PBL 2 Urin
PBL 2 Urin
AIN F.
Sasaran Belajar
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Kemih Bagian Bawah
LO 1.1 Makroskopik
LO 1.2 Mikroskopik
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Berkemih (Miksi)
LO 1.1 Mekanisme
LO 1.2 Regulasi
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Saluran Kemih
LO 3.1 Definisi
LO 3.2 Epidemiologi
LO 3.3 Klasifikasi
LO 3.4 Etiologi
LO 3.5 Faktor Resiko
LO 3.6 Patogenesis
LO 3.7 Manifestasi Klinis
LO 3.8 Diagnosis dan Diagnosis Banding
LO 3.9 Komplikasi
LO 3.10 Prognosis
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang ISK
LI 5. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana dan Pencegahan ISK
LI 6. Memahami dan Menjelaskan Salisul Baul
2
1. Ureter
Merupakan saluran yang mengalirkan urin dari ginjal ke vesical urinaria
Merupakan lanjutan pelvis renalis menuju distal, bermuara pada VU
Panjang: 25-30 cm.
Terdiri atas dua bagian:
- Pars abdominalis
- Pars pelvica
Batas kedunya diambil suatu bidang disebut aditus pelvis
3 tempat penyempitan pada ureter:
1) Uretero-pelvic junction, yaitu perubahan pelvis renalis menjadi
ureter
2) Tempat penyilangan ureter dengan vassa iliaca dengan flexura
marginalis, yaitu pada waktu masuk pintu atas panggul (menyilang
a. iliaca communis)
3) Muara ureter ke dalam vesical urinaria, yaitu pada waktu
menembus dinding VU
Sintopi:
a) Ureter Dextra
- Anterior: duodenum, ileum terminalis, A.V. colica dextra,
A.V. iliocolica, A.V. testicularis/ ovarica dextra
- Posterior: m. psoas dextra, bifurcation A. iliaca communis
dextra
b) Ureter Sinistra
- Anterior: colon sigmoid, mesocolon sigmoid, A.V. ileae dan
Aa. Jejunalis, A.V. testicularis/ovarica sinistra
- Posterior: m. psoas sinistra, bifurcation A. iliaca communis
sinistra
Jalan ureter pada pria dan wanita berbeda terutama pada daerah pelvis
karena ada alat-alat yang berbeda pada panggul. Pada pria ureter
3
3. Urethrae
Merupakan saluran keluar dari urin yang diekskresikan oleh tubuh melalui
ginjal, ureter, vesical urinaria, mulai dari ujung bawah VU sampai OUE.
6
Urethrae pria lebih panjang dari wanita karena pada perjalanannya tidak
sama dan beda alat-alat di panggul.
Panjang pada pria sekitar 20-25 cm, pada wanita kurang lebih 4 cm.
Urethrae pria terbagi atas:
a. Pars prostatica:
- Melalui prostat, di bagian dorsal OUI ada tonjolan disebut uvula
vesicae yang akan berlanjut ke dinding dorsal pars prostatica
sebagai crista urethralis kemudian sebagai colliculus seminalis
yang disebelah kanan kirinya terdapat sinus prostaticus.
- Panjangnya sekitar 3 cm
- Pada colliculus seminalis di linea mediana bermuara utriculus
prostaticus yaitu saluran pedek, pada ujung lain buntu.
- Paramedian agak ke proximal muara utriculus prostaticus bermuara
ductus ejaculatorius.
b. Pars membranaceae
- Melalui trigonum urogenitalis, panjang sekitar 2 cm
- Bagian yang penting karena urethrae sangat menyempit
dibandingkan dengan keduanya dan pada pria berkelok-kelok
- Didepan VU ada rongga yang dibentuk symphysis pubis (depan),
lateral ramus inferior os pubis disebut spatium prae vesicale/
spatium retropubicum/ Retzii.
c. Pars Cavernosa (Spongiosa)
- Berjalan di dalam corpus cavernosum urethrae (corpus spongiosum
penis) dimulai dari fossa intrabulbaris sampai dengan pelebaran
urethrae yang disebut fossa termina;is (fossa navicularis urethrae).
Karena melebar, jika terjadi penurunan batu VU maka akan
tersangkut disini dan dapat diambil dengan pinset dari OUE
- Ikut membentuk penis. Di pangkal urethrae ada yang melebar
disebut bulbus urethrae, lanjut membentuk penis yang merupakan
bagian erectile dibagi kiri dan kanan.
- Kelenjar yang terletak paraurethral ada yang bermuara langsung di
samping ostium urethrae externum. Dikenal lacuna magna terletak
di dinding dorsal fossa terminalis. Ada juga lacuna yang tidak
bersifat kelenjar. Pada waktu memasukkan catheter logam ke dalam
urethrae pria ada kemungkinan ujung catheter masuk ke dalam
fossa intrabulbaris
Vaskularisasi
Laki-laki: cabang a.vesicalis inferior dan a.dorsalis penis
Perempuan: cabang a.uterina dan a.vaginalis
Inervasi
r. perinealis n.pudendus
7
LO 1.2 Mikroskopik
Sepanjang saluran kemih mulai dari calyx, pelvis, ureter dan vesical urinaria
semuanya dilapisi oleh epitel transisional. Perbedaannya terdapat pada tebalnya epitel dan
banyaknya lapisan yang menyusun epitel.
