Anda di halaman 1dari 13

USULAN TUGAS AKHIR

JUDUL : Geologi daerah Karangsari dan sekitarnya Kecamatan

Padaherang Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat.

Nama : Haidir Ali

Nomor Mahasiswa : 410013156

Diajukan untuk pengurusan ijin dan pembuatan SK pembimbingan Tugas Akhir di

Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Desember 2016

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing 2

Ir. Sukartono, M.T. Siti Nuraini, ST,.M.T


NIK. 19730034 NIK. 19730205

Mengetahui / Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Geologi

Winarti, S.T., M.T.


NIK. 1973 0134

1 Proposal Tugas Akhir-Haidir Ali


JUDUL : Geologi daerah Karangsari dan sekitarnya Kecamatan

Padaherang Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat.

LOKASI PENELITIAN
Daerah penelitian terletak di daerah Karangsari dan sekitarnya

Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat.

Daerah penelitian termasuk dalam Peta rupabumi 1 : 25.000 lembar 1308-

433 Malangbong, Peta rupabumi 1 : 25.000 lembar 1308-434 Pagerageung, Peta

rupabumi 1 : 25.000 lembar 1308-431 Sukawening, Peta rupabumi 1 : 25.000

lembar 1308-432 Rajapolah, Peta rupabumi 1 : 25.000 lembar 1308-414

Tasikmalaya, Peta rupabumi 1 : 25.000 lembar 1308-423 Ciamis, Peta rupabumi 1

: 25.000 lembar 1308-132 Karangnunggal, (RBI skala 1 : 25.000 yang diterbitkan

oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional / BAKOSURTANAL).

Koordinat : Easting : 217.900 223.900

Northing : 9.161.700 9.170.700

KESAMPAIAN DAERAH

Daerah penelitian dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua

maupun roda empat. Dari Yogyakarta untuk mencapai daerah penelitian dapat

melewati rute jalur arah ke barat melalui Yogyakarta Kebumen Cilacap

Ciamis dengan waktu tempuh berkisar 5-6 jam dengan jarak kurang lebih 245 km.

Di beberapa lokasi pengamatan dapat dicapai dengan

1 Proposal Tugas Akhir-Haidir Ali


kendaraan bermotor roda dua, kecuali dibeberapa tempat yang hanya dapat

dicapai dengan berjalan kaki.

Gambar 1. kesampaian daerah ke lokasi penelitian (diambil dari google earth)

TAHAPAN PENELITIAN

Tahapan penelitian dari Tugas Akhir 1 ini dimulai dari tahap persiapan

berupa studi literatur terkait geologi, morfologi, tataguna lahan, dan pemahaman

medan di daerah penelitian, kemudian melakukan recognaisance ke lapangan

penelitian, lalu dilanjutkan dengan kerja studio berupa analisis geomorfologi,

analisis stratigrafi, analisis struktur geologi, pembuatan peta lokasi pengamatan,

peta geologi, peta geomorfologi dan penyusunan laporan dari data-data hasil

recognaisance di lapangan penelitian.

1 Proposal Tugas Akhir-Haidir Ali


GEOLOGI REGIONAL

Fisiografi Regional

Aktifitas geologi Jawa Barat menghasilkan beberapa zona fisiografi yang satu

sama lain dapat dibedakan berdasarkan morfologi, petrologi dan struktur

geologinya. Van Bemmelen (1949), membagi daerah Jawa Barat ke dalam 4 besar

zona fisiografi, masing-masing dari utara ke selatan adalah Zona Dataran Pantai

Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung dan Zona Pegunungan Selatan..

1. Zona Dataran Pantai Jakarta menempati bagian utara Jawa membentang

barat-timur mulai dari Serang, Jakarta, Subang, Indramayu hingga

Cirebon. Darah ini bermorfologi pedataran dengan batuan penyusun terdiri

atas aluvium sungai/pantai dan endapan gunungapi muda.

