Anda di halaman 1dari 24

BAB III

PERSEPSI REMAJA TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK


DALAM KELUARGA DI DESA PEGUNDAN KECAMATAN
PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

Pada pembahasan bab tiga ini berisi tentang gambaran umum desa

Pegundan yang dijelaskan secara singkat meliputi keadaan geografis, data

keadaan penduduk, struktur organisasi dan sarana dan prasarana. Selanjutnya

berisi tentang hasil penelitian mengenai persepsi remaja terhadap urgensi

pendidikan akhlak dalam keluarga.

A. Gambaran Umum Desa Pegundan

1. Keadaan Geografis

Desa Pegundan secara administratif merupakan salah satu dari 19

desa dan 1 kelurahan di wilayah kecamatan Petarukan kabupaten

Pemalang. Terbagi kedalam 4 dusun yaitu dusun Silastri (dusun I), dusun

Dampit (dusun II), dusun Polir (dusun III), dan dusun Sambo (dusun IV)

dan secara kelembagaan terbagi ke dalam 8 RW dan terdapat 62 RT.

Adapun secara geografis wilayah desa Pegundan memilki batas-

batas wilayah di sebelah utara adalah desa Klareyan, di sebelah selatan

adalah desa Bulu, selanjutnya di sebelah timur berbatasan dengan desa

Temuireng dan di sebelah barat adalah desa Loning. Jarak yang ditempuh

desa ini ke ibu kota Provinsi adalah 120 km, jarak ke ibu kota Kabupaten

11 km, dan Jarak ke Ibu kota Kecamatan 4 km. Desa Pegundan memilki

luas wilayah seluas 345,263 Ha terdiri dari tanah sawah seluas 261,933 Ha

dan tanah darat seluas 83,320 Ha. Penggunaan tanah di Desa Pegundan

52
53

sebagian besar diperuntukan untuk tanah pertanian sawah sedangkan

sisanya untuk tanah kering yang merupakan bangunan dan fasilitas-

fasilitas lainnya.

Kondisi topografi desa Pegundan terdiri dari daerah dataran rendah

dan berjarak kurang lebih 7 km dari pantai dengan dataran pantai yang

masih subur dan lahan pertanian yang mendapatkan aliran irigasi dari

bendungan Sokowati. Iklim desa yang terletak 6 mdl dari permukaan laut

ini mempunyai iklim kemarau dan penghujan, curah hujan rata-rata 2500

mm pertahun dan memiliki suhu rata-rata antara 27 sampai 30 C. Dengan

kondisi iklim tersebut, mempunyai pengaruh langsung terhadap pola

tanam yang ada maka jenis tanaman yang cocok di desa Pegundan anatara

lain seperti tanaman Padi , Palawija dan Holtikultura.1

2. Data Keadaan Penduduk

a. Jumlah Penduduk

Desa Pegundan bisa dikatakan sebagai desa yang cukup padat

penduduknya karena mempunyai jumlah penduduk sebanyak 13.648

jiwa. Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki adalah 6.618 jiwa

dan penduduk berjenis kelamin perempuan adalah 7.030 jiwa. Jumlah

kepala keluarga sebanyak 3329, laju pertumbuhan penduduk sebesar

0.9% dengan kepadatannya 186 jiwa/km2.

Penduduk desa Pegundan dapat dikelompokkan menjadi 4

kelompok usia, yaitu:

1
Data Monografi Pemerintahan Desa, diambil 7 Januari 2015
54

Tabel 1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia.2

NO Kelompok Usia Jumlah (Jiwa)


1 0-5 Tahun 1.094
2 6-20 Tahun 3.987
3 21-60 Tahun 7.855
4 60 tahun keatas 712
b. Keadaan ekonomi

Desa Pegundan merupakan kawasan pedesaan, maka sebagian

besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, mata

pencaharian penduduk lainnya adalah sebagian besar buruh tani,

kemudian buruh swata, pedagang, wiraswasta dan sebagian kecil

sebagai pegawai negeri sipil (PNS), TNI maupun POLRI.

Pertumbuhan ekonomi desa Pegundan dipengaruhi oleh pertumbuhan

hasil pertanian, industri kecil atau rumah tangga dan keberadaan pusat

perekonomian seperti pasar tradisional. Untuk mengertahui data mata

pencaharian penduduk desa Pegundan selengkapnya dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.3

NO Jenis Pekerjaan Jumlah


1 Petani 768
2 Pedagang 567
3 Buruh 4.683
4 TNI/POLRI/PNS 69
5 Wiraswasta 415
6 Lain-lain 178
Jumlah 6680
2
Data Monografi Desa Pegundan, diambil 7 Januari 2015
3
Data Monografi Desa Pegundan, diambil 7 Januari 2015
55

c. Keadaan sosial

1) Pendidikan

Penduduk desa Pegundan yang berada pada usia dewasa rata-

rata hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat sekolah dasar

(SD) atau sekolah tingkat menengah pertama (SMP). Seiring

berjalannya waktu, kesadaran akan pendidikan mulai tumbuh

sehingga masyarakat mulai menyekolahkan anak-anak mereka

sampai sekolah menengah atas (SMA). Berikut data penduduk

berdasarkan pendidikannya:

