MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Teknologi Informasi dalam Kebidanan
Oleh
1
Kata Pengantar
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karuniaNyalah, makalah yang berjudul Asfiksia Pada Bayi Bari Lahir Dan
Penanganannya ini bisa diselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kulia Teknologi Informasi dalam Kebidanan. Tujuan dari penulisan makalah ini
ialah untuk menambah pengetahuan tentang asfiksia pada bayi baru lahir dan
penanganannya agar dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada
neonatus, sehingga dengan mengetahui penanganannya yang benar, seorang tenaga
kesehatan dapat segera mengambil tindakan sehingga dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan neonatus yang optimal.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah
memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah
terlibat dalam proses penulisannya, yang senantiasa memotivasi.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II BAHASAN
2.1 Pengertian....................................................................................................3
2.5 Diagnosis....................................................................................................9
3.1 Kesimpulan................................................................................................25
3.2 Saran.........................................................................................................25
DAFTAR RUJUKAN......................................................................................26
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
3
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan persalinan atau segera setelah bayi lahir. Akibat kurangnya daya angkut
oksigen untuk paru paru sehingga jantung neonatus tersebut tidak bekerja secara
optimal yang akibatnya aliran darah tidak dapat disalurkan ke otak yang kemudian
menimbulkan kerusakan otak karena otak tidak dapat melakukan metabolisme sel dan
jaringan. Sehingga tidak terjadi pembentukan sel dan jaringan dalam tubuh neonatus
karena tidak ada bahan (oksigen ) untuk melakukan metabolisme.
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi
lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia,
dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di
bawah 1 bulan). Dikatakan usia dibawah 1 bulan karena dalam usia tersebut bayi dan
organ organ bayi masih dalam masa pengadaptasian dengan lingkungan barunya
yang tidak lagi dalam kandungan ibu. Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang
meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah
29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan
congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir dan penanganan segera , meliputi
pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan
pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka
kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada
bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali
menolong persalinan.
2
penanganan bayi baru lahir. Karena resusitasi ini adalah penanganan yang pertama
kali dilakukan saat bayi baru lahir tersebut mengalami asfiksia.
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
BAB II
BAHASAN
2.1 Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir setelah persalinan tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur. Akibat kurangnya daya angkut oksigen untuk
paru paru sehingga jantung neonatus tersebut tidak bekerja secara optimal yang
akibatnya aliran darah tidak dapat disalurkan ke otak yang kemudian menimbulkan
kerusakan otak karena otak tidak dapat melakukan metabolisme sel dan jaringan.
3
Sehingga tidak terjadi pembentukan sel dan jaringan dalam tubuh neonatus karena
tidak ada bahan (oksigen ) untuk melakukan metabolisme. Bayi dengan riwayat
gawat janin sebelum lahir misalnya , umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil
seperti kurang tercukupinya nutrisi ibu hamil, kelainan tali pusat yang merupakat alat
untuk bernapas bayi selama dalam kandungan atau bisa karena lilitan tali pusat pada
bayi sehingga bayi tidak dapat bernafas, atau masalah yang mempengarui
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan misalnya nutrisi bayi yang tidak
tercukupi .
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas, sehingga
dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 dalam paru karena
pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan
kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas
atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janinyang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut setelah dilahirkan misalnya kematian bayi karena tubuh bayi
akan mengeluarkan zat arang dari tubuh bayi akibat banyaknya CO2 dalam tubuh
bayi. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah rangsangan
terhadap nesofagus sehingga jantung janin menjadi lambat. Bola kekurangan O 2 ini
terus berlangsung, maka nesofagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini
rangsangan dari nefo simfatikus. Detak jantung janin menjadi lebih cepat akhirnya
irregular dan menghilang.
1. Faktor Ibu
4
menyebabkan berkurangnya pengaliran darah yang membawa oksigen
ke plasenta dan janin.
c. Partus lama atau partus macet. Partus lama dan partus karena tindakan
dapat berpengaruh terhadap gangguan paru-paru karena gangguan aliran
darah uterus dapat mengurangi aliran darah pada uterus yang
menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin
f. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Karena pad usia
ibu yang seperti ini akan beresiko mengakibatkan gawat janin , ini
terjadi karena rahim ibu tidak siap diisi janin. Gawat janin ini seperti
asfiksia pada bayi.
5
g. Gravida empat atau lebih. Untuk kehamilan keempat atau lebih ini
merupakan kehamilan yang rawan. Sehingga besar kemungkinan terjadi
sesuatu yang buruk pada janin. Yang juga menyebabkan gawat janin
karena gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan
oksigen ke janin berkurang yang kemudian terjadi gawat janin sehingga
janin mengalami asfiksia.
