Anda di halaman 1dari 21

36

BAB III

KRITERIA PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

3.1.Pendahuluan

Sebagai gambaran untuk sistem listrik, proyek ini direncanakan dengan

sistem yang mampu mengatasi segala kemungkinan terputusnya suplai listrik ke

distribusi beban. Pada sistem listrik ini akan dijelaskan gambaran secara garis

besar mengenai mengenai instalasi listrik serta besarnya beban listrik, suplai

listrik, distribusi listrik dan sistem proteksi yang digunakan.

3.2. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan sistem instalasi listrik sebagai berikut:

1. Sistem instalasi tegangan menengah dan transformator penurun

tegangan

2. Sistem instalasi tegangan rendah

3. Sistem instalasi penerangan dan stop kontak

4. Sistem instalasi sumber daya listrik cadangan (Diesel Genset)

5. Sistem instalasi pentanahan

6. Sistem instalasi penyalur petir


3.3. Standar dan Peraturan

Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan-

peraturan sebagai berikut:

a. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan yang dinyatakan berlaku

secara nasional :

- UU No. 18/1999 tentang “Jasa Konstruksi” serta PP terkait.

- UU No. 28/2002 tentang “Bangunan Gedung” serta PP terkait.

b. Peraturan Daerah DKI Jakarta, dan Peraturan serta Surat Keputusan

Lainnya yang dikeluarkan oleh Gubernur DKI yang terkait.

c. PERDA (Peraturan Daerah) Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang

Bangunan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 7

Tahun 1991, atau edisi terakhir.

d. PERDA (Peraturan Daerah) Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang

Penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam wilayah Daerah Khusus

Ibukota Jakarta, Nomor 8 tahun 2008 pengganti Perda DKI Nomor 3

tahun 1992.

e. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan yang dinyatakan berlaku

secara nasional :

- Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006, tentang

Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Terhadap Bahaya

Kebakaran.

- Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 26/KPTS/2008,

tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya

Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

37
f. Standar Nasional Indonesia, pedoman Teknik, dan ketentuan dari

instansi yang berwenang mengenai jenis Instalasi yang dirancang.

g. SNI No. 04-0255-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik

(PUIL 2000).

h. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku dan yang berkaitan

dengan tenaga listrik.

i. SNI No. 03-7013 tahun 2004 Sistem Proteksi Petir pada Bangunan

Gedung.

j. SNI No. 03-6197 tahun 2000 Tentang Konservasi Energi Sistem

Pencahayaan pada Bangunan Gedung.

k. Panduan Pencahayaan Sisi Luar Bangunan Tinggi dan Penting di

Wilayah DKI Jakarta tahun 1999, atau edisi terakhir.

l. Standard NEC/2002, atau edisi terakhir.

m. Standar NFPA No. 72 / 2007, atau edisi terakhir.

n. Standar IEC dan Standar Internasional lainnya bagi hal – hal yang

belum diatur dalam standar/ peraturan diatas.

3.4. Sumber Daya Listrik

Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada gedung ini

direncanakan sumber daya listrik dari:

- Perusahaan Listrik Negara (PLN)

- Diesel Generator Set

PLN merupakan sumber daya listrik utama yang akan mensuplai seluruh

beban dalam gedung. Sistem suplai daya listrik yang direncanakan adalah dengan

38
berlangganan tegangan menengah 20kV, 3 Phase, 50 Hertz. Sumber daya listrik

PLN tersebut dihubungkan dengan Panel Distribusi Tegangan Menengah (PDTM)

yang berada di ruang utility lantai basemen 1. Kemudian listrik bertegangan 20

kV ini dihubungkan ke Panel Distribusi Tegangan Rendah (PDTR) dengan

melalui transformator penurun tegangan 20kV ke 380/ 220 V. Pada bangunan ini

digunakan 2 (dua) transformator dengan kapasitas masing – masing 1250 kVA.

Kemudian dari transformator dihubungkan ke PDTR-1 & PDTR-2.

Sebagai sumber daya listrik cadangan digunakan genset yang terletak di

lantai Basemen 3. Genset yang digunakan adalah 3 (unit) dengan kapasitas

masing–masing 800 kVA. Dari genset, daya listrik dihubungkan ke Panel Kontrol

Genset (PKG), yang kemudian didistribusikan ke semua PDTR. Semua beban di-

back up 100%.

