Anda di halaman 1dari 8

Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara

Pembahasan dasar negara selalu terkait dengan pembahasan ideologi negara.


Namun sebelum kita membahas tentang dasar negara kita harus terlebih dahulu
mengetahui apa itu ideologi negara, sebab pembahasan dasar negara selalu diawali
oleh ideologi negara.
Berbicara pengertian dan arti penting ideologi bagi suatu negara sangatlah
berkaitan dengan awal mula negara tersebut didirikan. Berawalnya suatu negara
didirikan tidak lepas dari maksud-maksud tertentu dari orang-orang yang
mendirikan negara atau para pendiri negara (founding fathers). Para pendiri negara
ini mewakili rakyat di wilayah negara yang didirikan menentukan arah dan tujuan
kemana negara yang didirikan itu akan di bawa. Arah dan tujuan inilah merupakan
suatu cita-cita negara yang bersangkutan setelah negara tersebut berdiri. Untuk
mewujudkan cita-cita ini tentunya mereka mempunyai pedoman agar berjalannya
kehidupan negara dapat berlangsung dengan baik. Atas dasar pedoman ini suatu
negara menyusun aturan dasar bernegara sebagai sarana untuk mengatur jalannya
kehidupan bernegara, sehingga ketertiban dan ketentraman hidup bernegara dapat
dirasakan oleh seluruh rakyat negara tersebut dalam mencapai cita-cita yang
diinginkan. Pedoman kehidupan bernegara inilah sering disebut sebagai ideology.
Namun demikian apa arti sebenarnya dari ideology itu?
Membahas arti ideologi dalam negara Republik Indonesia sangat berhubungan
dengan pembahasan terhadap Pancasila. Mengapa demikian dan apa hubungan
antara ideologi dengan Pancasila? Marilah kita kaji bersama dengan diawali dari
kajian pengertian ideology dan arti penting ideology bagi suatu negara.
Ideology berasal dari kata idea (Inggris), eidoz (Yunani)), idep (Jawa), yang
artinya gagasan, pengertian. Kata kerja Yunani oida = mengetahui, melihat dengan
budi. Kata logi yang berasal dari kata bahasa Yunani logos yang artinya
pengetahuan. Jadi ideology mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-
gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas.
Dalam perkembangannya pengertian ideology sebagaimana dikemukakan oleh
Ramlan Surbakti dikenal ada dua pengertian yaitu ideology secara fungsional dan
ideology secara structural. Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat
gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang
dianggap paling baik. Ideology secara fungsional ini digolongkan menjadi dua tipe,
yaitu ideologi yang doktriner dan ideologi yang pragmatis. Ideology yang
doktriner bilamana ajaran-ajaran yang terkandung di dalam ideology itu
dirumuskan secara sistematis, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat
partai atau aparat pemerintah. Sebagai contohnya adalah komunisme. Sedangkan
ideology yang pragmatis, apabila ajaran-ajaran yang terkandung di dalam ideology
tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, namun dirumuskan secara
umum hanya prinsip-prinsipnya, dan ideology itu disosialisasikan secara fungsional
melalui kehidupan keluarga, system pendidikan, system ekonomi, kehidupan
agama dan system politik. Pelaksanaan ideology yang pragmatis tidak diawasi oleh
aparat partai atau aparat pemerintah melainkan dengan pengaturan pelembagaan
(internalization), contohnya individualisme atau liberalisme. Ideology secara
structural diartikan sebagai system pembenaran, seperti gagasan dan formula
politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.
Karl Marx mengartikan ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan
berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik
atau sosial ekonomi. Ideology dianut oleh negara karena menguntungkan, misalnya
karena vested interest atau kepentingan untuk mempertahankan posisi golongan
penguasa. Namun pendapat Karl Marx ini kurang mendapat dukungan terutama
dikarenakan pendapat Karl Marx tentang ideology semata-mata karena kepentingan
sedangkan ideology tidak hanya berdasar kepentingan tetapi juga keyakinan akan
kebenaran ideology tersebut. Gunawan Setiardja mengemukakan bahwa ideologi
adalah seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan
pedoman dan cita-cita hidup.