Tabel 3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan.4

Jenis Kelamin
Status Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

345 361 706


Usia 3-6 tahun yang belum
masuk TK
170 192 362
Usia 3-6 tahun yang sedang
TK/play group
301 342 643
Usia 7-18 tahun yang tidak
pernah sekolah
902 953 1855
Usia 7-18 tahun yang sedang
sekolah
354 279 633
Usia 18-56 tahun tidak
pernah sekolah
457 378 835
Usia 18-56 tahun pernah SD
tetapi tidak tamat
689 579 1268
Tamat SD/sederajat
178 135 313
Jumlah usia 12 - 56 tahun
tidak tamat SLTP

4
Data Monografi Desa Pegundan, diambil 7 Januari 2015
56

273 289 562


Jumlah usia 18 - 56 tahun
tidak tamat SLTA
280 307 587
Tamat SMP/sederajat
172 187 359
Tamat SMA/sederajat
25 30 55
Tamat D-1/sederajat
15 17 32
Tamat D-2/sederajat
15 29 44
Tamat D-3/sederajat
65 48 113
Tamat S1
3 1 4
Tamat S2
5 1 6
Tamat SLB
4249 2128 8377
Total

Dari tabel diatas maka dapat penulis ringkas seperti pada tabel

berikut:

Tabel 4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Tingkatan Jenis Kelamin


Jumlah
Pendidikan Laki- laki Perempuan
Belum sekolah 515 553 1068
Sedang sekolah 902 953 1855
Tidak tamat SD 1112 999 2111
Tamat SD 867 714 1581
Tamat SMP 553 596 1149
Tamat SMA 172 187 359
Tamat Perguruan
Tinggi 123 125
248
(D1,D2,D3,S1, dan
S2)
Tamat SLB 5 1 6
Total 4244 4127 8377
57

Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa kualitas sumber daya

manusia di desa Pegundan bisa dikatakan belum baik, karena

belum begitu banyak masyarakatnya yang berpendidikan sampai

perguruan tinggi, banyak anggota masyarakat yang enggan

melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi karena alasan ekonomi.

2) Agama dan Kepercayaan

Desa Pegundan merupakan desa dengan mayoritas

penduduknya adalah beragama Islam. Jumlah masyarakat yang

beragama Islam hampir seratus persen dari jumlah penduduk yang

ada. Tercatat hanya terdapat 5 orang pemeluk agama Kristen dan 2

orang yang memeluk agama Katholik. Hal tersebut juga bisa dilihat

dari tabel sarana tempat peribadatan yang ada di desa Pegundan

sebagai berikut:

Tabel 5
Jumlah Tempat Ibadah Desa Pegundan.5
Nama Tempat Ibadah Jumlah
Masjid 3
Mushola 40
Gereja -
Wihara -
Pura/Kuil -

5
Data Monografi Desa Pegundan, diambil 7 Januari 2015
58

3. Struktur Organisasi

Desa Pegundan menganut sistem kelembagaan pemerintahan desa

dengan pola maksimal, selengkapnya dapat dilihat dengan struktur bagan

sebagai berikut:

Bagan 1
Struktur Pemerintahan Desa.6

Kepala Desa BPD


H. Pujo Mulyanto H Itjun Sundoro BA

Sekretaris Desa
Bambang Subiyakto, SE

Lebe Desa
H. Shofiudin Kaur
Kadus I
Joko Mulyanto Pemerintahan
S. Suhadi, SE
Ulu-ulu Desa
Kadus II Winaryo
Kaur
Kisnadi Pembangunan
Polisi Desa Nurbaniyati
Kadus III 1. Durokhim
Slamet Santoso 2. Casmidi Kaur Keuangan
M. Zamroni

Kadus IV
Lukman Nur Kaur Umum
Hakim Rasmuin

6
Data Monografi Desa Pegundan, diambil 7 Januari 2015
59

4. Sarana dan Prasarana

a. Sarana dan Prasarana Pemerintahan

1) Sarana dan prasarana pemerintahan desa

- Gedung kantor : Ada (kondisi baik)

- Jumlah ruang kerja : 4 ruang

- Balai desa : Ada

- Air bersih : Ada

- Listrik : Ada

- Telepon : Ada

- Rumah dinas : Tidak Ada

- Inventaris dan alat tulis kantor

Jumlah mesin tik : 3 buah

Jumlah meja : 17 buah

Jumlah kursi : 33 buah

Jumlah almari arsip : 10 buah

Komputer : 4 unit

Mesin fax : Tidak ada

Buku administrasi : Ada

2) Kantor Lembaga Kemasyarakatan desa antara lain, kantor

PKK, kantor Karang Taruna, dan Kantor BPD.

