PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin
mampu hidup diluar kandungan (Nugroho, 2010). Macam abortus ada 4 yaitu
1
abortus spontan, abortus infeksiosa, Missed Abortion, dan abortus habitualis.
Abortus spontan sendiri meliputi abortus imminens, abortus insipiens, abortus
inkomplit, dan abortus komplit (Wiknjosastro,2010).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari abortus?
2. Apakah yang dimaksud dengan abortus iminens?
3. Apakah yang dimaksud dengan abortus insipien?
4. Apakah yang dimaksud dengan abortus inkomplit?
5. Apakah yang dimaksud dengan abortus komplit?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari abortus.
2. Untuk mengetahui definisi dari abortus iminens.
3. Untuk mengetahui definisi dari abortus insipiens.
4. Untuk mengetahui definisi dari abortus inkomplit.
5. Untuk mengetahui definisi dari abortus komplit.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
wanita yang menderita nyeri dan terancam mengalami abortus, perdarahan
bisa berhenti, rasa nyeri menghilang dan kehamilan yang normal terjadi.
Karena itu, sepatutnya kita tidak segera mengambil tindakan untuk
mengakhiri abortus jika seorang wanita menginginkan untuk meneruskan
kehamilannya. Sedikit bahaya mungkin saja bisa terjadi, tetapi yang penting
untuk diingat adalah bahwa angka mortalitas perinatal ternyata lebih tinggi
pada wanita yang dalam awal kehamilannya dipersulit oleh abortus iminens.
Setiap wanita harus menjalani pemeriksaan yang teliti, karena selalu terdapat
kemungkinan bahwa serviks telah berdilatasi, sehingga abortus tidak dapat
dihindari atau adanya suatu komplikasi serius seperti kehamilan ekstra uteri
atau torsio kista ovarii yang tidak diduga. Pasien bisa diperbolehkan pulang
asalkan berbaring ditempat tidur dan diberi analgetik untuk membantu
menghilangkan rasa nyeri; tetapi jika gejalanya semakin berat, umumnya
pasien harus dirawat dirumah sakit. Jika perdarahan menetap pasien harus
diperiksa kembali dan konsentasi hemoglobin atau hematokrit harus dicek
lagi. Jika perdarahan cukup untuk menyebabkan anemia, maka pengosongan
hasil konsepsi umumnya perlu dilakukan. Jika perdarahan menjadi
sedemikian banyak sehingga dapat menyebabkan hipovolemia, pengakhiran
kehamilan merupakan tindakan yang dapat dibenarkan.
2. Tanda dan Gejala
Abortus iminens dapat diikuti dengan :
a. Nyeri kram ringan yang mirip dengan nyeri menstruasi atau nyeri
pinggang bawah.
b. Satu dari 4 atau 5 orang wanita hamil dapat mengalami bercak
perdarahan pada awal kehamilan, kurang-lebih separuhnya akan
mengalami abortus.
c. Perdarahan pada abortus iminens sering sangat sedikit, tetapi perdarahan
tersebut dapat bertahan selama beberapa hari atau beberapa minggu.
Bertambahnya resiko kehamilan yang suboptimal dalam bentuk
persalinan preterm, berat badan lahir rendah dan kematian perinatal tetap
ada ( Batzofin dkk, 1984; Funderbuk, dkk., 1980 ). Meskipun demikian,
resiko kelahiran bayi yang mengalami malformasi tidak mengalami
peningkatan yang bermakna.
4
3. Penyebab
Perdarahan yang sedikit pada hamil muda mungkin juga disebabkan oleh
hal-hal lain dari abortus, misalnya :
a. Placenta sign (gejala placenta) ialah perdarahan dari pembuluh pembuluh
darah sekitar placenta. Gejala ini selalu terdapat pada kera macacus
rhesus yang hamil
b. Erosion potionis juga mudah berdarah pada kehamilan
c. Polyp ( tumor jinak)
Sebab point b dan c dapat kita bedakan dengan pemeriksaan in speculo tapi
sebab point a tidak dapat dibedakan.
4. Pengobatan
Sebagian dokter mengobati wanita hamil yang mengalami abortus iminens
dengan
- Injeksi progesterone intramuskuler atau dengan berbagai macam obat-
obat progestasional sintesis baik peroral maupun intramuscular.