Berdasarkan perhitungan beban listrik pada lampiran, kapasitas

Transformator/Trafo dan Diesel Generator Set yang direncanakan adalah:

1. Transformator Step Down

a. Transformator 1

- Kapasitas : 1250 kVA

- Tegangan Kerja : 20 kV/380 V

- Jenis : Oil type full hermatic

- Frekwensi : 50 Hz

b. Transformator 2

- Kapasitas : 1250 kVA

- Tegangan Kerja : 20 kV/380 V

39
- Jenis : Oil type full hermatic

- Frekwensi : 50 Hz

2. Diesel Generator

a. Generator Set 1

- Kapasitas : 800 kVA Prime rating

- Tegangan Kerja : 380V/220V

- Jenis : Multi Cilynder 4 Stroke

- Frekwensi : 50 Hz

- Putaran : 1500 rpm

- Kapasitas beban lebih : Max. 10% selama 1 jam

dalam 12 jam operasi

b. Generator Set 2

- Kapasitas : 800 kVA Prime rating

- Tegangan Kerja : 380V/220V

- Jenis : Multi Cilynder 4 Stroke

- Frekwensi : 50 Hz

- Putaran : 1500 rpm

- Kapasitas beban lebih : Max. 10% selama 1 jam

dalam 12 jam operasi

c. Generator Set 3

- Kapasitas : 800 kVA Prime rating

- Tegangan Kerja : 380V/220V

- Jenis : Multi Cilynder 4 Stroke

- Frekwensi : 50 Hz

40
- Putaran : 1500 rpm

- Kapasitas beban lebih : Max. 10% selama 1 jam

dalam 12 jam operasi

3.5. Koordinasi Sistem Operasi PLN dan Generator Set

Pengaturan sistem kerja dari PLN dan diesel generator set dikelompokkan

dalam tiga keadaan yaitu:

a. Keadaan dimana PLN dapat mensuplai daya listrik dalam keadaan normal

tanpa gangguan baik kapasitas, tegangan, phasa, frekuensi selanjutnya

disebut Keadaan Normal.

b. Keadaan dimana sumber daya PLN mengalami gangguan sehingga PLN

tidak dapat mensuplai daya listrik, selanjutnya disebut keadaan PLN

padam (Emergensi).

c. Keadaan dimana terjadi kebakaran yang menyangkut keselamatan harta

dan jiwa manusia, selanjutnya keadaan ini disebut keadaan kebakaran.

3.5.1. Keadaan Normal

Pada keadaan normal sumber daya listrik diperoleh dari PLN dengan

tegangan menengah 20 kV. Listrik tegangan menengah tersebut diterima pada

incoming PDTM 20 kV dan melalui outgoing PDTM 20 kV listrik dihubungkan

ke transformator yang mengubah tegangan 20 kV menjadi tegangan rendah

380/220V. Sumber daya listrik dari PLN tersebut yang akan mensuplai seluruh

jenis beban yang ada di dalam gedung.

41
3.5.2. Keadaan PLN Padam (Emergensi)

Pada keadaan PLN padam, maka digunakan sumber daya listrik cadangan

dari generator yang akan hidup secara otomatis. Dengan hidupnya sumber daya

listrik cadangan dari generator, maka pemutus beban yang meneruskan energi

listrik dari PLN akan membuka secara otomatis. Kemudian untuk pemutus beban

yang terhubung dengan generator akan menutup dan sumber daya listrik cadangan

dari generator akan mencatu daya ke seluruh jenis beban yang ada di dalam

gedung. Proses penggantian sumber daya listrik dari PLN ke generator set

direncanakan maksimal kurang lebih 15 detik.

3.5.3. Keadaan Kebakaran

Pada keadaan ini sumber daya listrik dapat diperoleh dari PLN (apabila

PLN tidak dipadamkan) ataupun dari diesel generator set. Proses pengaturan kerja

generator apabila PLN dipadamkan sama seperti pada keadaan PLN padam.

Pada saat emergensi ini, beban-beban yang tidak mendukung bagi

penanggulangan kebakaran (beban-beban non prioritas) harus dipadamkan

sedangkan beban-beban prioritas lain yang berfungsi untuk usaha pemadaman

kebakaran ataupun untuk usaha penyelamatan jiwa manusia harus tetap disuplai.

Hal diatas diperoleh dari perencanaan sistem distribusi beban di Panel Distribusi

Tegangan Rendah (PDTR) yang mana pengelompokan beban-beban prioritas

dipisahkan dengan beban-beban lainnya.