b. Prasarana Peribadatan

- Jumlah Masjid : 3 unit

- Jumlah Mushola : 30 unit


60

c. Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan

- Gedung TK : 3 unit

- Gedung SD/Sederajat : 6 unit

- Gedung SMA/Sederajat : 1 unit

- Gedung Tempat Bermain Anak : 1 unit

- Gedung lembaga pendidikan agama : 2 unit

- Perpustakaan desa/kelurahan : 1 unit

- Jumlah perpustakaan keliling : 1 unit

d. Jumlah Sarana Kesehatan

- Puskesmas pembantu : 1 unit

- Rumah bersalin : 3 unit

- Posyandu : 8 unit

- Kantor/rumah praktek Dokter : 1 unit

- Apotik : 1 unit.7

B. Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Di Desa Pegundan.

Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan akhlak dalam keluarga di

desa Pegundan kecamatan Petarukan kabupaten Pemalang, peneliti

melakukan pengamatan terkait dengan pelaksanaan pendidikan akhlak dan

wawancara terhadap orang tua sebagai pendidik dan remaja sebagai anak

didik dalam keluarga.

Berdasarkan pengamatan saat penelitian, bentuk pendidikan akhlak

yang diberikan kepada anak dalam keluarga meliputi pendidikan akhlak

7
Data Monografi Desa Pegundan, diambil 7 Januari 2015
61

terhadap Allah seperti melaksanakan sholat dan membaca Alquran.

Selanjutnya pendidikan akhlak terhadap diri sendiri seperti adab ketika masuk

rumah dengan mengucapkan salam. Sedangkan metodenya yaitu dengan

perintah atau mengingatkan, seperti memerintah anak untuk pergi ke

mushola ketika adzan maghrib dan menyuruh anak pergi ke TPQ untuk

mengaji setelah bada asar. Sedangkan sikap orang tua ketika memerintah

anaknya cenderung tegas dan memaksa anak tersebut untuk melaksanakan

perintahnya tersebut. Dari pengamatan meskipun orang tua telah

melaksanakan pendidikan akhlak kepada anak di dalam keluarga akan tetapi

secara umum bentuk pendidikan akhlak yang diberikan kurang mencakup

semua aspek pendidikan akhlak dalam agama Islam dan juga kurang

memperhatikan metode dan sikap dalam mendidik. Faktor penyebab

kurangnya perhatian orang tua terhadap pelaksanaan pendidikan akhlak

dalam keluarga adalah seperti latar belakang pendidikan orang tua yang

rendah sehingga menimbulkan kurangnya pemahaman pentingnya pendidikan

akhlak dalam keluarga.8

Dari wawancara kepada remaja sebagai anak didik dalam keluarga

berkaitan dengan pendidikan akhlak yang diberikan orang tua dalam keluarga

hasilnya bahwa pendidikan sudah diperoleh sejak kecil, adapun bentuk atau

materi pendidikan yang diperoleh dari orang tua adalah pendidikan akhlak

terhadap Allah seperti mengajari dan memerintah anak sholat dan mengaji,

selanjutnya orang tua menyerahkan tugas pendidikan akhlak kepada lembaga

8
Data Observasi Pendidikan akhlak Keluarga, pada tanggal 16 Januari 2015
62

sekolah agama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh remaja S (17 Tahun), ia

mengatakan pendidikan akhlak dalam keluarga diberikan sejak ia usia masuk

sekolah dasar bentuknya diajari sholat dan mengaji, ungkapnya singkat:

Pendidikan akhlak diberikan sejak SD, bentuknya diajari sholat, mengaji.9

Selanjutnya menurut MR (18 Tahun), pendidikan akhlak ia dapatkan saat usia

sepuluh tahun, bentuknya seperti memerintah anak mengaji dan pergi ke

madrasah, ujarnya Sejak usia 10 tahun, dalam bentuk ikut mengaji di

mushola, memerintah sekolah madarasah.10 Begitu pula dengan remaja AW

(16 Tahun), remaja ini mengatakan bahwa bentuk pendidikan akhlak yang

diberikan orangtua saat masih kecil adalah mengajarkan sholat dan mengaji,

selebihnya orang tua menyekolahkannya ke dalam lembaga pendidikan

agama seperti madrasah, atau Tempat Pembelajaran Alquran, ungkapnya:

