KEYWORDS
retinopati Diabetikum; patofisiologi ; penatalaksanaan; Anti-VEGF; Steroid;
Laser
1. Pendahuluan
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan gangguan met
abolisme glukosa karena kekurangan insulin atau resistensi, menyebabkan hiperglik
emia, neovaskularisasi pembuluh darah dan komplikasi neuropati. Ini adalah du
a jenis: tipe 1 umumnya disebabkan oleh kerusakan sel B pankreas akibat
autoimun yang ditandai dengan kurangnya insulin. Sedangkan tipe 2
ditandai dengan resistens insullin dan defisiensi insulin relatif.
Secara umum di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 21 juta orang
(atau sekita 7% populasi) masuk dalam kriteria diagnostik diabetes
melitus. Retinopati diabetik didiagnosis pada diabetes melitus lebih rendah
pada diabetes tipe I (0.4%) daripada tipe II (7.6%) (Roy et al., 2004).
Di Saudi Arabia, prevalensi diabetes mellitus adalah sebesar 34.1% pada
laki-laki dan 27.6% pada perempuan dan bertembah sesuai usia (Alqurashi et
al., 2011). Di daerah timur Saudi Arabia, prevalensi diabetes mellitus adalah
sebesar 17.2% (Al-Baghli et al.,2010) dan merupakan penyebab kebutaan
paling umum pada individu antara usia 20 sampai 65 tahun. Baru-baru ini
diadakan penelitian menyeluruh meliputi berbagai aspek yang perlu untuk
diperhatikan.
2. Patogenesis
Retina adalah lapisan transparan dan tipis yang yang terdiri dari beberapa
lapisan. Sel-sel dalam retina terbagi 3 jenis: (1) komponen saraf (fotoreceptor,
interneurons, dan sel ganglion cells) yang mendasari fungsi visual pada retina
dengan mengkonversi cahaya menjadi sinyal listrik. (2) komponen Glial
(Muller cells) yang menjadi penopang retina. (3) komponen Vaskuler yang
terdiri dari cabang-cabang arteri retina sentral yang meberi suplai retina
bagian dalam sementari bagian luar retina disuplai dengan cara difusi dari
sirkulasi khoroid. Pembuluh darah retina mempertahankan barier darah-retina
karena lapisan tipis sel endotel non-fenestrated dengan celah yang sempit.
Dinding kapiler retina terbentuk dari sel endotel, perisit (dengan karakteristik
kontraktil) tertanam dalam membran endotel basement. Diabetes akan
menimbulkan efek pada komponen saraf dan vaskuler pada retina. Hilangnya
perisit, dengan sintesis kompensasi dan deposisi protein ekstraseluler,
merupakan ciri awal retinopati diabetes.
Beberapa faktor terbukti mempengaruhi retinopati diabetik termasuk
lama durasi penyakit, usia, level hiperglikemia, level hipertensi, pubertas,
kehamilan, hiperlipidemia, hiperviskositas darah, gagal ginjal dan anemia.
Hiperviskositas darah karena sebab apapun seperti dehidrasi dan polisitemia
dapat mempengaruhi retinopati diabetik. Kontribusi dari perubahan biokimia
terkait dengan hiperglikemia lebih berpengaruh lagi. Mengetahui faktor-faktor
ini akan membantu dalam memperbaiki tatalaksana; misalnya pada kasus
retensi cairan lebih baik terlebih dahulu mengendalikan underlying disease
seperti tekanan darah tinggi dan penyebab sistemik lain dan terapi okuler.
Kebutuhan akan oksigen berbeda-beda antara bagian-baigan retina. Retina
perifer yang tipis memerlukan lebih sedikit oksigen dan mendapatkan banyak
oksigen dari koroid, yang mungkin memberikan perlindungan relatif terhadap
apoptosis dalam menghadapi insufisiensi kapiler retina. Mungkin mekanisme
yang sama mendasari efek perlindungan dari miopia berat dan glaukoma
berat pada perkembangan Retinopati diabetik.
