Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah kerja kelompok dibentuk dengan harapan dapat meringankan

pekerjaan yang ada. Namun, pada kenyataanya kita kerap kali mendapati

kinerja yang ada dalam sebuah kelompok semakin menurun ketika sebuah

pekerjaan dilakukan secara bersama-sama. Terkadang saat sebuah tugas di

kerjakan dalam bentuk sebuah kelompok, kerap kali kita mendapati rekan

kelompok hanya satu atau dua orang saja yang akan bekerja serius dalam

kelompok tersebut dan sisannya hanya bersantai atau tidak peduli.

Fenomena diatas sering disebut sebagai perilaku sosial loafing atau

dalam terjemahan Indonesianya disebut kemalasan sosial. Selain itu,

Social Loafing sendiri lebih dikenal sebagai fenomena hilangnya

produktifitas. Menurut Reber & Reber (2010) Social Loafing adalah

kecenderungan individu mereduksi upaya yang mereka lakukan terhadap

sejumlah tugas ketika bekerja bersama dengan orang lain. Dalam website

resmi Psycholoy.About.com, disebutkan Social Loafing adalah ..the

tendency of individuals to put forth less effort when they are part of a

group.. Williams & Karau (1993) mengatakan bahwa Social Loafing

adalah ..the reduction in motivation and effort when individuals work

collectively compared with when they work individually or coactively.


Latane (1979) berpendapat bahwa Social Loafing merupakan

pengurangan kinerja individu selama bekerja sama dengan kelompok

dibandingkan dengan bekerja sendiri. Sehingga dapat dijelaskan

(mengikuti Williams & Karau) Social Loafing adalah reduksi atas motivasi

maupun usaha yang terjadi ketika individu bekerja secara bersama-sama

ketimbang secara sendirian.

Perilaku social loafing ditemukan pertama klai oleh Maximilian

Ringelman pada tahun 1913 ketika melakukan penelitian terhadap

sekelompok orang yang menarik sebuah tali. Dalam penelitian tersebut,

ketika jumlah orang yang menarik tali bertambah, usaha dan kekuatan

untuk menarik tali tersebut menjadi bertambah dan lebih besar. Tetapi

Ringelman menemukan bahwa besaran usaha yang dikeluarkan masing-

masing orang berkurang dalam menarik tali seiring dengan bertambahnya

orang dalam kelompok itu.

Perilaku social loafing menjadikan seseorang menjadi menurun dalam

performa dan juga hasil yang ia berikan, sehingganya manurunkan hasil

yang akan mereka capai. Perilaku social loafing dapat memunculkan

konflik antar anggota kelompok karena perasaan kesal yang timbul akibat

kurangnya performa yang diberikan oleh anggota yang melakukan social

loafing.

Social loafing terjadi karena motivasi yang hilang akibat dari proses

evaluasi dan eliminasi mengenai kontribusi anggota dalam kelompok.


Social Loafing kadang-kadang juga muncul karena bawaan asumsi yang

keliru. Beberapa anggota kelompok yang malas mengerjakan tugasnya

bisa jadi karena pengaruh asumsi subjektif buruk mereka terhadap anggota

lain yang melihat anggota mreka kebangayk yang malas sehingg

merekapun menjadi malas untuk mngerjakan sesuatu dalam kelompok

tersebut, atau bisa karena ia melihat ada beberapa anggota dalam

kelompok yang bisa mengerjakan semuanya sehingga individu tersebut

menurunkan kinerjanya.

Hal yang dipaparkan diatas tidak akan terjadi jika Individu memiliki

rasa dan kepercayaan kepada dirinya sendiri bahwa ia mampu

mengerjakan tugas kelompok tersebut tanpa bantuan atau pengaruh dari

orang lain. Sikap penghargaan dan kepercayaan kepada diri sendiri di

sebut dengan Self Esteem.

Menurut Coopersmith (1967) Self esteem adalah evaluasi yang dibuat

oleh individu dan biasanya berhubungan dengan penghargaan terhadap

dirinya sendiri, hal ini mengekspresikan suatu sikap sutuju atau tidak

setuju dan menujukkan bahwa individu mampu, penting, berhasi dan

berharga. Santrock (2003) mendefinisikan Self esteem merupakan dimensi

evaluative yang menyeluruh dari diri.

Roman (dalam Coetzee) menjabarkan Self esteem sebagai kepercayaan

diri seseorang, mengetahui apa yang terbaik bagi dirinya dan bagaimana

melakukannya. sedangakan Clemes dan Bean (1995) juga menyatakan Self


esteem adalah penilaian-penilaian seseorng tentang dirinya sendiri dari

berbagai titik pandang yang berbeda, apakah individu tersebut sebagai

orang yang berharga atau sebaliknya.

Menurut pendangan Maslow sendiri, Self esteem merupakan suatu

kebutuhan manusia yang memerlukan pemenuhan atau pemuasan untuk

dilanjutkan ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan akan Self

esteem yang dimaksudkan Maslow sendiri ada dua jenis yaitu penghargaan

terhadap diri sendiri dan penghargaan terhadap orang lain. Maslow juga

mengemukakan bahwa sekali seseorang merasa dicintai dan memiliki rasa

(sense of belonging), maka mereka akan mengembangkan kebutuhan

untuk penghargaan (need for esteem).

Alwater mengemukakan, bahwa sebenarnya Self esteem adalah cara

seseorang merasakan dirinya sendiri, dimana individu tersebut akan

menilai tentang dirinya sehingga memperngaruhi perilaku dalamm

kehidupan sehari-harinya. Seseorang yang memiliki Self esteem yang

tinggi, akan lebih menghargai dirinya sendiri dan dapat mengetahui

kesealahan-kesahannya. Self esteem yang tinggi sangat penting bagi setiap

orang, mereka akan menjadi lebih efektif dan produktif serta dapat

melakukan hubungan dengan orang lain dalam cara yang sehat dan positif.

Kepuasan akan kebutuhan Self esteem akan membentuk perasaan dan

sikap percaya diri yang positif, kekuatan serta kemampuan dan perasaan

berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. sebaliknya, jika Self
esteemnya rendah maka akan memunculkan perasana dan sikap

inferioritas, canggung dan perasaan lemah serta tidak berdaya.

Berdasarkan pemaparan diatas, social loafing menyebabkan

permasalahan pada kinerja kerja seseorang dan juga kerugian dalam

kelompok sehingganya dapat menimbulkan konflik-konflik internal dari

dalam kelompok yang dapat memicu munculnya permasalahan lain. Oleh

karena itu peneliti ingin mengetahui pengaruh antara Self esteem terhadap

Social loafing seseorng dalam kelompok.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah

yaitu, apakah ada pengaruh Self-esteem terhadap sosial loafing seseorang

dalam kelompok ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh self-

esteem terhadap sosial loafing seseorang dalam kelompok ?

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a.) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

bagi dunia sosial mengenai pengaruh self-esteem terhadap

sosial loafing seseorang.


b.) Dapat memberikan sumbangsi ilmiah dalam bidang penelitian

psikologi, khususnya psikologi social dan psikologi industri

orgasnisasi.
2. Manfaat Praktis
a. ) Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan informasi

bagi diri sendiri terkhusus pada individu masyarakat mengenai

pengaruh self-esteem terhadap sosial loafing.


b. ) Dapat menjadi informasi tambahan bagi lingkungan social

seperti badan organisasi, kelompok kerja maupun masayarakat

pada umumnya akan pengaruh self-esteem terhadap sosial loafing

seseorang.

Anda mungkin juga menyukai