Anda di halaman 1dari 7

FARMAKOKINETIK

ILMU DASAR KEPERAWATAN IV


FARMAKOLOGI

Di susun oleh :

1. Didik Rahmad Sholeh (201310201081)


2. Dwi Indra Kurniawati(201310201082)
3. Dwi Lestari (201310201083)
4. Evi Purnamasari (201310201084)
5. Faridatul Hasanah (201310201085)
6. Tri Wuri Handayani (201310201135)
7.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH
YOGYAKARTA
2015

FARMAKOKINETIK

1. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat meliputi :


a. Kecepatan disolusi obat
Seperti yang telah tertulis sebelumnya, dalam pelepasan zat
aktif dari suatu obat dibutuhkan parameter Disolusi obat. Kecepatan
disolusi obat ini berbanding lurus oleh luas permukaan, jadi setelah
obat utuh pecah menjadi granul-granul dalam saluran pencernaan/
organ pencernaan, maka luas permukaannya juga akan semakin
besar maka disolusi obat juga semakin besar.
b. Ukuran partikel
Faktor Ukuran partikel ini sangat penting, karena semakin
kecil ukuran partikel obat, maka obat tersebut juga semakin mudah
larut dalam cairan daripada obat dengan ukuran partikel yang
besar.
c. Kelarutan dalam lipid atau air
Dalam faktor ini dipengaruhi oleh koefisien partisi obat.
Koefisien partisi merupakan perbandingan obat dalam fase air
(polar) dan fase minyak (non polar). Telah diketahui bahwa medium
pelarutan obat merupakan zat polar, sedangkan tempat absorbsi
contohnya dinding usus sebagian besar adalah non polar. Jadi
koefisien partisi ini sangat penting dalam menentukan absorbsi
obat. Semakin besar koefisien partisi, maka semakin besar pula
kekuatan partikel obat tersebut untuk menembus membran/ dinding
usus. Sebaliknya obat yang memiliki koefisien partisi yang kecil,
berarti obat tersebut lebih mudah larut dalam zat polar, telah
diketahui sebelumnya bahwa tempat untuk absorpsi obat sebagian
besar adalah non polar, maka obat-obatan yang seperti ini sulit
untuk diabsorpsi.
d. Ionisasi
Sebagian obat merupakan elektrolit lemah sehingga
ionisasinya dipengaruhi oleh pH medium. Dalam hal ini terdapat
dua bentuk obat, yaitu obat yang terion dan obat yang tek terion.
Obat yang terion lebih mudah larut dalam air, sedangkan obat
dalam bentuk tak terion lebih mudah larut dalam lipid serta lebih
mudah untuk diabsorpsi. Hal ini bisa diterapkan contohnya pada
obat yang bersifat asam, obat yang bersifat asam tersebut akan
terionisasi pada pH basa dan kita ketahui bahwa pada lambung
pHnya asam dan pada usus pHnya basa. Obat-obatan yang bersifat
asam ini akan terionisasi pada usus (basa), maka obat yang telah
terionisasi ini akan sulit menembus dinding usus yang sebagian
besar komponennya adalah lipid/ zat non polar, maka obat-obatan
asam ini lebih mudah diabsorpsi pada gaster/ lambung karena pada
lambung pH-nya asam, maka obat tidak akan terionisasi. Untuk
obat-obatan yang bersifat basa dianalogikan sebaliknya, secara
singkat obat-obatan basa akan terionisasi pada lambung (asam)
dan tak terionisasi pada usus (basa), maka akan lebih mudah
diabsorpsi oleh dinding usus.
e. Aliran darah pada tempat absorpsi
Aliran darah akan membantu pada proses absorpsi obat yaitu
mengambil obat menuju ke sirkulasi sistemik. Semakin besar aliran
darah maka semakin besar pula obat untuk diabsorpsi.
f. Konsentrasi oba
Semakin tinggi konsentrasi obat yang di berikan semakin besar
arbsorbsinya
g. Faktor usia
Ph lambung bayi lebih tinggi di bandingkan orang dewasa,
peristaltik usus lebih lambat
h. Kecepatan pengosongan lambung
Obat yang diabsorpsi di usus akan meningkat proses
absorpsinya jika kecepatan pengosongan lambung besar dan
sebaliknya.
i. Motilitas usus
Motilitas dapat diartikan pergerakan, dalam hal ini merupakan
pergerakan usus. Jika kecepatan motilitas usus ini besar maka akan
mengurangi absorpsi obat karena kontak antara obat dengan
absorpsinya adalah pendek. Motilitas usus ini besar contohnya
adalah pada saat diare.
j. Pengaruh makanan atau obat lainnya
Beberapa makanan atau obat dapat mempengaruhi absorpsi
obat lainnya