42
3.6. Beban-beban Listrik

Beban-beban listrik pada bangunan gedung ini direncanakan meliputi

penerangan, stop kontak, sistem elektronik (telepon, tata suara, fire alarm, CCTV,

BAS), sistem tata udara, pompa distribusi air bersih, pompa hidran, Lift dan juga

beban-beban peralatan kontrol dan lain-lain. Menurut derajat pentingnya beban,

seluruh beban listrik dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelompok beban

sebagai berikut:

3.6.1 Beban Normal

Beban normal adalah seluruh beban-beban listrik yang tersambung

didalam & diluar gedung hanya dilayani oleh sumber daya listrik utama PLN.

3.6.2. Beban Emergensi

Merupakan beban-beban listrik tersambung yang dapat dilayani sumber

daya listrik PLN atau sumber daya listrik cadangan diesel generator set.

3.6.3. Beban Prioritas

Merupakan sebagian dari beban normal yang harus (mutlak) tetap dilayani,

baik oleh sistem pelayanan PLN maupun sistem pembangkit tenaga listrik

cadangan (diesel generator set). Beban-beban listrik ini digunakan untuk upaya

penyelamatan jiwa serta upaya penanggulangan bahaya kebakaran dapat

dilakukan dengan baik. Beban-beban listrik ini antara lain terdiri dari:

• Lift Kebakaran

• Pompa hidran kebakaran

43
• Peralatan Elektronik (Fire Alarm, Sound Sistem)

• Penerangan Ruang Utilitas, Penerangan Luar

• Pressurized fan

3.7. Sistem Distribusi Listrik

Sistem distribusi listrik menggunakan sistem radial yang terdiri dari:

• Sistem Instalasi Tegangan Menengah

• Sistem Instalasi Tegangan Rendah

3.7.1. Sistem Instalasi Tegangan Menengah

Tegangan Menengah 20 kV dari PLN diterima pada incoming PDTM 20

kV dan melalui outgoing PDTM 20 kV listrik didistribusikan ke transformator

yang merubah tegangan 20 kV menjadi tegangan rendah 380/220V.

a. Panel Distribusi Tegangan Menengah (PDTM) 20 KV

- Standard : IEC 298/VDE 0670

- Rated Current : 630 A

- Type Protection : CB untuk Incoming

LBS + HRC Fuse untuk outgoing

- Rated Voltage : 24 kV

- Frekwensi : 50 Hz

- Breaking capacity : 14,5 kA

- Incoming : 1 set

- Lightning Arrester : 1 set

- Metering : 1 set (KWHmeter double tarif)

44
- Outgoing : 2 set

- Gas : SF6

b. Incoming Cable dari PLN: 20 kV

- Kabel yang dipakai XLPE insulated (type N2XSEbY)

- Conductor : Tembaga

c. Outgoing Cable ke transformator ; 20 kV/380 V

- Kabel yang dipakai Kabel XLPE, tipe N2XSY

- Conductor : Tembaga

3.7.2. Sistem Instalasi Tegangan Rendah

Sumber daya listrik dari sisi sekunder tranformator yang bertegangan

380/220 volt tersebut kemudian disalurkan ke PDTR-1 dan PDTR-2 yang terletak

di ruang utility lantai basemen 1.

Melalui PDTR, Sumber daya listrik didistribusikan secara radial ke panel-

panel listrik di tiap-tiap lantai, antara lain untuk beban – beban:

• Penerangan.

• Pompa Air Bersih.

• Pompa Kebakaran.

• PABX, Fire alarm, Tata Suara.

• Tata udara (AC).

• Kotak-kontak

• Lift Penumpang

• dan lain-lain.

45
3.8. Kabel Feeder

- Tipe dan Diameter Kabel Feeder

Tipe kabel yang dipakai adalah kabel daya baik yang berinti tunggal

maupun yang berinti banyak, ukuran kabel disesuaikan dengan beban yang

ada.

- Jatuh Tegangan (Voltage Drop)

Untuk instalasi, diameter kabel dipilih sesuai dengan beban yang ada dan

memberikan maksimal jatuh tegangan pada ujung beban tidak lebih dari 5

% untuk penerangan motor-motor (PUIL 2000 Bag. 4.2.3).

- Cara Pemasangan Kabel

Pemasangan kabel-kabel daya dari panel utama ataupun dari sub-sub panel

menggunakan rak kabel yang dipasang secara horizontal maupun vertikal.

