Kekuatan Pengetahuan yang di peroleh dari learning by doing
Sistem pendidikan nasional telah diciptakan oleh para pendahulu Republik
Indonesia yang tertuang dalam pasal 31 UUD 1945 namun belum di terjemahkan secara baik dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003. Pertanyaannya adalah masih relevankah konsep negara yang pembangunannya memerlukan satu sistem pendidikan nasional di era global abad ke-21 ini ? kalau masih relevan pertanyaan ke-2 adalah bagaimana wujud rancang bangun sistem pendidikan nasional yang modern di era globalisasi ini ? dan pertanyaan ketiga adalah bagaimanakah implikasi dari sistem pendidikan nasional terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan ? Pertanyaan itu mungkin muncul sebelum pemerintah menerapkan kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 diterapkan pendekatan scientific dan menjadi perhatian saat awal-awal diterapkan. Penerapan pendekatan scientific menjadi tantangan pelaku pendidikan melalui pengembangan aktivitas siswa yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan. Salah satu yang tertanam dalam kurikulum 2013 adalah konsep learning by doing yang merupakan bentuk atau cara yang dapat menyatukan pemikiran dan tindakan. Semua pendidik ataupun pelaku pendidikan kini mencoba menjalankan metode ini karena akal sehat dan pengalaman memberi tahu mereka bahwa menggabungkan antara abstrak dan nyata, pikiran dan tindakan, konsep dan praktik akan membantu untuk mempelajari materi akademik. Dualisme ini memisahkan sisi abstrak dengan sisi nyata. Sisi abstrak yaitu gagasan-gagasan, konsep, pengetahuan itu sendiri, dan kumpulan informasi telah lama terpisah dari sisi nyata pendidikan. Banyak penganut metode mengajar tradisional masih mempertahankan pemisahan ini. Sisi nyata yaitu tindakan praktis di dalam dunia keseharian, situasi aktual, masalah-masalah nyata diminimalkan oleh para pendukung pendidikan tradisional, seakan sisi tersebut tidak terlalu berguna. Para pendukung pendidikan tradisional bertujuan mengajari kepala bukan tubuh. Mereka memegang kaidah mengajarkan para siswa untuk menyerap, tetapi tidak menggunakan, mendengarkan tetapi tidak bertindak, berteori tetapi tidak mempraktikkan. Siswa sebagai robot pengingat fakta dan gagasan, bukan mengalami gagasan itu dalam tindakan. Learning by Doing memang cukup kuat untuk memfasilitasi proses belajar seseorang, apapun itu bentuknya, bila berani untuk mencoba, silahkan rasakan manfaatnya. Penelitian mengenai otak memberi tahu bahwa pengaruh lingkungan lebih besar dari pada yang kita bayangkan. Otak seorang anak yang menghabiskan banyak waktu untuk bermain handphone sangat berbeda struktur otaknya dengan otak anak yang sering berinteraksi dengan orang banyak, menghabiskan waktu di organisasi dan komunitas yang di ikuti maupun hobi yang digeluti. Konsep belajar ini sudah ada sejak lama, salah satunya dikemukakan oleh Maslow (1954) yang memiliki aliran psokologi humanistik. Para pendukung aliran ini berpendapat bahwa motivasi dasar manusia adalah mencapai aktualisasi diri. Proses belajar harus terjadi dalam suasana bebas. Belajar akan berarti apabila berpusat pada kepentingan sasaran didik dan apabila dilakukan melalui pengalaman sendiri, maka belajar akan tahan lama bila melibatkan seluruh aspek pribadi. Sumantri (2007) Belajar memiliki prinsip-prinsip diantaranya harus berbuat (learning by doing) dan juga belajar dikatakan berhasil apabila memberikan sukses yang menyenangkan. Learning by doing yang seharusnya diterapkan adalah memberikan suatu fenomena yang menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu. Melalui penerapan keterampilan proses pada strategi dan metode yang tepat, mudah-mudahan pelaku pendidikan dapat terlatih dalam keterampilan scientific. Dan memenuhi apa yang diharapkan Kurikulum 2013 adalah adanya peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik dan pelaku pendidikan yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Sumber:
http://bdksemarang.kemenag.go.id
Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: MLC.
Tirtaraharja, Umar. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Wilis, Dahar Ratna. 2006. Teori-teori belajar dan pembelajaran. Bandung:
Erlangga.
Tim Pengebang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Grafindo.