Wrapup SK 1 Panca Indera
Wrapup SK 1 Panca Indera
Mata Merah
Disusun oleh:
KELOMPOK A-2
UNIVERSITAS YARSI
Jl. Let. Jend. Suprapto. Cempaka Putih, Jakarta Pusat. DKI Jakarta.
Indonesia. 10510.
2017
1
SKENARIO 1
MATA MERAH
Pasien sudah mencoba mengobati dengan obat warung tapi tidak ada
perubahan.
Setelah mendapatkan terapi pasien diminta untuk control rutin dan menjaga
serta memelihara kesehatan mata sesuai tuntunan ajaran Islam.
2
KATA SULIT
1 Pemeriksaan Oftalmologi : Pemeriksaan untuk menilai anatomi dan fungsi
mata
2 Giant Papil : Papil berukuran lebih dari 1 mm. Pembesarannya terjadi di
palpebral superior bagian posterior
3 Injeksi Konjungtiva : Pelebaran arteri konjungtiva superior
4 Lakrimasi : Proses keluarnya air mata
PERTANYAAN
1 Mengapa dapat terjadi Giant Papil?
2 Mengapa mata tampak merah? Mengapa penglihatan tidak terganggu?
3 Mengapa sekresi air mata meningkat dan terasa gatal?
4 Apakah diagnosis dari skenario ini?
5 Bagaimanakah tatalaksananya?
6 Adakah hubungannya dengan penyakit terdahulu?
7 Mengapa tidak ada perubahan setelah diberikan obat warung?
8 Bagaimana cara merawat kesehatan mata dalam Islam?
9 Apkah etiologi mata merah pada skenario ini?
10 Adakah hubungan gejala yang dialami dengan kegiatan sepakbola?
JAWABAN
3
2 Mata merah disebabkan oleh vasodilatasi arteri konjungtiva. Penglihatan
normal sebab tidak ada gangguan pada media refraksi. Inflamasi hanya
mengenai konjungtiva.
3 Karena adanya paparan allergen yang mengakibatkan reaksi
hipersensitivitas tipe I sehingga dikeluarkan mediator inflamasi seperti
histamine. Histamin ini dapat menyebabkan mata gatal. Sedangkan air
mata merupakan faktor pertahanan tubuh.
4 Konjungtivitis alergi (Vernal)
5 Tatalaksana konjungtivitis sesuai etiologinya.
Konjungtivitis bacterial: antibiotic
Konjungtivitas viral: antiviral
Konjungtivitis jamur: antifungi
Konjungtivitis alergi: antihistamin
6 Merupakan reaksi alergi berulang.
7 Obat yang digunakan tidak sesuai dengan etiologi penyakit. Obat warung
yang digunakan kemungkinan tidak memiliki kandungan antihistamin dan
kortikosteroid. Obat warung hanya mengobati gejala mata merah.
8 - Menjaga pandangan
- Wudhu
- Menjaga kebersihan
- Membasuh mata
9 Etiologi:
- Infeksi : bakteri, jamur, dan virus
- Imunologis : allergen
- Iritatif : bahan kimia dan suhu
10 Kegiatan yang dilakukan rentan terhadap paparan debu (allergen). Selain
itu dapat pula disebabkan oleh masuknya rambut ke mata dan perubahan
musim.
4
HIPOTESIS
5
SASARAN BELAJAR
6
3.3 Klasifikasi
3.4 Manifestasi Klinik
3.5 Patofisiologi
3.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
3.7 Tatalaksana
3.8 Komplikasi
3.9 Pencegahan
3.10 Prognosis
7
1. Mata
Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior (kornea) dan
opak di posterior (sklera). Sambungan antara keduanya disebut
limbus. Otot-otot ekstraokular melekat pada sklera sementara
saraf optik meninggalkan sklera di posterior mela
lui lempeng kribiformis.
Suatu lapisan kaya pembuluh darah (koroid) melapisi segmen
posterior mata dan memberi nutrisi pada permukaan dalam retina.
Korpus siliaris terletak di anterior. Korpus siliaris mengandung
otot siliaris polos yang kontraksinya mengubah bentuk lensa dan
memungkinkan fokus mata berubah-ubah. Epitel siliaris
mensekresi aqueous humor dan mempertahankan tekanan okular.
Korpus siliaris merupakan tempat perlekatan iris.
Lensa terletak di belakang iris dan disokong oleh serabut-serabut
halus (zonula) yang terbentang di antara lensa dan korpus siliaris.
Sudut yang dibentuk oleh iris dan kornea (sudut iridokornea)
dilapisi oleh suatu jaringan sel dan kolagen (jalinan trabekula).
Pada sklera di luar jalinan ini, kanal schlemm mengalirkan
aqueous humor dari bilik anterior ke dalam sistem vena, sehingga
terjadi drainase aqueous. Daerah ini dianamakan sudut drainase.
8
ini terisi oleh aqueous humor. Di antara lensa retina terletak korpus
vitreous.
9
memisahkan konjungtiva dari sklera dan memanjang ke belakang
sebagai satu penutup di sekitar otot-otot rektus.
2. Orbita
Mata terletak dalam ruang orbita yang memiliki bentuk seperti piramida
berisi empat. Pada apeks posterior terletak kanal optik yang merupakan
tempat lewatnya saraf optik ke otak. Fissura orbita superior dan inferior
merupakan tempat lewatnya pembuluh darah dan saraf kranialis yang
memberikan persarafan pada struktur orbita. Pada dinding anterior media
terdapat fossa untuk sakus lakrimalis. Kelenjar lakrimal terletak di anterior
pada aspek superolateral orbita.
10
3. Kelopak Mata
Fungsi :
- Memberikan proteksi mekanis pada bola mata anterior.
- Mensekresi bagian berminyak dari lapisan film air mata.
- Menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea.
- Mencegah mata menjadi kering.
- Memiliki pungta tempat air mata mengalir ke sistem drainase
lakrimal.
11
Otot levator berjalan ke arah kelopak mata atas dan berinsersi pada
lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh saraf ketiga. Kerusakan pada saraf ini
atau perubahan-perubahan pada usia tua menyebabkan jatuhnya kelopak mata
(ptosis). Suatu otot polos datar yang muncul dari permukaan profunda levator
berinsersi pada lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh sistem saraf simpatis.
Jika persarafan simpatis rusak (seperti pada sindrom Horner) akan terjadi
ptosis ringan.
12
Perdarahan
Mata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika (cabang dari arteri
karotis interna) melalui arteri retina, arteri siliaris, dan arteri muskularis.
Sirkulasi konjungtiva beranastomosis di anterior dengan cabang-cabang dari
arteri karotis eksterna.
Persarafan
Nervus III
Saraf ini memasuki sinus kavernosus pada dinding lateral dan
memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di
tengah.
Nervus IV
Saraf keempat memasuki orbita melalui fissura orbita superior.
Nukleusnya terletak di otak tengah.
Nervus VI
Saraf ini memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya
terletak di pons.
13
Media Refraksi
Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan
vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan
media refraksi menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan).
Bagian berpigmen pada mata: uvea bagian iris, warna yang tampak
tergantung pada pigmen melanin di lapisan anterior iris.
-banyak pigmen = coklat.
-sedikit pigmen = biru.
-tidak ada pigmen = merah / pada albino.
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous
(badan kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan
pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian
seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan
dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai
mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya
pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.
14
Kornea
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata,
bagian selaput mata yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan
jaringan yang menutupi bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis,
yaitu:
1. Epitel
Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat berikatan erat dengan sel basal di
sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan
makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan
glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ektoderm permukaan
2. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.
15
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sadangkan dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang
sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam
perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 m.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40
m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemi
desmosom dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Boeman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi samapai kepada kedua
lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin
ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah
limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
Trauma atau panyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompresi endotel dan terjadi edema
kornea. Endotel tidak mempunya daya regenerasi. Kornea merupakan bagian
mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan
sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri
pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.
16
dalam vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam
retina. Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang
dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi.
Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di
dalam bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di
belakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti
cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik
mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk
serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa
terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian
sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa
merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua
di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal
dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda
dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan
nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya
korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding
korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula
Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.
17
o Keruh atau apa yang disebut katarak,
o Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi
Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah
besar dan berat.
Lapisan Mata
Lapisan mata dari luar ke dalam adalah: (1) tunika fibrosa, terdiri
dari sklera di bagian belakang dan kornea di bagian depan; (2) tunika
vascular berpigmen, di bagian belakang terdapat koroid, dan di bagian
depan terdapat badan siliaris dan iris; dan (3) tunika nervosa, retina.
18
sirkular, sinus venosus sclera (canal of Schlemm). Pada potongan
meridional dari bagian ini, sinus tampak seperti cekungan (cleft),
dinding luarnya terdiri dari jaringan solid sklera dan dinding dalamnya
dibentuk oleh massa triangular jaringan trabekular.
Aqueous humor direasorbsi menuju sinus skleral oleh jalur pectinate
villi yang analog dengan struktur dan fungsi arachnoid villi pada
meninges serebral menuju pleksus vena sklera.
Kornea merupakan bagian proyeksi transparan dari tunika eksternal,
dan membentuk seperenam permukaan anterior bola mata. Kornea
berbentuk konveks di bagian anterior dan seperti kubah di depan
sklera. Derajat kelengkungannya berbeda pada setiap individu.
19
berakhir, tetapi pemanjangan tipis membran masih memanjang hingga
di belakang prosesus siliaris dan iris, membentuk pars ciliaris
retina danpars iridica retina.
Tepat di bagian tengah di bagian posterior retina, pada titik dimana
gambaran visual paling bagus ditangkap, berupa area oval
kekuningan, makula lutea; pada makula terdapat depresi sentral, fovea
sentralis. Fovea sentralis retina sangat tipis, dan warna gelap koroid
dapat terlihat. Sekitar 3 mm ke arah nasal dari makula lutea terdapat
pintu masuk nervus optikus (optic disk), arteri sentralis retina
menembus bagian tengah discus. Bagian ini satu-satunya permukaan
retina yang insensitive terhadap cahaya, dan dinamakan blind spot.
(Snell, 1997)
1.2 Mikroskopis
Lapisan Histologis Dinding Bola Mata
Secara histologis, dinding bola mata disusun oleh 3 lapisan:
Tunika fibrosa yang terdiri atas sklera dan kornea.
Tunika vaskularis yang terdiri atas khoroid, badan siliaris, dan iris.
Tunika neuralis yang terdiri atas retina
Tunika Fibrosa
Lapisan ini membentuk kapsul yang berfungsi menyokong bola mata, tersusun
atas sklera dan kornea. Sklera terletak di sebelah belakang bola mata,
merupakan bagian yang berwarna putih sementara kornea terletak di sebelah
depan bola mata, merupakan bagian bening yang menutupi iris. Pertemuan
antara sklera dan kornea disebut limbus.
Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang disusun oleh serat kolagen tipe 1 serta
elastin. Susunan ini membentuk struktur dinding bola mata yang kokoh,
disokong oleh tekanan intraokular yang berasal dari humor akuaeous dan
humor vitreus. Bagian belakang sklera yang ditembus oleh serat saraf optik
dinamakan lamina kribrosa. Di sklera dapat ditemukan pembuluh darah,
terutama di limbus.
20
Kornea
Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang
transparan, tidak mengandung pembuluh darah
dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea
bersifat avaskular sehingga nutrisi didapat dari
difusi dari pembuluh darah perifer di limbus,
dan melalui humor akweus. Kornea terdiri dari
5 lapisan:
1 Epitel kornea
- Disusun oleh epitel gepeng berlapis
tanpa lapisan tanduk.
- Merupakan lapisan kornea terluar.
- Terdiri dari 7 lapis sel.
- Mengandung banyak ujung serat saraf
bebas.
2 Membran Bowman
- Terletak dibawah epitel.
- Disusun serat kolagen tipe-1.
3 Stroma Kornea
- Lapisan kornea tertebal.
- Tersusun dari serat kolagen tipe-1, berjalan pararel membentuk lamel
kolagen.
- Terdapat sel fibroblas diantara serat kolagen.
4 Membran Descemet
- Membran dasar tersusun dari serat kolagen
21
5 Endotel Kornea
- Disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid.
- Mensintesis protein untuk membran descemet
- Memiliki pompa natrium yang berperan penting untuk menjaga tekanan
dalam stroma kornea.
Kelebihan cairan dalam stroma dapat diserap oleh endotel dengan cara
mengeluarkan ion natrium ke dalam kamera okuli anterior sehingga air akan ikut
keluar bersama ion natrium. Stroma kornea harus dipertahankan dalam keadaan
sedikit dehidrasi untuk menjaga kualitas refraksi kornea. Kornea menjadi buram
bila endotel kornea gagal mengeluarkan kelebihan cairan di stroma.
Limbus
- Merupakan tempat pertemuan antara kornea dengan sklera.
- Stromanya merupakan tepian sklera yang menyatu dengan kornea.
Tersusun atas jaringan ikat fibrosa.
- Terdapat Kanal Schlemm yang merupakan pembuluh berbentuk cincin
yang melingkari mata dan bermuara pleksus vena sklera.
- Pada korpus siliaris terdapat muskulis siliaris, otot polos untuk mengatur
akomodasi mata.
Tunika Vaskulosa
Koroid
Khoroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel
berpigmen sehingga tampak berwarna hitam. Lapisan ini tersusun dari jaringan
penyambung jarang yang mengandung serat-serat kolagen dan elastin, sel sel
fibroblas, pembuluh darah dan melanosit. Khoroid memiliki 4 lapisan:
1 Epikhoroid
- Lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat kolagen dan elastin.
2 Lapisan pembuluh
- Lapisan yang paling tebal dan tersusun dari pembuluh darah dan
melanosit
3 Lapisan koriokapiler
- Tersusun dari pleksus kapiler, jaringan ikat kolagen dan elastin, fibroblas
dan melanosit
- Berfungsu menyuplai nutrisi untuk bagian luar retina
4. Lamina elastika lapisan khoroid yang berbatasan dengan epitel pigmen
retina
Korpus siliaris
- Merupakan perluasan khoroid ke arah depan.
22
- Disusun oleh jaringan ikat yang menganding
elastin, pembuluh darah, dan melanosit.
- Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan
pendek prosessus siliaris.
- Dari prosessus siliaris muncul benang fibrillin
yang akan berinsersi pada kapsula lensa, disebut
sebagai zonula zinii.
- Zonula zinii berfungsi sebagai penggantung
lensa
- Dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid.
- Sel-sel korpus siliaris merupakan penghasil
aqueous humor.
- Cairan ini akan mengalir dari kamera okuli
posterior ke kamera okuli anterior melewati
celah pupil, lalu masuk ke dalam kanal
Schlemm di limbus dan bermuara di sistem
vena.
- Korpus siliaris mengandung 3 berkas otot polos
yang dikenal sebagai mukulus siliaris.
- Satu berkas otot berfunsi membuka kanal Schlemm untuk aliran humor
akweus.
- 2 berkas lainnya untuk akomodasi mata.
Iris
- Iris merupakan bagian paling depan dari tunika vaskulosa
- Struktur ini merupakan kelanjutan badan siliar dan membentuk sebuah
diafragma di depan lensa.
- Iris merupakan pemisah kamera okuli anterior dan posterior, dengan pupil di
tengahnya.
- Iris disusun oleh jaringan ikat longgar berpigmen dan memiliki banyak
pembuluh darah.
- Permukaan iris yang menghadap ke kamera okuli anterior tidak beraturan
dengan lapisan pigmen yang tidak lengkap.
- Permukaan posterior iris lebih halus dan memiliki banyak sel-sel pigmen
yang akan mencegah cahaya melintas lewat iris.
- Hal ini membuat cahaya terfokuskan masuk lewat pupil.
- Jumlah sel melanosit yang terdapat pada iris akan memengaruhi warna mata.
- Bila jumlah melanosit banyak, mata akan tampak hitam, sebaliknya jika
sedikit, mata akan tampak biru.
23
- Terdapat 2 jenis otot polos, yaitu otot dilator pupil dan otot konstriktor pupil.
Lensa Mata
Terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul, dan serat lensa. Kapsul
lensa adalah lamina basalis yang terdiri atas serat kolagen tipe IV dan
glikoprotein. Kapsul lensa bersifat elastis, jernih, dan padat. Epitel subkapsul
hanya terdapat di permukaan anterior lensa yang terdiri atas epitel selapis kuboid.
Serat-serat lensa merupakan sel yang kehilangan inti dan organel lainnya,
kemudian diisi oleh protein lensa bernama crystallin. Cystalli akan meningkatkan
index pembiasan lensa.
Lensa tidak mengandung pembuluh darah, nutrisinya diperoleh lewat aqueous
humor dan korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel, namun transparan.
Korpus Vitreus
Merupakan agar jernih yang mengisi urang antara lensa dan retina. Korpus vitreus
disusun 99% oleh air dan mengnadung elektrolit, serta serat kolagen dan asam
hialuronat. Di dalm korpus vitreus terdapat sisa suatu saluran yang dikenal
sebagai kanal hialoidea, yang semula mengandung arteri hialodea pada masa
janin.
24
Tunika Neuralis
Retina merupakan lapisan terdalam
bola mata, mengandung sel fotoreseptor
batang dan kerucut.
- Di retina terdapat lempeng optik
yang merupakan tempat keluarnya
nervus optikus.
- Serat-serat saraf di daerah ini
bertumpuk membentuk tonjolan
yang disebut papila nervus optikus
atau bintik buta.
- Daerah ini tidak mengandung sel
fotoreseptor sehingga tidak peka
terhadap cahaya.
- Pada papila nervus optikus terdapat
arteri dan vena sentralis.
- Arteri ini merupakan satu-satunya
arteri yang mensuplai darah ke
retina.
- Di lateral bintik buta terdapat
daerah berpigmen kuning yang
dikenal sebagai bintik kuning atau
makula lutea.
- Bagian tengah makula lutea
dikenal sebagai fovea sentralis dan
merupakan daearah penglihatan
yang paling peka.
- Sel penglihatan pada lantai fovea
terdiri atas sel kerucut yang
tersusun rapat dan berukuran lebih
panjang dibandingkan dengan sel-
sel di bagian perifer retina.
- Di daerah fovea ini pula sel lapisan
dalam retina lebih dangkal, sehingga cahaya dapat mencapai sel kerucut dan
batang lebih mudah.
Retina terdiri atas 10 lapisan dari luar ke dalam:
Epitel berpigmen --> lapisan sel poligonal yang kaya akan butir melanin,
berfungsi menyerap cahaya dan mencegah pemantulan, memberi nutrisi sel
fotoreseptor, sel pelepas dan penimbun vitamin A, dan tempat pembentukan
rhodopsin.
Lapisan batang dan kerucut --> terdiri atas sel-sel fotoreseptor yang
merupakan modifikasi sel saraf. Sel batang mengandung pigmen rhodopsin
yang sangat peka terhadap cahaya sehingga dapat teraktivasi dalam keadaan
cahaya redup, namun jika cahaya terang, sel ini tidak dapat menghasilkan
25
sinyal. Sel kerucut mempunyai pigmen iodopsin yang sensitif terhadap warna
merah, biru, dan hijau. Sel ini akan teraktivasi dengan cahaya terang.
Membran limitas luar --> rangkaian kompleks tautan antara sel batang dan sel
kerucut.
Lapisan inti luar --> lapisan yang terdiri atas inti sel batang dan kerucut
Lapisan plesiform luar --> terdiri atas akson sel batang dan kerucut serta
dendrit sel bipolar
Lapisan inti dalam -->dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel
horizontal, sel amakrin, serta sel Muller (gliosit retina)
Lapisan pleksiform dalam --> terbentuk akibat sinaps antara sel- sel di lapisan
inti dalam
Lapisan sel ganglion --> terdiri atas sel ganglion yang menyerupai neuron
otak dengan akson panjang menuju nervus optikus
Lapisan serat saraf --> dibentuk oleh akson sel ganglion
Membran limitans dalam --> membran basalis sel Muller yang memisahkan
retina dari korpus vaskulosa
Organ-organ Tambahan
Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam
kelopak mata dan meutupi permukaan sklera pada bagian depan bola mata.
Konjungtiva tersusun atas epitel berpalis silindris dengan sel goblet. Sekret sel
goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai pelumas dan pelindung
epitel bagian depan mata.
Kelenjar lakrimal
Kelenjar lakrimal adalah kelenjar tubuloasinar serosa dengan mioepitel. Lobus
kelenjar air mata akan mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran menuju bagian
lateral forniks superior konjungtiva. Air mata bergerak menuju medial mata dan
kelebihannya akan memasuki puncta lacrimal, kemudian kanalikuli lakrimal
menuju sakus lakrimal. Dari sakus lakrimal, air mata akan masuk ke dalam duktus
nasolakrimal kemudian dikeluarkan ke meatus inferior di dasar rongga hidung.
Kelopak mata
Kelopak mata terdiri atas jaringan ikat dan otot rangka di bagian tengah yang
diliputi kulit dan membran mukosa.
Kulit terletak di bagian depan, merupakan kulit tipis dengan berbagai adnexa serta
kelenjarnya.
Di bawah kulit terdapat lapisan otot rangka orbicularis oculi. Kemudian di bagian
tengah kelopak mata terdapat suatu jaringan ikat yang disebut tarsus. Di dalam
tarsus terdapat kelenjar sebasea yang disebut kelenjar Meibom.
26
mengecil dan dipengaruhi oleh saraf parasimpatis dan m.dilator pupilae yg
menyebabkan pupil membesar dan dipersarafi oleh simpatis.
Lalu cahaya dibiaskan melalu media refraksi yang terdiri dari kornea dan
lensa, bentuk kornea itu sendiri berbentuk konveks (cembung) berfungsi agar
cahaya dapat di belokkan pada titik focus, setelah melewati kornea cahaya lalu
diteruskan oleh lensa. Yg juga berbentuk konveks sehingga cahaya dapat jatuh
pada titik focus di retina. Lensa sendiri diatur oleh m.ciliaris yg disambungkan
oleh zonula zinii. Bila m.ciliaris berkontraksi maka pupil maka zonula zinii
melemas sehingga membuat lensa semakin cembung dan berfungsi untuk melihat
dari jarak dekat (akomodasi). Sebaliknya bila m.ciliaris melemas maka zonula
zinii akan menarik lensa sehingga lensa menjadi semakin pipih dan berfungsi
untuk melihat jarak jauh. Semua otot tersebut masing masing dipersarafi oleh
parasimpatis dan simpatis.
Setelah cahaya di refraksikan maka cahaya akan mencapai retina yg
terdapat sel sel fotoreseptor yaitu sel batang dan sel kerucut.
Sifat dari sel sel ini ialah bila sel batang maka sel ini peka terhadap gelap,
kepekaan tinggi dan ketajaman rendah. Bila sel kerucut peka terhadap sinar dan
warna , ketajaman penglihatan tinggi, digunakan pada saat siang hari.
Terjadi beberapa proses pada saat otak mengekspresikan gelap atau terang
yaitu
gelap
kosentrasi Na tinggi
depolarisasi membrane
kosentrasi Na tinggi
27
penurunan GMP-siklik
penutupan canal Na
menutupnya canal Ca
28
Glandula lacrimalis terletak pada tepi supero-lateral orbita. Saluran-salurannya
bermuara ke dalam bagian lateral fornix superior di conjunctiva. Persarafan:
serabut-serabut sekremotorik dari nukleus salivatorius superior melalui
ganglion geniculi, n. petrosus superficialis major, ganglion
pterygopalatinum, ramus zygomatico-temporalis, n. maxillaris, selanjutnya
melalui nn. lacrimales.
Sirkulasi air mata:
1. glandula lacrimalis.
2. lacus lacrimalis.
3. meluas di atas cornea.
4. punctum lacrimalis di tepi medial.
5. canalis lacrimalis.
6. saccus lacrimalis.
7. ductus nasolacrimalis.
8. meatus nasi inferior di dinding lateral cavum nasi.
29
merupakan ujung atas yang buntu dari ductus nasolacrimalis. Ductus
nasolacrimalis panjangnya lebih kurang 0,5 inchi/1,3 cm dan keluar dari ujung
bawah saccus lacrimalis. Ductus berjalan kebawah, belakang dan lateral di
dalam canalis osseosa dan bermuara kedalam meatus nasi inferior. Muara ini
dilindungi oleh lipatan membrana mucosa yang dikenal sebagai plica
lacrimalis. Lipatan ini mancegah udara masuk melalui ductus ke dalam saccus
lacrimalis pada waktu membuang sekret hidung.
(Sherwood, 2014)
3.2 Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti:
a. Konjungtivitis bakteri.
b. Konjungtivitis klamidia.
c. Konjungtivitis viral.
d. Konjungtivitis ricketsia.
e. Konjungtivitis jamur.
f. Konjungtivitis parasit.
g. Konjungtivitis alergi.
h. Konjungtivitis kimia atau iritatif (Vaughan, 2008).
Konjungtivitis bacterial
30
1. Konjungtivitis blenore
Blenore neonaturum merupakan konjungtivitis pada bayi yang baru lahir.
Penyebabnya adalah gonococ, clamidia dan stapilococcus.
2. Konjungtivitis gonore
Radang konjungtiva akut yang disertai dengan sekret purulen. Pada
neonatus infeksi ini terjadi pada saat berada dijalan lahir. Pada orang dewasa
penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin pada kontak dengan
penderita uretritis atau gonore. Manifestasi klinis yang muncul pada bayi baru
lahir adanya sekret kuning kental, pada orang dewasa terdapat perasan sakit
pada mata yang dapat disertai dengan tanda tanda infeksi umum.
3. Konjungtivitis difteri
Radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri difteri memberikan
gambaran khusus berupa terbentuknya membran pada konjungtiva
4. Konjungtivitis folikuler
5. Konjungtivitis angular
Peradangan konjungtiva yang terutama didapatkan didaerah kantus
interpalpebra disertai ekskoriasi kulit disekitar daerah peradangan,
kongjungtivitis ini disebabkan oleh basil moraxella axenfeld.
6. Konjungtivitis mukopurulen
7. Blefarokonjungivitis
Radang kelopak dan konjungtiva ini disebabkan oleh staphilococcus
dengan keluhan utama gatal pada mata disertai terbentuknya krusta pada tepi
kelopak
Konjungtivitis viral
1. Keratokonjungtivitis epidemika
Radang yang berjalan akut, disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19.
Konjuntivitis ini bisa timbul sebagai suatu epidemi. Penularan bisa melalui
31
kolam renang selain dari pada wabah. Gejala klinis berupa demam dengan
mata seperti kelilipan, mata berair berat
2. Demam faringokonjungtiva
Kongjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus.
Kelainan ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair dan
sedikit, yang mengenai satu atau kedua mata. Biasanya disebabkan adenovirus
tipe 2,4 dan 7 terutama mengenai remaja, yang disebarkan melalui sekret atau
kolam renang.
3. Keratokonjungtivitis herpetik
Konjungtivitis herpetik biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2
tahun yang disertai ginggivostomatitis, disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Konjungtivitis jamur
Infeksi jamur jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi
tidak memperlihatkan gejala. Jamur yang dapat memberikan infeksi pada
konjungtivitis jamur adalah candida albicans dan actinomyces.
Konjungtivitis alergik
1. Konjungtivitis vernal
Termasuk reaksi hipersensitif musiman, ada hubungan dengan sensitivitas
terhadap tepung sari rumput rumput pada iklim panas. Keluhannya berupa
gatal, kadang -kadang panas, lakrimasi, menjadi buruk pada cuaca panas dan
berkurang pada cuaca dingin.
2. Konjungtivitis flikten
Bakteri patogen yang paling umum pada konjungtivitis infeksi meliputi
Pneumococcus, Staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, dan
Haemophilus influenzae. Sedangkan yang jarang adalah Neisseria gonorrhoeae
menyebabkan konjungtivitis hiperakut purulenta, organismenya ditularkan
32
dari genitalia ke tangan lalu ke mata. Chlamydia adalah penyebab tersering
dari konjungtivitis persisten.
Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh adenovirus, herpes simplex,
Epstein-Barr, varicella zoster, molluscum contagiosum, coxsackie, dan
enterovirus. Adenoviral konjungtivitis biasanya menyebabkan epidemik
keratokonjungtivitis, follikular konjungtivitis, dan nonspesifik konjungtivitis.
Virus picorna, atau enterovirus 70 menyebabkan konjungtivitis hemoragik
epidemik akut. Konjungtivitis viral sangat menular dan menyebar melalui
kontak langsung dengan orang atau permukaan yang terkontaminasi oleh
sekret.
Konjungtivitis alergi merupakan konjungtivitis noninfeksi, dapat berupa
reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari
kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik. Umumnya
disebabkan oleh bahan kimia dan mudah diobati dengan antihistamin atau
bahan vasokonstriktor. Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi
seperti konjungtivitis flikten, konjungtivitis vernal, konjungtivitis atopi,
konjungtivitis alergi bakteri, konjungtivitis alergi akut, konjungtivitis alergi
kronik, sindrom Stevens Johnson, pemfigoid okuli, dan sindrom Sjogren.
3.3 Klasifikasi
1 Konjungtivitis Infeksi
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh
bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata
merah, sekret pada mata, dan iritasi mata. Sering dijumpai pada anak-
anak,dan biasanya dapat sembuh sendiri.
Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti
streptococci, staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada
mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal
tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal
33
dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ
sekitar ataupun melalui aliran darah (Rapuano, 2008).
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab
perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap
antibiotik.
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang
meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah
sistem imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan
imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan
oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada
mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva
(Amadi, 2009).
Gejala Klinis
Gejala-gejala yang timbul
- injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh.
- sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen
daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan
sering dijumpai edema pada kelopak mata (AOA, 2010).
- Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan
pada konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur
karena adanya sekret dan debris pada lapisan air mata,
- reaksi pupil masih normal.
- Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang saling
melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur. (James, 2005).
- Kelopak mata bengkak dan berkusta. Pada keadaan awal sekret
berbentuk serosa menyerupai konjungtivitis virus namun dalam
beberapa hari sekret menjadi mukopurulen.
Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin
saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien
yang lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan
penyakit menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu
juga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama
sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-obat
kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan
penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat
pengguna lensa kontak.
Komplikasi
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali pada
pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva
paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan
menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat mengurangi
komponen akueosa dalam film air mata prakornea secara drastis dan juga
34
komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut juga
dapat mengubah bentuk palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan
entropion sehingga bulu mata dapat menggesek kornea dan menyebabkan
ulserasi, infeksi dan parut pada kornea (Vaughan, 2010).
Penatalaksanaan
- Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan
agen mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan
antimikroba topikal spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis
purulen yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-
negatif harus segera dimulai terapi topical dan sistemik .
- Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus
konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk
menghilangkan sekret konjungtiva.
- Kloramfenikol tetes mata 4-6x sehari. Biasanya diberikan
sebelum tidur agar tidak mengganggu aktivitas.
2 Konjungtivitis virus
Definisi
Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh
berbagai jenis virus. Dan berkisar antara penyakit berat yang dapat
menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan
dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri (Vaughan,
2010).
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap jenis
konjungtivitis ataupun mikroorganisme penyebabnya (Hurwitz, 2009).
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit ini dijelaskan pada
etiologi.
Gejala Klinis
Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan
etiologinya.
35
a. keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh adenovirus ;
- demam dan mata seperti kelilipan,
- mata berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran.
- infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi
konjungtivitis
- bertahan selama lebih dari 2 bulan (Vaughan & Asbury, 2010).
- Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan
gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala infeksi umum
lainnya seperti sakit kepala dan demam (Senaratne & Gilbert,
2005).
b. konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV)
;
- biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral,
- iritasi,
- sekret mukoid,
- nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes.
c. Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh
enterovirus dan coxsackie virus ;
- nyeri,
- fotofobia,
- sensasi benda asing,
- hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebra dan
perdarahan subkonjungtiva
- kadang-kadang terjadi kimosis.
Diagnosis
- sekret serosa
Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena
itu diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipetipe
menurut penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejala-
gejala sistemik maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor
resiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis
konjungtivitis virus (AOA, 2010). Pada anamnesis penting juga untuk
ditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang
terinfeksi (Gleadle, 2007).
Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri
berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan
lanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskan
waktu dan biaya (Hurwitz, 2009).
Komplikasi
Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti
blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya
pseudomembran, dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan
keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit (Vaughan, 2010).
36
Penatalaksanaan
Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang
dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi,
namun antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk mencegah
terkenanya kornea (Scott, 2010). Pasien konjungtivitis juga diberikan
instruksi hygine untuk meminimalkan penyebaran infeksi.
3 Konjungtivitis Vernal/alergi
Konjungtivitis vernal adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan
disebabkan oleh rekasi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh
sistem imun. Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di
konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1.
Onset terjadinya pada usia 5th ke atas dan berkurang setelah masa pubertas.
Pada umumnya didapatkan riwayat atopi pada pasien/keluarga.
Gejala Klinis
Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan
subkategorinya. Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-
tumbuhan keluhan utama adalah;
- gatal,
- kemerahan,
- lakrimasi
- injeksi ringan konjungtiva,
- sering ditemukan kemosis berat.
Pasien dengan keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan mata sangat
gatal dengan kotoran mata yang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan
banyak papila halus di konjungtiva tarsalis inferior. Sensasi terbakar,
pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobia merupakan keluhan yang
paling sering pada keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa tepian
palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak putih susu. Pada kasus
37
yang berat ketajaman penglihtan menurun sedangkan pada konjungtivitas
papilar raksasa dijumpai tanda dan gejala yang mirip konjungtiva viral.
Diagnosis
Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta
observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis
alergi. Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah
rasa gatal pada mata, yang mungkin saja disertai mata berair, kemerahan dan
fotofobia (Weissman, 2010).
Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea
dan infeksi sekunder (Jatla, 2009).
Penatalaksanaan
- Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktor-
antihistamin topikal dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-
gatal dan steroid topikal jangka pendek untuk meredakan
gejala lainnya.
- Keadaan akut/eksaserbasi akut;
a. kortikosteroid topical. Dan dapat dihentikan bila keluhan
akut hilang.
b. Mast cell stabilizers (natrium kromoglikat) atau lodoxamid
- Flourometolone dapat digunakan karna dapat meningkatkan
TIO lebih rendah dari pada dexamethasone.
38
Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliaris
Iritasi, Keratitis, Iridosiklitis, Glaukoma
Kausa Konjungtivitis Akut
Forniks ke limbus
Lokasi makin kecil Limbus ke forniks makin kecil
Warna Merah terang Merah padam
Bergerak dengan
dengan
Pembuluh darah konjungtiva Tidak bergerak
Adrenalin Menghilang Menetap
Sekret Sekret (+) Lakrimasi (+)
Intensitas Nyeri Sedikit Nyeri
3. Gatal
4. Fotofobia
Tanda Konjungtivitis
1. Hiperemi
Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda
ini merupakan tanda konjungtivitis yang paling mancolok. Hiperemi yang
tampak merah cerah biasanya menandakan konjungtivitis bakterial sedangkan
hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan konjungtivitis
karena alergi. Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah
limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior.
39
mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna keputihan mirip susu
mengesankan konjungtivitis alergi.
Lakrimasi
2. Eksudasi
Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-
lapis dan amorf pada konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut seperti
pada konjungtivitis alergika, yang biasanya menyebabkan tahi mata dan saling
melengketnya palpebra saat bangun tidur pagi hari, dan jika eksudat
berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia.
Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut
Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi
Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri
3. Pseudoptosis
Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke
muskulus muller (M. Tarsalis superior). Keadaan ini dijumpai pada
konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.4
5. Hipertrofi Papil
Hipetropi papil merupakan reaksi non spesifik, terjadi karena
konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut
halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi papila sampai di
membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila mirip
jeruji payung.4
6. Pembentukan Folikel
Folikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan
adenoid konjungtiva dan biasanya mengandung sentrum germinotivum.
40
Kebanyakan terjadi pada viral conjungtivitis, chlamidial conjungtivitis, serta
toxic conjungtivitis karena topical medication. Pada pemeriksaan, vasa fecil
bisa terlihat membatasi foliker dan melingkarinya.
8. Adenopati Preaurikuler
3.5 Patofisiologi
41
Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi
konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi.
Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan
lisozyme) yang merangsang lakrimasi.
Diagnosis Konjungtivitis
42
43
1. Sign & Simptom
2. Pemeriksaan
44
8. Kelemahan palpebra
Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan,
papila, ulserasi, luka, flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi
Kornea
1. Defek epitelial
2. Keratopati punctata dan keratitis dendritik
3. Filamen
4. Ulserasi
5. Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten
6. Vaskularisasi
7. Keratik presipitat
Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi
Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea
3. Pemeriksaan Penunjang
Kebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan anamnesa
dan pemeriksaan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus penambahan tes
diagnostik membantu.
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut
dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai
sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada
pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan
klinik didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema
konjungtiva.
1. Kultur
Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai
merupakan konjungtivitis infeksi neonatal. Kultur bakteri juga dapat
membantu untuk konjungtivitis purulen berat atau berulang pada semua grup
usia dan pada kasus dimana konjungtivitis tidak berespon terhadap
pengobatan.
2. Kultur virus
Bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa. Tes
imunodiagnostik yang cepat dan dilakukan dalam ruangan menggunakan
antigen sudah tersedia untuk konjungtivitis adenovirus. Tes ini mempunyai
sensitifitas 88% sampai 89% dan spesifikasi 91% sampai 94%. Tes
imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui untuk
spesimen dari okuler. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA virus.
Ketersediannya akan beragam tergantung dari kebijakan laboratorium.
45
Kasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan neonatus
dapat dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium. Tes diagnostik yang
berdasarkan imunologikal telah tersedia, meliputi tes antibodi imunofloresens
langsung dan enzyme-linked imunosorbent assay. Tes ini telah secara luas
digantikan oleh PCR untuk spesimen genital, dan, karena itu, ketersediaannya
untuk spesimen konjungtival lebih terbatas. Ketersedian PCR untuk mengetes
sampel okuler beragam. Meskipun spesimen dari mata telah digunakan dengan
performa yang memuaskan, penggunaannya belum diperjelas oleh FDA.
4. Smear/sitologi
Smear untuk sitologi dan pewarnaan khusus (mis.,gram, giemsa)
direkomendasikan pada kasus dicurigai konjungtivitis infeksi pada neonatus,
konjungtivitis kronik atau berulang, dan pada kasus dicurigai konjungtivitis
gonoccocal pada semua grup usia.
5. Biopsi
Biopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang tidak
berespon pada terapi. Oleh karena mata tersebut mungkin mengandung
keganasan, biopsi langsung dapat menyelamatkan penglihatan dan juga
menyelamatkan hidup. Biopsi konjungtival dan tes diagnostik pewarnaan
imunofloresens dapat membantu menetapkan diagnosis dari penyakit seperti
OMMP dan paraneoplastik sindrom. Biopsi dari konjungtiva bulbar harus
dilakukan dan sampel harus diambil dari area yang tidak terkena yang
berdekatan dengan limbus dari mata dengan peradangan aktif saat dicurigai
sebagai OMMP. Pada kasus dicurigai karsinoma glandula sebasea, biopsi
palpebra seluruh ketebalan diindikasikan. Saat merencanakan biopsi,
konsultasi preoperatif dengan ahli patologi dianjurkan untuk meyakinkan
penanganan dan pewarnaan spesimen yang tepat.
6. Tes darah
Tes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan SLK yang tidak
mengetahui menderita penyakit tiroid.
46
Diagnosa Banding Konjungtivitis
Konjungtivitis VIRUS BAKTERI ALERGI
GATAL Minimal Minimal Berat
LAKRIMASI ++ + +
Glaukoma Kongestif
Konjungtivitis Keratitis Uveitis Anterior
Akut
Menurun perlahan,
Tergantung letak
Visus Normal tergantung letak Menurun mendadak
infiltrat
radang
Hiperemi konjungtiva perikornea siliar Mix injeksi
Epifora,
- + + -
fotofobia
Sekret Banyak - - -
Palpebra Normal Normal normal Edema
Edema, suram (tidak
Kornea Jernih Bercak infiltrat Gumpalan sel radang
bening), halo (+)
COA Cukup cukup Sel radang (+) dangkal
Sel radang (+), flare
H. Aquous Normal normal Kental
(+), tyndal efek (+)
47
Kadang edema Kripta menghilang
Iris Normal normal
(bombans) karena edema
Pupil Normal normal miosis Mid midriasis (d:5mm)
Lensa Normal normal Sel radang menempel Keruh
3.7 Tatalaksana
Non Farmakologi
B. Farmakologi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologinya.
Untuk menghilangkan sekret dapat dibilas dengan garam fisiologis.
Kloramfenikol
Gentamisin
Tobramisin
Eritromisin
Sulfa
48
sediaan langsung, maka diberikan antibiotic spectrum luas dalam bentuk tetes
mata tiap jam atau salep mata 4-5x/hari. Apabila memakai tetes mata, sebaiknya
sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid 10-15 %). Apabila tidak sembuh
dalam 1 minggu, bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi, kemungkinan
difisiensi air mata atau kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimal.
Alergi ringan
Konjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata merah
yang timbul musiman dan berespon terhadap tindakan suportif, termasuk air
mata artifisial dan kompres dingin. Air mata artifisial membantu melarutkan
beragam alergen dan mediator peradangan yang mungkin ada pada permukaan
okuler.
Alergi sedang
49
Konjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata
merah yang timbul musiman dan berespon terhadap antihistamin topikal
dan/atau mast cell stabilizer. Penggunaan antihistamin oral jangka pendek
mungkin juga dibutuhkan.
Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling
sering dipakai termasuk sodium kromolin dan Iodoxamide. Antihistamin
topikal mempunyai masa kerja cepat yang meredakan rasa gatal dan kemerahan
dan mempunyai sedikit efek samping; tersedia dalam bentuk kombinasi dengan
mast cell stabilizer. Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja lebih lama,
dapat digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal.
Vasokonstriktor tersedia dalam kombinasi dengan topikal antihistamin, yang
menyediakan tambahan pelega jangka pendek terhadap injeksi pembuluh
darah, tapi dapat menyebabkan rebound injeksi dan inflamasi konjungtiva.
Topikal NSAID juga digunakan pada konjungtivitis sedang-berat jika
diperlukan tambahan efek anti-peradangan.
Alergi berat
Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun dan
dihubungkan dengan peradangan yang lebih hebat dari penyakit sedang.
Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang agresif yang
tampak sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis harus dipertimbangkan
pada kasus berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana memerlukan
tambahan terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama
dengan antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal NSAID
dapat ditambahkan jika memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih lanjut.
Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka panjang terhadap mata termasuk
penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder, peningkatan tekanan
intraokuler, dan pembentukan katarak. Kortikosteroid yang lebih baru seperti
loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon.
Siklosporin topikal dapat melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat
dipertimbangkan sebagai lini kedua dari kortikosteroid. Dapat terutama sekali
berguna sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi berat atau konjungtivitis
vernal.
3.8 Komplikasi
1. glaukoma
2. katarak
3. ablasi retina
50
4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit
dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea
yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi
buta
7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik
dapat mengganggu penglihatan
3.9 Pencegahan
4. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci
tangannya bersih-bersih.
5. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani
mata yang sakit
6. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni
rumah lain
7. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
pembuatnya.
8. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
9. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
10. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk
keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.
11. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau
sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.
3.10 Prognosis
51
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika
bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma,
katarak maupun ablasi retina.
52
Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Kotor atau Belek
Gejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuknya
sekret. Sekret merupakan produk kelenjar, yang pada konjungtiva bulbi
dikeluarkan oleh sel goblet. Sekret konjungtivitis dapat bersifat:
Air, kemungkinan disebabkan oleh infeksi virus atau alergi
Purulen, oleh bakteria atau klamidia
Hiperpurulen, disebabkan oleh gonokok atau meningokok
Lengket, oleh alergi atau vernal
Seros, oleh adenovirus
Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik
dengan pewarnaan Giemsa, maka akan didapat dugaan kemungkinan
penyebab sekret seperti terdapatnya:
Limfositmonositsel berisi nukleus sedikit plasma, maka infeksi
mungkin disebabkan oleh virus
Neutrofil oleh bakteri
Eosinofil oleh alergi
Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasma oleh klamidia
Sel raksasa multinuklear oleh herpes
Sel Lebermakrofag raksasa oleh trakoma
Keratinisasi dengan filamen oleh pemfigus atau dry eye
Badan Guarneri eosinofilik oleh vaksinia
53
dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi.
Infeksi pada kornea perifer biasanya oleh kuman Staphylococcus
aureus, H. influenzae, dan M. lacunata.
d. Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai
dari tepi kornea dengan bagian tepinya tergaung dan berjalan
progresif tanpa kecenderungan perforasi. Lambat laun ulkus ini
mengenai seluruh kornea. Penyebab ulkus Mooren sampai sekarang
belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan diduga
penyebabnya hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, virus,
autoimun, dan alergi terhadap toksin ankilostoma. Penyakit ini lebih
sering terdapat pada wanita usia pertengahan.
e. Glaukoma akut. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak
biasanya merupakan glaukoma sudut tertutup. Pada glaukoma sudut
tertutup akut, tekanan intraokular meningkat mendadak. Terjadi pada
pasien dengan sudut bilik mata sempit. Cairan mata yang berada di
belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil, sehingga
mendorong iris ke depan, mencegah keluarnya cairan mata melalui
sudut bilik mata (mekanisme blokade pupil). Biasanya terjadi pada
usia lebih daripada 40 tahun. Pada glaukoma primer sudut tertutup
akut, terdapat anamnesa yang khas sekali berupa nyeri pada mata
yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan hilang
setelah tidur sebentar. Melihat palangi (halo) sekitar lampu dan
keadaan ini merupakan stadium prodromal. Terdapat gejala
gastrointestinal berupa enek dan muntah yang kadang-kadang
mengaburkan gejala daripada serangan glaukoma akut.
54
Kongesti superfisial Kongesti siliar Kongesti siliar,
konjungtiva merah pucat sirkumkorneal dalam episkleral, dan
Injeksi Superfisial berkurang ke transparan konjungtival kemotik
arah kornea Siliar dalam mengitari Siliar dalam
kornea berkurang ke arah
Kornea Jernih; tapi dapat fornik
berwarna dengan Deposit pada endotel Suram & tak sensitif
fluoresin bila epitel kornea (keratik Edema epitel
kornea di- presipitat) dapat hadir
Bilik depan Tak terlibat Dapat terisi sel-sel, Dangkal
kekeruhan yang
Suar/fler melayang, eksudat
Iris - -/+ ++ -/+
Tak dikenal Gambaran iris tak tegas Kongesti, terdorong ke
atau muddy; mungkin depan, abu-abu-hijau
terdapat sinekia posterior warna berubah
bengkak, suram warna
Pupil berubah
Normal Mengecil; iregular
Dilatasi; kadang lonjong,
Visus sinekia posterior sinekia imobil
Baik, kecuali tertutup Sedang, kabur Buruk
Tensi kotoran (belek) Tinggi sangat keras
Normal Biasanya normal atau (sangat pegal)
Penyulit Tidak terkena renda (pegal), normal
sistemik Nihil sedikit Lemah dan muntah
Sedikit
55
6 Hebat atau menurun
Glaukoma akut Hebat atau ringan sedang Difus
7 ringan Menurun karena
Selulitis orbita Tak ada hebat edema kornea Difus dengan
8 Tak ada hebat Normal atau kemosis
Endoftalmitis Sedang- menurun Hebat
Hebat mencolok Menurun secara
mendadak
DD mata merah;
Konjungtivitis Keratitis/ Tukak Iritis akut Glaukoma akut
Kornea
Kornea Jernih Fluoresein +++/- Presipitat Edema
Penglihatan N <N <N <N
Sekret (+) (-) (-) (-)
Fler - -/+ ++ -/+
Pupil N <N <N >N
Tekanan N N <N> N+++
Vaskularisasi a.konjungtiva Siliar Pleksus Siliar Episkleral
posterior
Injeksi Konjungtival Siliar Siliar Episkleral
Pengobatan Antibiotic Antibiotika Steroid Miotika diamox
sikloplegik sikloplegik +
bedah
Uji Bakteri Sensibilitas Infeksi local Tonometri
DD mata merah;
Gejala Glaucom Uveiti keratiti Konjungtiviti Konjungtiviti Konjungtivitis
subyektif a akut s akut s s bakteri s virus virus
Visus +++ +/++ +++ - - -
Rasa ++/+++ ++ ++ - - -
56
nyeri
Fotofobi + +++ +++ - - -
a
Halo ++ - -- - - -
Eksudat - - -/+++ +++ ++ +
Gatal - - - - - ++
demam - - - - -/++ -
Mata merah dapat di bagi menjadi mata merah dengan visus normal
ataupun mata merah dengan visus terganggu akibat keruhnya media penglihatan
bersama-sama mata yang merah.
57
Injeksi ++ ++ ++ +++ ++ +
konjungtiv
al
Kekeruhan +++ - +/++ - -/+ -
kornea
Kelaianan Midriasis Miosis Normal/ N N N
pupil non- reaktif ireguler miosis
Kedalaman dangkal Normal N N N N
COA
Tekanan Tinggi Rendah N N N N
intraocular
Sekret - + + ++/+++ ++ +
Kelenjar - - - - + -
preaurikula
r
58
Bukanakah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata (Qs. Al-
Balad (90): 8)
59
c Sunnah :melihat muka dan telapak tangan calon istri yang diduga
kuat lamarnya akan diterima, membaca buku-buku yang bermanfaat,
melihat ulama dan orang tua untuk menghormati.
d Makruh :melihat secara berlebihan sesuatu yang tidak ada
manfaatnya.
e Mubah :mendadak tanpa sengaja melihat lawan jenis, pasangan
suami-istri melihat tubuh pasanganya, melihat sesama jenis (aurat)
Terapi :penyadaran diri bahwa Allah senantiasa melihat, berdoa dan meminta
pertolongan Allah, berwudhu, memperbaharui taubat.
Menjaga Pandangan
Menjaga pandangan dalam Islam itu wajib hukumnya. Karena wajib
hukumnya, seorang yang mengaku beriman harus melaksanakannya secara
istiqamah sesuai kemampuan dirinya. Ketika hal ini mampu dijalankannya,
beragam konsekuensi positif pun akan ia dapatkan.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah (691-751 H), seorang ulama besar Islam Abad
Pertengahan, mengatakan, Menjaga pandangan mata, menjamin kebahagiaan
seorang hamba di dunia dan di akhirat. Memelihara pandangan mata, memberi
nuansa kedekatan seorang hamba dengan Rabb-nya. Menahan pandangan mata,
bisa menguatkan hati dan membuat orang lebih bahagia. Menjaga pandangan
sungguh akan menutup pintu masuk setan ke dalam hati!
Lewat kata-katanya ini, Ibnul Qayyim menyampaikan sebuah pesan tersurat
bahwa mata adalah cermin hati. Kebersihan dan kesucian hati seorang hamba
sangat dipengaruhi oleh kemampuannyadalam mengendalikan dan menjaga
pandangan matanya.
Jika seseorang mampu menjaga pandangannya, niscaya dia akan lebih kuat
menahan syahwat dan keinginan nafsunya, lebih nikmat dalam ibadah, lebih
mampu menangkap cahaya kebenaran dan mempelajari ilmu, dan lebih mampu
konsisten dalam keimanannya. Namun sebaliknya, jika seseorang senang
mengumbar pandangannya, dia pun akan sangat mudah mengumbar nafsu
syahwatnya.
Ketika sudah gemar bermaksiat, baik itu maksiat kepada Allah dengan tidak
menunaikan haknya maupun sampai maksiat kepada sesama dengan merampas
haknya, kenikmatan ibadah akan hilang sirna, hatinya tidak lagi peka terhadap
cahaya kebenaran, sehingga ketenangan hati perlahan akan lenyap berganti
kegelisahan, dan kebahagiaan hidup yang hakiki pun akan sulit didapatkan.
Merajalelalanya perzinahan dan perselingkuhan, seks bebas, ataupun aborsi,
sejatinya berawal dari tidak terjaganya pandangan seorang terhadap lawan
jenisnya. Bukankah kebakaran besar sering kali berawal dari sepercik api yang
dibiarkan membesar?
Dalam pandangan neurosains, pandangan mata yang tidak terjaga bisa
membajak fungsi-fungsi lain yang dikelola dan dikendalikan otak, semacam
fungsi berpikir atau logika, fungsi penciuman, sentuhan, hingga gerakan. Dilihat
dari posisi, mata terletak di bagian paling depan dari wajah. Akan tetapi bagian
60
otak yang mengendalikan fungsi penglihatan dan pengolahan data-data visual di
dalam otak, yaitu lobus oksipitalis, terletak paling belakang.
Itulah mengapa, jalur saraf yang menghubungkan mata dengan lobus
oksipitalis menjalin jalur paling panjang yang melewati jalur-jalur lainnya. Itulah
mengapa, menurut ahli neurosains, efek yang ditimbulkan pandangan mata
memiliki pengaruh sangat besar yang bisa mengalahkan fungsi-fungsi lain. Logika
saja bisa kalah dengan pandangan mata, apalagi kalau pandangan tersebut terus
menerus diulang.
Sebagai contoh, fungsi berpikir yang ada di lobus frontalis mengatakan kalau
berselingkuh dengan teman sekantor itu tidak terlarang menurut agama dan bisa
menghancurkan keluarga. Namun, logika ini bisa jebol apabila kita banyak
memandangi dan berinteraksi dengan yang bersangkutan. Keinginan untuk
berselingkuh dengannya akan mengalahkan prinsip-prinsip moral yang ada di otak
rasional.
Itulah mengapa, menilik akibatnya yang sangat besar, baik yang positif
maupun yang negatif. Rasulullah saw sangat menganjurkan manusia untuk
menjaga pandangan. Pandangan mata itu (laksana) anak panah beracun dari
berbagai macam anak panah Iblis. Barang siapa menahan pandangannya dari
keindahan-keindahan wanita, maka Allah mewariskan kelezatan di dalam hatinya,
yang akan dia dapatkan hingga hari ia bertemu dengan Tuhannya. (HR Ahmad).
Beliau pernah memerintahkan seorang sahabat untuk memalingkan
pandangannya ketika yang bersangkutan dengan tidak sengaja melihat wanita
bukan mahramnya. Janganlah engkau susuli pandangan dengan pandangan lagi,
karena yang pertama menjadi bagianmu dan yang kedua bukan lagi menjadi
bagianmu. (HR Ahmad, Tirmidzi dan Abu Daud)
Perintah menjaga dan menundukkan pandangan dengan sangat jelas
terungkap pula dalam Al-Quran. Allah Swt berfirman, Katakanlah kepada orang
laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah
(pula) kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) nampak dari padanya (QS An-Nr, 24: 30-31).
Di dalam ayat ini, Allah Swt memerintahkan menjaga pandangan sebelum
perintah memelihara kemaluan. Apa artinya? Menjaga pandangan merupakan
tahap pertama dalam menjaga kemaluan sehingga celah beragam kemaksiatan lain
yang lebih besar otomatis akan tertutup.
61
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/SMF Ilmu Penyakit Mata
RSU Dr. Soetomo. Surabaya: RSU Dr. Soetomo.
Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta: EGC.
Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Grays Anatomy for Students. Philadelphia:
Elsevier Churchill Livingstone; 2005
Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 2008
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC;
2007
Ilyas, Sidarta, Sri Rahayu Yulianti. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4.
Jakarta:FKUI
James, Bruce, dkk. 2006. Lecture Notes: Oftalmologi Edisi Kesembilan. Jakarta:
Erlangga.
62
Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology a Systematic Approach. 7 th
edition. Philadelphia: Elsevier; 2011
Snell, Richard. 1997. Anatomi Klinik Bagian 3 Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
63