Dari perkembangan pengertian ideology di atas, maka secara umum dapat
ditarik kesimpulan bahwa ideology adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide,
keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut berbagai
bidang kehidupan manusia. Oleh karenanya seperti yang dikemukakan oleh
Notonegoro sebagaimana dikutip oleh Kaelan, bahwa ideology negara dalam arti
cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar bagi suatu system kenegaraan
untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan
asas kerokhanian yang antara lain memiliki ciri:
(a) mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan;
(b) mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pedoman hidup,
pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada
generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan
berkorban.
Berpijak pada pengertian ideology di atas, maka bagi suatu negara sebagai
organisasi kemasyarakatan yang dengan kekuasaannya bertujuan mengatur serta
menyelenggarakan sesuatu masyarakat, haruslah memiliki pedoman dalam
penyelenggaraan negara dan cita-cita negara, dikarenakan dengan pedoman dan
cita-cita negara inilah suatu negara dalam melaksanakan kehidupan
kenegaraannnya menjadi terarah serta memiliki kejelasan tujuan. Pedoman dalam
penyelenggaraan negara dan cita-cita negara menjadikan suatu negara dalam
perjalanan kehidupan ketatanegaraannya menjadi terarah dan jelas. Ideologi
memberi arah bagi penyelenggara negara menjalankan tugasnya mencapai tujuan
negara. Oleh karenanya Ideologi juga mempunyai fungsi penting, yaitu
menanamkan keyakinan akan kebenaran perjuangan kelompok yang berpegang
teguh pada ideologi tersebut. Karena itulah ideologi menjadi sumber inspirasi dan
cita-cita hidup bagi warga kelompok. Ideologi menjadi pedoman, pola hidup dan
norma hidup sekaligus menjadi cita-cita. Dengan ideologi, manusia mengejar
keluhuran, manusia sanggup mengorbankan hidupnya. Karena ideologi menjadi
pola, norma hidup dan cita-cita. Bagi suatu negara ideologi menjadi pedoman
sekaligus cita-cita negara.
Pancasila oleh para Pendiri Negara diangkat sebagai ideologi bangsa dan negara
Indonesia. Dijadikannya Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara oleh Para
Pendiri negara dilakukan melalui pembicaraan yang amat lama dalam sidang-sidang
persiapan kemerdekaan Indonesia. Pancasila itu sendiri secara etimologis atau
menurut logatnya berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata Panca yang artinya:
adalah lima dan kata Syila yang artinya: adalah alas atau dasar. Dengan
demikian perkataan Panca-Syila berarti berdasar yang lima atau lima-dasar.
Jadi Pancasila dapat diartikan sebagai lima dasar. Perkataan Pancasila mula-mula
digunakan oleh pemeluk agama Budha. Ajaran Panca-Syila menurut Budha
merupakan lima aturan (larangan) yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para
penganut agama Budha, yaitu:
1. Janganlah mencabut nyawa setiap yang hidup, maksudnya dilarang membunuh
(panatipata veramani sikkhapadam samadiyami);
2. Janganlah mengambil barang yang tidak diberikan, maksudnya dilarang mencuri
(adinna dana veramani skkhapadam samadiyami);
3. Janganlah berhubungan kelamin yang tidak sah, maksudnya dilarang berzina
(kameshu micchacara veramani sikkhapadam samadiyami);
4. Janganlah berkata palsu, maksudnya dilarang berdusta (musawada veramani
sikkhapadam samadiyami);
5. Janganlah meminum minuman yang menghilangkan pikiran, maksudnya dilarang
minum-minuman keras (sura-meraya-majja-pamada-tthana veramani
sikkhapadam samadiyami).