- Contoh Perhitungan Jatuh Tegangan

a. Referensi:

1) IEC Standard

2) Electrical Installation Guide Merlin Gerin 2005

b. Dasar Perhitungan

1) Jatuh Tegangan (Satu Phasa)

V drop = 2.I ( R. Cos Q + X Sin Q ) . L .................... (3.1)

Dimana:

V drop = Jatuh Tegangan dalam Volt

I = Arus dalam Ampere

46
R = Resistansi dalam ohm / km

L = Panjang kabel dalam meter

Cos Q = Faktor daya

X = Reaktansi dalam ohm / km

2) Jatuh Tegangan (tiga phasa)

V drop = 1,73.I ( R. Cos Q + X Sin Q ) . L ................ (3.2)

Dimana:

V drop = Jatuh Tegangan dalam Volt

I = Arus dalam Ampere

R = Resistansi dalam ohm / km

L = Panjang kabel dalam meter

Cos Q = Faktor Daya

X = Reaktansi dalam ohm / km

3.9. Panel Listrik

- Pengaman Rangkaian Listrik

Pengaman dari panel listrik dipergunakan jenis Air Circuit Breaker (ACB),

Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) dan Miniature Circuit Breaker

(MCB).

- Tebal Plat Kabinet Panel Listrik

47
Ketebalan plat panel listrik untuk wall mounted minimum 1,6 mm dan

untuk free standing adalah 2 mm.

- Pembuatan Panel

Cara pembuatan dan ukuran dari panel disesuaikan dengan standard yang

ada.

- Sistem Proteksi

Sistem proteksi direncanakan dengan sistem proteksi bertingkat pada

panel-panel penerangan, panel daya dan panel sub-distribusi serta panel

distribusi utama. Jenis proteksi yang dipergunakan:

a. Sistem proteksi terhadap gangguan hubung singkat (short circuit).

b. Sistem proteksi terhadap arus lebih (Over Current).

c. Sistem proteksi terhadap gangguan tanah (Ground Fault Current).

d. Sistem proteksi terhadap tegangan lebih (Over Voltage)

e. Sistem proteksi terhadap tegangan turun (Under Voltage)

Dengan adanya sistem proteksi diatas, apabila terjadi gangguan seperti

hubung singkat, arus lebih dan lain-lain, circuit breaker secara otomatis

akan membuka (Trip) sehingga gangguan tersebut tidak akan merusak

komponen listrik lainnya. Seluruh batasan (rating) dan tingkat kemampuan

dan kepekaan dari komponen proteksi dipilih sedemikian rupa, sehingga

karakteristik proteksinya mempunyai selektivitas pengaman yang

diinginkan dan akan memback-up sistem lainnya.

3.10. Perhitungan Arus Hubung Singkat

Di bawah ini diberikan rumus untuk perhitungan arus hubung singkat pada

panel distribusi utama tegangan rendah. Sebagai basis perhitungan diambil

48
kapasitas trafo terbesar. Rumus perhitungan arus hubung singkat adalah sebagai

berikut:

V
Isc = kA
Arus Hubung Singkat 3. RT 2 + XT 2 ......................................... (3.3)

Dimana:

Isc = Arus Hubung Singkat (Kilo Ampere)

V = Tegangan phasa ke phasa (Volt)

RT = Resistansi (m ohm)

XT = Reaktansi (m ohm)

3.11. Sistem Penerangan

Tingkat intensitas penerangan untuk ruangan disesuaikan dengan

kefungsian dari pada ruangan tersebut, sehingga didapat level intensitas

penerangan yang cukup dan sesuai dengan pekerjaan tertentu.

3.11.1. Standar Intensitas Penerangan

Standar intensitas penerangan yang direncanakan menggunakan standar

penerangan bangunan di Indonesia.

49
Tabel 3.1 Standar Intensitas Penerangan Kantor (Office)

Intensitas Penerangan
Nama Ruangan
(Lux)

Office

Ruang Kerja 400-500

Ruang Komputer 350

Ruang Rapat 300

Ruang Arsip 150

Ruang Arsip Aktif 300

Ruang Data Center 400-500

3.11.2. Jenis-jenis Lampu Penerangan

Jenis lampu penerangan yang digunakan secara umum:

• Ruang Kantor / Ruang Kerja.

Lampu yang digunakan adalah lampu TL 3 x 18 W, dan sebagian

dari lampu tersebut akan di back up oleh baterai. Jenis armaturnya

akan dikoordinasikan dengan arsitek.

50
• Ruang Rapat

Lampu yang digunakan adalah lampu TL 3 x 18 W dan

dikombinasikan dengan lampu Down Light. Jenis armature lampu

yang akan digunakan akan dikoordinasikan dengan arsitek.

• Toilet

Untuk ruangan ini digunakan lampu tipe Down Light.

• Power House

Untuk ruangan ini digunakan tipe lampu TL Balk atau Metal

Reflektor Sebagian dari lampu TL diback-up oleh battery.

• Taman, Parkir dan Luar Gedung

Untuk penerangan taman, parkir dan jalan dipakai lampu dengan

jenis armature yang disesuaikan dengan exterior dan lansdscape.

• Bangunan / Lampu Gedung

Lampu sorot gedung akan didesain bersama dengan arsitek

sehingga didapatkan efek pencahayaan yang diinginkan.

• Lampu Emergensi

Lampu ini harus dilengkapi dengan baterai NiCad sebagai sumber

listrik cadangan.

3.11.3. Saklar-saklar Lampu Penerangan

- Ruang Peralatan, pantri, koridor, toilet, gudang, ruang mesin dan ruang

sejenis. Untuk ruangan-ruangan ini dipergunakan saklar yang dipasang

setempat untuk memudahkan operasinya.

51
- Ruang kerja, ruang rapat, lobby, jika jumlah grup lampu tidak lebih

dari 4, digunakan jenis saklar ganda, tetapi jika jumlah grup lampu

lebih dari 4, digunakan jenis Grid Switch. Jumlah grup lampu

berdasarkan luas satu ruangan. Posisi saklar / grid switch, diletakkan

disetiap pintu masuk sisi dalam ruangan.

- Tangga Darurat

Untuk ruangan tangga darurat lampu-lampu penerangan tangga

direncanakan sistem penyalaannya menggunakan sakelar hotel dan

lampu-lampu tersebut dilengkapi dengan batere nicad.

- Luar Gedung

Untuk penerangan luar gedung dipergunakan Timer Switch, sehingga

lampu dapat menyala dan padam pada waktu diprogram (tertentu)

secara otomatis.

- Ketinggian Saklar Lampu

Saklar lampu dipasang pada ketinggian 150 cm dari lantai.

3.11.4. Pengabelan Saklar Lampu

Jenis kabel yang dipakai untuk instalasi penerangan dalam gedung adalah

NYM dengan diameter 2,5 mm² dengan conduit PVC. Pemasangan instalasi kabel

diatas ceiling dipergunakan sistem kabel Trunking dan di klem pada slab pada

setiap jarak 1,5 m. Semua body dari lampu dihubung-tanahkan dengan kabel yang

dihubungkan ke terminal grounding dari panel. Untuk instalasi penerangan luar

gedung dipakai kabel NYFGbY, dimana pemasangan dalam tanah dilindungi

dengan pipa Galvanized, jika terkena tekanan mekanis dan ditanam sedalam 80

cm dari permukaan tanah.

52
3.11.5. Proteksi dari Miniature Circuit Breaker untuk Lampu Penerangan

Banyaknya lampu-lampu per group (per-circuit) diatur, sehingga dapat di

proteksi dengan Miniature Circuit Breaker.

3.12. Sistem Instalasi Stop Kontak

- Stop Kontak pada Kolom/Dinding

Untuk seluruh lantai dan ruang-ruang mekanikal, toilet, gudang dan

ruang sejenisnya, dipasang stop kontak pada kolom atau dinding bata

dengan ketinggian 30 cm dari lantai dan khusus ruang pantry dan ruang

sejenisnya dipasang dengan ketinggian sesuai dengan penempatan

peralatan-peralatan pantry.

- Pengabelan Instalasi Stop Kontak

Pengkabelan instalasi stop kontak dengan kabel NYM 3 x 2.5 mm2,

dengan conduit PVC semua stop kontak dihubung-tanahkan melalui

kabel yang dihubungkan ke grounding pada panel untuk stop kontak.

- Proteksi Instalasi Stop Kontak

Banyaknya stop kontak per group diatur sedemikian rupa,sehingga

dapat diproteksi dengan Miniature Circuit Breaker dengan kapasitas 10

ampere.

3.13. Sistem Instalasi Hubungan Pentanahan

Sistem pentanahan yang direncanakan adalah dengan sistem PEMBUMI

PENGAMAN (PP), yaitu sistem yang mempunyai titik netral yang dibumikan

langsung dan BKT (Bagian Konduktif Terbuka) instalasi dihubungkan ke

53
elektrode bumi yang secara listrik terpisah dari elektrode bumi sistem tenaga

listrik (Grounding System, Lihat SNI hal. 17)

3.13.1. Standar dan Peraturan Instalasi

Luas penampang hantaran pengaman untuk sistem pentanahan dan cara

instalasinya secara keseluruhan disesuaikan dengan peraturan yang ada pada PUIL

2000 (hal 33 s/d 97 Bab 3 “Pengamanan”).

3.13.2. Hubungan Pentanahan Sumber-sumber Listrik

Sumber-sumber listrik yaitu trafo 20 kV-400/230 V dan genset 380/220 V

titik netralnya diketanahkan secara terpisah. Selain itu casing/housingnya yang

pada keadaan normal tidak bertegangan di ketanahkan pula secara terpisah.

3.13.3. Hubungan Pentanahan Antar Panel

Sistem pentanahan ditarik satu kawat utama (feeder/riser), kemudian pada

tiap-tiap lantai diberikan satu terminal box dan untuk selanjutnya didistribusikan

ke tiap panel dan peralatan-peralatan listrik lainnya.

3.13.4. Bak Kontrol Pentanahan

Bak kontrol pentanahan untuk titik netral, casing/ housing Transformator

dan genset dibuat secara terpisah. Besar tahanan tanah didapat dengan

menancapkan elektroda pentanahan ke dalam tanah sedalam minimum 12 meter

dan harus mencapai permukaan air sehingga dapat diperoleh nilai tahanan listrik

yang diinginkan sebagai berikut :

- Instalasi listrik ≤ 2 Ω

54
- Instalasi penyalur petir ≤ 5 Ω

- Instalasi elektronik ≤ 1 Ω

3.14. Perbaikan Faktor Daya Cos Q

Pada suatu instalasi listrik gedung bertingkat dimana banyak terdapat

beban-beban antara lain, motor-motor, lampu flourescent / TL dengan ballast

electronic, peralatan elektronik lainnya (seperti Komputer dll) maka akan

menimbulkan beban induktif yang akan menyebabkan arus terbelakang (lagging)

terhadap tegangan dengan sudut yang besar, sehingga nilai cos φ menjadi kecil,

dan akan menyebabkan besarnya daya kVAR yang merugikan.

Dalam Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor :

03.P/451/M.PE/ 1991, tentang Persyaratan Penyambungan Tenaga Listrik,

disebutkan pada pasal 5 sebagai berikut :

1) Tarif dasar listrik sebagaimana dimaksud dalam pasal 3

berlaku untuk pemakaian tenaga listrik dengan factor daya

rata-rata setiap bulan sekurang-kurangnya 0,85 (delapan puluh

lima per seratus).

2) Dalam hal factor daya rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85

(delapan puluh lima per seratus), maka terhadap beberapa

golongan tariff tersebut dikenakan biaya kelebihan pemakaian

daya reaktif (kVArh)

Untuk memperbaiki faktor daya cos φ direncanakan menggunakan

kapasitor bank. Kapasitor-kapasitor yang digunakan untuk memperbaiki faktor

55
daya ini menyebabkan sudut pergeseran fasa antara arus dan tegangan pada fasa -

fasa beban menjadi lebih kecil sehingga faktor daya cos φ menjadi lebih besar.

Untuk menghindari terjadinya Beban Kapasitif dari Kapasitor Bank diatas,

direncanakan sedemikian rupa:

1. Besarnya kapasitor yang dipasang sebaiknya terdiri dari beberapa

kapasitas yang kecil, sehingga bila terjadi beban kapasitif dapat

dihindari.

2. Kerja Kapasitor Bank direncanakan secara otomatis dengan

menggunakan Automatic Power Factor Regulator (APFR)

lengkap dengan display harmonic THD I dan THD V.

3. Kapasitor yang dipakai harus dilengkapi dengan reaktor.

3.15. Sistem Instalasi Penyalur Petir

Sistem penyalur petir untuk bangunan gedung ini direncanakan

menggunakan sistem electrostatic type non radioaktif. Pada “air terminal”

mengeluarkan muatan positif dan akan menangkap muatan negatif dari awan,

sehingga akan mengundang terjadinya petir untuk menyambar titik terminal atau

biasa disebut spitzen.

Dengan demikian sambaran petir pada gedung tersebut dapat

dikontrol/dikendalikan, sehingga tidak merusak baik gedung ataupun peralatan

yang terdapat pada gedung tersebut. Besarnya Tahanan dari sistem proteksi petir

ini adalah maksimum 5 ohm.

56

Anda mungkin juga menyukai