Pendidikan akhlak diberikan sejak dari kecil, bentuknya dengan

menyekolahkan, memberi pendidikan agama seperti madrasah atau mengaji,

mengingatkan sholat 5 waktu, mengaji, baca Alquran.11

Sedangkan dari hasil wawancara kepada orang tua sebagai pendidik

dalam keluarga menyatakan hampir senada dengan yang diungkapkan oleh

remaja-remaja tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh ibu N (49 Tahun)

seorang ibu rumah tangga dan selaku ibu dari remaja AW, beliau

mengungkapkan bentuk pendidikan akhlak yang diberikan kepada anak

9
S, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang, 27 Januari 2015
10
MR, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang , 23 Januari 2015
11
AW, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang, 22 Januari 2015
63

meliputi pendidikan akhlak terhadap Allah, seperti perintah menjalankan

ibadah sholat, mengaji, patuh terhadap perintah orang tua serta

menyekolahkan anak ke lembaga pendidikan agama. Sedangkan cara atau

metode dalam memberikan pendidikan akhlak yaitu dengan cara menasehati

dan contoh. Ungkapnya:Yo ndidike bener, mrentah anak sembayang,

mrentah ngaji, karo men nuruti omongan wong tuwone, ojo wani karo wong

tuwo. cara ndidik yo dituturi diomongi sing bener, maksudnya adalah ngajari

dengan benar, memerintah anak untuk melaksanakan ibadah, menyuruh

mengaji dan mengajarkan agar menuruti perintah orang tua dan cara

mendidik dengan menasehati.12 Sedangkan menurut ibu TR (34 Tahun)

merupakan ibu rumah tangga mengungkapkan bahwa pendidikan akhlak

dalam keluarga kepada anak-anak menurutnya sudah baik, sedangkan sikap

dalam mendidik adalah dengan lemah lembut, ungkapnya: Pendidikan

akhlak kepada anak baik, pendidikan bentuknya ya ngaji, sholat, patuh pada

orang tua, ngak boleh nglawan orang tua, sudah. Caranya dengan cara halus,

bicara dengan baik.13

Dari hasil wawancara tersebut dapat di simpulkan bahwa bentuk

pendidikan akhlak dalam keluarga mencakup aspek pendidikan akhlak

terhadap Allah melalui ibadah seperti sholat dan mengaji dan aspek

pendidikan akhlak terhadap orang tua seperti patuh terhadap orang tua.

Selanjutnya upaya pemberian pendidikan akhlak dalam keluarga oleh orang

12
Ibu N, Ibu Rumah Tangga, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam
Kabupaten Pemalang, 22 Januari 2015
13
Ibu TR, Ibu Rumah Tangga, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam
Kabupaten Pemalang, 22 Januari 2015
64

tua juga berupa menyekolahkan anak ke lembaga pendidikan agama seperti

TPQ dan Madrasah Dinniyah.

C. Persepsi Remaja Terhadap Urgensi Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga

Pada bab sebelumnya dijelaskan bahwa akhlak mencakup semua aspek

dalam kehidupan manusia sesuai kedudukannya sebagai makhluk individu,

makhluk sosial, makhluk penghuni yang memperoleh bahan kehidupannya dari

alam, serta sebagai makhluk ciptaan Allah. Sehingga kewajiban dan tanggung

jawab orang tua dalam memberikan pendidikan akhlak kepada anak di dalam

keluarga harus mencakup semua aspek tersebut, baik akhlak terhadap Allah,

akhlak terhadap diri sendiri atau akhlak pribadi, akhlak terhadap sesama

(keluarga atau masyarakat), dan akhlak terhadap lingkungan alam sekitar. Di

samping itu, metode pendidikan akhlak dan sikap orang tua sebagai pendidik

dalam mendidik akhlak juga harus menjadi perhatian karena hal tersebut akan

menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan akhlak.

Persepsi merupakan suatu proses penginderaan terhadap objek rangsang

atau peristiwa yang di alami dan diperoleh melalui pengalaman-pengalaman di

dalam lingkungan. Persepsi remaja yang muncul berkaitan dengan urgensi

pendidikan akhlak dalam keluarga merupakan hasil dari pengalaman-

pengalamannya yang selanjutnya mempengaruhi cara pandang mereka. Dari

hasil penelitian yang telah dilaksanakan, melalui wawancara secara terbuka dan

mendalam terhadap remaja di desa Pegundan, berikut penulis paparkan

persepsi remaja terhadap urgensi pendidikan akhlak dalam keluarga, yang

meliputi bentuk atau materi pendidikan akhlak dalam keluarga (yang


65

mencakup aspek pendidikan akhlak terhadap Allah, pendidikan akhlak pribadi,

pendidikan akhlak terhadap sesama dan pendidikan akhlak terhadap

lingkungan), metode dan sikap orang tua dalam mendidik akhlak, serta

pengaruh pendidikan akhlak dalam keluarga terhadap sikap dan perilaku anak

dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari.