5. Diagnosis
a. Anamnesis :
Amenorea, dengan PP test ( + )
Vaginal spotting, keluarnya darah minima/light
Diikuti nyeri abdomen (lower abdominal pain/abdominal cramping)
dalam beberapa jam hingga hari setelah vaginal spotting.
Nyeri biasanya terletak dianterior dan berirama seperti pada
persalinan biasa, serangan nyeri biasanya berupa nyeri pinggang
bawah persisten disertai perasaan tekanan pada panggul, atau bias
berupa nyeri tumpul pada daerah simpisis pubis yang disertai nyeri
tekan didaerah uterus.
6. Pemeriksaan Ginekologi
Ostium Uteri Eksternum (OUE) tertutup
Gestational Sac (GS) masih utuh sehingga tidak ada cairan amnion
ataupun jaringan yang keluar
Biasanya fetus masih hidup
7. Diagnosis Banding
Kehamilan muda
5
Kehamilan ektopik
8. Pemeriksaan Penunjang
- USG kehamilan untuk mendeteksi adanya GS dan keadaan janin.
- Sonografi vagina
- Pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum,
dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam
beberapa kombinasi, pemeriksaan-pemeriksaan ini terbukti bermanfaat
untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus.
Fossum dkk. (1988) melaporkan bahwa kantong janin biasanya
dapat dilihat dengan sonografi vagina antara 33 sampai 35 hari sejak hari
pertama haid terakhir ( table 33-3 ). Hal ini di sertai dengan kadar
gonadotropin korionik sekitar 1000 mIU/mI . oleh karena itu, apabila
kantung gastasi terlihat dan hCG serum kurang dari 1000 mUI/mI, kecil
kemungkinannya gestasi dapat dipertahankan. Namun, apabila timbul
keraguan, perlu dilakukan pengukuran kadar gonadotropin serial.
9. Manajemen
- Rujuk ke Sp.OG untuk penatalaksanaan lanjutan
6
- Tidak ada terapi spesifik, dianjurkan bed rest sampai 2-3 hari bebas
perdarahan. Meskipun bukti-bukti yang ada tidak menunjukkan adanya
manfaat untuk mencegah terjadinya keguguran
- Jika perdarahan dan rasa nyeri tetap tidak berkurang selama 6 jam,
mungkin tindakan yang paling baik adalah menghadapi abortus yang
tidak terelakkan (abortus insipient).
Dilatasi serta kuretase pada waktu kehamilan 14 minggu pertama, atau
bila usia kehamilam lebih lanjut, Penyelesaiannya dapat dipercepat
melalui stimulasi kontraksi uterus dengan oksitosin atau prostaglandin
sampai seluruh hasil konsepsi dikeluarkan. Semua jaringan yang keluar
perlu diteliti secara seksama untuk menentukan apakah abortus tersebut
euploidi atau aneuploidi, kecuali kalau semua bagian janin dan plasenta
sudah dapat di identifikasi secara positif.
- Dari referensi, pada penatalaksanaan abortus imminens tidak cukup bukti
untuk pemberian antibiotic profilaksis. Antibiotic digunakan jika terdapat
kecurigaan adanya factor infeksi maternal.
-
7
injeksi Hufam;
meprofen;
Vicillin
3 Sefalosporin Oral 3x250 mg Cefalor;
Generasi I perhari cedor
4 Sefaklor Oral 2x05-1 gr Alxil;
Sefadroksil perhari Cefat;
Sefaleksin Qcef
5 Generasi II Oral 4x250 mg Cefabiotic
Sefuroksim perhari ; Pralexin
6 Generasi III
7 Oral 2x250 mg Cefurox;
sefiksim
perhari Kalcef
8
Oral 200-400 Cefspan;
mg starcef;
perhari, sofix;
dosis ceptik
tunggal
atau
dibagi
dalam dua
dosis
8
Beberapa jenis antibiotic yang harus dihindari
No Obat Keterangan
1 Tetrasiklin Pada trimester pertama kehamilan, tetrasiklin
menimbulkan gangguan pertumbuhan tulang. Pada
trimester kedua dan ketiga kehamilan menyebabkan
diskolorisasi gigi dan hippoplasia enamel
2 Aminoglikosa Sangat tidak dianjurkan pemberiannya pada wanita
hamil, karena meningkatkan angka kejadian
malforasi dan kerusakan janin yang bersifat
irreversible, serta kerusakan saraf kranial VIII
3 Klramfenikol Jika diberikan pada trimester I dan II kehamilan
menyebabkan Grey Syndrome pada bayi
4 Gol sulfonamide Terutama hindari pada trimester akhir kehamilan,
mendesak bilirubin dari ikatannya dengan protrin,
sehingga timbul kern ikterus pada neonates yang
dapat menetap sampai 7 hari setelah lahir.