1. Ureter
Ureter memiliki epitel transisional yang tebal. Ureter terdiri dari lapisan mucosa,
muscularis dan adventitia. Tunica mucosa mempunyai lamina propria berupa
jaringan ikat jarang di bawah epitel. Tunica muscularis terdiri dari 3 lapisan otot
polos, sebelah dalam berjalan longitudinal, di bagian tengah circular dan di
sebelah luar longitudinal. Tunica adventitia merupakan jaringan ikat jarang.
8
2. Vesica Urinaria
Seperti halnya ureter, vesica urinaria disusun oleh 3 lapisan, yaitu mucosa,
muscularis dan adventitia/serosa. Lapisan sel yang menyusun epitel transisional
pada mucosa lebih banyak. Pada permukaan epite yang teregang dapat ditemukan
sel paying denga dinding apicalnya berwarna asidofil. Di bawah epitel terdapat
lamina propria. Tunica muscularis tersusun oleh lapisan-lapisan otot polos yang
berjalan ke berbagai arah. Tunica adventitia berupa jaringan ikat, sebagian VU
ditutupi oleh peritoneum (serosa).
Mucosa VU yang kosong memperlihatkan banyak lipatan mukosa yang
menghilang sewaktu kandung kemih melebar. Epitel transisional lebih tebal
daripada di ureter dan mengandung sekitar 6 lapis sel.
3. Urethra
9
Uretra pria dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu uretra prostatika, uretra
membranous, dan uretra spongiosa (penile uretra). Uretra prostatika, memiliki
panjang 3-4cm, terletak disekitar kelenjar prostat. Daerah ini dilapisi oleh
epitelium transisional dan terdapat banyak lubang yang berasal dari prostat dan
sepasang saluran ejakulasi. Uretra membranous hanya memiliki panjang 1-2cm.
Daerah ini dilapisi epitel kolumnar berlapis yang diselingi dengan bercak epitel
kolumnar pseudostratified. Uretra spongi (penile uretra) merupakan bagian yang
terpanjang dengan panjang sekitar 15 cm. Daerah ini memanjang sepanjang penis
dan berakhir pada ujung glan penis. Uretra spongi dilapisi oleh epitel kolumnar
bertingkat diselingi dengan bercak kolumnar pseudostratified dan epitel skuamosa
berlapis nonkeratinized. Bagian terminal yang diperbesar dari uretra pada glans
penis (fossa navicular) dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis nonkeratinized.
Pars prostatica
Ujung distal lumen urethra melebar: fossa navicularis, umumnya dilapisi epitel
bertingkat torak dan epitel selapis torak, dibeberapa tempat terdapat epitel
berlapis gepeng, kelenjar Littre, kelenjar mukosa yang terdapat disepanjang
urethra, terutama pada pars pendulosa
Wanita
Pendek, 4-5 cm
Dilapisi epitel berlapis gepeng, dibeberapa tempat terdapat epitel bertingkat
torak
10
1. Pusat yang lebih tinggi menjaga agar reflex mikturisi tetap terhambat sebagian,
kecuali bila mikturisi diinginkan
2. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah mikturisi, bahkan jika terjadi reflex mikturisi,
dengan cara sfingter kandung kemih eksterna terus-menerus melakukan kontraksi
tonik hingga saat yang tepat datang dengan sendirinya
3. Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat mikturisi sacral
untuk membantu memulai reflex mikturisi dan pada saat yang sama menghambat
sfingter eksterna sehingga pengeluaran urin dapat terjadi.
MEKANISME BERKEMIH
Dalam keadaan normal kandung kemih dan uretra berhubungan secara simultan dalam
penyimpanan dan pengeluaran urin.Selam penyimpanan, leher kandung kemih dan uretra
proksimal menutup, dan tekanan intra uretra berkisar antara 20-50 cmH2O.Sementara itu otot
detrusor berelaksasisehingga tekanan kandung kemih tetap rendah.
Mekanisme berkemih terdiri dari 2 fase, yaitu fase pengisian dan fase pengosongan kandung
kemih
1. Fase pengisian (filling phase)
Untuk mempertahankan kontinensia urin, tekanan intra uretra selamanya harus melebihi
tekanan intra vesikal kecuali pada saat miksi.Selama masa pengisian, ternyata hanya terjadi
sedikit peningkatan tekanan intra vesika, hal ini disebabkan oleh kelenturan dinding vesikal
dan mekanisme neural yang diaktifkan pada saat pengisian vesika urinaria.Mekanisme neural
ini termasuk refelk simpatis spinal yang mengatifkan reseptor pada vesika urinaria dan
menghambat aktifitas parasimpatis. Selama masa pengisian vesika urinaria tidak ada aktivitas
kontraktil involunter pada detrusor. Tekanan normal intra vesika maksimal adalah 50 cm
H2O sedangkan tekanan intrauretra dalam keadaan istirahat antar 50-100 cm H2O. Selama
pengisian vesika urinaria,tekanan uretra perlahan meningkat. Peningkatan pada saat pengisian
vesika urinaria cenderung kerah peningkatan aktifitas otot lurik spinchter.Refelek simpatis
juga meningkatkan stimulasi reseptor a pada otot polos uretra dan meningkatkan kontraksi
uretra pada saat pengisian vesika urinaria.
menghasilkan kontraksi yang terkoordinasi dari otot detrusor bersamaan dengan penurunan
resistensi yang melibatkan otot lurik dan polos uretra.Terjadi penurunan leher vesika urinaria
dan terjadi aliran urin. Ketika miksi secara volunter, dasar panggul berkontraksi untuk
meninggikan leher vesika urinaria kearah simfisis pubis,leher vesika tertutup dan tekanan
detrusor menurun.