1. Persepsi remaja tentang urgensi pendidikan akhlak terhadap Allah dalam

keluarga

Bentuk pelaksanaan pendidikan akhlak terhadap Allah di dalam

keluarga diantaranya adalah mengajarkan anak untuk menjalankan

perintah Allah swt seperti melaksanakan ibadah sholat lima waktu dan

mengajarkan anak untuk senantiasa bersyukur atas nikmat dan karunia

Allah swt. Dari hasil wawancara diperoleh bahwa remaja memandang

orang tua memiliki kewajiban dalam memberikan pendidikan akhlak

terhadap Allah swt dalam keluarga. Sebagaimana di ungkapkan oleh

Gunnandi (17 Tahun), sebagai berikut:

Menurut saya, orang tua mengajarkan sholat atau ibadah yang lain
adalah suatu hal yang wajib, karena orangtua itu mempunyai
kewajiban membimbing anak dari ia lahir sampai ia dewasa sehingga
menjadi orang yang lebih baik, karena jika orangtua mendidik dan
memberikan akhlak yang baik kepada anaknya, ketika anak tersebut
sudah dewasa ia akan tumbuh menjadi anak yang baik terutama
dalam berakhlak maupun melaksanakan ibadah yang lain seperti
melaksanakan sholat lima waktu, melaksanakan puasa,
melaksanakan ibadah beramal seperti infak, zakat maupun ibadah
sunnah yang lainnya.
Sambungnya: Jika anak sejak kecil sudah dibimbing untuk
melaksanakan sholat maka ketika ia dewasa maka dengan kesadaran
sendiri, karena sholat itu sangat penting bagi dirinya14

14
Gunnandi, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam
Kabupaten Pemalang, 21 Januari 2015
66

Pendapat yang sama di paparkan oleh Adnin (18 Tahun), sebagai

berikut:

Ya orang tua itu wajib menyuruh anaknya untuk beribadah, itu


kewajiban orang tua kepada anaknya, selain memberi nasehat,
memberi nafkah lahir batin kepada anak dan memberi pendidikan
akhlak pada anak, tujuannya ialah memberikan moral kepada anak
yang baik dan menanamkan sikap yang toleran kepada oranglain.15

Selanjutnya persepsi mengenai mendidik anak senantiasa untuk

bersyukur, Gunnandi mengungkapkan sebagai berikut:

Manfaatnya sangat penting terutama bersyukur terhadap nikmat


Allah agar kita menghargai apa yang Allah berikan, misalnya ketika
kita makan maka kita akan berdoa dulu sebagai rasa syukur kita
terhadap nikmat Allah dan menghargai hasil jerih payah orang tua
Caranya dengan membimbing anaknya untuk bersyukur, misalnya
ketika orangtua diberikan kelebihan riski oleh Allah maka kita
bersama-sama mengucapkan Alhamdulillah dan mengajari untuk
memanfaatkan apa yang sudah Allah berikan.16

Vivi (15 tahun) memperkuat pendapat di atas, ia mengatakan sebagai

berikut: Mendidik anak bersyukur adalah supaya anak menyadari bahwa

diluar sana masih banyak orang-orang yang lebih buruk dari kita.17

Dari persepsi yang muncul di kalangan remaja tersebut maka dapat

di garis bawahi bahwa remaja menilai pentingnya orang tua sebagai

pendidik menanamkan pendidikan akhlak terhadap Allah swt kepada anak.

Anak yang diajarkan sholat sejak usia dini akan membentuk akhlaknya dan

menumbuhkan kebiasaan untuk taat dan patuh menjalankan ibadah hingga

usia dewasa. Begitu pula mendidik anak untuk senantiasa bersyukur

15
Adnin, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang, 25 Januari 2015
16
Gunnandi, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam
Kabupaten Pemalang, 21 Januari 2015
17
Vivi, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang , 28 Januari 2015
67

terhadap nikmat dan karunia yang Allah swt, remaja menilai bahwa orang

tua wajib membimbing anak bersyukur dalam keseharian dengan cara

membiasakan anak mengungkapkan rasa syukurnya terhadap Allah swt

secara lisan, serta membimbingnya agar memanfaatkan nikmat dan

karunia Allah swt dengan sebaik-baiknya.

2. Persepsi remaja tentang urgensi pendidikan akhlak terhadap diri sendiri

atau akhlak pribadi dalam keluarga.

Pendidikan akhlak pribadi yang ditanamkan kepada anak dalam

kehidupan sehari-hari seperti mendidik anak adab makan atau minum, adab

berpakaian, dan adab masuk rumah, selanjutnya mendidik anak untuk

menjaga lisannya ketika berbicara, pendidikan kejujuran pada anak sejak

dini dan mendidik anak tanggung jawab melalui amanah atau perintah

orang tua. Persepsi remaja berkaitan dengan pendidikan akhlak pribadi

tersebut diantaranya:

Yatin (18 Tahun), memaparkan pentingnya mendidik anak adab

makan dan berpakaian, ujarnya:

Mendidik anak adab tersebut dalam keluarga perlu, supaya kita


sebagai anak tahu dan bisa menghargai dan mensyukuri nikmat
Sambungnya:Jika tidak dididik, anaknya kalau makan
sembarangan, juga bisa bikin malu orangtua kalau missal nggak
sopan saat berpakaian karena membuka aurat.18

Menurut Adnin perlu pendidikan adab karena merupakan ajaran

dalam agama Islam,

18
Yatin, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang , 27 Januari 2015
68

Ujarnya: Ya perlu, untuk tata cara atau sopan santun, agar kita
dimasyarakat tidak kelihatan bodohlah karena tidak mengerti tata
cara tersebut, karena adab ketika makan atau minum atau berpakaian
kan sudah dicontohkan oleh rasul kita kepada umatnya, maka kita
harus mencontohnya karena itu sudah sunnah rasul,19

Persepsi remaja tentang pendidikan menjaga lisan ketika berbicara,

Yatin berpendapat cara orang tua mendidik anak untuk menjaga lisan

yaitu: Mendidik anak menjaga perkataannya yang pasti ketika anaknya

kecil orang tua mengajarkan bahasa yang baik.20 Sedangkan Mashuri (15

tahun) memaparkan: Ya mengingatkan anak ketika berkata jelek tapi

secara pelan-pelan, menegurlah, tujuannya supaya kita terbiasa tidak

berkata kotor atau jelek kepada orang tua.21

Persepsi remaja tentang pendidikan kejujuran dalam keluarga kepada

anak sejak usia dini adalah sebagai berikut:

Adnin misalnya, ia mengatakan bahwa:

Sikap jujur perlu ditanamkan kepada anak terutama untuk anak


yang masih usia dinilah agar memiliki sifat kejujuran, karena sifat
kejujuran perlu dalam kehidupan sehari-hari. Jika anak tersebut tidak
memiliki sifat kejujuran karena tidak diajarkan orang tua, maka anak
tersebut tidak memiliki moral yang baik dan jadi sampah masyarakat
karena tidak memiliki moral dan aqidah yang baik
Sambungnya : Agar anak bersikap jujur adalah orangtua harus
mengatakan atau menasehati kepada anaknya tersebut agar bersifat
jujur karena sifat jujur adalah sifat yang dimiliki rasulullah saw.22

19
Adnin, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang, 25 Januari 2015
20
Yatin, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang, 27 Januari 2015
21
Mashuri, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam
Kabupaten Pemalang , 26 Januari 2015
22
Adnin, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang, 25 Januari 2015
69

Sedangkan menurut Yatin, ia mengatakan bahwa:

Perlunya mendidik anak kejujuran, supaya ketika kita mendapat


amanah kita dapat menjalankan lebih baik dan dipercaya orang lain.
Sambungnya:Rugi yang pasti kalau orangtua tidak mengajarkan
itu, karena akan bertimbal balik pada orangtuanya sendiri, misalkan
anak sering berbohong kepada orang tua dan mengabaikan perintah
orang tua.23

Selanjutnya mendidik anak tanggung jawab dengan cara

memerintahkan anak melakukan sesuatu. Adnin mengungkapkan bahwa:

Memerintah anak manfaatnya adalah agar anak tersebut memiliki jiwa

atau rasa tanggung jawab terhadap apa yang diperintahkan, manfaat ketika

dimasyarakat dapat dipercaya oleh orang lain.24 Sedangkan Arum (16

Tahun) mempertegas, ujarnya: Anak yang diperintah akan menumbuhkan

kejujuran dan menumbuhkan tanggung jawabnya. orangtua yang tidak

pernah memerintah anaknya akan berdampak pada anak, anak akan

menjadi malas, manja dan bergantung pada orang lain.25

Secara garis besar dari persepsi yang berkembang berkaitan dengan

bentuk-bentuk pendidikan akhlak pribadi yang ditanamkan orang tua dalam

keluarga, remaja menilai pendidikan tersebut adalah penting bagi anak.

Penting dan perlunya pendidikan akhlak pribadi adalah dalam rangka

pembentukan akhlak pribadi anak dan selanjutnya sebagai bekal anak

ketika anak berada di tengah-tengah masyarakat.

23
Yatin, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang , 27 Januari 2015
24
Adnin, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang , 25 Januari 2015
25
Arum, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang , 22 Januari 2015
70

3. Persepsi remaja tentang urgensi pendidikan akhlak terhadap sesama dalam

keluarga

Bentuk Pendidikan akhlak dalam keluarga selanjutnya yaitu

pendidikan akhlak terhadap sesama, baik akhlak terhadap keluarga atau

akhlak terhadap masyarakat seperti menghormati orang tua atau orang

yang lebih tua, bersikap baik kepada tetangga dan memuliakan tamu.