Dengan masuknya agama Budha ke Indonesia, maka ajaran Panca-Syila pun
masuk dalam kepustakaan Jawa terutama pada masa kerajaan Majapahit di bawah
raja Hayam Wuruk terutama dalam kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca
yang di dalamnya berisi kalimat yatnanggegwani pancasyila
kertasangskarabhisekakakrama, yang artinya raja menjalankan dengan setia
kelima pantangan (panca-syila) itu, begitu pula upacara-upacara ibadat dan
penobatan-penobatan.
Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam mulai masuk dan menyebar ke
seluruh Nusantara (Indonesia), maka sisa-sisa pengaruh ajaran moral Budha
(panca-syila) masih dikenal dalam masyarakat Jawa dan disebut lima
larangan/pantangan/wewaler/pamali (Ma-lima, dibaca: Mo-limo / bhs. Jawa ),
yaitu: Mateni, artinya membunuh; Maling, artinya mencuri; Madon, artinya berzina;
Madat, mabok, artinya minum-minuman keras, menghisap candu; Main, artinya
berjudi. Akhirnya Mo-limo ini sudah menjadi pola dan norma hidup masyarakat
Jawa dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian istilah Pancasila muncul pada waktu sidang BPUPKI, yakni sebuah
badan yang pada waktu Jepang menjajah Indonesia dan sebelum menyerah kepada
tentara Sekutu berencana untuk memberikan kemerdekaan kepada bangsa
Indonsia dengan mendirikan sebuah badan dengan nama Dokuritsu Zyunbi
Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang
disingkat BPUPKI. Badan ini beranggotakan 38 orang tokoh-tokoh Indonesia dan
didirikan pada tanggal 28 Mei 1945, serta bertugas mempersiapkan segala sesuatu
untuk sebuah negara yang merdeka, sehingga pada waktu sidang pertamanya pada
tanggal 29 Mei 1945 s/d 1 Juni 1945 Dokter KRT Radjiman Wedyadiningrat selaku
Ketua BPUPKI mengajukan suatu masalah khusus yang akan dibahas dalam sidang
tersebut, yaitu suatu calon rumusan Dasar Negara Indonesia yang akan dibentuk.
Kemudian tampillah tokoh-tokoh antara lain: Mr. Muhammad Yamin pada tanggal
29 Mei 1945 dalam pidatonya mengemukakan lima dasar untuk Negara Indonesia
merdeka yang diidam-idamkan, yaitu:
1) Peri Kebangsaan;
2) Peri Kemanusiaan;
3) Peri Ketuhanan;
4) Peri Kerakyatan;
5) Kesejahteraan Rakyat.
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno dalam pidatonya di hadapan sidang
BPUPKI mengemukakan juga lima hal untuk menjadi Dasar-dasar Negara Merdeka,
yaitu:
1) Kebangsaan Indonesia;
2) Internasionalisme, atau Perikemanusiaan;
3) Mufakat, atau Demokrasi;
4) Kesejahteraan Sosial;
5) Ketuhanan yang berkebudayaan.
Oleh Ir. Soekarno lima dasar ini diusulkan agar diberi nama Pancasila, dan
dikatakannya bahwa nama ini berasal dari seorang ahli bahasa kawan beliau. Usul
nama Pancasila kemudian diterima oleh sidang BPUPKI.
Pancasila sebagai ideologi digali dari nilai-nilai budaya bangsa yang telah
tumbuh dan berkembang serta berakar dari keyakinan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi, nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar
melainkan digali dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat
Indonesia sendiri. Ideologi Pancasila tidak diciptakan oleh negara melainkan digali
dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itulah ideologi Pancasila
adalah milik seluruh rakyat. Ideologi Pancasila selalu berkembang mengikuti
perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Sebagai ideologi, Pancasila tidak
bersifat kaku. Ideologi Pancasila lebih bersifat dinamis, antisipatif, dan senantiasa
menyesuaikan perkembangan aspirasi masyarakat.