2. Zona Bogor menempati bagian selatan Zona Dataran Pantai Jakarta,

membentang mulai dari Tangerang, Bogor, Purwakarta, Sumedang,

Majalengka dan Kuningan. Zona Bogor umumnya bermorfologi

perbukitan yang memanjang barat-timur dengan lebar maksimum sekitar

40 km. Batuan penyusun terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan

beku baik intrusif maupun ekstrusif. Morfologi perbukitan terjal disusun

oleh batuan beku intrusif, seperti yang ditemukan di komplek Pegunungan

Sanggabuana, Purwakarta. Van Bemmelen (1949), menamakan morfologi

perbukitannya sebagai antiklinorium kuat yang disertai oleh pensesaran.

1 Proposal Tugas Akhir-Haidir Ali


3. Zona Bandung yang letaknya di bagian selatan Zona Bogor, memiliki

lebar antara 20 km hingga 40 km, membentang mulai dari Pelabuhanratu,

menerus ke timur melalui Cianjur, Bandung hingga Kuningan. Sebagian

besar Zona Bandung bermorfologi perbukitan curam yang dipisahkan oleh

beberapa lembah yang cukup luas. Van Bemmelen (1949) menamakan

lembah tersebut sebagai depresi diantara gunung yang prosesnya

diakibatkan oleh tektonik (intermontane depression). Batuan penyusun di

dalam zona ini terdiri atas batuan sedimen berumur Neogen yang ditindih

secara tidak selaras oleh batuan vulkanik berumur Kuarter. Akibat tektonik

yang kuat, batuan tersebut membentuk struktur lipatan besar yang disertai

oleh pensesaran. Zona Bandung merupakan puncak dari Geantiklin Jawa

Barat yang kemudian runtuh setelah proses pengangkatan berakhir (van

Bemmelen, 1949).

4. Zona Pegunungan Selatan terletak di bagian selatan Zona Bandung.

Pannekoek, (1946), menyatakan bahwa batas antara kedua zona fisiografi

tersebut dapat diamati di Lembah Cimandiri, Sukabumi. Perbukitan

bergelombang di Lembah Cimandiri yang merupakan bagian dari Zona

Bandung berbatasan langsung dengan dataran tinggi (pletau) Zona

Pegunungan Selatan. Morfologi dataran tinggi atau plateau ini, oleh

Pannekoek (1946) dinamakan sebagai Plateau Jampang.

1 Proposal Tugas Akhir-Haidir Ali


Gambar 2. Fisiografi Jawa Barat (menurut van Bemmelen, 1949 dalam
Martodjojo, 1984)

Tatanan Tektonik dan Struktur Geologi

Secara umum tektonik di daerah penelitian Menurut Baumman (1973),

Jawa Barat bagian baratdaya dibagi menjadi empat fase tektonik, yaitu:

1. Fase Tektonik Oligo-Miosen. Pada fase ini terjadi proses pengangkatan di

daerah gunung Selatan Jawa Barat, membentuk struktur yang berarah barat-

timur. Hasil kegiatan tektonik ini ditandai dengan adanya hubu ngan tidak

selaras antara Formasi Walad dan Formasi jampang yang ada diatasnya.

Dalam fase tektonik ini aktivitas vulkanisme cukup kuat, hal ini ditandai

dengan banyaknya endapan-endapan yang mengandung material vulkanik.

1 Proposal Tugas Akhir-Haidir Ali


2. Fase Tektonik Miosen Tengah. Pada fase ini terjadi suatu kegiatan tektonik

yang cukup besar .pada bagian baratdaya Pulau Jawa mengalami

pengangkatan dan perlipatan yang selanjutnya diikuti oleh pembentukan sesar-

sesar. Arah perlipatan dan sesarnya barat-timur. Struktur yang terjadi ini

mempengaruhi seluruh endapan batuan berumur Miosen Bawah.

3. Fase Tektonik Plio-Plistosen. Pada fase ini terjadi sutau kegiatan tektonik yang

cukup besar, yang tejadi pada kala Pliosen Atas sampai Plistosen Bawah. Fase

ini merupakan penyebab terjadinya beberapa wrench faults yang berarah

timurlaut-baratdaya dan memotong struktur-struktur yang ada, namun tidak

diketahui dengan pasti, apakah kegitan tektonik ini terjadi hingga zaman

Kuarter.

