Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN KEBIJAKAN DAN TEORITIS


2.1 TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1.1 RTRW KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2012-
2031
2.1.1.1Fungsi Pelayanan PKLp, meliputi :
a. PKLp Perkotaan Tabunganen dengan fungsi pelayanan
1. Pusat pemerintahan kecamatan;
2. Pusat pengembangan komoditas hasil perikanan;
3. Pusat pengembangan perdagangan dan jasa lokal;
4. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjangnya;
5. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan meliputi PAUD, SD,SLTP, SLTA;
6. Pusat pengembangan dermaga sungai; dan
7. Pusat pengembangan pariwisata alam.
b. PPK perkotaan Kuripan, Bakumpai, Barambai, Cerbon, Jejangkit, Mandastana
dan Mekarsari dengan fungsi pelayanan :
1. Pusat pemerintahan kecamatan;
2. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas penunjangnya;
3. Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian
4. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan PAUD, SD, SLTP, SLTA.

2.1.1.2Sistem Jaringan Transportasi


1. Sistem Transportasi Darat
Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(1) huruf a, terdiri atas :
a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jaringan jalan, jaringan
prasarana lalu lintas dan jaringan layanan lalu lintas; dan
b. jaringan sungai, danau dan penyeberangan.

Jalan Kolektor Primer K-2 meliputi:


1. Marabahan Barambai Muara;
2. Jl. Lima Desember;
3. Jl. Marabahan Dahirang; dan
4. Jl. Sudirman
5. Marabahan Anjir Talaran;
6. Anjir Talaran Tabukan Raya;
7. Anjir Muara Jelapat II;
8. Jelapat II Tamban KM.6;
9. Tinggiran Baru Tinggiran Luar;

II-1
Identifikasi Rumah di Kecamatan Tabunganen dan Mekar Sari
10.Purwosari Baru Sei Jingah Kecil;
11.Sei Jingah Kecil Tabunganen Tengah; dan
12.Tabunganen Kecil Sungai Pisak

2. Sistem Transportasi Laut


Lintas penyeberangan pada lintas kabupaten/kota meliputi :
1) Banjarmasin Tabunganen;
2) Banjarmasin Tamban;
3) Banjarmasin Handil Subarjo;
4) Banjarmasin Tinggiran luar;
5) Banjarmasin Tamban Muara; dan
6) Banjarmasin Saka Kajang, Tamban.

Pelabuhan sungai terdiri atas :


1) Dermaga Kuripan;
2) Dermaga Tabukan;
3) Dermaga Marabahan;
4) Dermaga Sungai Gampa;
5) Dermaga Mandastana;
6) Dermaga Sungai Seluang;
7) Dermaga Anjir Pasar;
8) Dermaga Anjir Muara;
9) Dermaga Tamban;
10) Dermaga Mekarsari;
11) Dermaga Ujung Panti;
12) Dermaga Tabunganen;
13) Dermaga Berangas;
14) Dermaga Jelapat;
15) Dermaga Murung Keramat;
16) Dermaga Bambangin;
17) Dermaga Patih Selera;
18) Dermaga Saka Kajang; dan
19) Dermaga Muara Handil Subarjo.

2.1.1.3Sistem Jaringan Air Minum


Sistem jaringan air minum dan air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, terdiri atas :
pelayanan air bersih dengan menggunakan sumur bor terdapat di sebagian
wilayah Kecamatan Tabukan, Kecamatan Marabahan, Kecamatan Rantau
Badauh, Wanaraya, Anjir Pasar, Anjir Muara,Tamban, Tabunganen dan
Kecamatan Belawang;