Pengeluaran urin secara volunter biasanya dimulai dengan cara sebagai berikut : Mula-mula,
orang tersebut secara volunter mengkontraksikan otot perutnya, yang akan meningkatkan
tekanan di dalam kandung kemih dan memunkinkan urin tambahan memasuki leher kandung
kemih dan uretra posterior dalam keadaan di bawah tekanan, sehingga meregangkan
dindingnya. Hal ini memicu reseptor regang, yang mencetuskan reflex mikturisi dan secara
bersamaan menghambat sfingter uretra eksterna. Biasanya, seluruh urin akan dikeluarkan,
dan menyisakan tidak lebih dari 5-10 milimeter urin di dalam kandung kemih.
Fungsi kandung kencing normal memerlukan aktivitas yang terintegrasi antara sistim saraf
otonomi dan somatik. Jaras neural yang terdiri dari berbagai refleks fungsi destrusor dan
sfingter meluas dari lobus frontalis ke medula spinalis bagian sakral.
Peran aferen hipogastrik tidak jelas tetapi serabut ini mungkin menyampaikan beberapa
sensasi dari distensi kandung kencing dan nyeri. Aferen somatik pudendal menyalurkan
sensasi dari aliran urine, nyeri dan suhu dari uretra dan memproyeksikan ke daerah yang
serupa dalam medula spinalis sakral sebagai aferen kandung kencing. Hal ini
menggambarkan kemungkinan dari daerah-daerah penting pada medula spinalis sakral
untuk intergrasi viserosomatik.
pengaturan (switch point) dimana reflex transpinal-bulber diatur sedemikian rupa baik untuk
pengaturan pengisian atau pengosongan kandung kencing. Pusat miksi pons berperansebagai
pusat pengaturan yang mengatur reflex spinal dan menerima input dari daerah lain di otak.
2. Pengaliran urine
Pada orang dewasa yang normal, rangsangan untuk miksi timbul dari distensi
kandung kencing yang sinyalnya diperoleh dari aferen yang bersifat sensitif terhadap
regangan. Mekanisme normal dari miksi volunter tidak diketahui dengan jelas tetapi
diperoleh dari relaksasi oto lurik dari sfingter uretra dan lantai pelvis yang diikuti
dengan kontraksi kandung kencing. Inhibisi tonus simpatis pada leher kandung
kencing juga ditemukan sehingga tekanan intravesikal diatas/melebihi tekanan intra
uretral dan urine akan keluar. Pengosongan kandung kemih yang lengkap tergantung
adri refleks yang menghambat aktifitas sfingter dan mempertahankan kontraksi
detrusor selama miksi.
ISK pada bayi laki-laki yang belum disirkumsisi meningkat 5-12x lipat dibandingkan
yang telah disirkumsisi.
DEWASA:
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor
predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal.
Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung
menderita ISK dibandingkan laki - laki. ISK berulang pada laki - laki jarang
dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus).
Prinsipnya, semua ISK yang ditemukan pada pria tergolong ISK berkomplikasi,
karena struktur anatomi saluran kemih pria menyulitkan terjadinya ISK. Sebaliknya,
definisi ISK berkomplikasi pada perempuan lebih 'lunak' yaitu bila ditemukan adanya
kelainan struktur pada sistem saluran kemih, batu, retensi urin, abses, atau terjadi
karena penyebaran melalui aliran darah.
ISK pada usia lanjut sebagian besar adalah ISK berkomplikasi. Pada usia diatas 65
tahun, ISK merupakan sebab dari 30% kasus bakteremia, dibandingkan dengan 16%
pada usia dibawah 65 tahun.
LO 3.3 Klasifikasi
Klasifikasi ISK berdasarkan lokasi:
1. ISK Bawah
Persentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender:
I. Perempuan
Sistitis adalah persentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna.
Sindrom Urethra Akut (SUA) persentasi sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril) sering dinamakan sistitis bakterialis.
II. Laki-laki
Presentasi klinis ISK bawah pada laki-laki mungkin sistitis, prostatitis,
epidimidis dan uretritis.
2. ISK Atas
i. Pielonefritis Akut (PNA) yaitu proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri.
ii. Pielonefritis kronis (PNK) mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Kronik biasanya sering
diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai
pielonefritis kronik yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
Menurut komplikasi :
16
Menurut Gejala :
1. Bakteriuria asimptomatis ( tanpa disertai gejala )
2. Bakteriuria simptomatis ( disertai gejala )
LO 3.4 Etiologi
Sumber: http://schoolbag.info/biology/microbiology/21.html
Hipertrofi prostat
4. Diabetes Melitus
5. Instrumentasi
Kateter
Dilatasi uretra
Sitoskopi
6. Kehamilan dan peserta KB
Faktor statis dan bendungan
PH urin yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman
7. Hubungan seksual
LO 3.6 Patogenesis
Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui :
1 Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
(ascending)
2 Hematogen
3 Limfogen
4 Eksogen sebagai akibat pemakaian berupa kateter
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua
cara ini ascendinglah yang paling sering terjadi.Kuman penyebab ISK pada umumnya
adalah kuman yang berasal dari flora normal usus. Dan hidup secara komensal di
dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra prostate vas deferens
testis (pada pria) buli-buli ureter, dan sampai ke ginjal (Gambar 1)
1. Faktor host
b. Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan humoral.
Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash out
urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam
urin. Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah sekali untuk
bereplikasi dan menempel pada urotelium. Mekanisme wash out dapat berjalan
dengan baik dengan aliran urin yang adekuat adalah jika:
Oleh karena itu, kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang
tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih.
Keadaan lain yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme
wash out adalah adanya:
19
1. Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing,
obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih yang tidak
dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula, dan adanya dilatasi atau
refluks sistem urinaria.
2. Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai tempat
persembunyian kuman.
Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya. Pili
berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada dipermukaan
urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang mempunyai
virulensi berbeda, yaitu :
Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan
toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah suasana urin
menjadi basa.
Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada anak usia infant, anak dengan daya tahan
tubuh yang rendah karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada anak yang
mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul
akibat adanya fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa
terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau
tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella sp., pseudomonas sp., Candida albicans, dan
Proteus sp termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen.
Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi
ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginjal .
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai
berikut :
20
a. pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas
di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di
daerah suprapubik
b. Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah,
demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang.
Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai berikut :
0-1 Bulan
Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare, kejang, koma, panas/hipotermia
tanpa diketahui sebabnya, ikterus (sepsis)
1 bln-2 thn
Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah,
diare, kejang, koma, kolik (anak menjerit keras), air kemih berbau/berubah warna,
kadang-kadang disertai nyeri perut/pinggang.
2-6 thn
Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat menahan kencing, polakisuria,
disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna, diare, muntah, gangguan
pertumbuhan serta anoreksia.
6-18 thn
Nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tak dapat menahan kencing,
polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna
Berdasarkan bagian saluran kemih yang terinfeksi, tanda dan gejala sebagai berikut:
21
Sistitis : piuria urgensi, frekuensi miksi meningkat perubahan warna dan bau urine,
nyeri suprapublik, demam biasanya tidak ada.
Prostatitis: serupa dengan sistitis kecuali gejala obstruksi orifisium uretra (cont:
hesitansi, aliran lemah).
Pielonefritis : demam, menggigil, nyeri punggung atau bokong, mual, muntah, diare.
Abses ginjal (intrarenal atau perinefrik); serupa dengan pielonefritis kecuali demam
menetap meskipun diobati dengan antibiotik.
- Air kemih tampung porsi tengah : biakan kuman positif dengan jumlah kuman
105/ml, 2 kali berturut-turut.
- Air kemih tampung dengan pungsi buli-buli suprapubik : setiap kuman patogen
yang tumbuh pasti infeksi. Pembiakan urin melalui pungsi suprapubik
digunakan sebagai gold standar.
Dugaan infeksi :
- Uji kimia : TTC, katalase, glukosuria, lekosit esterase test, nitrit test.
- Pemeriksaan pielografi intra vena (PIV) untuk mencari latar belakang infeksi
saluran kemih dan mengetahui struktur ginjal serta saluran kemih.
Diagnosa Banding
1. Sistitis nonbakterial adalah istilah yang mencakup semuanya yang terdiri berbagai
gangguan kesehatan, termasuk nonbakterial infeksi (virus, mikobakteri, klamidia,
jamur, schistosomal) dan tidak menular ( sistitis radiasi , kimia, autoimun,
22
LO 3.9 Komplikasi
Komplikasi ISK tergantung dari tipe ISK yaiut tipe sederhana atau tipe berkomplikasi
1. ISK sederhana: ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non-obstruksi dan
bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan
tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama
2. ISK tipe berkomplikasi
- ISK selama kehamilan:
Kondisi Risiko potensial
BAS* tidak diobati Pielonefritis
Bayi Pprematur
Anemia
Pregnancy-induced hypertension
ISK trisemester III Bayi mengalami retardasi mental
Pertumbuhan bayi lambat
Cerebral palsy
Fetal death
*BAS: Basiluria Asimtomatik
- ISK Pada DM. penelitian epidemiologi klinik melaporkan bakteriuria dan
ISK lebih sering ditemukan pada DM dibandingkan perempuan tanpa DM
Basiluria asimtomatik (BAS) merupakan risiko pielonefritis diikuti penurunan LFG.
Komplikasi emphysema cystitis, pielonefritis yang terkait spesies candida dan ineksi
gram negative lainnya dapat dijumpai pada DM.
Pielonefritis emfisematosa disebabkan MO pembentuk gas seperti E. coli, Candida
spp dan Klostridium tidak intensif pada parenkim ginjal dan jaringan nekrosis disertai
hematom yang luas. Pielonefritis emfisematosa sering disertai syok septik dan
nefropati akut vasomotor (AVH).
Abses pielonefritik merupakan komplikasi ISK pada pasien dengan DM (47%),
nefrolitiasis (41%) dan obstruksi ureter (20%)
LO 3.10 Prognosis
23
Pada umumnya ISK tanpa komplikasi prognosisnya baik. Gejala berkurang setelah 48
jam tatalaksana. Namun tatalaksana harus terus diberikan hingga hari ke-5. Untuk
ISK dengan komplikasi memerlukan waktu lebih lama bahkan bisa sampai 6 bulan
tergantung komplikasinya. Hal ini juga perlu dilakukan koreksi dari komplikasi yang
ada
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang ISK
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain
Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi
tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki dan
perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang
dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin
porsi tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan
memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan
spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya
paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk
memvisualisasikan adanya urine dalam vesica urinaria.
1. Punksi Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin
langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan
jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis
yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan
ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka
bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat
dipastikan merupakan penyebab ISK.
2. Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada
cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk
dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya
sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih
(ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil
biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.
3. Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik
pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan
ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat
kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk
24
sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus
diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus sudah diperiksa
dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah
pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur
dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan
urin harus disimpan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 24 jam.
Bakteriologis
a Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa
diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu
bakteri lapangan pandang minyak emersi.
b Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan
diagnosis ISK
Tahap ini dilakukan untuk pasien dengan indikasi:
i. Penderita dengan gejala dan tanda infeksi saluran kemih (simtomatik).
ii. Untuk pemantauan penatalaksanaan infeksi saluran kemih.
iii. Pasca instrumentasi saluran kemih dalam waktu lama, terutama pasca
keteterisasi urin.
iv. Penapisan bakteriuria asimtomatik pada masa kehamilan.
v. Penderita dengan nefropati / uropati obstruktif, terutama sebelum
dilakukan
Beberapa metode biakan urin antara lain ialah dengan plat agar konvensional, proper
plating technique dan rapid methods. Pemeriksaan dengan rapid methods relatif
praktis digunakan dan memiliki ambang sensitivitas sekitar 104 sampai 105 CFU
(colony forming unit) kuman.
Interpretasi Biakan Urin :
Setelah diperoleh biakan urin, maka dilakukan interpretasi. Pada biakan urin dinilai
jenis mikroorganisme, kuantitas koloni (dalam satuan CFU), serta tes sensitivitas
terhadap antimikroba (dalam satuan millimeter luas zona hambatan). Pada uretra
bagian distal, daerah perianal, rambut kemaluan, dan sekitar vagina adalah habitat
sejumlah flora normal seperti laktobasilus, dan streptokokus epidermis. Untuk
membedakan infeksi saluran kemih yang sebenarnya dengan mikroorganisme
kontaminan tersebut, maka hal yang sangat penting adalah jumlah CFU. Sering
terdapat kesulitan dalam mengumpulkan sampel urin yang murni tanpa kontaminasi
dan kerap kali terdapat bakteriuria bermakna tanpa gejala, yang menyulitkan
penegakkan diagnosis infeksi saluran kemih. Berdasarkan jumlah CFU, maka
interpretasi dari biakan urin adalah sebagai berikut:
a. Pada hitung koloni dari bahan porsi tengah urin dan dari urin kateterisasi.
- Bila terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah disebut dengan bakteriuria
bermakna
- Bila terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah tanpa gejala klinis disebut
bakteriuria asimtomatik
- Bila terdapat mikroba 102 103 CFU/ml urin kateter pada wanita muda
asimtomatik yang disertai dengan piuria disebut infeksi saluran kemih.
b. Hitung koloni dari bahan aspirasi supra pubik.
Berapapun jumlah CFU pada pembiakan urin hasil aspirasi supra pubik adalah
infeksi saluran kemih.
27
Interpretasi praktis biakan urin oleh Marsh tahun 1976, ialah sebagai berikut:
Kriteria praktis diagnosis bakteriuria. Hitung bakteri positif bila didapatkan:
- > 100.000 CFU/ml urin dari 2 biakan urin porsi tengah yang dilakukan seara
berturut turut.
- > 100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah dengan leukosit >
10/ml urin segar.
- > 100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah disertai gejala klinis
infeksi saluran kemih.
- > 10.000 CFU/ml urin kateter.
- Berapapun CFU dari urin aspirasi suprapubik.
Berbagai faktor yang mengakibatkan penurunan jumlah bakteri biakan urin pada
infeksi
saluran kemih:
a. Faktor fisiologis
- Diuresis yang berlebihan
- Biakan yang diambil pada waktu yang tidak tepat
- Biakan yang diambil pada infeksi saluran kemih dini (early state)
- Infeksi disebabkan bakteri bermultiplikasi lambat
- Terdapat bakteriofag dalam urin
b. Faktor iatrogenic
- Penggunaan antiseptic pada waktu membersihkan genitalia
- Penderita yang telah mendapatkan antimikroba sebelumnya
c. Cara biakan yang tidak tepat:
- Media tertentu yang bersifat selektif dan menginhibisi
- Infeksi E. coli (tergantung strain), baketri anaerob, bentuk K, dan basil tahan
asam
- Jumlah koloni mikroba berkurang karena bertumpuk.
Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa ISK pada anak-anak sudah dapat
ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per ml urin yang
diambil melalui kateter. Namun, Hoberman et al. menyatakan bahwa ditemukannya
jumlah koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu per ml urin masih diragukan,
karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari luar, sehingga masih diperlukan biakan
ulang, terutama bila anak belum diobati atau tidak menunjukkan adanya gejala ISK.
Tes Kimiawi
Bakteri tertentu golongan enterobacteriae dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit (Griess
test), dan memakai glukosa (oksidasi). Nilai positif palsu prediktif tes ini hanya <5%.
Kegunaan tes ini terutama untuk infeksi saluran kemih rekurens yang simtomatik.
Pada infeksi saluran kemih juga sering terdapat proteinuria yang biasanya < 1
28
gram/24 jam. Membedakan bakteriuria dan infeksi saluran kemih yaitu, jika hanya
terdapat piuria berarti inflamasi, bila hanya terdapat bakteriuria berarti kolonisasi,
sedangkan piuria dengan bakteriuria disertai tes nitrit yang positif adalah infeksi
saluran kemih.
Tujuan Terapi
Tujuan terapi ISK adalah mencegah atau mengobati akibat sistemik dari
infeksi, membunuh mikroorganisme penyebab infeksi dan mencegah terjadinya
infeksi ulangan.
Strategi Terapi
Terapi tanpa obat pada ISK adalah minum air dalam jumlah banyak agar urine
yang keluar juga meningkat.
SULFONAMID
Mekanisme kerja:
Kuman memerlukan PABA(p-aminobenzoic-acid)untuk membentuk asam folat yang
digunakan untuk sintesis purin asam nukleat. Sulfonamide merupakan penghambat
kompetitif PABA.
PABA
31
sulfadiazine
dosis permulaan oral pada orang dewasa 2-4g, dilanjutkan dgn
2-4g dalam 3-6 kali pemberian, lama pemberian tergantung keadaan
penyakit.
Anak-anak >2 bln, diberikan setengah dosis awal per hari,
kemudian di lanjutkan dengan 60-150mg/kgBB(maksimum 6g/hari)
dalam 4-6 kali pemberian
Sediaan dalam bentuk tablet 500mg
Sulfasitin
Eksresinya cepat untuk penggunaan per-oral pada
infeksi saluran kemih.
Pemberian dosis awal 500mg, dilanjutkan dengan dosis
250mg empat kali sehari.
Tersedia dalam bentuk tablet 250mg(tdk di Indonesia)
Sulfametizol
Digunakan untuk infeksi saluran kemih dengan dosis 500-1000mg
dalam 3-4 kali pemberian sehari.
Tersedia dalam bentuk tablet 250mg dan 500mg
2. sulfonamide yang hanya di absorpsi sedikit bila diberikan per-oral dan
kerjanya dalam lumen usus
sulfasalazin
suksinilsulfatiazol dan ftalilsulfatiazol
3. sulfonamide yang terutama di gunakan untuk pemberian topical
sulfasetamid
Ag-sulfadiazin(sulfadiazine perak)
Mafenid
4. sulfonamide dengan masa kerja panjang
sulfadoksin
Efek samping
Reaksi ini dapat hebat dan kadang bersifat letal. Bila mulai terlihat adannya
gejala reaksi toksik dan sensitisasi, pemakain secepat mungkin dihentikan.
Dan tidak diberikan lagi.
Gangguan system hematopoetik:anemia hemolitik akut,
Agranulositosis(sulfadiazine), anemia aplastik, trombositopenia ringan,
eosinofilia, gejala HPS.
Gangguan saluran kemih: anuria dan kematian dapat terjadi kristaluria atau
hematuria(jarang terjadi)
Reaksi alergi: gambaran HPS pada kulit dan mukosa bervariasi, berupa
kelainan morbiliform, purpura, petekia, eritema nodosum, eritema multiformis
tipe stevens-johnson, dll. Demam obat dapat terjadi(timbul demam tiba2, pada
hari ke tujuh sampai ke 10 pengobatan, di sertai sakit kepala, menggigil, rasa
lemah, dan erupsi kulit, semuanya bersifat reversible).
Lain2:mual dan muntah
33
CORTIMOKSAZOL
Trimetropin + sulfametoksazol
Mikroba yang peka : enterobacter, klebsiella, diphteri, E.coli, S.aureus,
S.viridans, dll
Untuk mikroba yang resisten sulfonamid agak resisten trimetropin
Farmako dinamik : 2 tahap berurutan rekasi enzimatis 1. Sulfo = hambat
PABA,
2. Trime : hambat reaksi dari dehidrofolat tetrahidrofolat
Farmako kinetik : karena trimetropin lipofilik volume distribusi >> besar
dari sulfa
Rasio sulfa : trime 5:1
Diekskresi di urin
Indikasi : ISK, IS nafas, IS cerna, Inf. Genital
E.S : megaloblastosis, leukopenia atau trombositopenia, pada kulit karena
sulfonamid
GOL. PENISILIN
Farmako dinamik :
penisilin menginaktifkan protein yang berada dalam membran sel bakteri
yang penting untuk sintesis dinding sel sehingga bakteri menjadi lisin.
Destruksi dinding sel oleh autolisin / enzim degradatif yang dimiliki
penisilin.
Farmako kinetik : ditentukan oleh stabilitas obat terhadap asam lambung dan
beratnya infeksi.
Cara pemberian :
Ampisilin + sulbaktam IV, IM
Tikarsilin + as. klavulanat
Amoksisilin ORAL
Amoksisilin + as. klavulanat
Absorbsi tidak lengkap secara oral, tetapi amoksisilin hampir lengkap di absorpsi,
absorbsi penisilin lainnya = penurunan jika ada makanan di dalam lambung = 30-
60 menit sebelum makan / 2-3 jam setelah makan. Distribusi ke seluruh tubuh,
penisilin bisa melewati sawar plasenta = tidak teratogenik. Tidak ke SSP
Ekskresi : melalui ginjal
E.S : hipersensitivitas (angioedem, makulopapular, anafilaktik), diare, nefritis
(metisilin), neurotoksisitas, gangguan pembentukan darah (karbanesilin dan
karsilin = antipseudomonas), toksisitas kation
34
GOL. CEPHALOSPORIN
GOL. TETRACYCLIN
GOL. FLUOROKUINOLON
Efektif untuk ISK dengan atau tanpa penyulit disebabkan oleh kuman-kuman yang
multiresisten dan P.Aeruginosa.
Siprofloksasin, Norfloksasin, dan Ofloksasin untuk terapi Prostatitis bacterial akut
maupun kronis anak-anak dan ibu hamil tidak boleh.
Farmako dinamik : hambat pemisahan double helix DNA saat replikasi dan transkripsi
dengan bantuan enzim DNA girase hambat DNA girase pada kuman dan bersifat
bakterisid
Untuk bakteri : kuinolon lama (gram (-)) E.coli, proteus, klebsiella, enterobakter
Flurokuinolon baru : gram (+), gram (-) dan kuman atipik (mycoplasma, klamidia)
35
Farmako kinetik : diserap baik di saluran cerna, dalam sediaan oral, hanya sakit yang
terikat protein, distribusi baik ke berbagai organ, capai kadar tinggi di prostat, T1/2
panjang 2x sehari diperlukan. Di metabolisme di hati, ekskresi ginjal sebagian
empedu.
Indikasi : ISK, Infeksi saluran nafas, penyakit menular hubungan sex, infeksi tukak
dan sendi, dll.
E.S : mual, muntah, tidak enak diperut : halunisasi, kejang ; hepatotoksik ; fatotoksif
dll.
Interaksi obat : antasit = habis berkuran, hambat teofilin, tidak dikombinasi dengan
obat yang dapat perpanjang interval Qtc.
AMINOGLIKOSIDA
Farmako dinamik : terhadap MO anaerobik rendah, transpor aminogliko butuh
O2, aktivitas terhadap gram (+) terbatas, aktifitas dipengaruhi pH (alkali lebih
tinggi), aerobik-anarobik, keadaan hiperkapnik. Berdifusi lewat kanal air yang
dibentuk porin protein pada membran luar bakteri gram (-) masuk ke ruang
periplasmik. Setelah masuk sel terikat pada ribosom 30 s dan hambat sintesis
protein kerusakan membran sitosol mati. Bersifat bakterisid.
Farmako kinetik : sangat polar, sukar di absorbsi di saluran cerna, per oral
hanya untuk efek lokal di saluran cerna. Untuk kadar sistemik parenteral,
ikatan protein rendah kecuali streptomisin 30-50%. Distribusi ke dalam
cairan otak sangat terbatas, ekskresi di ginjal, kadar dalam urin capai 50-200
mg/ml, gangguan ginjal hambat ekskresi.
E.S : alergi, reaksi iritasi (rasa nyeri di tempat suntik), toksik (gangguan
pendengaran dan keseimbangan), ototoksik pada N. VII, nefrotoksik.
Kanamisin : untuk E.coli, enterobacter, klebsiella, proteus dll (untuk ISK)
Gentamisin, tobramisin, dan netilmisin Indikasi : infeksi karena proteus,
pseudomanas, klebsiella, E.colli, enterobacter
Amikasin : untuk E.coli, P.aeruginosa, proteus, enterobacter
ANTISEPTIK
1. Metenamin
Indikasi : Untuk Profilaksis terhadap ISK berulang khususnya bila ada
residu kemih.Tidak diindikasikan untuk infeksi akut saluran kemih.
Untuk berbagai jenis mikroba, kecuali proteus
E.S : iritasi lambung (>500 g ), 4-8 gram/sehari >> 3 mg, iritasi saluran
kemih, proteinuria, hematuria, erupsi kulit.
KI : dengan gangguan hati, tidak untuk gagal ginjal, tidak diberikan
bersama sulfonamid.
Interaksi obat : susu, antasid tidak diberikan meningkatkan pH
Oral 4 x 1 gram/hari
2. Nitrofrantoin
Indikasi : Mengobati bakteriuria yang disebabkan oleh ISK bagian bawah
penggunanya terbatas untuk tujuan profilaksis atau pengobatan supresif
36
Pada kelompok perempuan tidak hamil ditemukan basiluria asimtomatik dua kali
berturut-turut MO yang sama mempunyai sensitivitas 95% dan spesivisitas 95% untuk
cenderung mengalami episode presentasi klinik ISK. Pada kelompok perempuan ini
tidak diperlukan terapi antimikroba, cukup irigasi MO dengan asupan cairan yang
banyak.
Bakteriuria asimtomatik pada DM
Prevalensi bakteriuri asimtomatik pada perempuan disertai DM lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan tanpa DM. pathogenesis kepekaan terhadap ISK
diantara pasien DM tidak diketahui pasti. Penelitian epidemiologi klinik gagal
mencari hubungan Antara prevalensi bakteriuria asimtomatik dengan kualitas
pengendalian hiperglikemia (dengan paramtere gula darah puasa dan HbA1C dan faal
ginjal). Peneliti lain Balasoiu D menemukan hubungan faktor risiko gangguan faal
kandung kemih (Bladder dysfunction) dengan peningkatan kepekaan terhadap ISK
pada DM. disfungsi kandung kemih ini diduga akibat disfungsi syaraf autonomy dan
gangguan funsi leukosit PMN (opsonisasi, kemotaksis dan fagositosis). Perubahan
susunan kimiawi dan konsentrasi protein Tamm-Horsfaal diduga mempengaruhi
perubahan bacterial adhesion terhadap sel epitel yang dapat mencetuskan infeksi
saluran kemih (ISK).
Menurut beberapa peneliti basiluri asimtomatik pada diabetes mellitus merupakan
faktor predisposisi peilonefritis akut disertai mikrosis papiler dan insufisiensi renal.
Basiluria asimtomatik dengan mikroorganisme pembentukan seperti E.coli, candida
spp dan klostridium dapat menyebabkan pielonefritis emfisematosa disertai syok
septik dan vasomotor akut nefropati.
Beberapa peneliti lebih cenderung memperikan terapi antimikroba pada basiluria
asimtomatik pada pasoen dengan diabetes mellitus.