4. Fase Tektonik Kuarter. Pada fase ini terjadi bersamaan dengan kegiatan

vulkanisme kuarter dan hampir seluruh kepulauan indonesia terpengaruh oleh

kegiatannya. Aktivitas tektonik ini membentuk struktur -struktur yang aktif,

yang sekarng berada dipegunungan selatan jawa barat, Gerak tektonik pada

fase ini diperkirakan jauh lebih aktif dibandingkan fase sebelumnya

Pola struktur yang berkembang di Jawa Barat merupakan pola Meratus yang

diwakili oleh sesar Cimandiri berarah timurlaut-baratdaya (NE-SW). Sesar-

sesar pada pola Meratus ini diketahui berumur Kapur-Paleogen. Pola Sunda

yang berarah utara-selatan (N-S) umumnya berkembang di bagian barat

1 Proposal Tugas Akhir-Haidir Ali


wilayah Jawa Barat. Gerakan sesar pada pola Sunda ini umumnya berpola

regangan (strain). Pola ini diketahui mulai terbentuk pada umur Pliosen

(Eosen-Oligosen Akhir) atau sekitar 53-32 juta tahun lalu. Sedangkan pola

Jawa yang berkembang diwakili oleh sesar-sesar naik berarah barat-timur (W-

E). Pola ini diketahui terbentuk mulai Oligosen Akhir-Miosen Awal atau

sekitar 32 juta tahun lalu.

Gambar 3. Peta pola struktur regional Jawa Barat berdasarkan


data lapangan, data gravimetri, dan data seismik (Martodjojo, 1984)

Stratigrai Regional

Daerah penelitian secara fisiografis berada pada Zona Gunungapi Kuarter

yang terdiri dari endapan volkanik berumur Kuarter. Secara regional, tatanan

stratigrafi daerah penelitian mengacu pada peta geologi lembar Garut,

1 Proposal Tugas Akhir-Haidir Ali


Pameungpeuk, dan Jawa oleh Alzwar, dkk., tahun 1992. Perincian urut-urutan

stratigrafi dari tua ke muda dan variasi litologinya adalah sebagai berikut:

Diorit Kuarsa (Tmi(d))

Satuan Diorit Kuarsa merupakan satuan batuan terobosan tertua yang

tersingkap, berumur Tersier, kala Miosen. Satuan ini memiliki komposisi

litologi berupa diorit kuarsa, berwarna abu-abu kehijauan, porfiritik.

Formasi Jampang (Tomj)

Formasi Jampang merupakan batuan gunungapi tertua yang tersingkap,

berumur Tersier, kala Miosen. Formasi ini disusun oleh lava andesit

terkekarkan, breksi andesit hornblenda, sisipan tuf hablur halus, dan setempat

terpropilitkan. Satuan ini tertindih tidak selaras oleh Formasi Bentang.

Formasi Bentang (Tmb)

Formasi Bentang merupakan satuan batuan sedimen berumur Tersier,

kala Miosen, yang disusun oleh batupasir tufaan, tuf batuapung, batulempung,

konglomerat, dan lignit.

Anggota Sukaraja Formasi Bentang (Tmbs)

Satuan ini merupakan anggota Formasi Bentang yang juga berupa

satuan batuan sedimen berumur Tersier, kala Miosen. Anggota Sukaraja secara

lateral memiliki hubungan menjari dengan Formasi Bentang (Tmbp). Variasi

litologi disusun oleh batugamping pasiran dan batugamping terumbu.

Formasi Beser (Tmbp)

Formasi Beser merupakan satuan batuan gunungapi berumur Tersier (kala

Miosen), yang terletak selaras di atas batuan gunungapi Formasi Jampang.

1 Proposal Tugas Akhir-Haidir Ali


Formasi ini terdiri dari breksi tufaan dan lava yang bersusunan andesit sampai

basalt.

Breksi Tufaan (Tpv)

Satuan ini merupakan satuan batuan gunungapi yang berumur Tersier

(kala Pliosen) yang disusun oleh breksi, tuf, dan batupasir. Satuan ini menindih

tidak selaras Formasi Bentang dan tebal satuan sekitar 600-700 m

Andesit (Tpi(a))

Satuan Andesit merupakan batuan terobosan berumur Tersier, kala Pliosen,

yang berumur lebih muda dari batuan terobosan Diorit Kuarsa. Satuan ini

memiliki komposisi litologi berupa andesit, terdiri dari andesit hornblenda

(Tpah) dan andesit piroksen (Tpap).