II-2
Identifikasi Rumah di Kecamatan Tabunganen dan Mekar Sari
2.1.1.4Rencana Jalur Evakuasi
Rencana jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
terdiri atas :
a. jalur evakuasi rawan gelombang pasang yakni pada jalur utama dari kawasan
rawan gelombang pasang di Kecamatan Tabukan, Kecamatan Marabahan,
Kecamatan Cerbon, Kecamatan Rantau Badauh, Kecamatan Belawang,
Kecamatan Anjir Pasar, Kecamatan Anjir Muara, Kecamatan Alalak,
Kecamatan Tamban dan Kecamatan Tabunganen menuju dataran yang lebih
tinggi, ruang terbuka hijau dan fasilitas umum terdekat yang dipergunakan
untuk pengungsian sementara;
b. jalur evakuasi rawan banjir yakni pada jalur utama dari kawasan rawan banjir
di Kecamatan Kuripan, Kecamatan Bakumpai, Kecamatan Tabunganen,
Kecamatan Mandastana, Kecamatan Jejangkit dan Kecamatan Tabukan
menuju ruang terbuka hijau dan fasilitas umum terdekat yang dipergunakan
untuk pengungsian sementara; dan
c. jalur evakuasi rawan kebakaran hutan yakni pada jalur utama dari kawasan
rawan kebakaran hutan di seluruh kecamatan menuju ruang terbuka hijau
dan fasilitas umum terdekat yang bisa dipergunakan untuk pengungsian
sementara dan disetiap kecamatan harus adanya sistem proteksi kebakaran
meliputi : penyediaan sumber air untuk pemadaman kebakaran, pompa
pemadam bkebakaran, sistem perpipaan pemadam kebakaran pada
bangunan, fasilitas dan lingkungan permukiman yang berpotensi terjadi
kebakaran.

2.1.1.5Kawasan Sempadan
A. Kawasan Sempadan Pantai
Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a. terdapat di sebagian wilayah Tabunganen seluas kurang lebih 202 (dua
ratus dua) hektar, dengan ketentuan :
1. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter dari
titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
2. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya
curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan
kondisi fisik pantai.

B. Kawasan Sempadan Sungai


Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdapat disebagian DAS. Barito (Kecamatan Tabunganen, Kecamatan
Tamban, Kecamatan Mekarsari, Kecamatan Anjir Pasar,Kecamatan Anjir
Muara, Kecamatan Alalak, Kecamatan Mandastana, Kecamatan Belawang,
Kecamatan Wanaraya, Kecamatan Rantau Badauh, Kecamatan Barambai,
Kecamatan Cerbon, Kecamatan Marabahan, Kecamatan Bakumpai,
Kecamatan Kuripan, Kecamatan Jejangkit), DAS. Kapuas (Kecamatan Tabukan)

II-3
Identifikasi Rumah di Kecamatan Tabunganen dan Mekar Sari
seluas kurang lebih 59.939 ( Lima puluh sembilan ribu Sembilan ratus tiga
puluh Sembilan) hektar dengan ketentuan :
a. pengembangan sempadan pada kiri dan kanan aliran sungai;
b. lebar sempadan di luar kawasan permukiman adalah 100 meter di sisi
kiri dan kanan sungai besar serta 50 meter di sisi kiri dan kanan anak
sungai;
c. lebar sempadan di dalam kawasan permukiman cukup dibangun jalan
inspeksi dengan jarak 10 15 meter dari sisi terluar sungai;
d. daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit
5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
e. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi
sungai; dan
f. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi
sungai.

2.1.1.6Ruang Terbuka Hijau


Kawasan ruang terbuka hijau perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d, sebesar kurang lebih 43.675 (Empat puluh tiga ribu enam ratus tujuh
puluh lima) hektar yang terdiri dari :
a. Kecamatan Tabunganen seluas kurang lebih 3844 (tiga ribu delapan ratus
empat puluh empat) hektar;
b. Kecamatan Mekarsari seluas kurang lebih 1914 (seribu sembilan ratus empat
belas ) hektar;

2.1.1.7Kawasan Suaka Alam


Kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri
atas :
a. kawasan Suaka Margasatwa Kuala Lupak terdapat di Kecamatan
Tabunganen sebesar kurang lebih 3.308 (tiga ribu tiga ratus delapan)
hektar;
b. kawasan Suaka Margasatwa Pulau Kaget dan perluasannya termasuk
didalamnya pulau tempurung di Kecamatan Tabunganen sebesar kurang
lebih 354 (tiga ratus lima puluh empat) hektar; dan
c. Kawasan Pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, terdapat di Kecamatan Tabunganen

2.1.1.8Kawasan Rawan Bencana


Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf c
meliputi:
a. kawasan rawan gelombang pasang;
b. kawasan rawan banjir; dan
c. kawasan kebakaran lahan.

