Anda di halaman 1dari 17

Gambaran Kejadian Dan Karakteristik Bullying pada Anak Usia Sekolah di Sekolah Dasar

Wilayah Kerja Puskesmas I Pekutatan, Kabupaten Jembrana : Sebuah Studi Deskriptif

Dewa Ayu Putu Indah Saraswati Dewi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

PENDAHULUAN Nansel,dkk (2001) melaporkan


Dewasa ini penelitian mengenai bullying sebanyak 2.027.254 remaja di Amerika
semakin meningkat dalam satu dekade Serikat terlibat dalam kejadian bullying
terakhir, hal ini diakibatkan oleh moderat dan 1.681.030 remaja terlibat
peningkatan prevalensi kekerasan dalam dalam kejadian bullying sering. Bahkan
sekolah di seluruh dunia (Yusuf H, 2012). perilaku bullying pada remaja usia
Perilaku bullying merupakan tindakan sekolah di Amerika Serikat digolongkan
negatif yang dilakukan secara berulang sebagai 1 dari 10 masalah kesehatan
oleh sebagian siswa atau lebih yang yang sering terjadi pada remaja. (Nansel
bersifat menyerang karena adanya dkk, 2001 dan Latifah 2012) Bullying di
ketidakseimbangan kekuatan antara pihak Indonesia bukan merupakan hal yang
yang terlibat baik itu merupakan serangan baru, namun sampai saat ini belum ada
emosional, verbal ataupun fisik. Contoh angka yang jelas mengenai kejadian
sederhana dari perilaku bullying antara bullying di lingkungan sekolah
lain mengejek, menyebarkan gosip, (Sari,2010). Komisi Nasional
menghasut, mengucilkan, menakut-nakuti Perlindungan Anak, mencatat sebanyak
(intimidasi), mengancam, menindas, 326 kasus bullying terjadi pada periode
memalak atau menyerang secara fisik Januari sampai Juni tahun 2007 di
seperti mendorong, menampar, atau wilayah Jakarta, Bekasi, Depok dan
memukul. Tanggerang. (Komnas, 2008) Studi lain
yang dilakukan di Sulawesi Selatan, Kecemasan berlebihan pada anak
Jawa Tengah, dan Sumatra Utara dari korban bully mengakibatkan gangguan
bulan Maret 2005 sampai Desember penyesuaian social pada anak tersebut.
2006, menemukan sebagaian responden Hal ini mengakibatkan anak korban
yang terlibat dalam penelitian, pernah bully menjadi takut untuk bersekolah
mengalami penindasan dengan berbagai dan mempengaruhi tingkat absensi anak
cara di dalam lingkungan sekolah. di sekolah (Dwipayanthi,2014).
Beberapa dari responden tersebut Dilaporkan korban bullying beresiko 2,4
dilaporkan mengalami gangguan kali untuk memiliki ide untuk bunuh
psikologis seperti kecemasan diri dan meningkatkan 3,3 kali kejadian
berlebihan, selalu merasa teraniaya, usaha bunuh diri pada remaja.(CDC,
depresi, rendah diri, dan tidak berarti 2014 dan National Bullying Prevention
dalam lingkungan (Tumon,2014). Center, 2014).
Dwipayanthi (2009) menemukan Hasil wawancara mendalam dengan
kecenderungan fenomena bullying seorang siswi dari sekolah dasar di
mulai terjadi pada anak-anak sekolah wilayah kerja Puskesmas I Pekutatan,
dasar. Diyakini, kecendrungan tersebut menyebutkan dirinya menjadi korban
diakibatkan oleh adanya perilaku bullying secara verbal oleh teman di
modeling pada tahap perkembangan lingkungan sekolahnya. Tindakan
psikologis anak usia sekolah dasar. tersebut sebenarnya membuatnya
Secara natural bullying melibatkan tertekan, namun ia tidak mampu berbuat
beberapa pihak di dalamnya. Pihak- apapun. Jika ia melapor kepada guru di
pihak tersebut kemudian dikategorikan sekolahnya, maka ia tidak akan
menjadi empat, yaitu, bullies-only, mendapatkan respon, karena dianggap
victim-only, bully-victim, dan neutral hal yang biasa, dan jika melapor ke
(Tumon,2014). Selain itu, anak korban orang tuanya, tindakan tersebut
bullying memiliki kecenderungan untuk dikatakan perilaku iseng. Merasa
mengalami gejala somatisasi lebih tidak berdaya, korban bully ini memilih
tinggi dari anak lain. Gejala somatisasi untuk diam, dan menghindar dari teman
yang sering dikeluhkan adalah sakit pelaku bully. Rasa tidak aman ia
kepala berulang hingga sulit tidur. rasakan ketika akan masuk ke
lingkungan sekolah, walaupun tindakan
ini belum menunjukkan dampak yang METODE PENELITIAN
nyata. Tempat dan Waktu Penelitian
Kejadian bullying di wilayah kerja
Penelitian ini akan dilaksanakan di
Puskesmas I Pekutatan, belum
sekolah dasar wilayah kerja Puskesmas
mendapat perhatian dari Puskesmas I
I Pekutatan, Kabupaten Jembrana, pada
Pekutatan. Padahal Puskesmas I
Oktober sampai dengan November
Pekutatan memiliki upaya kesehatan
2014.
tambahan yaitu kesehatan jiwa (Keswa)
Rancangan Penelitian
dan upaya kesehatan sekolah (UKS),
Penelitian ini merupakan studi
yang berkaitan dengan pencegahan serta
deskriptif cross sectional. Penelitian ini
penanganan kejadian bullying. Idealnya,
dilakukan satu kali pengumpulan data
program Keswa suatu Puskesmas,
untuk untuk memperoleh gambaran
mentitik beratkan pada upaya
kejadian dan karakteristik bullying anak
pencegahan primer terhadap faktor
usia sekolah di sekolah dasar wilayah
resiko gangguan jiwa seperti bullying.
kerja Puskesmas I Pekutatan,
Saat ini, program kesehatan jiwa
Kabupaten Jembrana.
Puskesmas I Pekutatan hanya
mencangkup upaya pencegahan Populasi dan Sampel

sekunder (deteksi dini dan pengobatan). Populasi umum pada penelitian ini

Belum terdapatnya suatu program atau adalah siswa sekolah dasar di wilayah

upaya Puskesmas yang berkaitan kerja Puskesmas I Pekutatan. Populasi

dengan bullying, berdampak pada tidak terjangkau penelitian ini adalah anak

tersedianya angka kejadian bullying sekolah dasar tahun yang duduk di kelas

pasti pada anak sekolah dasar di 5 dan 6 sekolah dasar di wilayah kerja

wilayah kerja Puskesmas I Pekutatan. Puskesmas I Pekuatatan. Pemilihan


Berdasarkan permasalahan di atas target populasi berdasarkan kemampuan
peneliti telah melakukan penelitian yang populasi untuk memahami alat
bertujuan untuk mengetahui gambaran penelitian (kuisioner) yang digunakan
kejadian dan karakteristik bullying pada peneliti. Jumlah siswa sekolah dasar di
anak usia sekolah di sekolah dasar wilayah kerja Puskesmas I Pekutatan
wilayah kerja Puskesmas I Pekutatan. yang duduk di kelas 5 sebanyak 284
siswa dan 6 sebanyak 303 dengan Analisis Data
jumlah total adalah 587 siswa. Analisis data dilakukan secara deskriptif
menggunakan software komputer.
Dari perhitungan diperoleh jumlah
Adapun analisis yang dilakukan
sampel minimal yang diperlukan adalah
berupa :
82 anak yang duduk di kelas 5 dan 6
1. Analisis univariate terhadap
sebagai sampel di masing-masing SD
variabel usia, jenis
pada daerah kerja Pusksmas 1
kelamin,kelas,dan kepemilikan
Pekutatan.
kelompok.
Instrumen Penelitian 2. Analisis univariate terhadap
kejadian bullying, status
Instrumen penelitian yang digunakan
bullying, jenis bullying, dan
adalah pertanyaan dalam kuisioner
tempat terjadinya bullying.
dalam school bullying quistionaire,
multidimensional peer-victimization 3. Cross tabulasi antara variabel
scale, dan my life in school checklist independen : usia, jenis
yang telah dimodifikasi. kelamin, kepemilikan
kelompok, tempat terjadinya
bullying dengan kejadian
bullying.

HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Karakteristik responden dilihat kelamin hampir berimbang yaitu laki-
berdasarkan umur didapatkan lebih dari laki (50.5%) dan perempuan (46%).
setengah (52,7%) responden pada Kebanyakan responden mengakui
penelitian ini berusia 11 tahun. Proporsi memiliki geng yaitu lebih dari
karakteristik reponden berdasarkan jenis setengahnya (52.7%). (Tabel 1).
No Karakteristik Frekuensi Presentase
1 Umur
10 tahun 33 35,5%

11 tahun 49 52,7%

12 tahun 10 10,8%

14 tahun 1 1,1%
2 Jenis Kelamin Laki-laki 47 50,5%
Perempuan 46 49,5%
3 Memiliki Geng Ya 49 52,7%
Tidak 44 47,3%
Tabel 1 Karakteristik Bullying
Kejadian Bullying
Dari hasil perhitungan diperoleh faktor, salah satunya karakteristik
informasi dalam 1 bulan terakhir individu dan pengawasan sosial yang
didapatkan kejadian bullying sebesar ada. Berikut adalah daftar pernyataan
71%. Kejadian bullying ini meliputi yang digunakan dalam menentukan
korban maupun pelaku. Kejadian kejadian bullying, berserta frekuensi
bullying, dipengaruhi oleh beberapa jawaban responden.

Tabel 2 Sebaran Jawaban Responden


Tidak Lebih dari 1
Hanya 1 kali
No Pernyataan Pernah (n, kali
(n,%)
%) (n,%)
Saya bersama dengan teman-teman
1 saya mencubit anak lain yang kami 53 (57%) 33 (35,5%) 7 (7,5%)
tidak sukai.
Teman saya mengatakan hal yang
2 38 (40,9) 15 (16,1%) 40 (43,0%)
tidak baik tentang keluarga saya.
Teman saya menunjukkan tinjunya
3 kepada saya jika saya tidak 50 (53,8%) 22 (23,7%) 21 (22,6%)
menuruti keinginannya.
Saya bersama dengan teman saya
4 menyembunyikan barang milik 63 (67,7%) 22 (23,7%) 8 (8,6%)
anak lain dengan sengaja.
Teman-teman saya memanggil saya
5 dengan panggilan yang tidak saya 19 (20,4%) 14 (15,1%) 60 (64,5%)
sukai.
Teman saya tidak mau makan siang
6 66 (71,0%) 11 (11,8%) 16 (17,2%)
bersama saya.
Saya bersama teman-teman saya
7 membuat jatuh anak lain yang tidak 72 (77,4%) 12 (12,9%) 9 (9,7%)
kami sukai dengan sengaja.
Saya tidak mau berteman dengan
8 anak lain yang bukan anggota geng 79 (84,9%) 5 (5,4%) 9 (9,7%)
saya.
Saya menertawakan anak lain agar
9 62 (66,7 %) 23 (24,7 %) 8 (8,6%)
ia merasa malu.
Saya mengatakan hal yang tidak
10 baik mengenai keluarga teman 75 (80,6%) 11 (11,8%) 7 (7,5%)
saya.
Anak-anak lain beserta gengnya
11 menertawakan saya agar saya 49 (52,7%) 26 (28,0%) 18 (19,4%)
merasa malu.
Kaki saya dijegal anak lain
12 sehingga saya terjatuh/hampir 32 (34,4%) 35 (37,6%) 26 (28%)
terjatuh.
Saya hanya berteman dengan anak-
13 71 (76,3%) 16 (17,2) 6 (6,5)
anak yang saya sukai.
Anak-anak lain beserta gengnya
14 menumpahkan makanan saya 84 (90,3%) 7 (7,5%) 2 (2,2%)
dengan sengaja.
Saya meminta sesuatu/ uang secara
15 86 (92,5%) 7 (7,5%) 0 (0,0%)
paksa kepada anak lain.
Saya diperintah oleh teman saya
yang satu geng dengan saya untuk
16 85 (91,4%) 5 (5,4%) 3 (3,2%)
menarik kerah baju anak lain yang
tidak ia sukai.
Saya bersama teman saya
17 menumpahkan makanan/minuman 82 (88,2%) 9 (9,7%) 2 (2,2%)
teman saya dengan sengaja.
Saya memanggil teman saya
18 dengan sebutan/nama orang 60 (64,5%) 20 (21,5%) 13 (14,0%)
tuanya.
Saya dicubit oleh anak lain dengan
19 33 (35,5%) 41 (44,1 %) 19 (20,4 %)
sengaja.
Saya dijauhi oleh teman-teman
20 70 (75,3%) 13 (14,0%) 10 (10,8%)
saya karena saya berbeda.
Saya beserta teman-teman satu
21 geng menjauhi anak lain yang tidak 82 (88,2%) 8 (8,6%) 3 (3,2%)
kami sukai.
22 Saya bersama teman satu geng 83 (89,2%) 10 (10,8%) 0 (0%)
menyebarkan berita yang tidak
benar tentang seorang anak agar ia
dijauhi teman lain.
Saya memanggil nama teman saya
23 51 (54,8%) 30 (32,3%) 12 (12,8%)
dengan nama yang jelek.
Saya menyuruh teman satu geng
saya untuk menjegal kaki anak lain
24 86 (92,5%) 7 (7,5%) 0 (0%)
yang tidak kami sukai dengan
sengaja.
Kerah baju saya ditarik dengan
25 sengaja oleh teman-teman saya 66 (71,0%) 13 (14,0%) 14 (15,1%)
sehingga saya merasa tercekik.
Saya melihat teman saya dengan
26 44 (47,3%) 33 (35,5%) 16 (17,2%)
tatapan tidak suka.
Teman-teman saya memanggil saya
27 dengan menggunakan nama orang 35 (37,6 %) 33 (35,5%) 25 (26,9%)
tua.
Saya bersama dengan teman-teman
saya mengolok-olok penampilan
28 69 (74,2%) 15 (16,1%) 9 (9,7%)
teman lain yang menurut kita tidak
cocok.
Saya bersama dengan teman-teman
29 saya mengejek anak lain di depan 64 (68,8 %) 17 (18,3 %) 12 (12,9%)
kelas.

Jumlah responden yang menjawab Peran responden dalam kejadian


kolom lebih dari 1 kali pada pernyataan bullying dapat dilihat pada tabel 3 bahwa
nomor 5 paling tinggi (60%), dan sebagian besar anak-anak terlibat dalam
diikuti oleh pernyataan nomor 2 (40%).
Tingginya frekuensi jawaban pada pada kejadian bullying yaitu baik sebagai
kedua item tersebut memberikan hasil pelaku, korban, maupun pelaku dan
tinggi pada jumlah responden yang korban. Dari penelitian ini didapatkan
terkategori sebagai korban bullying bahwa proporsi paling banyak adalah
verbal. anak sebagai korban bullying yaitu
sebesar 50,5% atau 47 orang. Anak
Status Perilaku Bullying
sebagai pelaku bullying, pelaku dan
korban bullying yaitu masing-masing
2,2% (2 orang) dan 18,3% (17 orang).
Sedangkan anak yang tidak terlibat dalam kejadian bullying yaitu sebanyak
29% atau 27 orang.

Tabel 3 Status Peran Anak dalam Kejadian Bullying


Variabel Frekuensi Presentase
Status Pelaku 2 2,2%
Korban 47 50,5%
Pelaku dan Korban 17 18,3%
Tidak terlibat 27 29,0%
Jumlah 93 100 %

Jenis Perilaku Bullying


Kejadian bullying fisik sebanyak 34%
didapatkan pelaku bullying fisik sebanyak
(n=66), kejadian bullying verbal sebanyak
10,6% pelaku bullying verbal 12,12% dan
89% (n=66), dan kejadian bullying
pelaku bullying relasional sebanyak 15,15%
relasional sebanyak 42% (n=66).
dari 66 responden yang terlibat dalam
Perhitungan yang digunakan untuk
kejadian bullying (100%). Jumlah masing-
menentukan jenis perilaku bullying
masing korban yaitu bullying verbal 89,3%
memungkinkan setiap responden mengalami
korban bullying fisik 33,33% relasional
lebih dari satu jenis perilaku bullying.
31,8% dari 66 responden yang terlibat
Dilihat dari masing-masing peran,
dalam kejadian bullying (100%).

Tabel 4 Jenis Perilaku Bullying


Frekuensi Presentase
Fisik Kejadian 23 34%
Jenis Verbal Kejadian 59 89%
Bullying
Relasional Kejadian 28 42%

(36,4%) menjawab kejadian bullying terjadi


Tempat Kejadian Bullying di didalam dan diluar kelas, sedangkan 15
Tabel 5 tempat kejadian bullying paling
banyak berdasarkan jawaban responden
yaitu, di luar kelas (40,9%,n=66). Sejumlah (22,7%). Jika dibandingkan antara tempat
24 responden (36,36%) menjawab kejadian terjadinya bullying dengan jenis bullying
bullying terjadi didalam dan diluar kelas. yang paling sering terjadi yaitu, korban
bullying verbal. Sebagaian besar korban
Tempat Kejadian
bully verbal mengalami bully di luar kelas
Didalam Kelas
Didalam dan diluar kelas
Diluar Kelas

Jumlah
(40,7%) dibanding di dalam kelas (22,0%).
Tabel 5 Tempat Kejadian Bullying Begitupun, jika tempat kejadian bulliyng
Kejadian Bullying Berdasarkan Jenis dibandingkan dengan pelaku yang paling
Kelamin, Kepemilikan Kelompok (Geng), banyak muncul yaitu pelaku bully relasional.
dan Lokasi Penelitian. Pelaku bully relasional melakukannya lebih
Tabel 6 menjelaskan, dari 71% responden sering di luar kelas (40%) dibanding
yang terlibat dalam kejadian bullying, didalam kelas (20%). Terlihat kecendrungan
sebanyak 27 (40,9%) responden menyatakan peningkatan kejadian bullying dari variabel
kejadian bullying terjadi di luar kelas, 24 didalam kelas ke variabel luar kelas.

Tabel 6 Kejadian Bullying berdasarkan Jenis Kelamin, Memiliki Geng, dan Lokasi Kejadian
Bullying.
Karakteristik Kejadian Bullying Jumlah
Ya Tidak
Jenis Kelamin Laki-laki 37 (78,7%) 10 (21,3%) 47 (100%)
Perempuan 29 (63,0%) 17 (37,0%) 46 (100%)
Memiliki Geng Ya 32 (65,3%) 17 (34,7%) 49 (100%)
Tidak 34 (77,3%) 10 (22,7%) 44 (100%)
Tempat Didalam kelas 15 12 27 (100%)
Kejadian Didalam dan (5 (44 31 (100%)
diluar kelas 5, ,4
35 (100%)
Diluar kelas 6 %)
% 7
) (22
24 ,6
(7 %)
7,
4 8
% (22
) ,9
%)
27
(7
7,
1
%
)

responden (23,5%) sebagai korban dan


Sebanyak 37 (78,72%) dari 47
pelaku, dan 25 (53,2%) tercatat sebagai
responden laki-laki, dan sejumlah 29
hanya korban. Terdapat kecendrungan
(63,04) dari 46 responden perempuan
peran pelaku berasal responden laki-laki
terlibat dalam terlibat dalam kejadian
dibanding perempuan, dan
bullying. Dilihat dari peran responden
kecendrungan peran korban berasal
dalam kejadian bullying, dua orang
dari responden perempuan.
(100%) responden laki-laki tercatat Kejadian bullying dilihat
sebagai pelaku bullying, 13 orang (76, berdasarkan kecendrungan untuk
5%) tercatat sebagai pelaku dan korban, berkelompok, sebanyak 32 (65,3%) dari
22 responden (46,8%) tercatat sebagai 49 responden yang memiliki kelompok
hanya korban pada kejadian bullying. (geng) mengalami kejadian bullying dan
Jika data tersebut dibandingkan dengan 34 (77,3%) dari 44 responden yang
responden perempuan, tidak terdapat tidak memiliki kelompok (geng)
(0%) responden perempuan yang mengalami kejadian bullying. Terdapat
tercatat sebagai hanya pelaku, 4 orang kecendrungan responden yang tidak
memiliki kelompok (geng) memiliki keseluruhan sampel (n=188) yang
kecendrungan mengalami kejadian ditemuinya, mengakui pernah
bullying lebih besar (51,5%) dibanding mengalami bullying. Kurang dari lima
dengan responden yang memiliki puluh persennya mengakui sering dan
kelompok (geng). Jika kecendrungan selalu mengalami bullying.
responden untuk berkelompok (Tumon,2014). Tumon, (2014)
(memiliki geng) dibandingkan dengan menggunakan skala likert untuk menilai
peran responden dalam kejadian responden mengalami bullying atau
bullying didapatkan responden yang tidak (Tumon, 2014). Penelitian lain
bertindak sebagai pelaku (100%) yang memilih sampel secara acak pada
tercatat memiliki kelompok (geng), dan siswa SMP di Selangor oleh Uba,
sebagian besar responden yang berperan (2010) menemukan kejadian bullying
sebagai korban saja (61,7%) berasal dari sebesar 49,2% (n=242). Penelitian ini
responden yang tidak memiliki menggunakan instrumen (kuisioner)
kelompok (geng). yang berbeda dengan Tumon,(2014).
Pada penelitian ini didapatkan
PEMBAHASAN sebanyak 52,7% responden tercatat
Karakteristik Responden dan
memiliki kelompok (geng). Penelitian
Kejadian Bullying
lain oleh Karina dkk,(2013)
Kejadian bullying yang diperoleh dari
menemukan kecendrungan siswa
penelitian ini adalah sebesar 71% pada
sekolah untuk memiliki kelompok pada
anak-anak sekolah dasar di wilayah
anak perempuan sebesar 62%, dan 54%
kerja Puskesmas I Pekutatan. Dua
pada siswa sekolah laki-laki.
penelitian sebelumnya melaporkan
(Karina,2013)
kejadian bullying pada remaja di
Status dan Jenis Bullying
surabaya sebesar 33,1% (n=251) dan
Pada penelitian ini menggambarkan
pada siswa sekolah dasar di bogor
tentang peran keterlibatan anak dalam
sebesar 65% (n=60). (Khairiah,2012).
kejadian bullying, baik sebagai pelaku,
Tumon, (2014) yang melakukan
korban, pelaku dan korban, maupun
penelitian tentang kejadian bullying
tidak terlibat. Hasil penelitian
menggunakan pengambilan sampel
menunjukkan bahwa dari 71% anak
dengan incidental sampling menemukan
yang mengalami kejadian bullying di
Sekolah Dasar di wilayah kerja bullying, pada penelitian ini didapatkan
Puskesmas 1 Pekutatan, 63,4% sebanyak 18,3% pernah terlibat baik
diantaranya merupakan bullying verbal. sebagai pelaku maupun korban (pelaku-
Temuan ini sama dengan hasil korban). Pada suatu kondisi anak dapat
penelitian lain yang dilaksanakan oleh menjadi korban bullying dari siswa lain,
Hertinjung, W.S. (2012), yang namun pada kondisi lain anak dapat
mendapatkan hasil dari kejadian melakukan bullying pada anak lain.
bullying di Sekolah Dasar di kecamatan Anak yang menjadi korban bullying
Laweyan, Surakarta, 43% diantaranya dapat memendam perasaan dendam,
merupakan bullying verbal baik dari yang kemudian anak tersebut dapat
segi pelaku dan korban. Untuk jenis melakukan bullying pada anak lain
bullying fisik didapatkan 27% dan 34% entah kepada orang yang melakukan
masing-masing dari segi pelaku dan bullying atau kepada anak yang lebih
korban. Sedangkan untuk tipe bullying lemah seperti adik kelasnya. (Djuwita,
relasional didapatkan masing-masing 2011) .
Kejadian Bullying Berdasarkan Jenis
30% dan 23% dari segi pelaku dan
Kelamin, Kepemilikan Kelompok
korban.(Hertinjung, 2012).
Bentuk-bentuk bullying verbal (geng), dan Lokasi Kejadian Bullying
Pada penelitian ini didapatkan kejadian
misalnya memanggil dengan panggilan
bullying berdasarkan jenis kelamin,
buruk, mengejek, menggoda atau
sebesar 78,7% kejadian bullying pada
mengancam. Tingginya kejadian
laki-laki, dan 63,0% pada perempuan.
bullying verbal pada anak sekolah dasar
Karina,dkk (2013) menemukan 66%
disebabkan karena seseorang cenderung
siswa laki-laki dan 86% siswa
menganggap bullying verbal adalah hal
perempuan beperan langsung sebagai
yang biasa dan tidak memiliki dampak
pelaku bully dengan jenis bullying yang
yang serius dibandingkan bullying fisik
berbeda. Siswa laki-laki pada penelitian
dan relasional. Padahal, bullying verbal
tersebut berkaitan dengan kejadian
memiliki dampak negatif yang sama
bullying fisik, dan siswa perempuan
seperti bullying fisik dan relasional.
berkaitan dengan bullying verbal,namun
(Tumon, 2014). Dari sudut peran
pada penelitian ini, kecendrungan
keterlibatan anak dalam kejadian
tersebut tidak ditemukan. Temuan
tersebut didukung oleh Nansel,dkk Ditemukan perilaku mengolok-ngolok
(2001),yang menyatakan agresi fisik oleh siswa menengah pertama laki-laki
secara langsung ditemukan pada siswa sebesar 89,6% dan 78,1% perempuan
laki-laki, dan bentuk secara tidak (bullying verbal). Perilaku mencela fisik
langsung lebih banyak dilakukan oleh pelajar lain (bullying fisik) ditemukan
siswa perempuan. Lebih lanjut, Karina, sebesar 68,9% pada siswa laki-laki, dan
dkk (2013) menemukan 22,0% siswa 54,1% pada siswa perempuan.
Peneliti berasumsi tingkat kejadian
laki-laki, 8,0% siswa perempuan
bullying didalam kelas (55,6%) lebih
berperan menemani pelaku bully
rendah dibandingkan dengan kejadian
melakukan bullying (assisting the bully),
bullying di luar kelas (77,1%), berkaitan
selain itu didapatkan juga 12% siswa
dengan kontrol sosial, di dalam kelas
laki-laki dan 6% siswa perempuan
lebih kuat dibandingkan dengan di luar
mendukung temannya untuk melakukan
kelas. Kontrol sosial yang dimaksud
tindakan bully (reinforcing the bully).
adalah keterlibatan teman sebaya (peer
Pada penelitian ini ditemukan sebesar
group) dalam mengawasi perilaku siswa
100% (n=2) responden laki-laki tercatat
lain. Pengawasan oleh guru disekolah
sebagai pelaku bullying, 76, 5% (n=13)
akan lebih mudah dilakukan ketika siswa
tercatat sebagai pelaku dan korban,
berada di dalam kelas dibandingkan
46,8% (n=22) responden tercatat sebagai
dengan di luar kelas. Hal tersebut
hanya korban pada kejadian bullying.
dikuatkan dengan penelitian Adila,
Jika data tersebut dibandingkan dengan
(2009) yang menemukan hubungan
responden perempuan, tidak terdapat
positif (0,49) antara kontrol sosial
(0%) responden perempuan yang tercatat
lingkungan sekolah dengan perilaku
sebagai hanya pelaku, 23,5% orang
bullying yang terjadi pada siswa sekolah
responden (n=4) sebagai korban dan
menengah pertama. Kontrol sosial
pelaku, dan 53,2% (25) tercatat sebagai
meliputi ikatan dengan para guru, ikatan
hanya korban (victim only).
Studi oleh Adila,(2009) juga dengan teman sekolah, komitmen pada
menemukan perbedaan proporsi antara sekolah, kebijakan pihak sekolah, dan
perilaku bullying pada siswa menengah keterlibatan pelajar dengan kegiatan
pertama laki-laki dan perempuan. ekstrakulikuler serta kegiatan
keagamaan. Adila, (2009) percaya, ukur pada penelitian ini. Ditambah lagi,
pelajar yang memiliki hubungan yang pemikiran anak sekolah dasar terhadap
baik dengan guru, serta teman disekolah pertanyaan atau pernyataan yang
akan memiliki kencendrungan perilaku bersifat normatif, cendrung mengarah
bullying lebih rendah, dibanding mereka pada jawaban postif, atau apa yang
yang tidak memiliki hubungan yang baik seharusnya dilakukan, bukan
dengan guru dan teman disekolahnya. mencerminkan apa yang terjadi pada
Siswa yang mengikuti kegiatan mereka. Sehingga, peneliti berasumsi
ekstrakulikuler dan kegiatan keagamaan terdapat kemungkinan jumlah pelaku
juga memiliki kecendrungan yang lebih bullying yang ada di populasi lebih
rendah untuk melakukan tindakan tinggi dari data hasil penelitian dan
bullying dari pada mereka yang tidak jumlah peran siswa sebagai korban
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler atau lebih rendah pada populasi dibanding
keagamaan (Adila,2009). data yang diperoleh dari penelitian.
Kuisioner sebagai alat ukur variabel
Kelemahan Penelitian pada penelitian ini tidak memiliki
standar baku sebagai batas potong (cut
Responden atau subjek pada penelitian
of point) untuk menganalisa jawaban
ini adalah siswa sekolah dasar, peneliti
yang diperoleh melalui kuisioner guna
berasumsi pemahaman subjek akan
menentukan kejadian bullying pada
fenomena bullying di lingkungan sosial
penelitian. Peneliti menentukannya,
mereka masih rendah, beberapa hal
menggunakan metode induksi, diawali
yang terkait dengan bullying belum
dengan menentukan jumlah responden
dapat dipahami misalnya kejadian
berdasarkan jenis perilaku bullying yang
bullying seharusnya mengandung unsur
dialami menggunakan nilai tengah
perbedaan kekuatan antara pelaku dan
berdasarkan skor jawaban responden
korban, dan kejadian bullying harus
terhadap pernyataan-pernyataan yang
terjadi secara satu arah (korban tidak
terdapat di kuisioner.
membalas). Pemahaman ini
Teknik pengambilan data pada
berimplikasi pada jawaban yang
penelitian ini dilakukan dalam satu
diberikan responden saat mengisi
ruangan, sehingga memberikan kesan
kuisioner yang digunakan sebagai alat
tidak kondusif kepada responden saat
menjawab kuisioner. Peneliti berasumsi didapatkan 23,7% korban
kondisi tersebut juga memberikan bullying fisik, 63,4% korban
pengharuh terhadap jawaban yang bullying verbal, 22,6% korban
diberikan responden. bullying relasional dari
keseluruhan sampel yang diteliti.
SIMPULAN 4 Pada penelitian ini didapatkan
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan 22,72% kejadian bullying terjadi
maka dapat disimpulkan gambaran dan didalam kelas, 36,36 % kejadian
karakteristik kejadian bullying pada bullying terjadi didalam dan diluar
anak usia sekolah di sekolah dasar kelas, 40,09% kejadian bullying
wilayah kerja Puskesmas I Pekutatan, terjadi diluar kelas.
5 Pada penelitian didapatkan, 78,7%
Kabupaten Jembrana, meliputi :
responden laki-laki terlibat dalam
1 Pada penelitian ini didapatkan
kejadian bullying, 63,0%
kejadian bullying pada anak usia
responden perempuan terlibat
sekolah di sekolah dasar wilayah
dalam kejadian bullying, dan 65,3
kerja Puskesmas I Pekutatan,
% responden yang memiliki
Kabupaten Jembrana sebanyak
kelompok (geng) terlibat dalam
71% dari keseluruhan sampel
kejadian bullying, dan 77,3 %
yang diteliti.
2 Pada penelitian ditemukan, responden yang tidak memiliki
sebanyak 2,2% berperan sebagai kelompok (geng) terlibat dalam
pelaku, 50,5 % berperan sebagai kejadian bullying.
korban, 18,3% berperan sebagai
pelaku dan korban, serta 29,0%
tidak terlibat dalam kejadian
DAFTAR PUSTAKA
bullying. .
3 Pada penelitian ini didapatkan
pelaku bullying fisik sebanyak 1. Adilla, NIssa. 2009. Pengaruh
7,5 %, pelaku bullying verbal Kontrol Sosial terhadap Perilaku
8,6%, dan pelaku bullying Bullying Pelajar di Sekolah
relasional sebanyak 10,8% dari Menengah Pertama. Jurnal
keseluruhan sampel, sedangkan
Kriminologi Indonesia Vol. 5 No. Sekolah. Membentuk Masyarakat
I : 56-66. Indonesia yang Resilien Melalui
2. Amalia, Dina. 2010. Hubungan
Pendidikan Karakter: Psychology
Persepsi tentang Bullying dengan
Expo 2011, Jakarta, Indonesia.
Intensi Melakukan Bullying 8. Dwipayanti dan Indrawati 2014.
Siswa SMA Negeri 82 Jakarta. Hubungan antara Tindakan
Jakarta: Fakultas Psikologi Bullying dengan Prestasi Belajar
Universitas Islam Negeri Syarif Anak Korban Bullying pada
Hidayatullah. Tingkat Sekolah Dasar. Jurnal
3. Anonim. 2013. Bullying and
Psikologi Udayana. Vol. 1, No. 2,
Suicide: a Public Health
251-260.
Approach. Journal of Adolescent 9. Dyastuti, Susanti. 2012.
Health. Elsevier. Mengatasi Perilaku Agresif
4. Astuti, P.R. 2008. Meredam
Pelaku Bullying Melalui
Bullying: 3 Cara Efektif
Pendekatan Konseling Gestalt
Menanggulangi Kekerasan pada
Teknik Kursi Kosong. Indonesian
Anak. Jakarta: Grasindo.
Journal of Guidance and
5. Borowsky, Taliaferro, dan
Counseling: Theory and
Barbara. 2013. Suicidal Thinking
Application.
and Behaviour among Youth
10. Hertinjung, W.S. 2012. Bentuk-
Involved in Verbal and Social
Bentuk Perilaku Bullying di
Bullying: Risk and Protective
Sekolah. Surakarta. [hal.450-
Factors. Elsevier. S4-S12.
458].
6. Cook, Kirk, Nancy, Tia, dan
11. Karina, Hastuti, dan Alfiasari.
Shelly. 2010. Predictors of
2013. Perilaku Bullying dan
Bullying and Victimization in
Karakter Remaja Serta Kaitannya
Childhood and Adolescence : a
dengan Karakteristik Keluarga
Meta-analytic Investigation.
dan Peer Group. Jurnal Ilmu
American Psychological
Keluarga dan Konseling. p: 20-
Association. Vol. 25, No. 2, 65-
29.
83. 12. Latifah, Fika. 2012. Hubungan
7. Djuwita, R. 2011.
Karakteristik Anak Usia Sekolah
Penanggulangan bullying di
dengan Kejadian Bullying di
Sekolah Dasar di Bogor. Depok: Remaja. Surabaya : Calyptra.
Fakultas Ilmu Keperawatan UI Jurnal Ilmiah Mahasiswa
13. Nansel, dkk. 2001. Bullying
Universitas Surabaya Vol. 3 No.
Behaviours among US Youth:
1 (2014).
Prevalence and Association with 19. Uba, Yacoob, dan Juhari. 2010.
Psychological Adjustment. Bullying and its Relationship
National Institutes of Health. with Depression among
285(16): 2094-2100. Teenagers. J Psychology, 1(1):
14. Nurhayanti, Novotasari, dan
15-22.
Natalia. Tipe Pola Asuh Orang 20. Usman, Irvan. Perilaku Bullying
tua yang Berhubungan dengan Ditinjau dari Peran Kelompok
Perilaku Bullying di SMA Teman Sebaya dan Iklim Sekolah
Kabupaten Semarang. pada Siswa SMA di Kota
15. Prasetyo, A.B.E. 2011. Bullying
Gorontalo.
di sekolah di Sekolah dan 21. Widayanti, C.G. 2009. Fenomena
Dampaknya bagi Masa Depan Bullying di Sekolah Dasar Negeri
Anak. Yogyakarta: El-Tabarwi. di Semarang: Sebuah Studi
No. 1.Vol. IV.2011 Deskriptif. Jurnal Psikologi
16. Salmivalli, Christina. 2009.
Undip. Vol. 5, No. 2.
Bullying and the Peer Group : a 22. Yusuf dan Fahrudin. 2012.
Review. Elsevier. Aggression and Perilaku Bullying: Asesmen
Violent Behavior 15 (2010) 112 Multidimensi dan Intervensi
120. Sosial. Jurnal Psikologi Undip.
17. Sari, Puspita. 2010. Coping
Vol. 11, No. 2.
Stress pada Remaja Korban
Bullying di Sekolah X. Journal
Psikologi Vol. 8, No. 2.
18. Tumon, M.A.B. 2014. Studi
Deskriptif Perilaku Bullying pada

Anda mungkin juga menyukai