Satuan Batuan Gunungapi Kuarter Tua

Satuan ini terdiri dari produk gunungapi berumur Kuarter yang berasal

dari beberapa sumber erupsi, yaitu: G. Waringin-Bedil-Malabar Tua (Qwb),

Guntur-Pangkalan-Kendang (Qko, Qgpk), Sangianganjung (Qsu),

Mandalawangi-Mandalagiri (Qmm), Malabar-Tilu (Qmt), Kancana-Huyung-

Tilu (Qkl, Qhl, Qtl), Kracak-Puncakgede (Qkp), dan beberapa produk sekunder

tak teruraikan berasal dari sumber erupsi gunungapi tua (Qopu). Produk

gunungapi Kuarter tua terdiri dari produk primer berupa lava andesit (andesit

piroksen, andesit hornblenda) sampai basalt, breksi tuff (dengan fragmen

batuapung), tuff (tuff hablur halus-kasar dasitan), dan produk sekunder berupa

breksi lahar (mengandung fragmen batuapung dan lava andesit sampai basalt)

Satuan Batuan Gunungapi Kuarter Muda (Qy(w, p, c, m, h, k))

1 Proposal Tugas Akhir-Haidir Ali


Satuan ini merupakan satuan batuan gunungapi berumur Kuarter yang

bersumber dari gunungapi muda, yaitu: G.Wayang (Qyw), G.Windu (Qyw),

G.Papandayan(Qyp),G.Cikuray (Qyc), G.Masigit (Qym), G.Haruman (Qyh),

dan G.Kaledong (Qyk), dan beberapa produk gunungapi tak teruraikan (Qypu,

Qhp, Qhg). Satuan ini terdiri dari produk gunungapi primer berupa lava andesit

sampai basalt (basalt labradorit), tuff, dan piroklastik tak terkonsolidasi berupa

abu gunungapi, lapili, eflata. Sedangkan produk sekunder terdiri dari breksi

lahar dengan fragmen andesit sampai basalt.

Satuan Endapan Permukaan

Satuan ini berumur paling muda (holosen) yang terdiri dari endapan

kolovium (Ok), endapan danau (Od), dan endapan alluvium (Oa). Endapan

koluvium terdiri dari talus, rayapan, dan runtuhan bagian tubuh kerucut

gunungapi tua berupa bongkah batuan beku, breksi tuff, dan pasir tuff (Ok).

Endapan danau (Od) terdiri dari lempung, lanau, pasir halus hingga kasar dan

kerikil, umumnya bersifat tufaan. Alluvium (Oa) berupa lempung, lanau, pasir

halus hingga kasar dan kerikil serta bongkah-bongkah batuan beku dan

sedimen.

1 Proposal Tugas Akhir-Haidir Ali


Gambar 4. Penampang Stratigrafi Utara-Selatan Jawa Barat (Martodjojo, 2003)

RENCANA PENELITIAN :

TA 1 : Bulan Januari 2017 hingga bulan Maret 2017


TA 2 : Bulan April 2017 hingga bulan Juli 2017

PENELITI TERDAHULU :

1 van Bammelen (1949)


2 Martodjojo, (2003)
3 Baumman (1973)
4 Alzwar, dkk., tahun 1992

LAMPIRAN :

1. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian


2. Peta Topografi Daerah Penelitian

Daftar Pustaka

1 Proposal Tugas Akhir-Haidir Ali


Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology Of Indonesia Vol. 1A:

Governmen Printing Office, The Hague, 732 p.


Pulunggono, A. dan Martodjojo, S., 1994, Perubahan Tektonik Paleogene
Neogene Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa, Proceeding
Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa, Percetakan NAFIRI, Yogyakarta.
Martodjojo, S., 1984, Evolusi Cekungan Bogor Jawa Barat, Penerbit ITB,

Bandung.
Alzwar, M. et al. 1992. Peta Geologi Lembar Garut Pamaungpuek.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi

1 Proposal Tugas Akhir-Haidir Ali

Anda mungkin juga menyukai