Pentingnya pendidikan akhlak terhadap sesama bisa dilihat dari

pandangan remaja tentang tujuan mengajarkan anak menghormati orang tua

atau orang yang lebih tua. Mereka menilai bahwa mendidik anak

menghormati orang tua atau orang lain adalah supaya anak terbiasa dengan

sikap toleransi dan menghargai orang lain, mendidik sopan santun dan

membina persaudaraan, selain itu memberikan pengertian pada anak bahwa

sikap menghormati orang lain adalah bentuk dari menghormati dirinya

sendiri. Sebagaimana pendapat Rizky (19 Tahun), ujarnya: Karena biar

nggak dikatain kualat, biar sopan dan menghormati orang lain.26 Dan

menurut pendapat Vivi, adalah: Manfaatnya supaya anak tahu tata cara

menghormati oranglain, karena menghormati orang lain sama saja

menghormati diri sendiri.27 Sedangkan Adnin memaparkan: Untuk kita

saling bertoleransi dan saling menghargai dan dapat membina kekeluargaan

kepada orang lain.28

26
Rizky, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang , 23 Januari 2015
27
Vivi, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang, 28 Januari 2015
28
Adnin, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang , 25 Januari 2015
71

Bentuk akhlak terhadap sesama adalah bersikap baik kepada

tetangga seperti membantunya ketika menghadapi kesusahan. Menurut

remaja, anak harus diajarkan sikap saling tolong menolong kepada orang

lain karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan

orang lain juga. Seperti halnya pendapat Adnin, ia memaparkan bahwa:

Ya perlu mengajarkan anak untuk membantu tetangganya, karena kita

adalah makhluk sosial yang hidup perlu bantuan oranglain atau

masyarakat.29

Selanjutnya persepsi remaja terhadap tujuan dari mengajarkan anak

untuk memuliakan tamu adalah karena memuliakan tamu adalah suatu

kewajiban, selain itu untuk menghormati tamu yang datang dan juga agar

anak akan dikatakan sebagai anak yang sopan oleh orang lain. Mashuri

memaparkan singkat: Karena memuliakan tamu hukumnya wajib.30

Sedangkan menurut Anis (15 Tahun), ujarnya: Untuk menghormati tamu

yang datang, supaya anak dikatakan baik dan sopan oleh orang lain.31

4. Persepsi remaja tentang urgensi pendidikan akhlak terhadap lingkungan

alam dalam keluarga.

Pentingnya pendidikan akhlak terhadap lingkungan alam sekitar

dapat menumbuhkan kecintaan anak terhadap ciptaan Allah swt. dan

memberikan kesadaran untuk menjaga lingkungan. Pendidikan akhlak

29
Adnin, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang , 25 Januari 2015
30
Mashuri, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang 26 Januari 2015
31
Anis, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang , 23 Januari 2015
72

tersebut seperti mengajarkan anak untuk tidak membuang sampah

sembarangan. Persepsi remaja tentang manfaat pendidikan akhlak terhadap

lingkungan tersebut adalah sebagai berikut:

Indri (17 Tahun), berujar: Pendidikan akhlak terhadap lingkungan

kepada anak manfaatnya supaya anaknya mencintai apa yang diciptakan

oleh Allah.32 Sedangkan menurut Sri (16 Tahun), mengatakan:

Pendidikan akhlak tersebut supaya anak tahu dan mengerti, contohnya

dengan anak disuruh tidak buang sampah sembarangan, biar anak tahu,

kalau membuang sampah sembarangan akan mengakibatkan kebanjiran.33

5. Persepsi remaja tentang metode dan sikap pendidik dalam pendidikan

akhlak di dalam keluarga.

Dari hasil wawancara, diperoleh perspektif yang cukup beragam

tentang bagaimana seharusnya metode atau cara pendidikan akhlak yang

baik dan sikap yang ditunjukkan orang tua ketika mendidik akhlak anak

agar pendidikan yang diberikan dapat diterima anak.

Dalam mendidik anak menjalankan perintah Allah swt seperti ibadah

sholat maka metodenya adalah orang tua harus mencontohkan langsung

dihadapan anak, selain itu orang tua juga bisa memberikan hal-hal yang

disukai anak untuk memotivasi anak bersemangat menjalankan ibadah.

Sedangkan dalam menjalankan perintah Allah swt, sikap tegas adalah sikap

yang harus ditunjukkan oleh orang tua, selain itu pemberian sanksi pada

32
Indri, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang, 25 Januari 2015.
33
Sri, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang, 26 januari 2015.
73

anak juga di anggap perlu ketika anak sudah tidak bisa dididik dengan

nasehat.

Sebagaimana pendapat Rizky, ujarnya: Cara mengajarkan sholat

adalah orangtua harus melaksanakan sholat dan memberi contoh terlebih

dahulu, sedangkan sikap orangtua harus keras demi kebaikan diri anak dan

orangtuanya.34 Kemudian menurut Arum, sebagai berikut: Caranya

seperti membelikan anak mukenah yang bagus, berwarna-warni yang

disukai anak dan juga mencontohkan sholat di depan anak dengan cara

yang khusyu dan sholat berjamaah dengan keluarga. Sedangkan menurut

Suprapto (17 Tahun) mengungkapkan: Yang pertama menyuruh sholat,

yang kedua memberi contoh sholat dan ketiga jika anak nggak mau sholat

diberi sanksi.35

Sedangkan sebagian remaja berpendapat bahwa secara umum cara

yang tepat dalam mendidik akhlak kepada anak adalah dengan nasehat

selain itu teguran digunakan ketika mendidik anak untuk menjaga

lisannya. Sedangkan sikap orang tua tergantung kepada sikap dan karakter

anaknya. Adnin memaparkan sebagai berikut:

Metode atau cara mendidik akhlak adalah dengan cara menasehati


anak tersebut agar anak memiliki moral yang baik, karena moral
sangat penting bagi anak dalam kehidupan baik di lingkungan
dimasyarakat, apabila anak tidak memiliki akidah dan moral yang
baik maka kehidupannya dijamin tidak baik.
Sambungnya:sikap orangtua itu ya tergantung anak didiknya
apabila anak didiknya mempunyai sikap yang membangkang ya
perlu dengan ketegasan tapi apabila anak tersebut baik ya harus

34
Rizky, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang , 23 Januari 2015
35
Suprapto, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam
Kabupaten Pemalang, 27 Januari 2015
74

dengan sikap yang halus, kalau saya sendiri ya dengan sifat tegas
karena dengan ketegasan anak akan takut kepada orangtua.36

Sedangkan menurut Arum, sebagai berikut: Mendidik anak

menjaga kata-kata bisa dengan menegur ketika denger anak berkata yang

tidak baik sama temen atau tetangga, selain itu ibu mencontohkan juga,

berkata dengan sopan kepada tetangga. 37

6. Persepsi remaja tentang pengaruh pendidikan akhlak dalam keluarga

terhadap sikap dan perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan akhlak dalam keluarga mempunyai dampak atau pengaruh

terhadap sikap dan perilaku anak dalam pergaulan dan kehidupan sehari-

hari. Pengaruh tersebut antara lain menumbuhkan sikap sopan santun dan

menghargai orang lain, anak dapat membedakan baik buruk, selektif dalam

bergaul dan taat kepada orang tua dan kepada Allah swt.

Arum memaparkan: Dampak pendidikan akhlak dalam keluarga ada,

kita lebih menghargai orang lain, sopan kepada orang yang lebih tua,

berkata lebih sopan dan menaati perintah Allah swt. 38 Sedangkan menurut

Mita (18 Tahun), ujarnya:Pendidikan akhlak menjadikan anak perilakunya

menjadi baik, ketika bergaul bisa memilih yang baik dan mana yang

buruk.39

36
Adnin, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang, 25 Januari 2015
37
Arum, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang, 22 Januari 2015
38
Arum, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukan Kabupaten
Pemalang, 22 Januari 2015
39
Mita, Remaja, Wawancar Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukan Kabupaten
Pemalang, 29 Januari 2015
75

Sedangkan dalam menanggapi hubungan kenakalan remaja dengan

pendidikan akhlak dalam keluarga, secara umum remaja berpendapat

bahwa kenakalan remaja yang terjadi disebabkan kurangnya perhatian

orang tua terhadap pendidikan akhlak anak. Akan tetapi terdapat pula

persepsi yang menyatakan bahwa kenakalan remaja tidak ada hubungannya

dengan pendidikan akhlak dalam keluarga, remaja menilai meskipun orang

tua telah memberikan pendidikan akhlak kepada anak tetapi perilaku

kenakalan remaja dapat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan pergaulan

anak. Gunandi memaparkan sebagai berikut:

Menurut saya kalau kenakalan remaja itu ya mungkin disebabkan


oleh minimnya pendidikan akhlak yang diberikan oleh orangtua,
karena pendidikan akhlak itu sangat penting terutama kepada anak,
terutama dalam bergaul dengan orang yang selalu melakukan hal-hal
buruk maka kita akan terjerumus ke hal-hal itu, tetapi jika kita
bergaul dengan orang-orang yang baik insya allah diri kita akan
menjadi orang yang lebih baik pula, sehingga pendidikan akhlak itu
penting dalam menghindari perilaku kenakalan remaja tersebut.40

Sedangkan menurut Yatin adalah: Kalau menurut saya sih nggak

ada ya, itu sih tergauntung kitanya sendiri dalam bergaul dilingkungan

sana, soalnya banyak sih contohnya tadinya di keluarga baik tapi ketika

bergaul memilih lingkungan yang salah maka terbawa lingkungan. 41

40
Gunnandi, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam
Kabupaten Pemalang, 21 Januari 2015
41
Yatin, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten
Pemalang , 27 Januari 2015

Anda mungkin juga menyukai