II-4
Identifikasi Rumah di Kecamatan Tabunganen dan Mekar Sari
Kawasan rawan gelombang pasang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdapat di Kecamatan Tabukan, Kecamatan Marabahan, Kecamatan Cerbon,
Kecamatan Rantau Badauh, Kecamatan Belawang, Kecamatan Anjir Pasar,
Kecamatan Anjir Muara, Kecamatan Alalak, Kecamatan Tamban dan Kecamatan
Tabunganen. Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdapat di Kecamatan Kuripan, Kecamatan Bakumpai, Kecamatan Tabunganen,
Kecamatan Mandastana, Kecamatan Jejangkit dan Kecamatan Tabukan terdiri atas :
A. Daerah pesisir/pantai, meliputi sepanjang pantai Selatan dan wilayah
Kecamatan Tabunganen;
B. Daerah dataran banjir tersebar pada daerah rendah dan rawa di Kecamatan
Bakumpai; dan
C. Daerah sempadan sungai meliputi Kecamatan Tabukan dan Kecamatan Kuripan.
D. Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa
pelestarian hutan mangrove disepanjang pantai Selatan Kecamatan Tabunganen

2.1.1.9Kawasan Peruntukkan Petanian


Kawasan peruntukan pertanian holtikultura sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi :
a. kawasan pertanian hortikultura tersebar di Kecamatan Tabunganen, Kecamatan
Tamban, Kecamatan Mekarsari, Kecamatan Anjir Muara, Kecamatan Anjir Pasar,
Kecamatan Belawang, Kecamatan Wanaraya, Kecamatan Rantau Badauh,
Kecamatan Cerbon, Kecamatan Barambai, Kecamatan Bakumpai, Kecamatan
Tabukan, Kecamatan Kuripan dan Kecamatan Jejangkit dengan luas sebesar
kurang lebih 15.133 (lima belas ribu seratus tiga puluh tiga) hektar;
b. Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
memiliki komoditas utama kelapa sawit, karet, purun, kelapa dalam di
Kecamatan Tabunganen, Kecamatan Tamban, Kecamatan Mekarsari, Kecamatan
Anjir Pasar, Kecamatan Anjir Muara, Kecamatan Wanaraya, Kecamatan Rantau
Badauh, Kecamatan Cerbon, Kecamatan Barambai, Kecamatan Bakumpai,
Kecamatan Marabahan, Kecamatan Tabukan, Kecamatan Kuripan dan
Kecamatan Jejangkit dengan luas sebesar kurang lebih 108.307 (seratus
delapan ribu tiga ratus tujuh) hektar,dengan komoditas unggulan kelapa sawit,
kelapa dalam dan purun.
c. Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
memiliki komoditas ternak besar dan ternak kecil meliputi :
1. Ternak besar terdiri dari :
ternak sapi bali terdapat di Kecamatan Marabahan, Kecamatan Wanaraya,
Kecamatan Belawang, Kecamatan Barambai, Kecamatan Mekarsari,
Kecamatan Anjir pasar, Kecamatan Mandastana, Kecamatan Rantau Badauh,
Kecamatan Cerbon dan Kecamatan Bakumpai.
2. Ternak Kecil : kambing di Kec Marabahan, Kecamatan Wanaraya, Kecamatan
Belawang, Kecamatan Barambai, Kecamatan Mekarsari, Kecamatan Anjir
pasar, Kecamatan Mandastana, Kecamatan Rantau Badauh, Kecamatan
Cerbon dan Kecamatan Bakumpai.

II-5
Identifikasi Rumah di Kecamatan Tabunganen dan Mekar Sari
d. Ternak Unggas terdiri atas :
1. ternak Ayam Ras terdapat di Kecamatan Tabunganen, Kecamatan Tamban,
Kecamatan Mekarsari, Kecamatan Anjir Pasar, Kecamatan Anjir Muara,
Kecamatan Alalak, Kecamatan Mandastana, Kecamatan Belawang,
Kecamatan Wanaraya, Kecamatan Rantau Badauh, Kecamatan Barambai,
Kecamatan Marabahan, Kecamatan Tabukan dan Kecamatan Jejangkit;
2. ternak Ayam Buras terdapat di Kecamatan Tabunganen, Kecamatan Tamban,
Kecamatan Mekarsari, Kecamatan Anjir pasar, Kecamatan Anjir Muara,
Kecamatan Alalak, Kecamatan Mandastana, Kecamatan Belawang,
Kecamatan Wanaraya, Kecamatan Rantau Badauh, Kecamatan Cerbon,
Kecamatan Barambai, Kecamatan Bakumpai, Kecamatan Marabahan,
Kecamatan Tabukan, Kecamatan Kuripan dan Kecamatan Jejangkit; dan
3. Ternak itik terdapat di Kecamatan Tabunganen, Kecamatan Tamban,
Kecamatan Mekarsari, Kecamatan Anjir Pasar, Kecamatan Anjir Muara,
Kecamatan Alalak, Kecamatan Mandastana, Kecamatan Belawang,
Kecamatan Wanaraya, Kecamatan Rantau Badauh, Kecamatan Cerbon,
Kecamatan Barambai, Kecamatan Bakumpai, Kecamatan Marabahan,
Kecamatan Tabukan, Kecamatan Kuripan dan Kecamatan Jejangkit.

2.1.1.10 Kawasan Strategis


Kawasan Strategis Provinsi yang terkait dengan wilayah Kabupaten
Barito Kuala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf a meliputi
Kawasan Strategis Provinsi dari sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
yang terdiri atas :
a. Kawasan Banjar Bakula (Metropolitan Banjarmasin Raya) terdapat di
Kecamatan Alalak, Kecamatan Mandastana, Kecamatan Anjir Muara,
Kecamatan Anjir Pasar, Kecamatan Tamban, Kecamatan Tabunganen dan
Kecamatan Mekarsari;

2.1.2 ARAHAN KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2011


TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
2.1.2.1Penguatan Landasan Hukum RP3KP Pasal 15 Tugas Pemerintah
Kabupaten/ Kota
Pemerintah kabupaten/ kota dalam melaksanakan pembinaan mempunyai
tugas:

II-6
Identifikasi Rumah di Kecamatan Tabunganen dan Mekar Sari
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat
kabupaten/ kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman
dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi;
b. Menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah dengan berpedoman
pada strategi nasional dan provinsi tentang pendayagunaan dan
pemanfaatan hasil rekayasa teknologi di bidang perumahan dan
kawasan permukiman;
c. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/ kota.
d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap
pelaksanaan kebijakan kabupaten/ kota dalam penyediaan rumah,
perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman
e. Melaksanakan pemanfaatan teknologi dan rancang bangun yang ramah
lingkungan serta pemanfaatan industri bahan bangunan yang
mengutamakan sumber daya alam negeri dan kearifan lokal yang aman
bagi kesehatan;
f. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/
kota;
g. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/ kota;
h. Melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/ kota;
i. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman;
j. Melaksanakan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dengan
berpedoman pada kebijakan nasional;
k. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman;
l. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/
kota;
m. Mengalokasikan dana dan/ atau biaya pembangunan untuk mendukung
terwujudnya perumahan bagi MBR;
n. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi
masyarakat, terutama bagi MBR;
o. Menetapkan lokasi kasiba dan lisiba; dan

II-7
Identifikasi Rumah di Kecamatan Tabunganen dan Mekar Sari
p. Memberikan pendampingan bagi orang perseorangan yang melakukan
pembangunan rumah swadaya.

2.1.3 ARAHAN KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO 9


TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN
UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH
2.1.3.1Penguatan Landasan Hukum RP3KP Pasal 8, 9 dan 10 tentang
Prasarana, Sarana, Dan Utilitas
A. Prasarana perumahan dan permukiman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7, antara lain:
a. jaringan jalan;
b. jaringan saluran pembuangan air limbah;
c. jaringan saluran pembuangan air hujan (drainase); dan
d. tempat pembuangan sampah.
B. Sarana perumahan dan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7, antara lain:
a. sarana perniagaan/perbelanjaan;
b. sarana pelayanan umum dan pemerintahan;
c. sarana pendidikan;
d. sarana kesehatan;
e. sarana peribadatan;
f. sarana rekreasi dan olah raga;
g. sarana pemakaman;
h. sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau; dan
i. sarana parkir.
C. Utilitas perumahan dan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7, antara lain:
a. jaringan air bersih;
b. jaringan listrik;
c. jaringan telepon;
d. jaringan gas;
e. jaringan transportasi;
f. pemadam kebakaran; dan
g. sarana penerangan jasa umum.

2.2 Tinjauan Teoritis Perumahan


Perumahan merupakan suatu komoditi yang harus dihasilkan secara efisien
dan dapat berkelanjutan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai
salah satu kebutuhan dasar manusia, mewujudkan perumahan layak dalam
lingkungan yang sehat, aman serasi dan teratur, memberi arah pada pertumbuhan
wilayah serta menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial budaya dan

II-8
Identifikasi Rumah di Kecamatan Tabunganen dan Mekar Sari
bidang-bidang lain dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan untuk
seluruh kelompok masyarakat sesuai dengan kebijaksanaan Lingkungan Hunian
yang Berimbang.

Kebijaksanaan Lingkungan Hunian Berimbang ditetapkan oleh Surat Keputusan


Bersama antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
Negara Perumahan Rakyat, Nomor 648-381 Tahun 1992, 739/KPTS/1992 dan
09/KPTS/1992 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan dan Permukiman
dengan Lingkungan Hunian yang Berimbang. Kebijaksanaan ini bertujuan untuk
mewujudkan pembangunan kawasan perumahan dan perumahan layak dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur, mewujudkan lingkungan
perumahan dengan penghuni yang terdiri atas berbagai profesi, tingkat ekonomi
dan status sosial yang saling membutuhkan dengan dilandasi oleh rasa
kekeluargaan, kebersamaan, kegotongroyongan, serta menghindari terciptanya
lingkungan perumahan dengan pengelompokan hunian yang dapat mendorong
terjadinya kerawanan sosial.

Surat Keputusan Bersama antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum
dan Menteri
Negara Perumahan Rakyat, Nomor 648-381 Tahun 1992, 739/KPTS/1992 dan
09/KPTS/1992 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan dan Permukiman
dengan Lingkungan Hunian yang
Berimbang mengatur mengenai ketentuan perbandingan antara pembangunan
rumah mewah, pembangunan rumah menengah dan pembangunanrumah
sederhana adalah 1 : 3 : 6 dengan ketentuan yang berlaku untuk pembangunan
rumah sederhana (RS) :
a. Perbandingan antara jumlah rumah sederhana (RS) tipe besar dengan jumlah
rumah sederhana tipe kecil ditambah rumah sangat sederhana dan kapling
siap bangun sebesar 1 berbanding 5 atau lebih
b. Perbandingan antara jumlah rumah sederhana (RS) tipe kecil dengan rumah
sangat sederhana (RSS) dan kapling siap bangun (KSB) yaitu 1 berbanding 3
atau lebih. Surat Keputusan Bersama antara Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Perumahan Rakyat, Nomor 648-381
Tahun 1992, 739/KPTS/1992 dan 09/KPTS/1992 tentang Pedoman

II-9
Identifikasi Rumah di Kecamatan Tabunganen dan Mekar Sari
Pembangunan Perumahan dan Permukiman dengan Lingkungan Hunian yang
Berimbang mengatur mengenai Rumah Sederhana, Rumah Menengah dan
Rumah Mewah menurut adalah :
1. Rumah Sederhana adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai
bangunan tidak lebih dari 70 m2, dibangun diatas kapling tanah seluas 54
m2 sampai dengan 200 m2 dengan biaya pembangunan per m2 tidak
melebihi dari harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan rumah
dinas tipe C yang berlaku.
2. Rumah Menengah adalah rumah tidak bersusun diatas kapling tanah
seluas 54 m2 sampai dengan 600 m2, biaya pembangunan per meter
persegi tidak melebihi dari harga satuan permeterperesegi tertinggi
untuk pembangunan rumah dinas tipe C yang berlaku sampai dengan
harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas tipe
A yang berlaku dan rumah tidak bersusun yang dibangun diatas tanah
200 m2 sampai dengan 600m.
3. Rumah Mewah adalah rumah tidak bersusun diatas kapling tanah seluas
54 m2 sampai dengan 2000 m2, biaya pembangunan per m2 tidak
melebihi dari harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan rumah
dinas tipe A yang berlaku dan rumah tidak bersusun yang dibangun
diatas tanah 600m2.

II-10
Identifikasi Rumah di Kecamatan Tabunganen dan Mekar Sari

Anda mungkin juga menyukai