Disamping itu Pancasila juga dapat disebut sebagai pandangan hidup
bangsa. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan kristalisasi
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Sebagai pandangan
hidup bangsa, Pancasila selalu dijunjung tinggi oleh setiap warga
masyarakat, karena pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya dan
pandangan hidup masyarakat Indonesia. Pandangan hidup yang ada dalam
masyarakat Indonesia menjelma menjadi pandangan hidup bangsa yang
dirintis sejak jaman Sriwijaya hingga Sumpah Pemuda 1928. Kemudian
diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara ini serta disepakati dan
ditentukan sebagai dasar negara Republik Indonesia. Dalam pengertian
yang demikian, maka Pancasila selain sebagai pandangan hidup negara,
sekaligus juga sebagai ideologi negara.

Sebagai dasar negara, Pancasila sering pula disebut sebagai Dasar Falsafah
Negara (Philosofische Gronslag). Pancasila sebagai dasar negara merupakan
suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara. Pancasila
sebagai dasar negara merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan
negara. Oleh karena Pancasila sebagai dasar negara, maka konsekuensinya seluruh
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara termasuk segala peraturan perundang-
undangan serta semua proses kegiatan pembangunan di segala bidang dijabarkan
dan diuraikan dari nilai-nilai Pancasila. Sebagai dasar negara, maka Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum, artinya Pancasila merupakan
sumber kaidah atau norma hukum negara yang mengatur Negara Republik
Indonesia, baik pemerintahan negara, rakyat maupun wilayah negara.

Sebagai dasar negara, Pancasila juga merupakan suatu asas kerokhanian yang
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan sumber
nilai, norma atau kaidah moral maupun hukum negara, serta menguasai hukum
dasar yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun yang tidak tertulis (konvensi).
Oleh karenanya dalam kedudukannya sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai
kekuatan mengikat secara hukum.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara mempunyai memiliki makna:
1) Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum)
Indonesia. Dalam hal ini Pancasila merupakan asas kerokhanian tertib hukum
Indonesia yang dalam Pembukaan UUD 1945 dijelmakan ke dalam empat pokok
pikiran.
2) Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar 1945.
3) Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara;
4) Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi
yang mewajibkan Pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara (termasuk
pengurus partai politik dan golongan fungsional) untuk memelihara budi pekerti
(moral) kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur.
5) Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi
penyelenggara negara, para pelaksana pemerintahan termasuk juga para pengurus
partai politik dan golongan fungsional.
Pandangan hidup yang dimiliki bangsa Indonesia bersumber pada akar budaya
dan nilai-nilai religius sebagai keyakinan bangsa Indonesia, maka dengan
pandangan hidup yang diyakini inilah bangsa Indonesia dapat dan mampu
memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi secara tepat. Pandangan
hidup bagi suatu bangsa mempunyai arti menuntun, sebab dengan pandangan
hidup yang dipegang teguh maka bangsa tersebut memiliki landasan fundamental
yang menjadi pegangan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Dengan pandangan hidup yang jelas, bangsa Indonesia akan memiliki
pegangan dan pedoman bagaimana mengenal serta memecahkan berbagai masalah
politik, sosial budaya, ekonomi, hukum dan persoalan lainnya dalam gerak
masyarakat yang semakin maju.
Sebagai pandangan hidup bangsa, di dalam Pancasila terkandung konsep
dasar kehidupan yang dicita-citakan serta dasar pikiran terdalam dan gagasan
mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena itulah Pancasila harus
menjadi pemersatu bangsa yang tidak boleh mematikan keanekaragaman yang ada
sebagai Bhinneka Tunggal Ika. Dengan demikian Pancasila merupakan cita-cita
moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi tingkah laku
hidup sehari-hari dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dengan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa maka segala daya
upaya bangsa Indonesia dalam membangun dirinya akan terarah sesuai garis
pedoman dari pandangan hidup bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai