Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114/MENKES/SK//VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan didaerah, prinsip dasar Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah
upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat,
sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.

Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi masalah-


masalah kesehatan potensial (yang mengancam) dengan cara mencegahnya,
dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadi dengan cara
menanganinya secara efektif serta efesien. Dengan kata lain, masyarakat
mampu berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka memecahkan
masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (problem solving), baik
masalah-masalah keshatan yang sudah diderita maupun yang potensial
(mengancam), secara mandiri (dalam batas-batas tertentu).

Jika defenisi itu diterapkan di Rumah sakit, maka dapat dibuat rumusan
sebagai berikut : Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya
untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok
masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan
rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam
meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan
mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial budaya
mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

1.2 Runa Lingkup promosi kesehatan


Pada dasarnya banyak tersedia peluang untuk melaksanakan promosi
kesehatandi RS.

Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut :


a. Didalam gedung
Didalam gedung RS, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang
diselenggarakan rumah sakit.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di dalamgedung, terdapat peluang-


peluang:
- Di ruang pendaftaran/administrasi, yaitudi ruang dimana pasien/klien
harus melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan RS.
- PKRS dalam pelayana Rawat Jalan bagi pasien, yaitu di poliklinik-
poliklinik seperti poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak,
poliklinik mata, poliklinik bedah, poliklinik penyakit dalam dan lain-lain.
- PKRS dalam pelayanan Rawat Inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang
gawat darurat, rawat intensif dan rawat inap.
- PKRS dalam pelayanan penunjang medik bagi pasien yaitu pelayanan
obat/apotik, pelayanan laboratorium, dan pelayanan rehabilitasi medik.
- PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sakit), yaitu seperti di
pelayanan KB, konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan
kesehatan jiwa, konseling kesehatan remaja, dan lain-lain.
- PKRS di ruang pembayaran rawat inap, yaitu di ruang di mana pasien
rawat inap harus menyelesaikan pembayaran rawat inap, sebelum
meninggalkan RS.

b. Di Luar gedung

Kawasan luar gedung RS yang dapat dimamfaatkan secara maksimal untuk


PKRS, yaitu:

- PKRS di tempat parkir, yaitu pemamfaatan ruang yang ada di


lapangan/gedung parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai
kesudut-sudut lapangan/gedung parkir.
- PKRS di taman RS, yaitu baik taman-taman yang ada di depan,
samping/sekitar maupun didalam/halaman dalam RS.
- PKRS di kantin/warung-warung/kios-kios yang ada di kawasan RS.
- PKRS di tempat ibadah yang tersedia di sekitar RS.
- PKRS di pagar pembatas kawasan RS.
- PKRS di dinding luar RS.

1.3 Mamfaat
Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan Promosi Kesehatan Rumah
Sakit di RS Ibnu Sina dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas.

1.4 Batasan operasional


Pelayanan Promosi kesehatan Rumah Sakit: upaya pelayanan kesehatan
untuk meningkatan kemampuan pasien,klien,dan kelompok-kelompok
masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan
dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat
mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah
kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, melalui pembelajaran dari,oleh,untuk dan bersama mereka,
sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi SDM

Panitia PKRS terdiri dari 9 (sembilan) sub-unit panitia PKRS yaitu: medical
information, keperawatan (bidan dan perawat), fisioterapi, customer service
(CS),gizi, farmasi, rekam medik, panitia pengendali infeksi (PPI) dan marketing.
Panitia PKRS berada dibawah naungan pelayanan medis RS Ibnu Sina dan
berkoordinasi dengan DPJP, dokter ruangan dan seluruh jajaran unit pelayanan
Rumah Sakit dalam menyampaikan informasi medis kepada pasien.

Pola ketenagaan dan kualifikasi panitia Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah:

No. NamaKualifika
Jabatan Kualifikasi Formal Jumlah Ket
1. Medical Information S1 Kedokteran Umum
2. Keperawatan / Kebidanan D3Keperawatan/D3Kebidan
an
3. Fisioterapi D3/D4 Rehabilitasi
Medik
4. Customer Service S1 Komunikasi
5. Gizi D3 Gizi
6. Pelayanan Farmasi S1 Farmasi
7. Rekam Medik D3/S1 Gizi
8. Panitian pengendali infeksi S1 Kedokteran umum/
D3 Keperawatan
9. Marketing S1 Marketing
2.2 Jam pelayanan promosi kesehatan Rumah Sakit

Pelayanan promosi kesehatan Rumah Sakit di lakukan di instalasiRawat


inap (lantai 1,2,3,4,5 ruang rawat inap RS Ibnu Sina), instalasi rawat jalan
(lantai 1 ruang rawat jalan RS Ibnu Sina) dan UGD RS Ibnu Sina.
Apabila ada tenaga medis yang berkualifikasi dan terkaidt pelayanan medis
yang dibutuhkan pasien, maka informasi dapat diberikan oleh sub-unit
panitia PKRS (tenaga medis) tersebut.
BAB III

STANDAR FASILITAS

Denah ruangan.

Ruangan penyuluhan PKRS dapat digunakan oleh setiap unit PKRS dan terletak di
sebelah admission rawat jalan dan customer service unit. Suasana dalam ruang
PKRS dibina sedemikian rupa sehingga tenang dan kondusif dalam menyampaikan
informasi dan promosi kesehatan bagi pasien dan klien.
BAB IV

ALUR PELAYANAN

4.1 Jenis pelayanan

Informasi medis tertulis yang diberikan meliputi 10 (sepuluh) penyakit terbanyak


di RS Ibnu Sina yaitu stroke, diabetes melitus, hipertensi, paska operasi
appendiks, paska operasi hernia, paska operasi hemoroid, paska operasi
sumbing, demam berdarah, demam tifoid, dan diare.pemberian promosi
kesehatan dapat di laksa nakan di setiap instalasi rumah sakit oleh personel
medis yang berkompetensi di bidang tersebut terutama rawat inap, rawat jalan,
penunjang medis, fisioterapi, far masi, dan lain-lain.informasi diluar kategori 10
(sepuluh) penyakit terbanyak disampaikan secara lisan oleh sub-unit panitia
PKRS baik di seluruh instalasi rumah sakit mupun di suatu ruangan PKRS
khusus.

4.2 Tatalaksana.

Promosi kesehatan Rumah Sakit adalah suatu tim rumah sakit yang terdiri dari
tim medis dan non medis yang berperan dalam menyediakan, menyampaikan
informa si medis serta mengedukasi pasien rumah sakit mengenai kondisi yang
berhubungan dengan penyakit pasien di area rumah sakit yaitu rawat inap (saat
dirawat dan sebelum pasien pulang), rawat jalan, IGD dan penunjang medis. Tim
tersebut merupakan titik akhir pelayanan tim medis RS Ibnu Sina. Pelayanan
panitia PKRS terdiri dari pelayanan promosi kesehatan dan informasi yang
berhubungan dengan pasien dari sembilan sub-unit panitia PKRS yang
terintegrasi. Unit-unit tersebut adalah customer service (CS), medical information
for patient care (MIPC), Gizi, keperawatan (perawatan dan bidan), fisioterapi (Ft),
Farmasi, Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), rekam medis (RM) dan
marketing.

Tujuan.
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu penjelasan lebih
dalam tentang penyakitnya secara holistik.

Tujuan khusus.

Rawat inap : memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang


perlu penjelasan lebih dalam mengenai penyakitnya pada saat awal
perawatan, selama perawatan dan ketika pasien akan pulang.
Rawat jalan :
- Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien mengenai kondisi
penyakitnya dan memberikan saran medis dan pemeriksaan diagnostik
(laboratorium atau radiologi) yang menunjang ketepatan diagnosa pada
pasien tersebut.
- Merujuk pasien kepada dokter spesialis yang berkompeten menangani
penyakit pasien tersebut.
- Membuatkan resume medis pasien

Rawat inap

1. Apabila pasien baru masuk kedalam kategori 10 penyakit terbanyak di


ruang rawat inap RS Ibnu Sina, perawat mengidentifikasi kebutuhan
informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien sebagai edukasi
kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang membutuhkan
informasi dari lebih dari satu sub-unit PKRS yaitu customer service,
medical information, farmasi, fisioterapi, keperawatan, PPI, dan Gizi. Hal
ini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi yang diberikan
kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan, sesuai, dengan
kondisi penyakitnya dan diberikan secara holistik. Maka perawat
memberikan edukasi sesuai SPO pemberian edukasi kolaboratif.
2. Apabila pasien baru tidak masuk kedalam kategori 10 penyakit terbanyak
maka edukasi diserahkan kepada DPJP atau dokter ruangan atau sub-unit
PKRS yang terkait.
3. Apabila pasien dan/keluarga yang sedang dirawat di ruang rawat inap
membutuhkan informasi yang lebih dalam mengenai perjalanan penyakit,
evaluasi,rencana terapi dan lain lain, maka perawat dapat meminta
bantuan DPJP/dokter ruangan atau sub-unit panitia PKRS yang terkait.
4. Apabila pasien sudah diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka pemberian
informasi akan diberikan sesuai dengan poin 1-3 diatas (apabila masih
membutuhkan).
5. Pemberi informasi medis dan edukasi yang berhubungan dengan clinical
pathway adalah dokter ruangan/DPJP dan informasi pulang pasien dapat
diberikanoleh perawat.
6. Setiap pasien yang diedukasi WAJIB di catat nama, nomor rekan medik,
DPJP,diagnosa dan kode leaflet pemberian edukasi (bila tersedia) atau
ringkasan poin-poin edukasi secara tertulis apabila tidak terdapat dalam
leaflet yang tersedia.
7. Pemberian edukasi dan informasi dilaksanakan sesuai dengan SPO
pemberian edukasi dan SPO pemberian edukasi kolaboratif.
8. Pencatatan pasien yang teredukasi sesuai dengan SPO pencatatan
logbook.
9. Pemberian edukasi harus dilakukan selambat-selambatnya 1x24 jam dari
waktu DPJP mendiagnosa pasien.
10. Apabila ada pertanyaan pasien yang tidak dapat dijawab saat itu juga oleh
DPJP, dokter ruangan atau sub-unit panitianPKRS terkait, maka jawaban
standard yang akan diberikan adalah sebagai berikut: saya belum ada
jawaban mengenai pertanyaan tersebut namun akan saya konfirmasikan
kepada dokter spesialis yang merawat anda dan akan saya sampaikan
jawaban pertanyaan anda secepatnya, mohon memberikan nomor telepon
yang dapat dihubungi.
11. Disetiap unit terkait akan disediakan 1 (satu) folder berisi lembar edukasi
dari unit yang bersangkutan, dijaga agar tetap tersedia (50 lembar per
materi/bulan).

ALUR PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT


Rawat jalan

1. Apabila pasien rawat jalan yang datang berobat masuk kedalam


kategori 10 penyakit terbanyak, maka di ruang rawat jalan RS Ibnu
Sina, perawat mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi
yang dibutuhkan oelh pasien sebagai edukasi kolaboratif yaitu
pemberian edukasi kepada pasien yang membutuhkan informasi
dari lebih dari satu sub-unit PKRS yaitu costomer service, medical
informasi, farmasi, fisioterapi, keperawatan, PPI, dan Gizi. Hal ini
dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi yang
diberikan kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan,
sesuai dengan kondisi penyakitnya dan diberikan secara holistik.
Maka perawat memberikan edukasi sesuai SPO pemberian edukasi
kolaboratif.

2. Apabila pasien datang pada saat jam kerja (senin-jumat, pkl. 08.00-
17.00) maka pasien dapat dijelaskan verbal dan diberikan leaflet
edukasi sesuai dengan penyakitnya oleh sub-unit PKRS terkait.

3. Apabila pasien datang diluar jam kerja seperti tertera diatas, maka
pasien akan mendapatkan informasi tertulis (leaflet) dan verbal oleh
perawat unit terkait.
4. Apabila pasien ini dijelaskan lebih dalam mengenai informasi terkait
penyakitnya oleh sub-unit tertentu, maka pasien diharuskan membuat
perjanjian pada hasil kerja berikutnya.
5. Apabila pasien tidak masuk kedalam 10 penyakit terbanyak maka
informasi akan diberikan oleh DPJP terkait/dokter medical information
(pada jam kerja)
6. Apabila pasien rawat jalan datang untuk menanyakan rencana
diagnosa atau konsultasi awal mengenai kondisi penyakitnya tanpa
berobat, maka informasi akan diberikan oleh dokter medical information
sesuai dengan SPO pemberian edukasi.
Instalasi Terkait Promosi kesehatan RS

Instalasi yang banyak terlibat dalam alur pelayanan promosi kesehatan RS


meliputi DPJP, dokter ruangan, customer service (CS), medikal information
for patient care (MIPC), Gizi, keperawatan (perawatan dan bidan), Fioterapi
(Ft), farmasi, pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) dan Rekam medis
(RM) yang semuanya ini saling bekerjasama demi terciptanya alur
pelayanan yang maksimal di RS.

4.3 Panduan pelayanan medical information

Medical information for patien care (informasi medis) adalah suatu tim
medis yang berperan dalam menyediakan, menyampaikan informasi medis
serta mengedukasi pasien rawat inap mengenai kondisi yang berhubungan
dengan penyakit pasien (awal dirawat, selama perawatan dan sebelum
pasien pulang. Tim tersebut merupakan titik akhir pelayanan tim medis RS
Ibnu Sina.

Ruang lingkup:

Instalasi Rawat inap, Instalasi rawat jalan,UGD, dan penunjang.

Tujuan:

Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien rawat jalan dan pasien
rawat inap yang perlu penjelasan lebih dalam tentang penyakitnya dan
pada saat pasien akan pulang tentang tata cara perawatan dirumah seperti:
apa yang harus dilakukan, apa yang harus dihindari, jadwal kontrol kembali,
tata cara minum obat, perubahan perilaku dan gaya hidup, dll.

Informasi yang disediakan oleh medical information dan dapat berikan oleh
DPJP/dokter jaga kepada pasien adalah sebagai berikut:

1. Daily plan deman thypoid (lihat CL.01)


2. Daily plan demam berdarah dengue/demam dengue (lihat CL.02)
3. Daily plan gastroenteritis (lihat CL.03)
4. Daily plan stroke iskemik (lihat CL.04)
5. Daily plan haemorroid (lihat CL.05
6. Daily plan appendisitis akut (lihat CL.06)
7. Daily plan hernia (lihat CL.07)
8. Daily plan caesarian section (lihat CL.08)
9. Daily plan labio/palatoschizin (lihat CL.09)
10. Daily plan tumor jinak payudara (lihat CL.10)

Informasi yang disediakan oleh medical information dan dapat diberikan


oleh perawat kepada pasien adalah sebagai berikut:

1. Panduan edukasi pasien pulang post perawatan demam tifoid (lihat


Ep.01)
2. Panduan edukasi pasien pulang post perawatan demam dengue/demam
berdarah dengue (lihat Ep.02)
3. Panduan edukasi pasien pulang post perawatan diare (lihat Ep.03)
4. Panduan edukasi pasien pulang post perawatan storke iskemik (lihat
Ep.04)
5. Panduan edukasi pasien pulang post perawatan hemorrhoidectomy (lihat
Ep.05)
6. Panduan edukasi pasien pulang post perawatan appendictomy (lihat
Ep.06)
7. Panduan edukasi pasien pulang post perawatan hernitomy (lihat Ep.07)
8. Panduan edukasi pasien pulang post operasi sesar (lihat ep.08)
9. Panduan edukasi pasien pulang post operasi bibir sumbing (lihat Ep.09)
10. Panduan edukasi pasien pulang post perawatan hipoglikemia (lihat
Ep.10)
11. Panduan edukasi pasien pulang post perawatan hipertensi (lihat Ep.11)

Medical information for patien care berperan sebagai perencana program


promosi kesehatan serta memonitor dan mengevaluasi pelaksanaannya.

4.4 panduan pelayanan customer service


Pelayanan informasi bagi pasien yang dilayani oleh costumer service terdiri
dari 3 hal sebagai berikut:

a. Panduan pelayanan kerohanian

Pengertian
Pelayanan kerohanian adalah suatu usaha bimbingan yang diberikan
oleh pihak rumah sakit Ibnu Sina yang bekerja sama dengan pihak luar di
bidang kerohanian, untuk mendampingi dan menemui pasien rawat inap,
agar mampu memahami arti dan makna hidup sesuai dengan keyakinan
dan agama yang dianut masing-masing. Pelayanan ini sangat berarti
sebagai upaya meningkatkan rasa percaya diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang menentukan kehidupan manusia, sehingga motivasi ini dapat
menjadi pendorong dalam proses penyembuhan.

Pelayanan bimbingan rohani dilakukan oleh pihak luar yang bekerja


sama Rumah sakit Ibnu Sina dengan menggunakan tanda pengenal
khusus.

Pelayanan bimbingan rohani dapat diselenggarakan atas permintaan


pasien/keluarga pasien dengan mengisi formulir yang diberikan dari
rekam medik, dan ditindaklanjuti oleh bagian customer service.

Ruang lingkup khusus

Ruang lingkup kegiatan pelayanan kerohanian hanya untuk pasien rawat


inap di rumah sakit Ibnu Sina.

Tujuan umum

Agar pasien bisa mendapatkan pelayanan kerohanian di rumah sakit


Ibnu Sina.

Tujuan khusus
Agar pasien bisa mendapatkan ketenangan batin dan mempercepat
proses kesembuhannya.

Panduan pelayanan kerohanian


1. Perawat memberikan informasi kepada pasien tentang pelayanan
kerohanian di rumah sakit Ibnu sina, serta membantu mengisikan
formulir permintaan tersebut (lihat CS.01).
2. Pasien meminta pelayanan kerohanian kepada perawat dan perawat
mengisikan formulir tersebut. Setelah formulir tersebut diisi pleh
perawat, maka segera formulir tersebut diberikan ke customer service
untuk ditindaklanjuti.
3. Customer service akan koordinasi dari daftar yang tersedia
berdasarkan request time di formulir tersebut.
4. Costumer service akan mengkomfirmasi nama dan waktu petugas
pelayanan ini kepada pasien dan keluarga pasien bertanggung jawab.
Setelah itu formulir akan diserahkan ke nurse station.
5. Kerohanian akan daftar ke security dan security akan konfirmasi ke
nurse station rawat inap tentang permintaan pelayanan kerohanian.
6. Di nurse station petugas kerohanian akan tanda tangan di formulir
untuk arsip di rekam medis pasien, setelah itu petugas kerohanian
akan diantar oleh perawat kekamar pasien.

b. Pedoman Menajemen Konflik

Pengertian
Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit, tidak terlepas
adanya konflik yang terjadi antara pasien dan rumah sakit. Konflik
merupakan akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda
atau berlawanan antara pasien dengan pihak rumah sakit, sehingga
keduanya saling terganggu. Untuk itu konflik tersebut perlu diselesaikan
dengan baik sehingga tidak melebar terlalu jauh dari pokok
permasalahannya.

Konflik ini terjadi karena ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan


yang ingin diharapkan oleh pasien terhadap pihak rumah sakit,\. Hal ini
dapat mengganggu bahkan membuat emosi atau stres yang
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.

Untuk itu perlu dibuat suatu pedoman manajemen konflik dalam


mengatasi konflik tersebut agar semuanya bisa diatasi. Pasien yang
merasa tidak puas akan mengambil sikap untuk complain terhadap pihak
rumah sakit atas keluhannya, dan sudah menjadi kewajiban pihak rumah
sakit untuk menjawab dan menjelaskan complain dari pihak pasien.
Dalam setiap complain yang diberikan oleh pasien terhadap Rumah sakit
Ibnu Sina, selalu ditanggapi dengan baik dan diselesaikan dengan cepat.
Hal ini memang dilakukan agar tidak sampai terjadi konflik yang serius
terhadap pasien. Setiap permasalahan yang terjadi diusahakan
diselesaikan dengan standar di pedoman ini.

Ruang lingkup khusus


Ruang lingkup untuk konflik ini hanya di wilayah Rumah Sakit Ibnu Sina
dalam hal pelayanan terhadap pasien.

Tujuan
Secara umum, tujuannya adalah menangani semua keluhan dari pasien
agar bisa diselesaikan secara profesional dan kekeluargaan.
Tujuan khusus
Agar pasien yang tidak puas bisa mendapat jawaban dan penjelasan dari
pihak rumah sakit.

Tata laksana pelayanan managemen konflik


1. Pasien akan mengisi formulir complain dari customer service,
2. Customer service akan menyampaikan kepada pihak yang terkait
atas complain tersebut dan meminta jawabannya 2x24 jam.
3. Apabila jawaban sudah diterima, akan disampaikan kepada pasien
langsung atau pihak yang bersangkutan akan menyampaikan
langsung dengan didampingi oleh customer service.
4. Complain yang bersifat medis, akan disampaikan kepada dokter
medical information yang dimana akan di rapatkan di komite medik
(jika perlu) untuk memberikan jawaban dan penjelasannya
berdasarkan standar Rumah Sakit Ibbnu Sina.

Keluhan yang tidak bersifat medis, akan dilatasi oleh customer


service dengan pihak yang terkait berdasarkan standar Rumah Sakit
Ibnu Sina.

5. Bila complain tidak ada SPO-nya, custemer service akan melaporkan


ke customer service manager untuk mengatasi permasalahannya.
(bila perlu diskusikan solusi dengan Derektur Rumah Sakit Ibnu Sina).
6. Semua complain yang terjadi akan di data oleh customer service
untuk direkap menjadi laporan bulanan customer service kepada
manajemen.

c. Pedoman pelayanan penanggulangan ancaman pasien ke media

Pengertian.

Komitmen seluruh keluarga besar RS Ibnu Sina adalah melayani dengan


penuh cinta kasih dari sisi pelayanan medis dan non medis, dari awal
pasien masuk ke pintu rumah sakit sampai pasien pulang. Semua
masalah harus diselesaikan dengan penuh cinta kasih.

Penting sekali untuk customer service manager (yang langsung


menghadapi customer) dan marketing manager (yang langsung
berhubungan dan menghadapi media) untuk mengerti hak pasien dan
rumah sakit sepenuhnya sehingga kami dapat menghadapi masyarakat
dengan cara yang sesuai berdasarkan hukum undang-undang rumah
sakit di Republik indonesia.

Panduan penanggulangan ancaman pasien ke media

Cara mengatasi masalah dengan pasien dengan komunikasi yang jelas


dan transparan:

1. Customer service (staff atau manager) mendengar dengan baik dan


mengerti hal yang di keluhkan oleh pasien.
2. Mengulang kembali kepada pasien hal yang di keluhkan dan meminta
tanda tangannya pada notulen pertemuan tersebut. (lihat CS.02)
3. CS manager wajib untuk menyelesaikan semua poin complainnya
semaksimal mungkin melalui pertemuan dengan yang pasien, tanpa
memberikan surat tertulis atau e-mail kepada pasien.
4. Bila perlu, CS manager akan koordinasi dengan manajer pelayanan
untuk mengatasi keluhan medis dan bila perlu didampingi DPJP
(dokter penanggung jawab) pada saat bertemu dengan pasien. Bila
dokter DPJP tidak ada di tempat, medical information team akan
mewakili untuk sementara dan akan di sarankan oleh manager
pelayanan.
5. Bila pasien ingin melibatkan media, CS Manager dan marketing
manager harus bertemu dengan yang pasien, mendengarkan keluhan
dengan penuh dengan cinta kasih dan menjawab sebagai berikut:
- Terima kasih informasinya dan mohon maaf atas ketidaknyamanya
Bpk/ibu. Kami sangat tidak mengharapkan keterlibatan media tapi
tentunya kami tetap bertanggung jawab untuk memberikan
informasi sepenuhnya kepada bpk/ibu. Sekiranya kami dapat
mengetahui lebih lanjut hal apa saja yang bapak & ibu keluhkan
ke media sehingga kami juga bias memberikan informasi secara
jelas dan detail kepada bapak & ibu mengenai undang-undang
rumah sakit tentang keterlibatan media.

(Disini, CS manager dan marketing Mgr menyarankan kepada


pasien akan keluhan dan penjelasannya).

- Bila pasien tetap akan ke media, marketing manager harus


menginformasikan mengenai pasal 44 Undang-Undang Rumah
sakit:

1. Ayat 1: Rumah sakit menolak mengungkapkan segala


informasi kepada public yang berkaitan dengan rahasia
kedokteran.
2. Ayat 2: Apabila pasien dan/atau keluarga yang menuntut
Rumah sakit dan menginformasikannya melalui media
massa, dianggap telah melepaskan hak rahasia
kedokterannya kepada umum.
3. Ayat 3: penginformasian kepada media massa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan
kewenangan kepada Rumah Sakit untuk mengungkapkan
rahasia kedokteran pasien sebagai hak jawab Rumah
Sakit.

Dimana hal tersebut diatas adalah pilihan terakhir yang akan


dipilih oleh Rumah Sakit untuk selalu dapat melayani dengan
penuh cinta kasih .

Panduan komunikasi efektif

Pengertian komunikasi
Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-
pekiran atau informasi. (komaruddin, 1994; schermerhorn, Hunt &
Osborn, 1994; koontz & weihrich, 1988).

Proses komunikasi

Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti


sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti
dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada
hambatan untuk hal itu (hardjana, 2003).

Gambar. 1.
Unsur komunikasi

1. Sumber/komunikator (dokter, perawat, admission, Adm. Irna. Kasir,


dll).
2. Isi pesan.
3. Media/saluran (Eletronik, Lisan, dan Tulisan).
4. Penerima/komunikasi (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter,
admission, Adm. Irna).

Sumber/komunikator

Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang


menyampaikan isi pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi
tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas,
memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut
sudah di terimah dengan baik. (konsul kedokteran Indonesia, hal.8).

Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,


pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang disampaikan, cara
berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi
oleh si penerima pesan (komunikan)

Isi pesan (apa yang disampaikan)

Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan


komunikasi, media penyampaian, penerimanya.

Media

Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang
disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima.
Berita dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada
kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat
komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin
terjadi berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8).
Media yang dapat digunakan: melalui telepon, menggunakan lembar lipat,
buklet, vcd, peraga.

Penerima/komunikasi

Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran


pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung
jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik
dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat
penting sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah. (konsil
kedokteran Indonesia, hal.8).

Pemberi/komunikator yang baik

Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal
berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal.42):

1. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan


pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan,
klarifikasi, paraphrase, intonasi.
2. Mendengarkan (listening), termasuk memotong kalimat.
3. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang
tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar
tidak mengganggu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru
mengartikangerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.

Sifat komunikasi

Komunikasi itu bias bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan promosi).

1. Komunikasi yang bersifat informasi asuhan didalam rumah sakit adalah:


1.1 jam pelayanan
1.2 pelayanan yang tersedia
1.3 cara mendapatkan pelayanan
1.4 Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
Akses informasi ini dapat di peroleh melalui customer service, admission, dan
website.
2. Komunikasi yang bersifat Edukasi (pelayanan promosi):
2.1 Edukasi tentang obat. (lihat pedoman pelayanan farmasi)
2.2 Edukasi tentang penyakit. (lihat pedoman pasien)
2.3 Edukasi tentang manajemen nyeri. (lihat panduan pedoman Nyeri)
2.4 Edukasi tentang keamanan & efektivitas penggunaan peralatan medis.
2.5 Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari. (Lihat pedoman pelayanan,
pedoman Fisioterapi)
2.6 Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan
kualitas hidupnya pasca dari rumah sakit. (Lihat pedoman pelayanan,
pedoman Gizi, pedoman Fisioterapi, pedoman Farmasi)
2.7 Edukasi tentang Gizi. (Lihat pedoman Gizi).
Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information dan
nantinya akan menjadi sebuah unit PKRS.

Komunikasi yang efektif


Komunikasi efektif adalah: tepat waktu, akurat jelas, dan mudah dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
Prosesnya adalah:
1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara
lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
2. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back)secara lengkap oleh penerima
pesan.
3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.
4.

Gambar 2.

Ya..benar dikonfirmasikan jadi isi pesanyah ini yah


pak..

Komunikator isi pesan ditulis dibacakan komunikasikan

Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikan harus menjabarkan hurufnya
satu persatu dengan menggunakan alfabet yaitu kode alfabet internasional.

Gambar 3. Kode alfabet internasional

CHARACTE NURSE TELEPHONY PHONIC


R CODE PRONONCATION
A Alfa (AL.FAH)
B Bravo (BRAH-VOH)
C Charlie (CHAR-LEE) or
(SHAR-LEE)
D Delta (DELL-TAH)
E Echo (ECK-OH)
F Foxtrot (FOKS-TROT)
G Golf (GOLF)
H Hotel (HOH-TEL)
I India (IN-DEE-AH)
J Juliet (JEW-LEE-ETT)
K Kilo (KEY-LOH)
L Lima (LEE-MAH)
M mike (MIKE)
N November (NO-VEM-BER)
O Oscar (OSS-CAH)
P Papa (PAH-PAH)
Q Queber (KEH-BECK)
R Romeo (ROW-ME-OH)
S Sierra (SEE-AIR-RAH)
T Tango (TANG-GO)
U Uniform YOU-NEE-FORM
Or
(OO-NEE-FORM)
V Victor (VIK-TAH)
W Whiskey (WISS-KEY)
X Xray (ECKS-RAY)
Y Yankee (YANG-KEY)
Z Zulu (ZOO-LOO)
1 one (WUN)
2 Two (TOO)
3 Huee (TREE)
4 Four (FOW-ER)
5 Five (FIFE)
6 Six (SIX)
7 Seven (SEV-EN)
8 Eight (AIT)
9 Nine (NIN-ER)
0 Zero (ZEE-RO)

Sumber:
Wikipedia
Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan
dengan kondisi kesehatannya.

Prosesnya

Tahap asesmen pasien

Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien &
keluarga berdasarkan (data berikut ini diperoleh dari rekam medik):

1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.


2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3. Hambatan emosional dan motivasi (emosional: depresi, senang dan marah).
4. Keterbatasan fisik dan kognitif.
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.

Tahap cara penyampaian informasi edukasi yang efektif

Setelah melalui tahap asesmen pasien, ditemukan :

1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
2. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien
dan keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara kandung) dan
menjelaskannya kepada mereka.
3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak
mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungkan medical information.

Tahap cara verifikasi


Bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang diberikan:
1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi
pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan
kembali edukasi yang telah diberikan.
Pertanyaannya adalah: dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira
apa yang Bapak/ibu pelajar i?.
2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
pasiennya mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan
pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: dari materi edukasi yang
telah disampaikan, kira-kira apa ynag Bapak/Ibu pelajari ?.
3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan
tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi
yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau
langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.

Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi


yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan
pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat
proses penyembuhan pasien.

Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk
mengisi formulir edukasi dan informasi, dan ditandatangani kedua belah pihak
antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti
bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi
yang benar.

Komunikasi Melalui Telepon Antara Pemberi Payanan


Dalam memberikan komunikasi antara pemberi layanan di rumah sakit Ibnu Sina
menggunakan SBAR. Apa yang dimaksud SBAR itu?
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang
memerlukan perhatian dan tindakan segera:
SITUATION, yaitu kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
BACKGROUND, informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien
terkini.
ASSESSMEN, hasil pengkajian kondisi pasien terkini.
RECOMMENDATION, Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien
saat ini.

Berikut ini merupakan salah satu contoh dalam pertanyaan SBAR:

Situation misalnya: jelaskan dengan singkat masalah kesehatan atau keluhan


utama termasuk skor nyeri.
Background misalnya; sebutkan riwayat alergi obat-obatnya termasuk cairan
infuse yang digunakan.
Jelaskan hasil pemeriksaan yang mendukung dan pemeriksaan laboratorium.
Assessment misalnya; Sampaikan diagnose sementara.
Recommendation misalnya; Memintah pada dokter penanggung jawab langkah
selanjutnya yang akan dilakukan.

4.5 Panduan Pelayanan Informasi Gizi

Pelayanan gizi di RS Ibnu Sina merupakan suatu penyelenggaraan makanan


kepada masyarakat RS Ibnu Sina baik pasien, karyawan maupun pengunjung
caf yang diawali dari perencanaan menu sampai pendistribusian makanan
kepada pasien/konsumen dalam rangka pencapaian status gizi yang optimal
melalui pemberian diet yang tepat. Dalam keterlibatannya di panitia KRS,
instalasi gizi bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai diet yang
sesuai dengan kondisi penyakit pasien serta mengkomunikasikan informasi
pemilihan menu maupun gizi yang diindikasikanoleh dokter atau ahli gizi.
Instalasi gizi juga bertanggung jawab untuk melakukan assessmen nutrisi pasien
dan melaksanakan konsultasi gizi kepada pasien/klien rumah sakit.

Pelayanan informasi gizi yang tersedia bagi pasien terdiri dari sebagai
berikut:

1. Panduan Assessment nutrisi pasien (lihat pedoman assessment nutrisi


pasien).
2. Memberikan informasi Gizi kepada pasien Rawat Inap bahwa penyajian
makanannya adalah makanan nabati.(Lihat SPO No. 093)
3. Menawarkan Menu Makanan ke Pasien Rawat Inap bahwa ada menu
pengganti apabila pasien tidak menyukai menu harian. (Lihat SPO No. 094)
4. Memberikan Konsultasi Gizi Kepada Pasien Rawat Inap dan Pasien Rawat
jalan. (Lihat SPO No.110)
5. Memberikan Pelayanan Tata Cara Berkonsultasi Gizi Kepada Pasien. (Lihat
SPO No. 111)
6. Formulir pemberian makanan harian. (lihat Gz. 00)
7. Materi edukasi diet:
a. Diet cair/SONDE (Lihat Gz. 01)
b. Diet Jantung (lihat Gz. 02)
c. Diet Rendah Kalori (lihat Gz. 03)
d. Diet lambung (Lihat Gz. 04)
e. Diet rendah Protein (lihat Gz. 05)
f. Perencanaan makan untuk ibu hamil dengan diabetes (lihat Gz. 06)
g. Diet Diabetes mellitus (lihat Gz. 07)
h. Diet Nefropati Diabetes (lihat Gz. 08)
i. Diet Dislipidemia (lihat Gz . 09)
j. Hidup sehat dengan nabati (lihat Gz. 10)
k. Perencanaan makanan bagi penyandang diabetes yang berpuasa di
bulan ramadhan (lihat Gz. 11)
l. Diet rendah garam (lihat Gz. 12)
m. Diet hati (lihat Gz. 13)
n. Diet rendah purin (lihat Gz. 14)
o. Pemantauan asuhan gizi (lihat Gz. 15)

Panduan assessment nutrisi pasien.


Panduan assessment nutrisi pasien disebut juga dengan program Nutrition Care
Process (NCP) atau Proses Asuhan Gizi (PAG).

DEFINISI NCP
Suatu metode pemecahan masalah yang sistematis, dimana dietisien menggunakan
cara berfikir kritis dalam membuat suatu keputusan yang tepat terkait maslah gizi
sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi.

LANGKAH-LANGKAH NCP
ADIME
1. Nutrition Assessment (Penilaian Gizi)
2. Nutrition Diagnosis (Diagnosa Gizi)
3. Nutrition Intervention (Intervensi Gizi)
4. Nutrition Monitoring and Evaluation (Monitoring dan evaluasi Gizi)

Format yang dikenal dengan istilah ADIME mulai dicoba ditulis pada dokumen medik
pasien.

ASSESSMEN GIZI

Definisi

Proses pengumpulan data, verifikasi dan interprestasi data secara sistematis dalam
rangka membuat keputusan mengenai penyebab masalah.

Komponen Assessmen Gizi


Riwayat gizi/makanan
Asupan makanan
Yaitu komposisi dan kecukupan gizi, pola makan dan snack, kebiasaan
makan di rumah, pantangan/alergi makanan, diet yang pernah dilakukan.
Kesadaran terhadap gizi dan kesehatan
Yaitu pengetahuan dan kepercayaan terhadap makanan, konsultasi dan
pendidikan gizi yang pernah didapat.
Aktifitas fisik exercise
Yaitu status fungsional, pola aktifitas, jumlah waktu santai, intensitas,
frekuensi, dan lamanya.

Ketersediaan makanan
Yaitu perencanaan makan, pembelian, kemampuan dsn keterbatasan
menyiapkan makanan, keamanan makanan.
2. Data biokimia, pemeriksaan dan tindakan medik
Data laboratorium
Yaitu eletrolit, albumin, glukosa darah, HB dll.
Pemeriksaan medic
Yaitu waktu pengosongan lambung, densitas mineral tulang, adanya foto
thorax, obat yang diberikan, tindakan yang dilakukan, serta tujuan tindakan.

3. Ukuran antropometri.
Tinggi Badan
Berat Badan
Index Massa Tubuh
Perubahan Berat Badan
Pertumbuhan
Lingkar Lengan atas
Massa otot
Lingkar perut/Pinggang
Tebal lemak/Skinfold Thickness

4. Hasil pemeriksaan fisik

Kesehatan mulut : gigi, lidah, gusi


Penampilan fisik secara Umum
Otot dan lemak subkutan
Mata
Kulit
Kemampuan mengunyah dan menelan
Kebiasaan buang air

5. Riwayat pasien
Riwayat social
Status ekonomi, budaya, kepercayaan, situasi rumah.
Riwayat individu
Umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, kedudukan dalam keluarga.
Riwayat kesehatan
Penyakit saat ini dan dulu, riwayat operasi, penyakit keluarga.
Riwayat pemakaian obat dan suplemen apakah obat sesuai resep
dokter/suplemen diet/herbal.

DIAGNOSA

TUJUAN
Identivikasi masalah gizi yang tepat diatas atau diperbaiki melalui intervensi gizi oleh
seorang dietisien.

Komponen Dagnosa Gizi


(p) Problem/Masalah
Yaitu perubahan meningkat/menurun, kekurangan/kelebihan, tidak
seimbang, tidak tepat, gangguan dan kesulitan.
(E) Etiology
Yaitu penyebab atau factor yang berhubungan dengan penyakit.

(S) Signs/Tanda dan gejala


Yaitu bukti dari adanya masalah dari data objektif (pengukuran) dan dari data
subjektif mengenai apa yang dirasakan oleh pasien.

INTERVENSI GIZI

TUJUAN
Mengatakan atau memperbaiki masalah gizi dengan merencanakan dan
mengimplementasikan intervensi gizi yang sesuai dengan kebututhan dan keinginan
pasien.

Strategi Intervensi Gizi


1. Food dan Nutritient Delivery
Menyediakan atau merekomendasikan makanan/gizi sesuai ketentuan,
termasuk makanan, snack, makanan cair dan perenteral maupun suplemen.
2. Edukasi Gizi
Proses formal atau mengajari dan melatih pasien mengenal
mengelola/memodifikasi makanan atau kebiasaan makan sehari-hari.
3. Konsultasi Gizi
Proses dukungan pada pasien untuk menetapkan prioritas, membuat tujuan,
rencana kegiatan yang disetujui serta hendaknya kegiatan tersebut bisa
dilaksanakan.
4. Koordinasi pelayanan Gizi
Merujuk atau mengkonsulkan dengan institusi pemberi layanan kesehatan
lainnya yang dapat mengatasi masalah gizi.

MONITORING DAN EVALUASI GIZI

TUJUAN
Mengetahui seberapa jauh kemajuan serta perkembangan pada penyakit yang
diderita, yaitu dilihat dari :
Kebiasaan dan kemampuan dari lingkungan yang berpengaruhi asupan gizi.
Asupan makanan dari semua sumber.
Tanda dan gejala fisik dari hasil pengukuran antropometri, laboratorium dan
fisik.
Persepsi pasien mengenai intervensi gizi jelas atau tidaknya serta apakah
dijalankan sesuai anjuran.

4.6. Panduan pelayanan informasi kebidanan

Dalam panitia PKRS, peranan kebidanan sangatlah penting untuk


meningkatkan standar mutu pelayanan ibu dan anak dirumah sakit Ibnu Sina
melalui promosi kesehatan yang mencakupi:
1. Masalah pada bayi dan solusinya (lihat Bd. 01)
2. Insisasi Menyusui Dini (IMD) (lihat Bd,02)
3. Tatacara pemberian ASI yang benar (lihat Bd, 03)
4. Informasi rawat gabung/Rooming in (lihat Bd. 04)
5. Perawatan Metode Kangguru (PMK) (lihat Bd. 05)
6. Edukasi pasien sebelum pulang (lihat Bd. 06)
7. Materi kehamilan dan persalinan (lihat Bd. 07)
8. Materi Penyuluhan Imunisasi (Lihat Bd. 08)

Jadwal pemberian informasi kepada pasien dilaksanakan pasien lambat


1x24jam atau mengikuti pedoman pelayanan kebidanan.

4.7 panduan pelayanan unit fisioterapi


unit fisioterapi adalah unit pelayanan medis yang bertujuan pelayanan
rehabilitasi medis yang komprehensif, berkualitas dan terjangkau (dengan cara
mencegah, mengurangi impairment atau kelainan, dissability/ketidakmampuan
dan handcap /ketunaan) oleh masyarakat luas sesuai dengan standar di rumah
sakit Ibnu Sina.

Adapun beberapa informasi yang diberikan bagi pasien yang mendapatkan


pelayanan fisioterapi.
1. Informasi saat dilakukan assasment/pemeriksaan.
Adalah informasi yang diberikan kepada pasien saat awal pasien datang
konsultasi sebelum dilakukan tindakan atau treatment, dengan tujuan agar
pasien mengerti dan memahami kondisi penyakit, diagnose maupun
prognosa dari penyakitnya serta tindakan apa yang diberikan untuk
mengatasi keluhan keluhannya.

2. Informasi saat diberikan tindakan fisioterapi.


Adalah informasi yang diberikan oleh fisioterapi mengenai prosedur
pelaksanaan tindakan fisioterapi terhadap kondisi masing masing pasien
yang meliputi: tujuan diberikannya treatment, persiapan sebelum
treatment, selama intervensi/treatment dilaksanakan, maupun setelah
treatment selesai dilaksanakan.

3. Informasi pencegahan terjadinya cedera/keluhan berulang.


Yakni beberapa informasi yang diberikan dalam hal upaya dan teknik
pencegahan terhadap cedera atau keluhan berulang yang kemungkinan
setiap saat dapat muncul seiring dengan aktifitas yang dilakukan.

4. Informasi berupa program di rumah/diluar waktu terapi di rumah


sakit/klinik. Informasi ini berupa teknik latihan ataupun treatment
sederhana dan mudah dilaksanakan oleh pasien guna membantu
meningkatkan ataupun mempercepat perbaikan kondisi mereka.
Informasi ini diberikan sedemikian rupa sehingga memudahkan mereka
melakukannya kapanpun dan dimanapun mereka berada.

4.7,1 INFORMASI SAAT ASSESMENT/PEMERIKSA

Adalah penyampaian informasi yang diperoleh terkait dengan proses


pengumpulan data dari pasien yang bersangkutan dengan tujuan agar
pelaksanaan asuhan fisioterapi dapat diberikan secara tepat, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.

Adapun informasi yang diperoleh berupa :


a. Anamnesa pasien secara umum,
Yang meliputi : nama, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan dan hobi, alamat,
agama dan pendidikan terakhir.
b. Anamnesa khusus.
Yaitu informasi berupa keluhan utama, lokasi keluhan, sifat keluhan dan
berapa lama keluhan tersebut telah berlangsung.
c. Inspeksi
Pemeriksaan dengan cara melihat kondisi pasien secara keseluruhan.
d. Quick Test/Test Cepat.
Pemeriksaan terhadap kondisi pasien secara cepat yang mengarah
langsung kekeluhan pasien.
e. Test Gerak Pasif, Aktif dan Isometric
Test yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai ada tidaknya
gangguan gerak pada suatu kondisi.
f. Test Spesifik
Adalah test yang dilakukan secara khusus terkait langsung dengan kondisi
pasien untuk lebih menegakkan diagnose penyakit secara tepat.
g. Pemeriksaan lain.
Pemeriksaan yang tepat menunjang suatu diagnosa, yang dapat berupa
pemeriksaan Laboratorium, Radiologi ataupun pemeriksaan terkait lainnya.
h. List of Problem
Adalah informasi yang terkumpul yang berupa beberapa rincian
permasalahan yang ditemukan sehubungan dengan hasil pemeriksaan
tersebut diatas.
i. Diagnosa fisioterapi dan prognosa
Merupakan informasi mengenai problematic pasien yang disimpulkan
dari hasil pemeriksaan.
Gambaran kondisi pasien setelah diberikan tindakan terkait dengan
patologi dan diagnose penyakit.
j. Rencana Tindakan/Intervensi
Penjelasan tentang rencana tindakan dan hasil yang diharapkan
terkait dengan diagnose penyakit
Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan prosedur
tindakan/Intervensi
k. Intervensi/Tindakan
Penerapan Tindakan yang telah ditentukan sesuai dengan perencanaan.
l. Evaluasi
Informasi kepada pasien mengenai hasil dari tindakan/intervensi
fisioterapi baik sebelum, selama dan setelah tindakan.
Menginformasikan rencana tindakan/intervensi secara terhadap dan
tindakan lebih lanjut.
4.7.2 INFORMASI SAAT PELAKSANAAN TINDAKAN FISIOTERAPI

Merupakan informasi yang diberikan kepada pasien/klien terkait dengan SPO


pelaksanaan tindakan fisioterafi, diantaranya :
1. Pelaksanaan Breathing Exercise (lihat SPO Rehab Medik -001)
2. Pelaksanaan Latihan Gerak Aktif (lihat SPO Rehab Medik -002)
3. Pelaksanaan Latihan Gerak Pasif (lihat SPO Rehab Medik -003)
4. Pelaksanaan Latihan Jalan (lihat SPO Rehab Rehab Medik -004)
5. Pelaksanaan Latihan Lingkup Gerak Sendi (lihat SPO Rehab Medik
-005)
6. Pelaksanaan Latihan Mc.Kenzie Exercise (lihat SPO Rehab Medik -006)
7. Pelaksanaan Latihaqn Peregangan/Stretching (lihat SPO Rehab Medik
-007)
8. Pelaksanaan Latihan dengan Axilla Crutches (lihat SPO Rehab Medik
-009)
9. Pelaksanaan Latihan dengan Dumble (lihat SPO Rehab Medik -011)
10. Pelaksanaan Latihan dengan Fisioball (lihat SPO Rehab Medik 012)
11. Pelaksanaan Latihan dengan sand bag (lihat SPO Rehab Medik-013)
12. Pelaksanaan Latihan dengan Tripod/Quadripod (lihat SPO Rehab Medik
-014)
13. Pelaksanaan Latihan dengan walker (lihat SPO Rehab Medik -015)
14. Pelaksanaan Terapi dengan cold Therapy (lihat Rehab Medik -017)
15. Pelaksanaan Terapi dengan Inframerah (lihat SPO Rehab Medik -018)
16. Pelaksanaan Terapi dengan Faradisasi (lihat SPO Rehab Medik -019)
17. Pelaksanaan Terapi dengan Stimulasi Interferential (lihat SPO Rehab
Medik -020)
18. Pelaksanaan Terapi dengan Micro Wave Diathermy (MWD) (lihat SPO
Rehab Medik -021)
19. Pelaksanaan Terapi dengan Inhalasi/Nebulizer
(lihat SPO Rehab Medik -022)
20. Pelaksanaan Terapi dengan Parafin Bath (lihat SPO Rehab Medik 024)
21. Pelaksanaan Terapi dengan Short Wave Diathermy (lihat SPO Rehab
Medik -015)
22. Pelaksanaan Terapi dengan TENS (lihat SPO Rehab Medik -026)
23. Pelaksanaan Terapi dengan Traksi cervical (lihat SPO Rehab Medik
027)
24. Pelaksanaan Terapi dengan Traksi Lumbal (lihat SPO Rehab medik
028)
25. Pelaksanaan Terapi dengan Ultrasound (lihat SPO Rehab Medik -029)

4.7.3 INFORMASI PENCEGAHAN CIDERA / KELUHAN BERULANG


Yakni beberapa informasi yang diberikan dalam hal upaya dan teknik
pencegahan terhadap cedera atau keluhan berulang yang kemungkinan setiap
saat dapat muncul seiring dengan aktifitas yang dilakukan, seperti informasi
mengenai :
a. Teknik mengangkat dengan benar.
b. Koreksi posture yang benar
c. Teknik duduk, tidur yang tepat
d. Teknik penanganan cidera awal dengan metode RICE
e. Teknik penggunaan dan manfaat alat bantu seperti splint, support untuk
ektremitas atas dan bawah, TLSO,alat bantu jalan,dll

Pencegahan Cidera berulang

Teknik pencegahan cidera dengan metode RICE


Res bagian tubuh yang cidera diistirahatkan dari aktifitas
Ice pemberian es pada daerah cedara
Compress pemberian tekanan dengan elastic perban di area cidera yang
bengkak.
Elevate meninggikan daerah tubuh yang cidera.

Aplikasi : kasus kasus cidera akut 3x24 jam

Koreksi posture yang benar

Posture adalah posisi di mana kita menahan tubuh agar ttp tegak melawan
gravitasi sambil berdiri, duduk atau berbaring.

Koreksi posture bertujuan untuk :

Menjaga tulang dan sendi pd Alignment yang benar sehingga otot berfungsi
dengan baik.
Membantu mengurangi kesalahan pemakaian pada permukaan sendi yang
mengakibatkan arthritis.
Mengurangi stress pada ligament sebagai penyangga sendi
Mencegah kelelahan otot, sehingga otot yang digunakan lebih efisien dan
tubuh dapat menghemat energy
Mencegah sakit punggung dan nyeri otot
Memberikan kontribusi untuk penampilan yang baik
Teknik Lifting (mengangkat)

Teknik yang benar :

Hindari mengangkat beban >30kg..


Sebelum mengangkat, pastikan kedua kaki cukup kuat menyangga tubuh.
Saat mengangkat beban pada posisi lbh rendah dr pinggang pertahankan
tulang belakang ttp lurus, dengan kaki menapak kuat dilantai, tekuk ke2 lutut
dan pinggul.
Jika mengangkat objek dari meja, dekatkan objek sedekat mungkin dg tubuh,
tekuk ke2 lutut dan gunakan tumpuan kaki utk mengangkat & kemudian
berdiri.
Utk menurunkan benda/objek,posisikan kaki,tulang belakang spt awal saat
mengangkat.
Teknik Duduk & Tidur yang benar
Posisi duduk yang benar
Duduk dg punggung & bahu lurus serta rilex,pinggul menyentuh
bag.belakang kursi.
Untuk mempertahankan kelurusan tulang belakang, dpt gunakan support pd
area kelengkungan.
Distribusikan berat badan secara merata pada kedua pinggul.
Tekuk lutut,jaga agar lutut dgn atau sedikit lbh tinggi dari panggul (gunakan
foot rest)
Posisi kaki tidak menyilang, dan jaga kaki tetap rata dilantai
Hindari posisi yg sama selama >30 mnt
Di tempat kerja :
Sesuaikan tinggi kursi & meja shg posisi duduk dekat dengan pekerjaan.
Istirahatkan siku & lengan pd lengan kursi atau di atas meja,bahu rilex.
Ketika berdiri dr posisi duduk,geser tubuh kebagian depan kursi,kmd berdirI
dg tumpukan kedua kaki dan luruskan
Posisi saat mengemudi :
- Gunakan penyangga/bantal kecilpd kurva kelengkungan tulang
belakang, posisi lutut pada level yg sama atau lbh tinggi dr pinggul.
- Posisikan kursi dekat dg setir,upayakan lutut dpt menekuk & kaki
menyentuh pedal.

Posisi tidur dan berbaring yang benar

Posisi bantal berada dibawah kepada & pastikan ketebalan bantal


memungkinkan kepala pada posisi normal.
Cobalah utk tidur dalam posisi yg tetap mempertahankan kelengkungan tulang
belakang (seperti tidur terlentang: letakkan bantal dibawah lutut atau bantalan
tipis pd pinggang atau lutut sedikit menekuk pada posisi tidur miring).
Pilih jenis kasur yg nyaman, jika diperlukan letakkan papan dibawah kasur.
Gunakan penyangga (lumbal support)pd malam hari untuk kenyamanan tidur
Tirah baring lama changer position setiap 2 jam
Ketika berdiri dr posisi berbaring, putar ke satu sisi, tekuk kedua lutut &
ayunkan kaki disisi tempat tidur, lalu duduk dg mendorong tubuh dengan
bantuan tangan.
Hindari bangun dengan posisi pinggang membungkuk kedepan.

Teknik & Mamfaat penggunaan alat bantu (support)


Teknik ini disesuaikan dengan problematic klien/pasien. Misalnya:
- Back pain e.c HNP lumbal lumbosacral support
- Fraktur os tibia post operasi crutch

4.7.4 INFORMASI PROGRAM DIRUMAH/DILUAR RUMAH SAKIT/KLINIK

Informasi ini berupa teknik teknik latihan ataupun treatment sederhana dan mudah
dilaksanakan oleh pasien guna membantu meningkatkan ataupun mempercepat
perbaikan kondisi mereka.

Informasi ini diberikan sedemikian rupa sehingga memudahkan mereka


melakukannya kapanpun dan dimanapun mereka berada, seperti diantaranya :
a. Aplikasi terapi panas dan dingin dengan teknik kompres, perendaman. (lihat
SPO Rehab Medik-017)
b. Breathing Exercise (lihat SPO Rehab Medik-001)
c. Latihan peregangan/stretching (lihat SPO Rehab Medik-007)
d. Latihan gerak aktif dengan ataupun tanpa beban (lihat SPO Rehab Medik-002)
e. Latihan jalan baik dengan alat bantu maupun tanpa alat bantu (lihat SPO
Rehab medic-004)
f. Latihan lingkup gerak sendi,stabilisasi (lihat SPO Rehab Medik-007)
g. Mc.Kenzie Exercise (lihat Rehab Medik-006)

4.8 Panduan Pelayanan Informasi Farmasi


Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu,termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat. Sub-unit tersebut bertujuan untuk
menyelenggarakan kegiatan pelayanan professional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi serta melaksanakan KIE (komunikasi Informasi dan
Edukasi) mengenai obat.

Pelayanan informasi farmasi terdiri atas :


1. Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konselling tatacara minum obat bagi
pasien (lihat SPO farmasi 002/SPO/FARM/III/2011)
2. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat inap (lihat SPO farmasi
012/SPO/FARM/IX/2007)
3. Informasi pelayanan farmasi pasien akan pulang (lihat SPO farmasi
022/SPO/FARM/X/2007)
4. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat jalan (lihat SPO farmasi
013/SPO/FARM/IX/2007)
4.9 Panduan Pelayanan informasi Pengendalian dan pencegahan infeksi (PPI)
Pelayanan informasi unit PPI terdirib dari :
1. Informasi pembuangan sampah medis benda tajam (lihat SPO PPI PPI/001)
2. Informasi tata cara pembuangan sampah medis (lihat SPO PPI PPI/002
3. Informasi tata cara pembuangan sampah non medis (lihat SPO PPI PPI/003)
4. Informasi etika batuk (lihat SPO PPI PPI/004)
5. Informasi etika meludah (lihat SPO PPI PPI/005)
6. Informasi mencuci tangan dengan air (lihat SPO PPI PPI/006)
7. Informasi mencuci tangan dengan hand rub (lihat SPO PPI PPI/007)
8. Informasi mengenai kewaspadaan isolasi (lihat Pedoman PPI tentang
kewaspadaan isolasi PPI)

4.10. Panduan pelayanan Rekam Medis pasien


Pelayanan instalasi Rekam Medik dalam kepanitiaan PKRS bergerak sebagai
penunjang dalam bidang penyediaan data dan informasi tertulis yang
berhubungan dengan pelayanan dan pendidikan pasien yang termasuk dalam
insiatif peningkatan promosi kesehatan pasien/klien pasien.
Data dan informasi yang diberikan oleh instalasi rekam medis termasuk
memfasiliasi pembuatan dan penyediaan formulir rumah sakit seperti formulir
pemberian edukasi, formulir edukasi kolaboratif, formulir persetujuan tindakan
medis, penyusunan rekam medis yang meliputi data pengetahuan dan
keterampilan yang menjadi kekuatan dan kekurangan diidentifikasi dan digunakan
untuk membuat perencanaan pendidikan. Variabel yang menentukan apakah
pasien dan keluarga mau dan mampu untuk belajar di-asses dengan
menyertakan: a) keyakinan dan nilai nilai pasien dan keluarga, b) kemampuan
membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan, c) hambatan
emosional dan motivasi, d) keterbatasan fisik dan kognitif, dan e) kesediaan
pasien untuk menerima informasi.
4.11Panduan pelayanan Marketing PKRS
Peranan marketing dalam PKRS adalah untuk melakukan kajian kebutuhan
promosi kesehatan untuk pengunjung rumah sakit dan masyarakat sekitar rumah
sakit. Unit ini bertugas untuk menyediakan instrument kajian kebutuhan promosi
kesehatan serta media komunikasi yang sesuai untuk pengunjung dan
masyarakat disekitar rumah sakit serta memiliki rumusan informasi yang
dibutuhkan untuk menunjang promosi kesehatan tersebut.

Peranan lain yang tidak kalah penting adalah untuk membina suasanayang
mendukung kegiatan promosi maupunpemberdayaan dengan memamfaatkan
ruangan dan halaman rumah sakit untuk memasang/menayangkan berbagai
media komunikasi, memamfaatkan media masa untuk bina suasana. Hal lainnya
yang berhubungan dengan peran marketing adalah untuk menjalin kerjasama
dengan mitra terkait untuk mengoptimalisasikan pelaksanaan kegiatan PKRS
seperti mengidentifikasi mitra pontensial dalam rangka menggalang kemitraan
berkaitan dengan pelaksanaan promosi kesehatan mempunyai jejaring
kemitraan diberbagai sector, dunia usaha dan swasta lainnya serta
melaksanakan program kerjasama kemitraan dengan sector lain, organisasi
kemasyarakatan, swasta dan dunia usaha lainnya. (lihat SPO/Marketing/01-06)
BAB V

MONITORNG DAN EVALUASI

Monitoring kinerja PKRS dilakukan dengan pemantauan setiap hari oleh setiap PJ
unit terkait, dokumentasi permintaan PKRS di status pasien, pencatatan pasien yang
teredukasi di LOGBOOK (unit dan edukasi kolaboratif) dan formulir pemberian
informasi dan formulir pemberian edukasi kolaboratif. Monitoring jumlah leaflet yang
tersedia dilakukan dengan penyediaan 50 lembar untuk setiap topik materi edukasi
disetiap unit terkait setiap bulannya dan dilakukan refill atau pengisian ulang setiap
bulannya. Apabila leaflet habis dalam sebulan, maka permintaan leaflet dapat
dilakukan ke panitia PKRS.

Evaluasi kualitas sumberdaya manusia dan fasilitas dilakukan dengan survey


lapangan setiap bulan dan pelatihan mengenai materi edukasi unit-unit PKRS setiap
bulan sekali. Evaluasi kinerja panitia PKRS dilakukan dengan pelaporan dari setiap
unit PKRS, laporan panitia PKRS dan survey kepuasan pelanggan setiap 3 bulan.
BAB VI

DOKUMEN BUKTI

Dokumen bukti adalah segala bentuk informasi tertulis dalam rangka promosi
kesehatan yang dibuat oleh dan dari unit-unit PKRS yang meliputi:
1. Materi edukasi
2. Standard Prosedur Operasional (SPO)
3. Leaflet
4. Dan lain sebagainya

Semua dokumen ini disertakan dalam appendix dan digunakan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan PKRS dan penerapan pelayanan PKRS bagi setiap pasien.
BAB VII

PENUTUP

Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) ini disusun agar menjadi acuan
dalam pengembangan kegiatan PKRS dan pengembangan akreditasi Rumah Sakit
yang berhubungan dengan promosi kesehatan. Pedoman ini merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dengan upaya meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan Rumah
Sakit.

Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa PKRS bukanlah urusan
mereka yang bertugas di unit PKRS saja, PKRS adalah tanggung jawab dari Direksi
RS, dan menjadi urusan (tugas) bagi hampir seluruh jajaran RS. Yang paling penting
dilaksanakan dalam rangka PKRS adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik
pemberdayaan terhadap pasien (rawat jalan dan rawat inap) maupun terhadap klien
sehat.

Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil jika didukung
oleh upaya-upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadap
mereka yang paling berpengaruh terhadap pasien/klien. Sedangkan advokasi
dilakukan terhadap mereka yang dapat mendukung dan membantu RS dari segi
kebijakan (pengaturan perundang undangan) dan sumber daya, dalam rangka
memberdayakan pasien/klien.

Banyak sekali peluang untuk melaksanakan PKRS, dan peluang-peluang tersebut


harus dapat dimamfaatkan dengan baik, sesuai dengan fungsi dari peluang yang
bersangkutan.
TINJAUAN PUSTAKA

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1114/MENKES/SK/VII/2005, tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan
di Daerah. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Tahun 2005.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1426/MENKES/SK/XII/2006, petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS). Pusat Promosi kesehatan Departemen kesehatan RI. Tahun 2006
3. Pedoman Etika Promosi Rumahh Sakit. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia Tahun 2006
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 Tahun 2012,
tentang Petunjuk Teknik Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Pusat Promosi
kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2012.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008, tentang Rekam Medis. Kementerian kesehatan
Republik Indonesia.tahun 2008.
6. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008, tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2008.
7. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004, tentang praktik
Kedokteran. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004.
8. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2009.
9. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah
Sakit. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2009.
10. Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. September 2011.

Anda mungkin juga menyukai