Mekanisme utama hperglikemia menyebabkan kerusakan vaskuler masih
belum jelas. Kemungkinan pembentukan ROS atau reactive oxygen species
intraokuler membuat terjadinya perubahan biokimia patologis pada diabetik
retinopati. Perubahan biomolekuler meliputi: (1) protein kinase C adalah
subclass dari transferase yang mengkatalisis transfer gugus energi tinggi dari
donor (biasanya ATP) ke akseptor (misalnya, protein). Telah diketahui bahwa
hiperglikemia meningkatkan aktivitas berbagai C isoform Protein kinase yang
ditemukan memainkan peran penting dalam patogenesis diabetic retinopathy.
Aktivasi protein kinase C menyebabkan perubahan sel, yang mengarah ke: (a)
peningkatan permeabilitas pembuluh darah retina dan perubahan dalam
aliran darah retina, (b) penebalan membran basal menyebabkan iskemia dan
muncul sinyal selular oleh faktor pertumbuhan endotel vaskular (vascular
endhotelial growth factors, VEGFs) yang mengarah ke neovaskularisasi okular.
(2) ikatan non enzimatik glukosa ke rantai samping protein kunci sebagai
akibat hiperglikemia menyebabkan glikasi protein ini seperti yang terlihat
dalam hemoglobin A1C. Studi pada hewan menunjukaan akumulasi dari
produk akhir glikasi lanjut (advanced glycation end products, AGE)
berhubungan dengan pembentukan mikroaneurisma dan hilangnya perisit
dimana hewan diberikan penghambat pembentukan AGE (seperti
aminoguanidine) menunjukkan pengurangan kerusakan retina. (3) akumulasi
poliol (seperti sorbitol): Aldose reductase adalah enzim pertama dalam jalur
poliol, memiliki afinitas rendah untuk glukosa pada konsentrasi yang normal.
Hiperglikemia menyebabkan peningkatan konversi glukosa menjadi sorbitol.
Peningkatan konsentrasi sorbitol intraseluler telah diduga menyebabkan
kerusakan osmotik untuk pembuluh darah retina. Pada hewan percobaan;
poliol yang ditemukan terkait dengan perubahan serupa dengan yang terlihat
pada retinopati diabetes pada manusia. (4) stres oksidatif yang disebabkan
oleh pembentukan radikal bebas sebagai hasil dari hiperglikemia dan jalur
biokimia yang disebutkan di atas menyebabkan kerusakan pembuluh darah
retina. Ditemukan bahwa antioksidan seperti vitamin E dapat mencegah
beberapa disfungsi vaskular yang terkait dengan diabetes (5) faktor
pertumbuhan (growth factor, GF) adalah kelompok ragam peptida yang
mempengaruhi berbagai proses selular, termasuk regulasi metabolisme;
diferensiasi jaringan; pertumbuhan sel dan proliferasi; pemeliharaan
kelangsungan hidup dan perubahan morfologi sel. Faktor-faktor pertumbuhan
itu disintesis dalam berbagai sel dan memiliki spektrum sel target. Kehadiran
berbagai faktor pertumbuhan di retina, vitreous, aqueous humor, dan jaringan
kornea telah ditunjukkan. Faktor-faktor ini meliputi: epidermal GF, fibroblast
GF, transforming GF, endotel vaskular GF, dan GF seperti insulin. Vascular
endothelial growth factor (VEGF), atau dikenal juga sebagai vasculotropin,
layak untuk mendapatkan perhatian khusus karena perannya dalam retinopati
diabetes. VEGF ini adalah polypeptide mitogen yang berikatan dengan
heparin dan memiliki 4 isoform. Merupakan salah satu dari banyak sitokin
yang memainkan peran penting dalam retinopati diabetes dan itu disebabkan
oleh iskemia neurosensorik retina. Ini adalah penanda stres oksidatif dan
menginduksi hiperpermeabilitas dari kapiler makula yang berkontribusi
terhadap munculnya edema makula. Hal ini juga menginduksi proliferasi
endotel dan migrasi konsisten dengan temuan klinis microaneurisma dan
pembentukan membran neovascular. Ini mencegah apoptosis dari sel-sel
endotel kapiler.
Gambar 1 Skema ini menunjukkan empat jalur biokimia yang menyebabkan
retinopati diabetes. DHAP, dihidroksiaseton fosfat; DAG, diacylglycerol; PKC,
protein kinase C; GAP-DH, gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase; AGEs,
produk advancedglycation akhir, UDP-GlcNAc, N-asetilglukosamin.
Tabel: