus memiliki kecakapan / keterampilan teknis.

Para anggota profesi keguruan perlu memiliki sikap bahwa jaminan


tentang hak-hak profesional harus seimbang dan merupakan imbalan
dari profesi profesionalnya.

Adapun kelemahan-kelemahan lainnya yang terdapat dalam profesi keguruan


di Indonesia, antara lain berupa: (1) Masih rendahnya kualifikasi pendidikan guru dan
tenaga kependidikan; (2) Sistem pendidikan dan tenaga kependidikan yang belum
terpadu; (3) Organisasi profesi yang rapuh; serta (4) Sistem imbalan dan penghargaan
yang kurang memadai.

2. Sasaran Sikap Profesional

Sikap terhadap peraturan perundang-undangan

Kebijaksanaan pendidikan negara kita dipegang oleh pemerintah,


dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam rangka
pembangunan di bidang pendidikan di indonesia, Departemen dan
Kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang
merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan aparatnya, pemerataan
kesempatan belajar antara lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan
mutu pendidikan, pembenahan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan
karang taruna, dan lain-lain. Kebijaksanaan pemerintah tersebut biasanya akan
dituangkan ke dalam bentuk ketentuan-kententuan pemerintah. Dari
ketentuan-ketentuan pemerintah ini selanjutnya dijabarkan kedalam program-
program umum pendidikan.

Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu,
guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
merupakan kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan ialah segal peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang di keluarkan
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, di pusat maupun di daerah,
maupun departemen yang lain dalm rangka pembinaan pendidakan di negara
kita.

Sebagi contoh, peraturan tentang (berlakunya) kurikulum sekolah


tertentu, pembebasan uang sumbangan pembiayaan pendidikan (SPP),
ketentuan tentang penerimaan murid baru,penyelenggaraan evaluasi belajar
tahap akhir (EBTA), dan lain sebagainya.

Untuk menjaga agar guru indonesia tetap melaksanakan ketentuan-


ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan, Kode Etik Guru Indonesia mengatur hal tersebut, seperti yang
tetentu dalm dasar kesembilan dari kode etik guru.

Dasar ini menunjukan bahwa guru bahwa indonesia harus tunduk dan
taat kepada pemerintah Indonesia dalam menjalankan tugas pengabdiannya,
sehingga guru indonesia tidak mendapat pengaruh negatif dari pihak luar, yang
ingin memaksakan idenya melalui dunia pendidikan.

Dengan demikian, setiap guru indonesia wajib tunduk dan taat kepada
ketentuan-ketentuan pemerintah. Dalam bidang bidang pendidikan ia harus
taat kepada kebijaksanaan danperaturan, baik yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maupun departemen lain yang
berwenang mengatur pendidikan, di pusat dan didaerah dalam rangka
melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan pendidikan di Indonesia.

Sikap terhadap organisasi profesi


Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini
menujukkan kepada kita betapa pentingnya peranan organisasi profesisebagai
wadah dan sarana pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi
memerlukanpembinaan, agar lebih berdaya guna dan berguna sebagai wadah
usaha untuk membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Keberhasilan
usaha tersebut sangat bergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa
tanggung jawab, dan kewajiban para anggotanya. Organisasi PGRI merupakan
suatu sistem, di mana unsur pembentukannya adalah guru-guru. Oleh karena
itu, guru harus bertindak dengan sesuai tujuan sistem. Ada hubungan timbal
balik antara anggota profesi dengan organisasi, baik dalam melaksanakan
kewajiban maupun dalam mendapatkan hak.

Kewajiban membina organisasi profesi merupakan kewajiban semua


anggota bersama pengurusnya. Oleh karena itu, semua anggota dan pengurus
organisasi profesi, karena pejabat-pejabat dalam organisasi merupakan wakil-
wakil formal dari keseluruhan anggota organisasi, maka merekalah yang
melaksanakan tindakan formal berdasarkan wewenang yang telah
didelegasikan kepadanya oleh seluruh anggota organisasi itu. Dalam
kenyataannya, para pejabat itulah yang memegang peranan fungsional dalam
melakukan tendakan pembinaan sikap organisasi, merekalah yang
mengkomunikasikan segala sesuatu mengenai sikap profesi kepada para
anggotannya, dan mereka pula yang mengambil tindakan apabila diperlukan.

Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan,


dapat di lakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan
penataran, lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi
banding, dan berbagai kegiatan akademik lainnya. Jadi, kegiataan pembinaan
profesi tidak hanya terbatas pada pendidikan prajabatan atau pendidikan
lanjutan di perguruan tinggi saja, melainkan dapat juga di lakukan setelah
yang bersangkutan lulus dari pendidikan prajabatan ataupun sedang dalam
melaksanakan jabatan.

Di samping itu, secara informal guru dapat saja meningkatkan mutu


profesinya dengan mendapatkan informasi dari mass media ( surat kabar,
majalah, radio, televisi, dan lain-lain ) atau dari buku-buku yang sesuai dengan
bidang profesi yang bersangkutan.

Peningkatan mutu profesi keguruan dapat pula di rencanakan dan di


lakukan secara bersama atau berkelompok. Kegiatan berkelompok ini dapat
berupa penataran, lokakarya, seminar, simposium, atau bahkan kuliah di suatu
lembaga pendidikan yang di atur secara tersendiri. Misalnya program
penyetaraan D-2 guru-guru sekolah dasar, dan program penyetaraan D-3 guru-
guru SLTP, adalah contoh-contoh kegiatan berkelompok yang di atur
tersendiri.

Sikap terhadap teman sejawat

Dalam ayat 7 kode Etik Guru di sebutkan bahwa Guru memelihara


hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Ini
berarti bahwa : (1) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan
sesama guru dalam lingkungan kerjanya, dan (2) Guru hendaknya
menciptakan dan memelihara smangat kekeluargaan dan kesetiakawanan
ssosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya. Dalam hal ini Kode Etik
Guru Indonesia menunjukkan kepada kita betapa pentingnya hubungan yang
harmonisperlu di ciptakan dengan mewujudkan perasaan bersaudara yang
mendalam antara sesama anggota profesi.

Hubungan sesama anggota profesi dapat di lihat dari 2 segi, yakni


hubungan formal dan hubungan kekeluargaan. Hubungan formal adalah
hubungan yang perlu di lakukan dalam rangka melakukan tugas kedinasan,
sedangkan hubungan kekeluargaan adalah hubungan persaudaraan yang perlu
di lakukan, baik dalam lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan
dalam rangka menanjung tercapainya keberhasilan anggota profesi dalam
membawakan misalnya sebagai pendidik bangsa.

Sikap terhadap anak didik

Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas di tuliskan bahwa :


Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dasar ini mengandung beberapa
prinsip yang harus di pahami oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya
sehari-hari, yakni : tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan
prinsip pembentukkan manusia indonesia seutuhnya.

UU No. 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional, yakni : manusia


indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Prinsip yang lain adalah
membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian
membimbing seperti yang di kemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam
sistem Amongnya.

Tiga kalimat padat yang terkenal dari sistem itu adalah ing ngarso sung
tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Ketiga kalimat itu
mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapat
memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Dalam
tut wuri terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan
kodratnya sementara guru memperhatikannya. Dalam handayani berarti guru
mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau mengajarnya.

Dengan demikian membimbing mengandung arti bersikap menentukan


ke arah pembentukan manusia indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila,
dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi memaksakannya menurut
kehendak sang pendidik. Motto tut wuri handayani sekarang telah di ambil
menjadi motto dari Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Sikap terhadap tempat kerja

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat


kerja akan meningkatkan produktivitas. Hal ini di sadari oleh kita semua,
namun dalam menciptakan suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang harus
di perhatikan, yaitu : (a) guru sendiri, (b) hubungan masyarakat dengan orang
tua dan masyarakat sekeliling. Terhadap guru sendiri dengan jelas juga di
tuliskan dalam salah satu butir dari kode etik yang berbunyi : Guru
mrnciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, guru harus aktif mngusahakan
suasana yang baik itu dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode
mengajar yang sesuai, maupun dengan cara penyediaan alat belajar yang
cukup, serta pengaturan organisasinkelas yang mantap, ataupun pendekatan
lainnya yang di perlukan.

Suasana yang harmonis di sekolah tidak akan terjadi apabila personil


yang terlibat di dalamnya, yaitu : Kepala sekolah, gurru, staf administrasi dan
siswa, tidak menjalin hubungan yang baik di antara sesamanya. Penciptaan
suasana kerja memang harus di lengkapi dengan terjalinnya hubungan yang
baik dengan orang tua dan masyarakat sekitarnya. Ini di maksudkan untuk
membina peran dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. Hanya
sebagian kecil dari waktu, di mana peserta didik berada di sekolah dan di
awasi oleh guru-guru.

Dalam menjalin kerjasama dengan oragtua dan masyarakat, sekolah


dapat mengambil prakarsa, misalnya dengan cara mengundang orangtua
sewaktu pengambilan rapor, mengadakan kegiatn-kegiatan yang melibatkan
masyarakat sekitar, mengikutsertakan persatuan orang tua siswa atau BP3
dalam membantu meringankan permasalahan sekolah, terutama
menanggulangi kekurangan fasilitas ataupun dana penunjang kegiatan sekolah.

Sikap terhadap pemimpin

Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun


organisasi yang lebih besar ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ) guru
akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Dari
organisasi guru, ada strata kepemimpinan mulai dari pengurus cabang, daerah,
sampai ke pusat. Begitu juga sebagai anggota keluarga besar Depdikbud, ada
pembagian pengawasan mulai dari kepala sekolah, kakandep, dan seterusnya
sampai ke menteri pendidikan dan kebudayaan. Sudah jelas bahwa pemimpin
suatu unit atau organisasi akan mempunyai kebijaksanaan dan arahan dalam
memimpin organisasinya, di mana tiap anggota organisasi itu di tuntut
berusaha untuk bekerja sama dalam melaksanakan tujuan organisasi tersebut.
Dapat saja kerja sama yang di tuntut pemimpin tersebut diberikan berapa
tuntutan akan kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan petunujuk yang
diberikan mereka. Kerja sama juga dapat di berikan dalam bentuk usulan dan
malahan kritik yang membangun demi pencapaian tujuan yang telah
digariskan bersama dan kemajuan organisasi.

Oleh sebab itu, dpat kita simpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap
pemimpin harus positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam
menyukseskan program yang telah disepakati, baik sekolah maupun di luar
sekolah.

Sikap terhadap pekerjaan

Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami


mempunyai persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam
sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenan kecil. Barang kali tidak semua
orang dikarunia sifat seperti itu. Namun bila seorang telah memilih untuk
memasuki profesi guru, ia di tuntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.
Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil baik,
bila dia mencintai kariernya dengan sepenuh hati. Artinya, ia akan berbuat apa
pun agar kariernya berhasil baik, ia commited dengan pekerjaannya. Ia harus
mau dan mampu melaksanakan tugasnya serta mampu melayani dengan baik
pemakai jasa yang membutuhkannya. Agar dapat memberikan layananan yang
memuaskan masyarakat, guru harus selalu dapat menyesuaikn kemampuan
dan pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat, dalam hal
ini peserta didik dan orang tua. Keinginan dan permintaan ini selalu
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang biasanya di
pengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karenanya, guru
selalu di tuntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya.

Guru sebagai mana juga profesi lainnya, tidak mungkin dapat


meningkatkan mutu dan martabat profesinya bila guru itu tidak meningkatkan
atau menambah pengetahuan dan keterampilanya, karena ilmu dan
pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan
kemajuan zaman.
Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat
melakukan secara formal maupun informal. Secara formal, artinya guru
mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus yang sesuai dengan
bidang tugas, keinginan, waktu, dan kemampuannya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara bahasa profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian, keterampilan, kejujuran dan sebagainya. Profesi keguruan adalah pendidik
profesional dimana guru profesioanal adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
Profesi guru juga merupakan suatu bidang pekerjaan khusus yang
memerlukan keahlian, kemampuan, ketelatenan, dan pengetahuan yang digunakan
untuk melaksanakan tugas pokok seperti mendidik, mengajar, membimbing melatih,
serta mengevaluasi peserta didiknya, agar memiliki sikap dan prilaku yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/307832054/Pengertian-Profesi-Keguruan

http://blogcristiannahinde.blogspot.co.id/2015/10/rangkuman-buku-profesi-keguruan-
karya.html

http://bahrudincilegon.blogspot.co.id/2013/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://sendaljepitmely2000.blogspot.co.id/2016/05/makalah-profesi-keguruan.html

http://sulfiana22.blogspot.co.id/2016/01/pengertian-profesi-guru.html

http://cahayawhyra.blogspot.co.id/2012/12/makalah-profesi-pendidikan-profesi-guru.html

http://zainalzainalmasri.blogspot.co.id/2013/11/profesi-keguruan.html

Anda mungkin juga menyukai