5 Trimetoprim Pada uji hewan terbukti bersifat teratogen pada dosis
besar
Pengobatan terapi suportif dapat diberikan preparat hematinik seperti sulfas ferosus 600-
1000 mg serta tambahan vitamin C
Perdarahan mungkin dapat menetap selama berminggu-minggu. Evaluasi kehamilan yang
diperlukan antara lain pemeriksaan serial vaginal sonography untuk mendeteksi
gestational sac, serum hCG dan serum progesterone.
9
B. ABORTUS INSIPIEN/KEGUGURAN SEDANG BERLANGSUNG ( INEVITABLE
ABORTION )
1. Definisi
Adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium yang sudah terbuka
dan ketuban yang teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi (Patologi
Kebidanan hal.77)
Abortus insipient ditandai dengan pecahnya kulit ketuban karena adanya
dilatasi serviks. Dalam kondisi tersebut hampir dapat dipastikan akan terjadi abortus.
Jarang sekali pengeluaran cairan ketuban yang deras dari uterus dalam paruh-pertama
usia kehamilan, terjadi tanpa disertai konsekuensi yang serius. Cairan tersebut
sebelumnya dapat tertimbun di antara korion, sedangkan defek permulaan dalam
korion dapat sembuh dengan sempurna. Meskipun demikian, peristiwa yang paling
sering terjadi bisa berupa kontraksi uterus yang timbul seketika sehingga terjadi
ekspulsi hasil konsepsi, atau terjadinya infeksi.
Yang jelas akibat pecahnya kulit ketuban selama paruh-pertama kehamilan,
kemungkinan untuk penyelamatan kehamilan menjadi sangat kecil. Jika pada awal
kehamilan tiba-tiba terdapat pengeluaran cairan yang menunjukkan pecahnya kulit
ketuban, sebelum timbul rasa nyeri atau perdarahan, maka wanita tersebut harus
berbaring di tempat tidur dan menjalani pemeriksaan observasi terhadap kebocoran
cairan lebih lanjut, perdarahan, kram ataupun panas. Jika telah 48 jam tidak terdapat
pengeluaran cairan amnion lebih lanjut, dan juga tidak terdapat perdarahan atau rasa
nyeri serta gejala panas, maka pasien diperbolehkan bangun dan dapat melanjutkan
aktivitasnya seperti biasa kecuali segala bentuk penetrasi vagina. Meskipun demikian,
jika pemancaran cairan terjadi bersamaan atau diikuti dengan perdarahan dan rasa
nyeri, atau jika kemudian terjadi panas, maka keadaan ini harus dipertimbangkan
sebagai abortus yang tidak terelakkan dan uterus harus segera dikosongkan. (Obstetri
Williams hal.28).
2. Tanda
a. Perdarahan banyak, kadang kadang keluar gumpalan darah
b. Nyeri atau keram berat karena kontraksi rahim kuat
c. Akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan, ketuban menonjol. (Patologi
Kebidanan hal.77)
3. Diagnosis
Anamnesis :
10
- Amenorea, disertai dengan PP test ( + )
- Volume darah yang keluar lebih banyak
- Crampy lower abdominal pain, atau pergerakan servikan dan nyeri adnexal
4. Pemeriksaan Ginekologi
Dilatasi os cerviks, namun belum ada jaringan yang keluar
Pecahnya selaput ketuban disertai mengalirnya air ketuban.