Resipien Transplantasi Ginjal
Prevalensi bakteriuria asimtomatik cukup tinggi mencapai 35-79% diantara resipien
pada 3-4 bulan pertama paska transplantasi ginjal. Diduga terkait dengan indwelling
catheter sebagai faktor risiko. Bakteriuria asimtomatik pada resipien ini merupakan
risiko pielonefritis akut (graft infection), septicemia diikuti penurunan lajut filtrasi
glomerulus. Bakteriuria simtomatik dengan presentasi klinis yang muncul 6 bulan
pertama (late infection) pasca transplantasi ginjal dengan presentasi klinik ringan.
Parameter hitung kuman/ml urin para resipien pasca transplantasi ginjal modifikasi
diuresis pasca cold ischemic time. Menurut beberapa peneliti, kriteria bakteriuria
asimtomatik dengan hitungan kuman/ml urin.
Terapi antimikroba untuk bakteriuria asimtomatik pada resipien transplantasi ginjal
masih silang pendapat. Sebagian besar peneliti menganjurkan kemoterapi untuk
resipien pasca transplantasi ginjal dengan bakteriuria asimtomatik disertai piuri.
ISK Berhubungan dengan Kateter
Pemasangan kateter jangka lama sering dilakukan pasien usia lanjut. Data penelitian
melaporkan prevalensi infeksi nosocomial mencapai 40% diduga terkait pemasangan
kateter urin. Bakteriuri asimtomatik dilaporkan 26% diantara kelompok pasien
indwelling catheter mulai dari hari 2-10. Hampir kelompok pasien tersebut diikuti
38
presentasi klinik dari sumber saluran kemih. Peneliti Tambyah dan Maki menemukan
catheter-associated UTI sebagian besar asimtomatik.
Bakteriuria pathogen yang terkait dengan bakteriuri dengan katetirisasi seperi E.coli,
Enterococcus, Klabsiella, Pseudomonas, Proteus, Enterobacter dan Candida. Pada
umumnya bakteriuri terkait kateter bersifat polimikroba.
Sebagian besar peneliti tidak menyanjurkan antibiotika sebagai pencegahan infeksi
saluran kemih terkait kateter, Negara maju seperti USA menganjurkan penggunaan
kateter urin berselaput campuran perak atau kateter oksida perak untuk mencegah
infeksi saluran kemih terkait kateter
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Salisul Baul
PENGERTIAN SALISUL-BAUL
Menurut mazhab Hanbali salisul-baul adalah hadas yang kontinyu, baik itu berupa air
kencing, air madzi, kentut, atau yang lainnya yang serupa.
Menurut mazhab Maliki salisul-baul adalah sesuatu yang keluar dikarenakan penyakit
seperti keluar air kencing secara kontinyu.
Menurut mazhab Syafi'i, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar secara kontinyu yang
diwajibkan kepada orang yang mengalaminya untuk menjaga dan memakaikan kain
atau sesuatu yang lain seperti pembalut pada tempat keluarnya yang bisa menjaga agar
air kencing tersebut tidak jatuh ke tempat shalat
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ibadah tertentu diperbolehkan dalam
keadaan salisul-baul:
melakukan istinja' dan berwudhu lagi. Namun cukup dengan wudhu yang telah ia
lakukan di awal.
Orang yang terkena penyakit Salisul Baul hukumnya sama dengan wanita istihadhah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada wanita yang terkena
istihadhah:
Sesungguhnya itu darah yang keluar dari urat, bukan darah haid. Jika tiba masa
haid, hendaklah ia meninggalkan shalat. Jika masa haid telah selesai, cucilah
darahnya darimu lalu shalatlah.
Hukum bagi orang yang memiliki udzur untuk meringankan kesulitannya. Syariat
telah datang untuk menghilangkan kesulitan dari umat ini, sebagaimana firman Allah
Subhaanahu wa Taala:
Cara bersuci dan mandi bagi penderita salisul baul (tidak dapat menahan kencing),
atau terlalu sering buang angin.
1. Hendaklah berwudhu setiap kali tiba waktu shalat lalu mengerjakan shalat dengan
wudhu tersebut hingga tiba waktu shalat berikutnya.
2. Wudhu tidak batal karena kencing atau angin yang keluar, meskipun keluar pada
waktu shalat, sebab ia tidak mampu menahannya dan tidak ada jalan untuk
menghentikannya.
Umar bin Khathab Radhiyallahu anhu terus mengerjakan shalat sementara darah
mengalir dari lukanya. Sebab darah itu terus mengucur dalam jangka waktu yang
tidak bisa ditentukan. Demikian juga kencing tersebut barangkali terus menerus
keluar.
DAFTAR PUSTAKA
Clinical manifestation and diagnosis of infections by body system: Urinary
tract infections http://schoolbag.info/biology/microbiology/21.html
diakses 1 April 2016 jam 13.00
Eroschenko V, et al. 2014. Atlas Histologi DiFiore dengan Korelasi Fungsional edisi 11.
Jakarta:EGC
FKUI, Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi, 5TH Ed.
Jakarta: EGC
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. Jakarta: EGC
https://almanhaj.or.id/502-orang-yang-mengalami-kencing-terus-menerus-dan-keluarnya-
angin-terus-menerus.html diakses 1 April 2016 jam 15.00
Marcdante K, et al. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial edisi 6. Jakarta:IDAI
Price A, et al. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Vol. 2.
Jakarta: EGC
Sofwan A. 2016. Systema Urogenitale (Apparatus Urogenitalis). Jakarta:FKUY
Sudoyo A, et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi VI Jilid 2. Jakarta:
InternaPublishing