2. Faktor Bayi
6
a. Lilitan tali pusat. Menyebabkan gangguan aliran darah pada tali pusat.
Yang kita ketahui bahwa darah dalam tubuh membawa oksigen untuk
diedarkan ke seluruh tubuh
c. Simpul tali pusat. Karena tekanan tali pusat yang kuat menyebabkan
pernafasan pada janin terhambat
7
Kemungkinan komplikasi yang muncul
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak
pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan
perdarahan otak.
8
Pencegahan yang komprehensif dimulai dari masa kehamilan, persalinan dan
beberapa saat setelah persalinan. Pencegahan berupa :
Stabilisasi suhu
9
2.5 Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia
janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian
karena faktor faktor ini dapat dilihat , yang berperan sebagai indikator asfiksia pada
bayi yaitu :
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan
tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan
lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan
resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian
tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
10
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting,
yaitu :
1. Penafasan
2. Denyut jantung
3. Warna kulit
Karena ketiga tanda ini yang dapat diamati ketika bayi mengalami asfiksia.
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat
keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan
bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar
pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
Jumlah
Tanda 0 1 2
Nilai
11
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
Skor apgar biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap, yaitu pada saat
bayi telah diberi lingkungan yang baik serta telah melakukan pengisapan lendir
dengan sempurna. Skor apgar 1 menit ini menunjukkan beratnya sfiksia yang diderita
dan baik sekali sebagai pedoman untuk menentukan secara resusitasi. Apgar perlu
pula dinilai setelah 5 menit bayi lahir, karena hal ini mempunyai korolasi yang erat
dengan morbiditas dan mortalitas neonatal (Drage, 1966).
2. Ginjal : Gagal ginjal akut karena tidak terjadi metabolisme dalam tubuh
sehingga fungsi ginjal menjadi abnormal. Perinatal hipoksemia menyebabkan
penurunan aliran darah ke ginjal akibat vasokonstriksi renal dan penurunan
12
laju filtrasi glomerulus. Selain itu juga terjadi aktivitasi sistem renin
angiotensin-aldosteron dan sistem adenosin intrarenal yang menstimulasi
pelepasan katekolamin dan vasopresin. Semua faktor ini akan mengganggu
hemodinamik glomeruler.
3. Jantung : Gagal jantung akibat gangguan aliran darah sehingga jantung tidak
dapat memompa darah ke seluruh tubuh . Disfungsi miokard dan penurunan
kontraktilitas, syok kardiogenik, gagal jantung. Bayi dengan hipotensi dan
curah jantung yang rendah akan mengalami gangguan autoregulasi otak
sehingga risiko kerusakan otak karena hipoksi-iskemi meningkat.
asfiksia berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan
dan denyut jantung menjadi teratur, resusitasi yang efektif dapat dihasilkan bila ada
tenaga yang terampil, tim yang bekerja baik dan pemahaman fisiologis dasar asfiksia.
13
1. Memastikan saluran terbuka
a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan
saluran pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon
atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
a. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah agar bayi tetap bernafas
b. Kompresi dada
c. Pengobatan
Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif,
kedua
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan
minumum antara lain :
a. Alat pemanas siap pakai
b. Oksigen
14
c. Alat pengisap
d. Alat sungkup dan balon resusitasi
e. Alat intubasi
f. Obat-obatan
g. helai kain / handuk
h. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur
posisi kepala bayi i.
Jam atau pencatat waktu.
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus
rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus
dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai
suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya
ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap
pakai.
15
1. Siapa ayah atau wali pasien, sebutkan bahwa ada petugas yang diberi
wewenang untuk menjelaskan tindakan pada bayi.
Langkah awal diselesaikan dalam 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5
langkah awal dibawah ini cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur.
Langkah tersebut meliputi :
2. Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut terbuka, potong tali
pusat.
16
3. Isap lendir untuk menghindari penyumbatan pernapasan akibat air ketuban
17
6. Lakukan penilaian bayi
1. Pasang dan pegang sunkup agar menutupi mulut, hidung dan dagu
bayi.
18
Saat melakukan pemompaan perhatikan apakah dada bayi
mengembang. Bila tidak mengembang, periksa posisi sunkup pastikan
tidak ada udara yang bocor, periksa posisi kepala pastikan posisi sudah
sedikit ekstensi, periksa cairan atau lender dimulut bila masih terdapat
lender lakukan penghisapan. Lakukan pemompaan 2 kali, jika dada
mengembang lakukan tahap beriku
3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik untuk tetap berikan waktu rongga dada
untuk mengembalikan ke posisi semula diantara tiap tekanan yang
diberikan agar jantung mendapat kesempatan untuk terisi darah kembali.
19
1. Jaka bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi
bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi.
20
1. Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar lanjitkan
ventilasi selama 10 menit.
Asuhan kebidanan neonatus bayi dan balita dengan Asfiksia Neonatorum pada
bayi Ny. D umur 1 jam di BPS Yulianti Tulungagung
Hari/
Data
tanggal/ Data Subyektif Assement Planing
Obyektif
jam
Selasa 23 Bayi pucat dan sulit TTV Bayi Ny. D 1.
Septembe bernapas Nadi : umur 1 Hangatkan
r 2008 120 x /menit jam tubuh bayi
pukul Riwayat Antenatal Respirasi : dengan Rasional :
08.00 a. Ibu mengatakan 65X/ menit asfiksia Bayi hangat
WIB memeriksakan Suhu : neonatoru dan tidak
kehamilannya secara 38oC m hipotermi
rutin/ANC ke bidan 2. Atur
2x, ke puskesmas 2x Pemerikasaa posisi bayi
dan ke polindes 1x n fisik Rasional:
jadi selama kehamilan Untuk
ibu melakukan ANC Hidung memperlanca
21
Hari/
Data
tanggal/ Data Subyektif Assement Planing
Obyektif
jam
sebanyak 5x Simetris, ada r respirasi
b. Mendapatkan lendir 3. Bersihkan
imunisasi TT lengkap sedikit, jalan nafas
c. Obat-obatan yang terpasang O2 Rasional :
pernah diminum Fe, Dengan
kalk, vit C, vit B6, vit Mulut membersihka
B1 bibir n jalan nafas,
d. Keluhan selama simetris, sekret bisa
kehamilan bibir pucat, keluar dari
v TM I mual muntah tidak nafas bayi.
pada pagi hari
sumbing, 4. Keringkan
v TM II tidak ada
tidak ada tubuh bayi.
keluhan
luka Rasional :
v TM III sering
Untuk
kencing
mencegah
e. Ibu tidak ada
hipotermi.
riwayat alergi
5. Lakukan
terhadap makanan,
penilaian
minuman maupun
terhadap bayi.
obat-obatan
Rasional:
f. Tidak ada penyakit
untuk menilai
menular
keadaan bayi
Ex : hepatitis, AIDS,
thypoid, PMS
g. Tidak ada penyakit
menurun
22
Hari/
Data
tanggal/ Data Subyektif Assement Planing
Obyektif
jam
Ex : DM, hypertensi
h. Tidak ada penyakit
menahun
Ex : TBC, asma
i. UK 36 minggu
j. Selama hamil ibu
tidak pantangan
terhadap makanan
minuman maupun
obat-obatan serta
minum jamu-jamuan
Riwayat Intranatal
Ibu merasa
kencengkenceng
mulai tanggal 23
september 2008 pukul
08.00 WIB. Sifat
Adekuat, kontraksi 5x
dalam 10 menit,
sudah mengeluarkan
lendir bercampur
darah, ketuban masih
utuh, bayi lahir pada
tanggal 23 september
2008 pukul 07.45
WIB ditolong oleh
23
Hari/
Data
tanggal/ Data Subyektif Assement Planing
Obyektif
jam
bidan, persalnan
berlangsung secara
spontan pervaginam,
jenis kelamin laki-
laki.
BB = 3000 gram, PB
= 50 cm, LD = 34 cm
selam persalinan tidak
ada kesulitan, tidak
ada kelainan, tidak
ada cacat bawaan
pada bayi, placeta
lahir pada pukul 08.15
WIB dengan cara
spontan. Pada sat lahir
bayi tidak menangis
kuat, urine keluar
spontan saat
persalinan.
Lama persalinan
o Kala I: 7 jam
o Kala II: 1 jam
o Kala III: 15 menit
o Kala IV: 2 jam
Obat yang diberikan
adalah oksitosin ( 10
24
Hari/
Data
tanggal/ Data Subyektif Assement Planing
Obyektif
jam
unit)untuk bayi : polio
(2 tetes) hepatitis B
25
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.Penanganannya adalah dengan tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi
bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi,
yaitu :
2. Memulai pernafasan
3. Mempertahankan sirkulasi
3.2 Saran
Bidan diharapkan dapat lebih proaktif dalam bekerja sama dengan instansi
kesehatan, sehingga apabila terdapat pasien yang perlu segera dirujuk dapat
dilakukan rujukan secara cepat dan tepat dengan harapan pasien dapat segera
ditangani.
DAFTAR RUJUKAN
26
_____.2013.Makalah asfiksia. Asfiksia
(http://marsupilami13.blogspot.com/2013/09/makalah-asfiksia-dan-soap.htm
diakses 07 April 2014
27