5. Manajemen
Karena pecahnya selaput ketuban yang terjadi pada paruh pertama kehamilan
kemungkinan untuk penyelamatan kehamilan mnjadi sangat kecil, sehingga
kehamilan harus diterminasi dengan cara diinduksi dengan pemberian oksitosin
(oksitosin 10 IU dalam 500 cc D5% dimulai 8 tetes permenit dan dinaikkan
sesuai kontraksi uterus, hati-hati terjadinya kontraksi yang hipertonik sehingga
harus dipantau ketat) untuk memacu kontraksi uterus sehingga produk kehamilan
dapat keluar.
Alternative lain dengan pemberian misoprostol 200-600g oral atau vaginal yang
menyebabkan terjadinya perlunakan serviks dan kontraksi uterus sehingga
menyebabkan keluarnya produk kehamilan. Bila produk kehamilan belum keluar,
maka pemberian misoprostol dapat diulang dengan interval 6-7 jam.
Bila produk kehamilan yang keluar tidak lengkap lanjutkan dengan kuretase.
Pasca kuretase diberikan mitelergometrin maleat 3x1 tablet per hari selama 5 hari
dan antibiotika selama 5 hari. Antibiotika yang dapat diberikan.
11
Drops 100mg/2,5mL
Pada keadaan serviks yang berdilatasi disertai perdarahan yang masif, sebaiknya
dilakukan kuretase, dengan perlindungan infuse disertai drip oksitosin 10-20 IU
dalam RL/NaCl fisiologis. Pemberian infuse dapat dimulai dengan kristaloid
(RL/NaCl fisiologis) dengan pemberian cairan meliputi maintenance dan
ditambah jumlah perdarahan aktif.
Pemeriksaan golongan darah, Rh, darah rutin bila kehilangan darah dalam jumlah
banyak agar dapat segera dilakukan intervensi yang tepat dengan resusitasi cairan
ataupun transfuse darah.
Rujuk ke dr. SP.OG untuk penataklaksanaan lanjutan
12
- Nyeri perut/abdominal cramping, tekadang nyeri dideskripsikan menyerupai
nyeri saat persalinan.
- Perdarahan yang bisa sedikit atau banyak, biasanya serupa stolsel (darah
beku), sudah ada keluar fetus atau jaringan tetapi sebagian masih berada di
dalam uterus.
3. Pemeriksaan Ginekologi
Pada pemeriksaan dalam, untuk abortus yang baru terjadi didapatkan serviks
terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis
atau kavum uteri
Uterus berukuran lebih kecil dari usia kehamilan
4. Pemeriksaan Penunjang
USG kehamilan untuk mendeteksi adanya retensi produk/sisa kehamilan.
5. Tindakan
Pada kasus-kasus abortus inkompletus, dilatasi serviks sebelum tindakan
kuretase kerapkali tidak diperlukan. Teknik kuretase sangat bermanfaat untuk
mengosongkan uterus, khususnya jika tindakan tersebut hanya dilakukan dengan
analgesia local pada serviks dan analgesia sistemik sedang seperti meperidin. Seorang
wanita dengan usia kehamilan yang lebih lanjut atau yang mengalami perdarahan
aktif harus dirawat di rumah sakit dan jaringan yang tertinggal harus diangkat dengan
segera. Perdarahan pada abortus inkompletus kadang-kadang cukup berat, tetapi
jarang berakibat fatal. Panas tubuh bukan merupakan kontraindikasi apabila
pengobatan dengan antibiotic yang memadai segera dimulai.
6. Manajemen
Rujuk ke dr. SP.OG untuk penatalaksanaan rujukan
Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse
darah. Pemberian cairan pada penatalaksanaan syok hipovolemik :
- Untuk memulihkan status volume, pasang 2 jalur intravena, berikan 1-2 L
kristaloid seperti NaCl 0,9% atau RL secara intravena selama 30-60 menit,
sambil memantau tanda-tanda edema paru, dan teruskan pemberian cairan
berdasarkan tanda vital
- Berikan komponen sel darah merah untuk mempertahankan hematokrit 30%
Keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase.