B. Cara pemberian obat parental dan enteral

Pada cara pemberian ini dibedakan menjadi dua, yaitu obat yang diberikan
secara enteral dan secara parental. Pada pemberian enteral ini contohnya
seperti pemberian secara oral, sublingual, dan secara perrektal. Sedangkan pada
pemberian parenteral contohnya seperti injeksi dan inhalasi. Pada pemberian
secara parental pastinya memberikan efek lebih cepat daripada pemberian
secara enteral.

a. Keuntungan dan kerugian


Pemberian obat secara enteral :
1. Per Oral
Keuntungan :
Dapat dilakukan sendiri oleh pasien
Biaya lebih murah
Tidak menyakiti

Kekurangan :

Ada beberapa obat yang di rusak oleh enzim pencernaan dan


asam lambung
Ada beberapa obat yang membuat iritasi pada mukosa lambung
(maka di berikan setelah makan )
Penyerapan lambat dan tak teratur , maka membutuhkan dosis
yang lebih besar
Tidak dapat di berikan pada pasien yang tak sadar dan muntah-
munah
Absorpsi obat sangat di tentukan oleh banyak faktor terutama
kondisi gastrointestinal.
Tempat :

Mukosa usus

2. Sublingual (pemberian obat di bawah lidah atau di hisap)


Keuntungan :
Penyerapan lebih cepat dari pada per oral karena kaya akan
kapiler
Dapat dilakukan sendiri
Tidak menyakiti
Tidak melalui lambung sehingga kelebihan obat terhadap obat
dapat dapat di abaikan

Kekurangan:

tidak dapat di berikan pada pasien tak sadar


rasa obat terkadang tak menyenangkan pasien

Tempat :

mukosa mulut bawah

3. per rektal (melalui rektum)


Keuntungan :
dapat di berikan pada pasien muntah-muntah, tak sadar dan
lebih mudah untuk anak kecil
penyerapan lebih cepat
pada orang dewasa dapat dilakukan sendiri
kasiatnya lebih utuh karena tidak melewati lambung.

Kekurangan :

kurang nyaman pada pasien

Tempat:

mukosa rektum

Pemberian obat secara parenteral :

1. Parenteral ( melalui suntikan )


Keuntungan :
Efek lebih cepat dari pada per oral
Dapat diberikan pada pasien muntah dan tak sadar.
Absorbsi obat lebih cepat dan teratur
Dosis yang di berikan lebih kecil
Kekurangan :

Lebih mahal karena menggunakan alat dan hanya boleh di


berikan oleh tenaga kesehatan
Apa bila terjadi hiper sensitivitas, muncul reaksi yang cepat dan
berat
Menyakiti pasien
Kecepatan absorbsi di tentukan oleh sirkulasi jaringan
Alat yang tidak steril dapat menimbulkan infeksi dan abses
2. Intravena ( kedalam vena)
Kelebihan :
Penyerapan cepat
Efek obat cepat
Tepat di berikan dalam keadan darurat
Obat iritatif pada jaringan dapat di berikan dengan cara ini

Kekurangan :

Apabila terjadi hipersensitif reaksi yang muncul cepat dan berat


Pemberian yang salah dapat berakibat fatal

Tempat:

Peredaran darah vena


3. Intra muskuler (kedalam otot)
Kelebihan :
Kecepatan absorbsi tergantug pada sirkulasi terutama pada otot
Dapat diatur, apa bila di larutkan dalam lemak penyimpanan
akan lambat, larut dalam air penyimpanan cepat.

Kekurangan :

Lebih mahal karena menggunakan alat dan hanya boleh di


berikan oleh tenaga kesehatan
Apa bila terjadi hiper sensitivitas, muncul reaksi yang cepat dan
berat
Menyakiti pasien
Kecepatan absorbsi di tentukan oleh sirkulasi jaringan
Alat yang tidak steril dapat menimbulkan infeksi dan abses

Tempat :

Kapiler vena otot


4. Subkutan ( ke bawah kulit)
Kelebihan :
Banyak pembuluh darah pada jaringan longgar
Absorbsi cepat

Kekurangan :
Lebih mahal karena menggunakan alat dan hanya boleh di
berikan oleh tenaga kesehatan
Apa bila terjadi hiper sensitivitas, muncul reaksi yang cepat dan
berat
Menyakiti pasien
Kecepatan absorbsi di tentukan oleh sirkulasi jaringan
Alat yang tidak steril dapat menimbulkan infeksi dan abses

Tempat:

Kapiler vena subkutan


5. Intra kutan ( di dalam kulit)

Kelebihan :

Di gunakan untuk imunisasi dan tes alergi


Penyerapan lambat

Kekurangan :

Pemberian cukup sulit

Tempat :

Kapiler krcil kulit dengan imbibisi

Referensi :
1. Nugroho, Agung Endro. 2012. Prinsip Aksi & Nasib Obat Dalam Tubuh.
Pustaka Pelajar . Yogyakarta
2. Sutedjo, AY. 2008. Mengenal Obat-Obatan Secara Mudah dan
Aplikasinya Dalam Perawatan. Amara Books. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai