Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Matematika adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang melatihpenalaran supaya berpikir
logis dan sistematis dalam menyelesaikan masalahdan mengambil keputusan. Mempelajari
matematika memerlukan caratersendiri karena matematika bersifat khas, yaitu abstrak,
konsisten, hierarki,dan berpikir deduktif. Oleh karena itu, pengajaran matematika di
Sekolahhendaknya diarahkan agar siswa mampu secara sendiri dalam
menyelesaikanmasalah-masalah yang berkaitan dengan matematika yang diselesaikandengan
bantuan teori belajar matematika.Dengan memahami kekhasan matematika dan karakteristik
siswa, dapatdiupayakan cara-cara yang sesuai agar tujuan pembelajaran, baik yangbersifat kognitif,
psikomotorik, dan afektif dapat tercapai dengan optimal.Salah satu cara agar siswa dapat
memahami konsep-konsep danprosedural dalam matematika, guru perlu mengetahui berbagai
teori belajarmatematika, unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah gurusebagai
salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancangselanjutnya disebut proses
pembelajaran, siswa sebagai pelaksanaan kegiatanbelajar, dan matematika sekolah sebagai
objek yang dipelajari dalam hal inisebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran. Begitu
pentingnyapengetahuan tentang teori belajar matematika dalam sistem penyampaian

materi pelajaran di kelas, sehingga setiap metode pengajaran harus selaludisesuaikan dengan
materi belajar. Salah satu teori belajar matematika yangmenganut aliran psikologi kognitif,
yaitu teori belajar Bruner. Teori inidipopulerkan oleh seorang ahli psikolog dari Amerika
yang bernama JeromeS Bruner.

B.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah makalah sebagai berikut :a.

Siapakah Jerome S. Bruner?b.

Bagaimana teori belajar Matematika menurut Bruner?c.

Bagaimana aplikasi teori belajar Bruner dalam pembelajaran Matematika ?d.

Bagaimana keunggulan dan kelemahan teori belajar Bruner?

C.Tujuan Penulisan Makalah

Untuk mengetahui teori belajar Matematika menurut Bruner danpenerapannya dalam


pembelajaran Matematika sehingga pelajaran menjadi lebihmenyenangkan dan siswa lebih
mudah dalam memahami pelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

A.Biografi Jerome S Bruner

Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome Seymour Bruner seorangahli psikologi kognitif
(1915) dari Universitas Harvard AmerikaSerikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif
yang memberidorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada
pentingnyapengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan
mengenaiperkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, ataumemperoleh
pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasarpemikiran teorinya memandang bahwa
manusia sebagai pemproses, pemikirdan pencipta informasi.Bruner menyatakan belajar
merupakan suatu proses aktif yangmemungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru
diluar informasi yangdiberikan kepada dirinya.

B.Teori Belajar Jerome S Brunner

Jerome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematikaakan berhasil jika
proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep danstruktur- struktur yang terbuat dalam
pokok bahasan yang diajarkan.(Suherman, Erman dan Winataputra, Udin. 1993: 170)Dengan
mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahanyang sedang dibicarakan, anak akan
memahami materi yang harus

dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai suatu polaatau struktur
tertentu akan lebih dipahami dan diingat anak.Brunner, melalui teorinya pula,
mengungkapkan bahwa dalam prosesbelajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk
memanipulasi benda-benda(alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan
melihatlangsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam bendayang
sedang diperhatikannya. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan
keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya.Selain itu, dalam teorinya Bruner juga
berpendapat bahwa kegiatanbelajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat
menemukansendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu yang biasa dikenal dengan
Discovery Learning
(belajar penemuan). Dalam hal ini Bruner membedakanmenjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu
adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahapawal untuk memperoleh pengetahuan atau
pengalaman baru, (2) tahaptransformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan
menganalisispengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang
mungkinbermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah
hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.

C.Tahap-Tahap Proses Belajar Anak Menurut Bruner


Menurut Bruner (Suherman, Erman dan Winataputra, Udin. 1993: 171)proses belajar anak
dibagi atas 3 tahap, yaitu

1.Tahap Enaktif Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secaralangsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik) objek.Pengetahuan itu dipelajari
secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkrit atau menggunakan situasi yang
nyata. Misalnya untuk memahami konsep operasi pengurangan bilangan cacah 7

4, anak memerlukan pengalaman mengambil/membuang 4 benda darisekelompok 7 benda.2.
Tahap Ikonik Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiraninternal
dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang
dilakukan anak, berhubungan dengan mentalyang merupakan gambaran dari objek-objek
yang dimanipulasinya.Misalnya untuk memahami konsep operasi pengurangan bilangan
cacah7

4, anak diberi gambar atau benda.3.

Tahap Simbolik Tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu direpresentasikan dalambentuk


simbol-simbol abstrak
(abstract symbols
, yaitu simbol-simbolarbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam
bidangyang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf

kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupunlambang-lambang abstrak


yang lain.misalnya 7

4 = 3J. S. Bruner dalam belajar matematika menekankan pendekatandengan bentuk spiral.
Pendekatan spiral dalam belajar mengajarmatematika adalah menanamkan konsep dan
dimulai dengan bendakongkrit secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih
tinggi(sesuai dengan kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak
dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalammatematika. Penggunaan
konsep Bruner dimulai dari cara intuitif keanalisis, dari eksplorasi ke penguasaan. Misalnya,
jika ingin menunjukkanangka 3 (tiga) supaya menunjukkan sebuah himpunan dengan
tigaanggotanya. Contoh himpunan tiga buah mangga. Untuk menanamkanpengertian 3
diberikan 3 contoh himpunan jeruk. Tiga jeruk sama dengan3 jeruk.
= 3 jeruk
Selain itu, berdasarkan percobaan dan pengalamannya Brunermerumuskan 4 prinsip-prinsip
cara belajar dan mengajar matematika yangdisebut teorema atau dalil. Adapun keempat
teorema (dalil) tersebutsebagai berikut.1.

Dalil Penyusunan (Konstruksi

Dalil ini menyatakan bahwa jika anak ingin mempunyaikemampuan dalam hal menguasai
konsep, teorema, definisi dansemacamnya, anak harus dilatih untuk melakukan
penyusunanpresentasinya. Untuk melekatkan ide atau definisi tertentu dalampikiran, anak-
anak harus menguasai konsep dengan mencoba danmelakukannya sendiri. Dengan demikian,
jika anak aktif dan terlibatdalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan
jalanmemperlihatkan representasi konsep tersebut, maka anak akan
lebihmemahaminya.Apabila dalam proses perumusan dan penyusunan ide-idetersebut anak
disertai dengan bantuan benda-benda konkret, makamereka akan lebih mudah mengingat ide-
ide yang dipelajari itu. Siswaakan lebih mudah menerapkan ide dalam situasi riil secara tepat.
Dalamtahap ini anak memperoleh penguatan yang diakibatkan interaksinyadengan benda-
benda konkret yang dimanipulasinya. Memori seperti inibukan sebagai akibat pengatan.
Dapat disimpulkan bahwa padahakikatnya, dalam tahap awal pemahaman konsep diperlukan
aktivitas-aktivitas konkret yang mengantar anak kepada pengertian konsep.Anak yang
mempelajari konsep perkalian yang didasarkanpada prinsip penjumlahan berulang, akan lebih
memahami konseptersebut. Jika anak tersebut mencoba sendiri menggunakan garisbilangan
untuk memperlihatkan proses perkalian tersebut.Sebagai contoh untuk memperlihatkan
perkalian, kita ambil 3 x

5, ini berarti pada garis bilangan meloncat 3 kali dengan loncatansejauh 5 satuan, hasil
loncatan tersebut kita periksa, ternyata hasilnya15. Dengan mengulangi hasil percobaan
seperti ini, siswa akan benar-benar memahami dengan pengertian yang dalam, bahwa
perkalianpada dasarnya merupakan penjumlahan berulang2.

Dalil NotasiDalil notasi mengungkapkan bahwa pada permulaan penyajiansuatu konsep


ditanamkan pada anak , seharusnya menggunakan notasiyang sesuai dengan tingkat perkembangan
anak.Sebagai contoh pada permulaan konsep fungsi diperkenalkan padasiswa SD kelas

kelas akhir ,notasi yang sesuai untuk menyatakanfungsi yaitu

=2

+ 3, untuk tingkat yang lebih tinggi misalanyaSLTP notasi fungsi yang digunakan y = 2x + 3,
baru setelah anak memasuki SMA atau mahasiswa di perguruan tinggi f (x) dikenalkan.Dari
contoh tersebut nampak notasi yang diberikan tahap demitahap ini sifatnya berurutan dari
yang paling sederhana sampai yangpaling sulit. Penyajian seperti ini dalam matematika
merupakanpendekatan spiral. Dalam pendekatan spiral setiap ide

ide matematikadisajikan secara sistematis dengan menggunakan notasi

notasi yangbertingkat. Pada awal notasi ini sederhana,diikuti notasi yangberikutnya yang lebih
kompleks. Notasi yang terakhir, yang mungkinbelum dikenal sebelumnya oleh anak,
umumnya merupakan notasi

yang akan banyak digunakan dan diperlukan dalam pembangunankonsep matematika


lanjutan.3.

Dalil Pengontrasan dan Keanekaragaman.Dalil ini menyatakan bahwa dalam mengubah


darirepresentasi kongkrit menuju representasi yang lebih abstrak suatukonsep dalam
matematika, dilakukan dengan kegiatan pengontrasandan keanekaragaman. Artinya agar
suatu konsep yang akandikenalkan pada siswa mudah dimengerti bila konsep
tersebutdisajikan dengan cara mengkontraskan dengan konsep

konseplainnya dan konsep tersebut disajikan secara beraneka ragam contoh.Jadi anak dapat
memahami dengan mudah karakteristik dari konsepyang diberikan tersebut.Untuk
menyampaikan suatu konsep dengan cara mengkontraskandapat dilakukan dengan contoh
dan bukan contoh. Sebagai contohuntuk menyampaikan konsep bilangan ganjil pada
siswadiberikan padanya bermacam

macam bilangan seperti bilanganganjil, bilangan genap, bilangan prima dan bilangan lainnya
selainbilangan ganjil. Kemudian siswa diminta menunjukkun bilangan

bilangan mana yang termasuk contoh bilangan ganjil dan bilangan

bilangan mana yang termasuk bukan bilangan ganjil. Dengan contohsoal yang beraneka
ragam kita dapat menanamkan suatu konsepdengan lebih baik daripada hanya contoh

contoh soal yang sejenissaja. Dengan keanekaragaman contoh yang diberikan siswa dapa

mengenal lebih jelas karakteristik konsep yang diberikan kepadanya.Misalnya untuk


memperjelas bilangan prima anak perlu diberi contohyang banyak, yang sifatnya
beranekaragam. Perlu diberikan contoh

contoh bilangan ganjil yang termasuk bilangan prima dengan yangbukan bilangan prima.
Pada siswa harus diperlihatkan bahwa tidak semua bilangan ganjil termasuk bilangan prima,
sebab bilanganprima tidak habis dibagi oleh bilangan lain selain oleh bilanganitu sendiri dan
satu.Untuk menjelaskan segitiga siku-siku, perlu diberi contoh yanggambar-gambarnya tidak
selalu tegak dengan sisi miringnyadalam kedudukan miring,tapi perlu juga diberikan gambar
dengan sisimiring dalam keadaan mendatar atau membujur. Dengan cara ini anak terlatih
dalam memeriksa, apakah segitiga yang diberikan kepadanyatergolong segitiga siku

siku atau tidak. Perhatikan gambar 3.6 dibawah ini
4.

Dalil PengaitanDalil pengaitan menyatakan bahwa dalam matematika itu setiapkonsep


berkaitan dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat,bukan saja dari segi isi,namun juga
dari segi rumus yangdigunakan. Materi yang satu mungkin merupakan prasyarat bagiyang
lainnya, atau suatu konsep tertentu diperlukan untuk menjelaskan konsep lainnya.Misalnya
rumus luas persegi panjang merupakan materi prasyaratuntuk penemuan rumus luas
jajargenjang yang diturunkan dari rumuspersegi panjang.Dengan pendekatan intuitif-deduktif,
rumus volume tabung digunakanuntuk menemukan rumus volume kerucut. Oleh karena itu,
diperlukanalat peraga model sebuah tabung tanpa tutup, dan kerucut tanpabidang alas,
dengan syarat tinggi kerucut sama dengan tinggi tabungdan jari-jari alas tabung sama dengan
jari-jari alas kerucut.Kegiatan yang diberikan pada siswa adalah dengan menggunakanpasir,
anak mengukur isi tabung dengan takaran kerucut. Siswa akan

4.

Dalil PengaitanDalil pengaitan menyatakan bahwa dalam matematika itu setiapkonsep


berkaitan dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat,bukan saja dari segi isi,namun juga
dari segi rumus yangdigunakan. Materi yang satu mungkin merupakan prasyarat bagiyang
lainnya, atau suatu konsep tertentu diperlukan untuk menjelaskan konsep lainnya.Misalnya
rumus luas persegi panjang merupakan materi prasyaratuntuk penemuan rumus luas
jajargenjang yang diturunkan dari rumuspersegi panjang.Dengan pendekatan intuitif-deduktif,
rumus volume tabung digunakanuntuk menemukan rumus volume kerucut. Oleh karena itu,
diperlukanalat peraga model sebuah tabung tanpa tutup, dan kerucut tanpabidang alas,
dengan syarat tinggi kerucut sama dengan tinggi tabungdan jari-jari alas tabung sama dengan
jari-jari alas kerucut.Kegiatan yang diberikan pada siswa adalah dengan menggunakanpasir,
anak mengukur isi tabung dengan takaran kerucut. Siswa akan

mendapatkan bahwa untuk mengisi tabung dengan pasir hingga penuhmenggunakan takaran
kerucut, diperlukan 3 kali menuangkan pasirdari kerucut. Secara intuitif, siswa dapat
mengerti bahwa volumetabung = 3 x isi kerucut, atau volume kerucut =

volume tabung.Guru harus dapat menjelaskan kaitan-kaiatan tersebut kepada siswa.Hal ini
penting agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil.Dengan melihat kaitan

kaitan itu diharapkan siswa tidak beranggapanbahwa cabang

cabang dalam matematika itu berdiri sendiri melainkansaling keterkaitan satu sama lainnya.
D.

Ciri Khas Teori Bruner dan Perbedaannya dengan Teori yang lain
Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitutentang
d
is
covery
yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri.Disamping itu, karena teori Bruner ini
banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu dis
ebut kur
ikulum spiralkurikulum
.
Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberimateri pelajaran setahap demi
setahap dari yang sederhana ke yang kompleks,dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan
suatu saat muncul kembalisecara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih
kompleks. Demikianseterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan
secarautuh.Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan caramenemui struktur
konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda
berdasarkan ciri-ciri persamaan dan

perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswamenemukan konsep


yang baru dengan menghubungkan kepada konsepyang lama melalui pembelajaran penemuan.
E.

Aplikasi Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran


Adapun langkah-langkah pembelajaran menurut model kognitif teori Bruner:1.

Menentukan tujuan-tujuan instruksional2.

Memilih materi pelajaran3.

Menentukan topik-topik yang akan diajarkan4.

Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya., yang dapat digunakanpeserta didik untuk
bahan belajar5.

Mengatur topik peserta didik dari konsep yang paling kongkrit ke yangabstrak, dari yang
sederhana ke kompleks6.

Mengevaluasi proses dan hasil belajarPenerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran
dapat dilakukandengan:1.

Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan.Misal : untuk contoh
mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat,sedangkan bukan contoh adalah berikan
bangun datar segitiga, segi limaatau lingkaran.2.

Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.


Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini apakah
nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah?Berapa cm ukuran
ubin-ubin yang dapat digunakan

3.

Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri.
Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangunUbin tersebut? Ajak dan beri semangat si
belajar untuk memberikanpendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu
atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu sibelajar untuk
berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.
F.

Contoh Penerapan Teori Bruner dalam pembelajaran Matematika.


1.
Mempelajari penjumlahan dua bilangan cacah
a.

Tahap enaktif Dalam mempelajari penjumlahan dua bilangan cacah, pembelajaranakan terjadi
secara optimal jika mula-mula siswa mempelajari hal itudengan menggunakan benda-benda
konkrit (misalnya menggabungkan3 kelereng dengan 2 kelereng, dan kemudian menghitung
banyaknyakelereng semuanya).
b.

Tahap ikonik Kegiatan belajar dilanjutkan dengan menggunakan gambar ataudiagram yang
mewakili 3 kelereng dan 2 kelereng yang digabungkantersebut (dan kemudian dihitung banyaknya
kelereng semuanya,dengan menggunakan gambar atau diagram tersebut). Pada tahap
yangkedua siswa bisa melakukan penjumlahan itu dengan menggunakanpembayangan visual
(visual imagery)
dari kelereng, kelereng tersebut.
c.

Tahap simbolik

Sebagai contoh, Kemudian, Pada tahap berikutnya, siswa melakukanpenjumlahan kedua


bilangan itu dengan menggunakan lambang-lambang bilangan, yaitu : 3 + 2 = 5.
2.

Pembelajaran Menemukan Rumus Luas Daerah Persegi Panjang


Untuk tahap pertama berikan contoh bangun persegi dengan berbagaiukuran, sedangkan
bukan contohnya berikan bentuk-bentuk bangundatar lainnya seperti, persegi panjang, jajar
genjang, trapesium,segitiga, segi lima, segi enam, lingkaran.
a.

Tahap Enaktif
(a)
Untuk gambar a ukurannya: Panjang = 13 satuanLebar = 1 satuanUntuk gambar b ukurannya:
Panjang = 10 satuanLebar = 2 satuanUntuk gambar c ukurannya: Panjang = 5 satuan

Lebar = 4 satuan
b.

Tahap Ikonik
Penyajian pada tahap ini dapat diberikan gambar-gambar dan Andadapat berikan sebagai
berikut
c.

Tahap Simbolik Siswa diminta untuk mngeneralisasikan untuk menenukan rumus luasdaerah
persegi panjang. Jika simbolis ukuran panjang p, ukuranlebarnya l , dan luas daerah persegi
panjang L
maka jawaban yang diharapkan L = p x l satuan Jadi luas persegipanjang adalah ukuran panjang
dikali dengan ukuran lebar.
3.

Penerapan Teori Bruner dalam Membelajarkan Soal CeritaPenjumlahan (dengan bermain


peran)

Tahap Enaktif
Soal cerita yang akan dimainperankan:Niar memegang pensil 3Nurul memegang pensil 4Pensil
Niar dan pensil Nurul digabungdiberikan pada bu guruberapa Pensil yang diterima bu guru
Teknis peragaannya:
Dua orang siswa bernama Niar dan Nurul dipanggil ke depan. Niardiberi pensil 3 buah oleh
gurunya. Nurul diberi pensil 4 buah.Guru itu kemudian menanyakan kepada siswa-
siswa lainnya, Anak
-
anak, berapa pensil yang dipegang temanmu Niar?, (sambil meminta
Niar mengangkat tinggi-tinggi 3 pensil yang dipegangnya). Setelahpara siswa l
ainnya menjawab tiga..., guru kemudian menuliskan
angka 3 di papan tulis.3
Pertanyaan berikutnya, Anak
-anak, berapa pensil yang dipegang
temanmu Nurul?, (sambil meminta Nurul mengangkat tinggi
-tinggi 4pensil yang dipegangnya). Setelah para siswa lainnya menjawab

empat ..., guru kemudian menuliskan angka 4 di papan tulis, di


kanan angka 3 yang sudah ditulis sebelumnya.3 4
Perintah guru berikutnya, Sekarang coba pensil Niar dan pensil Nurul
digabung, berikan pada Bu guru, berapa pensil yang diterima oleh Bu
guru?. Guru kemudian mengangkat tinggi
-tinggi 7 pensil yangdipegangnya. Setelah dijawab lima oleh siswa-siswa lainnya,
gurukemudian menuliskan angka 7 di papan tulis, di sebelah kanan angka3 dan 4 yang sudah
ditulis sebelumnya.Setelah soal tersebut selesai dimainperankan, guru kemudianmelengkapi
hasil
peragaan tersebut dengan tanda + dan = sambil
mengajak siswa membacanya secara lantang.
3 + 4 = 7 ...........dibaca tiga ditambah empat sama dengan tujuh

Tahap Ikonik
Setelah pengalaman konkrit melalui kegiatan bermain perandilakukan dan dirasa siswa sudah
tampak mendapatkan gambarantentang arti matematika dari soal cerita yang baru
sajadimainperankan, tahapan berikutnya adalah tahapan ikonik. Padatahap ini tiap siswa
diberi satu LKS. Isi LKSnya adalah soal-soalcerita yang semuanya ditulis di atas gambar-
gambar yangmemperagakan soal-soal cerita tersebut. Tujuannya untuk memantapkan
pemahaman siswa yang baru saja diperoleh darikegiatan bermain peran

Contoh soal dalam LKS1.

+ =2.

+ =3.

+=

Tahap Abstrak
Setelah siswa menjalani tahapan pembelajaran konkrit (melaluikegiatan bermain peran) dan
ikonik (melalui kegiatan mengisi LKS)maka tahapan berikutnya (terakhir) adalah abstrak.
Pada tahap inisoal-soal cerita yang diberikan kepada siswa murni soal cerita yanghanya
berupa kalimat yang ditulis dalam bentuk huruf-huruf danangka-angka saja. Sarana yang
digunakan untuk mengukurketercapaian tujuan pembelajarannya adalah LTS (Lembar
TugasSiswa). Berikut bentuk LTS yang dimaksud.Contohanto membeli 2 pensilmembeli lagi
4 pensilberapa pensil anto sekarangJawab: 2 + 4 = 61. andi diberi buku 5diberi lagi oleh ayah
2berapa buku andi sekarangJawab2. budi memetik mangga 5memetik lagi mangga 3berapa
mangga budi sekarangJawab3. cahya membeli kerupuk 4

membeli lagi 3berapa kerupuk cahya sekarangJawab4. dani diberi ayam 3diberi lagi 6 oleh
pamannyaberapa ayam dani sekarangJawab
G.

Keunggulan dan Kelemahan Teori Belajar Bruner


Setiap sesuatu itu memilki kelebihan dan kelemahan begitu jugadengan teori penemuan
menurut Jerome Bruner. Sebagaimana dijelaskanSyaiful Bahri Djamarah, dalam bukunya
Psikologi belajar, bahwa teori-teori belajar yang baru hadir di mengisi lembaran sejarah
dalam duniapendidikan, tapi perlu dipahami setiap teori belajar tersimpan kelemahandibalik
kelebihannyaMenurut syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam bukunya
strategi belajar mengajar
menjelaskan bahwa kelebihan dan kelemahankonsep ini yaitu belajar mengajar konsep ini
sangat cocok untuk materipelajaran yang bersifat kognetif. Kelemahannya adalah memakan
waktuyang cukup banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapatmenjerumus
kepada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.Penggunaan konsep discovery
ini berusaha meningkatkan aktivitasbelajar, maka konsep ini memiliki keunggulan sebagai
berikut:

1. Konsep ini membantu peserta didik mengembangkan bakatnya,membentuk sifat kesiapan


serta kemampuan keterampilan dalamproses kognitif peserta didik.2. Peserta didik
memndapatkan pengetahuan yang bersifat pribadisehingga pengetahuan tersebut dapat
bertahan lama dalam diri pesertadidik.3. Konsep ini memberikan semangat belajar peserta
didik, diamanadengan konsep belajar mencari dan menemukan pengetahuan sendiritentu rasa
ingintauitu timbul sehinnga akan membentuk belajar yangikhlas dan aktif.4. Konsep ini
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menegembangkan kemampuannya dan
keterampilannya sendiri sesuaidengan bakat dan hobi yang dimilikinya.5. Konsep ini mampu
membantu cara belajar peserta didik yang baik,sehingga peserta memiliki motivasi yang kuat
untuk tetap semangatdalam belajar.6. Memberikan kepercayaan tersendiri bagi peserta didik
karena mampumenemukan, mengolah, memilah dan mengembangkan pengetahuansendiri.7.
Konsep ini berpusat pada peserta didik, dan guru hanya membantusaja.

BAB IIIPENUTUPA.

Kesimpulan
1.

Jerome S. Bruner adalah Seorang ahli psikologi kognitif (1915) dariAmerika.2.

Bruner menekankan pada proses belajar anak (siswa) meggunakanmetode mental, yaitu
individu yang belajar mengalami sendiri apa yangdipelajarinya agar proses tersebut dapat
direkam dalam pikirannya dengancaranya sendiri.3.

Bruner membagi 3 tahap proses belajar anak (siswa), yaitu ;a.

Tahap Enaktif b.

Tahap Ikonik c.
Tahap Simbolik 4.

Keunggulan dan Kekurangan Teori Brunerkelebihan dan kelemahan konsep ini yaitu belajar
mengajar konsep inisangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognetif.Kelemahannya
adalah memakan waktu yang cukup banyak, dan kalaukurang terpimpin atau kurang terarah dapat
menjerumus kepadakekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajar

B.

Saran
Dalam mengajar matematika kepada siswa, sebaiknya Guru memberikanpertanyaan-
pertanyaan untuk mendorong siswa memberikan dugaansementara
, bertindak sebagai fasilitator, dan menggunakan berbagai alatperaga serta selalu mendorong
siswa mengembangkan pikirannya.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar......1

Daftar isi2
BAB I Pendahuluana.

Latar Belakang
b.

Rumusan Masalahc.

Tujuan Penulisan MakalahBAB II Pembahasana.

Biografi Jerome S. Brunerb.

Teori Belajar Jerome S. Brunerc.

Tahap-Tahap Proses Belajar Anak Menurut Brunerd.

Ciri Khas Teori Bruner dan Perbedaannya dengan Teori Yang Laine.

Aplikasi Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaranf.

Contoh Penerapan Teori Bruner dalam Pembelajaran MatematikaBAB III PENUTUPa.

Kesimpulanb.

SaranDAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yangtelah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
Teori Belajar Matematika Jerome S. Bruner dan Penerapannya
.
Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliahTeori Belajar
Matematika. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,yaitu kepada :1.

Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepadapenulis.2.

Bapak Dr. Djadir., M.Pd selaku dosen mata kuliah Teori Belajar Matematika.3.

Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terutama anggotakelompok
1.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan-
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saranyang bersifat m
embangun.

Makassar, -2012PenulisKelompok 1

http://www.scribd.com/doc/94786518/makalah-TB-Brunner

http://www.scribd.com/doc/41730511/Makalah-Jerome-Bruner.%20Diakses%20tanggal
%2030-4-2012

http://teoripembelajaran.blogspot.com/2008/04/pembelajaran-menurut-aliran-kognitif-ja.html

Anda mungkin juga menyukai