Selain itu beri obat-obatan uterotonika seperti mitilergometrin maleat 3x1 tablet
per hari selama 5 hari dan antibiotika (lihat pemberian antibiotika pada tabel
diatas). Harus selalu dilakukan observasi perarahan setelah dilakukan kuretase
13
Bila pasien demam, antibiotic broad spectrum diberikan sebelum dilakukan
kuretase untuk mengurangi insidensi postabortal endometritis dan PID. Sedangkan
pada pasien yang tidak menunjukkan gejala infeksi juga diberikan profilasi
antibiotic.
Regimen :
14
2. Diagnosis
Anamnesis :
- Amenorea
- Terjadi perdarahan per vaginam yang kemudian berhenti spontan setelah
semua produk kehamilan keluar
- Ada kontraksi uterus yang terasa nyeri yang juga akhirnya berhenti setelah
produk konsepsi keluar.
- Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya
- Nyeri dan kram abdomen yang ringan
3. Pemeriksaan Ginekologi
Selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, tetapi semakin kecil
Bila sebelumnya ada gejala-gejala kehamilan belakangan mual menghilang,
produksi hormonal oleh plasenta secara bertahap akan menurun, uterus dan
payudara akan mengalami regresi, sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran uterus
tidak sesuai dengan umur kehamilan. Setelah itu diiringi dengan reaksi kehamilan
yang menjadi negative pada 2-3 minggu sesudah fetus mati.
Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit.
4. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin, jumlah eritosit, jumlah leukosit, waktu perdarahan, waktu
pembekuan dan fibrinogen.
Terjadi hipofibrinogenemia dan penurunan jumlah platelet. Hipofibrinogenemia
terjadi karena koagulasi intravaskuler sehingga banyak faktor pembekuan yang
terpakai.
5. Manajemen
Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan plasenta dapat
dikeluarkan.
Bila tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Untuk dilatasi dapat diberikan
misoprostol atau dengan pemasangan laminaria intraservikal.
Penderita juga diberikan uterotonik seperti metilergometrin maleat 3x1 tablet
perhari selama 5 hari dan antibiotika selama 5 hari (pemilihan antibiotic lihat table
diatas).
Bila hemostasis ada kelainan :
Transfuse darah segar sampai fibrinogen >120 mg%
Atau berikan fibrinogen 4 gram IV per infus sampai fibrinogen >200 mg%
Dilatasi dan kuretasi dilakukan hemostasis diperbaiki.
Rujuk ke dr. SP.OG untuk penatalaksanaan lebih lanjut .
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau sebelum kehamilan tersebut. Berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kandungan.
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
(Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).
Abortus iminens adalah perdarahan vagina pada umur kehamilan <20 minggu. Pada
keadaan ini terjadi ancaman proses keguguran, namun produk kehamilan belum keluar.
(Patologi Kebidanan hal.74).
Abortus insipient adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium yang
sudah terbuka dan ketuban yang teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi
(Patologi Kebidanan hal.77)
Abortus inkomplit adalah abortus pengeluaran hasil konsepsi yang tidak lengkap/
ekspulsi parsial dari hasil konsepsi. Fetus biasanya sudah keluar namun terjadi retensi
plasenta, sebagian atau seluruhnya di dalam uterus. Pada abortus inkomplet, perdarahan
umumnya masih berlangsung. (Patologi Kebidanan hal.79)
Abortus komplit merupakan abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi
dikeluarkan (fetus dan plasenta), sehingga tak ada yang tertinggal di kavum uteri.
Pada umumnya abortus spontan pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, fetus dan
plasenta dapat keluar secara bersamaan. (Patologi Kebidanan hal.81)
B. SARAN
Melalui makalah ini penyusun mengharapkan bagi para pembaca untuk bisa
mengembangkan maksud dari pembahasan dalam makalah ini. Penyusun juga
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk dapat mengevaluasi hasil penyusunan
makalah ini dan agar dapat disempurnakan kembali. Atas kritik dan sarannya penyusun
sampaikan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
16
Obstetri Patologi, Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung, Bandung 1982.
Cunningham, F.Gary, dkk. 2006. Obstetri Williams, Ed.21, Vol.2. Buku kedokteran EGC. Jakarta.
Cunningham, F.Gary, dkk. 1995. Obstetri Williams, Ed.18. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
17