Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ANALISIS KASUS AUDITING 2

DI SUSUN OLEH :

Deby Terecya (131120000593)


Umi Fitria N. (131120000645)
Danu S. S. (131120000485)
Ika Putri H. (131120000628)
Voni Lusiana (131120000568)
Maftukhah (131120000579)
Sofia Dewi (131120000508)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(UNISNU) JEPARA
2014
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-NYA, mungkin tim
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengerti dan memperluas ilmu
tentang auditing, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan yang kami lakukan
dari permasalahan yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah auditing 2.
Makalah ini disusun oleh tim penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang permasalahan terhadap kecurangan internal


yang terdapat pada perusahaan Comptronix Corp yang kiranya sangat penting
untuk diinformasikan kepada pembaca terutama seorang yang bekerja di auditor
guna untuk pembelajaran dan menambah wawasan. Walaupun makalah ini kurang
sempurna dan memerlukan perbaikan, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas
bagi pembaca.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang ikut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan sesuai kaidah.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas pada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran yang membangun. Terima kasih.

Jepara, Maret 2014

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 3

2.1. Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Pengujian Pengendalian................. 3

2.1.1. Pengendalian Transaksi Penjualan Kredit........................................ 3

2.1.2. Pengujian Pada Siklus Penjualan Dan Penagihan: Piutang Dagang 5

2.2. Audit Terhadap Siklus Pengeluaran :Pengujian Pengendalian .............. 11

2.2.1. Pengendalian Transaksi Pembelian ............................................... 11

2.2.2. Pengendalian Transaksi Pengeluaran Kas...................................... 18

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. 22

3.1. Kecurangan dan jenis kecurangan ........................................................ 22

3.2. Pendeteksian Kecurangan .................................................................... 23

3.2.1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud). ...... 24

3.2.1. Asset Misappropriation (Penyalahgunaan aset). ............................ 25

3.2.3. Corruption (Korupsi), ................................................................... 27

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Comptronix corp. mengumumkan bahwa anggota senior tim
manajemennya telah menyatakan terlalu tinggi laba, dan akan dilakukan
penyesuaian yang material atas laporan keuangan yang di audit pd th
sebelumnya. Inti dari kecurangan adalah penggunaan utang usaha fiktif atas
pembelian item peralatan yang besar untuk melebih sajikan aktiva tetap dan
menyembunyikan penjualan fiktif.
Eksekutif senior mengakali pengendalian internal comptronix yang
ada dg melewati departemen pembelian dan penerimaan shg tdk ada orang di
comptronix yang akan mengungkapkan skema tersebut. Para karyawan
biasanya meninggalkan jejak kertas yang cukup ekstensif utk pembelian
peralatan. Pengendalian internal terhadap transaksi akuisisi dan pengeluaran
kas umumnya memerlukan pesanan pembelian, laporan penerima adalah
faktur vendor sebelum pembyrn dapat diotorisasi oleh Chief Operating
Officer atau bendahara, yang keduanya terlibat dlm kecurangan tersebut.
Sebagai akibatnya, para eksekutif itu mampu melewati pengendalian terhadap
pengeluaran kas dan mengotorisasi pembayaran atas pembelian fiktif tanpa
membuat dokumen apapun untuk transaksi fiktif.
Perusahaan juga menciptakan penjualan fiktif dan piutang yang
terkait. Perusahaan mengeluarkan cek untuk membayar transaksi pembelian
fiktif itu. Cek tersebut kemudian disetorkan kembali ke dalam akun
perusahaan dan di catat sebagai penagihan atas piutang fiktif. Akibatnya,
penjualan fiktif tersebut tampak telah tertagih. Dan pembayaran dilakukan
utk mendukung pembelian aktiva tetap fiktif.
Skema kecurangan itu membesar-besarkan kinerja perusahaan dengan
melaporkan laba, padahal sebenarnya perusahaan mengalami kerugian.

1
Ketika kecurangan tersebut diumumkan kepada publik, harga saham
comptronix menurun secaradrastis sebesar 72%. (Arens, 2008)

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana cara auditor mampu menggungkapkan kecurangan atas
contoh kasus Comptronix corp.?

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Pengujian Pengendalian


2.1.1. Pengendalian Transaksi Penjualan Kredit
Fungsi yang terkait :
- Fungsi Penjualan. Menerima surat order dari customer, Mengedit order
dari customer, Menentukan tanggal Pengiriman & Mengisi surat order
penjualan.
- Fungsi Otorisasi Kredit. Meneliti status kredit customer dan Memberikan
otorisasi kredit kepada customer.
- Fungsi Penyimpanan Barang. Menyimpan, menyiapkan dan menyerahkan
barang yang dipesan oleh customer kepada fungsi pengiriman.
- Fungsi Pengiriman Barang. Menyerahkan barang atas dasar surat order
pengiriman yang diterimanyadari fungsi penjualan.
- Fungsi Penagihan membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada
customer.
- Fungsi Pencatat Piutang. Mencatat semua akun (perkiraan) yang berkaitan
dengan piutang.
- Fungsi Akuntansi Biaya. Mencatat kos produk jadi yang dijual dalam buku
pembantu sediaan dan mencatat kos produk jadi yang dikembalikan oleh
customer dalam transaksi retur pembelian.
- Fungsi Akuntansi Umum. Mencatat transaksi penjualan tunai & kredit,
retur penjualan, pencadangan kerugian piutang dan penghapusan piutang.
- Fungsi Penerimaan Barang. Menerima barang dari transaksi pembelian
dan retur penjualan.
Dokumen:
- Surat Order Pengiriman.
- Tembusan Kredit (credit copy).
- Surat Pengakuan (ac knowledgement copy).

3
- Surat Muat (bill of landing).
- Slip Pembungkus (packing slip).
- Tembusan Gudang (warehouse copy).
- ArsipPengawasan Pengiriman (sales order follow-up copy).
- Arsip Indeks Silang (cross-index file copy)

Aktivitas Pengendalian dalam Sistem Informasi Akuntansi Penjualan


Kredit :
- Pengguna ansurat order penjualan yang diotorisasi untuk setiap penjualan.
- Fungsi pemberi otorisasi kredit mengecek semua customer baru.
- Penentuan bahwa customer berada dalam daftar customer yang telah
disetujui.
- Pengecekan batas kredit sebelum penjualan kredit dilaksanakan.
- Barang dikeluarkan dari gudang hanya atas dasar surat order pengiriman
yang telah diotorisasi.
- Pengecekan barang yang dikirim dengan surat order pengiriman.
- Pemisahan fungsi pengiriman barang dari fungsi penjualan.
- Pembuatan dokumen pengiriman untuk setiap pengiriman barang.
- Setiap faktur penjualan harus dilampiri dengan surat order pengiriman
yang telah diotorisasi dan dokumen pengiriman.
- Pencocokan faktur penjualan dengan dokumen pengiriman.
- Pertanggungjawaban secara periodik dokumen pengiriman.
- Pengecekan independen terhadap pemberian harga dalam faktur penjualan.
- Setiap pencatatan harus dilandasi dokumen sumber faktur penjualan dan
dokumen pendukung yang lengkap.
- Pengecekan secara independen posting kedalam buku pembantu piutang
dengan akun kontrol piutang dalam buku besar.
- Pertanggungjawaban semua faktur penjualan secara periodik.
- Panduan akun dan review terhadap pemberian kode akun.
- Pengiriman pernyataan piutang bulanan kepada kreditur.

4
2.1.2. Pengujian Pada Siklus Penjualan Dan Penagihan: Piutang Dagang
Kedelapan Tujuan audit-terkait saldo piutang dagang:

1. Piutang dagang dalam neraca saldo sesuai dengan jumlah pada berkas
utama, dan jumlah totalnya secara tepat ditambahkan sesuai dengan buku
besar (Kecocokan perincian).
2. Pencatatan piutang dagang yang terjadi (Keberadaan)
3. Seluruh piutang dagang sudah dihitung (Kelengkapan)
4. Jumlah piutang dagang yang tepat (Akurasi)
5. Piutang dagang diklasifikasikan dengan benar (Klasifikasi)
6. Pisah batas waktu piutang dagang yang tepat (Pisah batas)
7. Piutang dagang dinyatakan dalam nilai yang dapat direalisasikan (Nilai
terealisasi)
8. Klien memiliki hak atas piutang dagang (Hak)

Tahap I:
- Mengidentifikasi Risiko bisnis klien yang memegaruhi piutamg dagang
Auditor harus mempelajari bisnis dan industri klien serta mengevaluasi
tujuan manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis
klien, Risiko bisnis klien yang memegaruhi piutang dagang oleh auditor
dianggap sebagai risiko yang tak terhindarkan dan dijadikan bukti
perencanaan untuk piutang dagang.
- Menetapkan Salah saji yang dapat Diterima dan Mengevaluasikan Risiko
bawaan
Piutang dagang biasanya merupakan salah satu bagian terpenting dari
pelaporan keuangan bagi perusahaan dengan penjualan kredit. Auditor
menentukan risiko yang tak terhindarkan untuk masing-masing akun dengan
mempertimbangkan risiko bisnis dan industri perusahaan klien.
PSA 70 (SA 316) mengindikasikan bahwa auditor harus bisa
mengidentifikasikan risiko pelanggaran dalam pengakuan pendapatan. Hal
ini biasanya memegaruhi evaluasi auditor terhadap risiko tersebut untuk

5
tujuan, eksistensi, batas waktu penjualan, pengembalian barang dagangan,
dan batas penetapan cadangan kerugian piutang.
- Mengevaluasi Risiko Pengendalian dalam Siklus penjualan dan Penagihan
Auditor umumnya memperhatikan tiga aspek pengendalian internal, yaitu:
1. Pengendalian untuk menghindari atau mendeteksi pencurian
2. Pengendalian atas penetapan pisah batas
3. Pengendalian yang berhubungan dengan cadangan piutang tak tertagih.
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian atas tujuan audit-terkait
transaksi dan tujuan audit terkait saldo, terutama untuk merencanakan
risiko deteksi dan bukti-bukti yang akan digunakan dalam pengujian
perincian saldo.

Piutang ------ berhubungan dengan penjualan dan penerimaan kas


Kedua aspek yang berhubungan disebutkan dibawah ini:
1. Untuk penjualan, tujuan audit-terkait keterjadian transaksi (Occurance
trancstation-related audit objective) memegaruhi tujuan audit-terkait
keberadaan saldo. Untuk penerimaan kas, tujuan audit-terkait keterjadian
transaksi memengaruhi tujuan audit-terkait kelengkapan transaksi.
Alasan dari kesimpulan ini adalah karena kenaikan penjualan
meningkatkan piutang dagang, namun penerimaan kas menurunkan saldo
piutang dagang.
2. Nilai realisasi dan tujuan audit-terkait saldo piutang dagang, seperti
halnya tujuan audit-terkait penyajian dan pengungkapan, tidak
dipengaruhi oleh evaluasi risiko pengendalian risiko.

Tahap II:
Mendesain dan melakukan pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas Transaksi. Auditor menggunakan hasil pengujian substantif
atas transaksi untuk menentukan apakah perencanaan risiko deteksi sudah
memenuhi untuk setiap tujuan audit-terkait saldo piutang dagang.

6
Tahap III:
Mendesain dan melakukan Prosedur Analitis. Prosedur analitis biasa
dilakukan dalam tiga tahap yaitu: selama perencanaan, saat pelaksanaan
terperinci dan saat menyelesaikan audit. Prosedur analitis umumnya
dilakukan selama tahap pengujian diselesaikan setelah tanggal neraca,
namun sebelum dilakukan pengujian perincian saldo.
Auditor menjalankan prosedur analitis untuk seluruh siklus
penjualan dan penagihan, tidak hanya piutang dagang. Hal ini perlu
dilakukan karena terdapat hubungan erat antara laporan laba rugi dengan
akun-akun neraca. Jika auditor mengidentifikasi adanya kesalahan penyajian
dalam penjualan atau pengembalian barang dagangan dengan menggunakan
prosedur analitis, piutang dagang kemungkinan besar akan menutupi
kesalahan tersebut.
Prosedur Pengujian Audit-terkait saldo:
1. Piutang dagang ditambahkan secara tepat dan sesuai dengan berkas
utama dan buku besar.
2. Piutang dagang dicatat sesuai keberadaannya
3. Piutang dagang dicatat secara lengkap
4. Akurasi piutang dagang
5. Piutang dagang diklasifikasikan dengan benar
6. Penetapan Pisah batas (Cutoff) piutang dagang secara tepat . Tiga
pendekatan dalam menetapkan kewajaran pisah batas yaitu:
a. Menetapkan kriteria pisah batas yang tepat
b. Mengevaluasi apakah klien telah melakukan prosedur yang memadai
untuk menentukan tingkat kewajaran pisah batas.
c. Menguji apakah pisah batas yang ditetapkan adalah tepat.
GAAP mensyaratkan perusahaan mencatat piutang dagang dalam jumlah
tertinggi yang dapat ditagih. Nilai terealisasi piutang dagang sama dengan
jumlah total piutang dagang dikurangi dengan cadangan piutang tak
tertagih.

7
Konfirmasi Piutang Dagang
Pentingnya konfirmasi,mengingat konfirmasi merupakan bukti yang
sangat diandalkan. Tujuan utama konfirmasi piutang dagang adalah untuk
memenuhi tujuan keberadaan, akurasi, dan pisah batas (cutoff)

Persyaratan Standar Auditing


Standar auditing mensyaratkan konfirmasi piutang dagang dalam
kondisi normal. PSA 07 (SA330) menyebutkan tiga pengecualian terhadap
persyaratan konfirmasi yaitu:
1. Piutang dagang jumlahnya tidak material. Hal ini bisa terjadi pada
perusahaan tertentu misal toko diskon dg penjualan tunai dan kartu
kredit.
2. Auditor mempertimbangkan bahwa konfirmasi merupakan bukti yang
tidak efektif karena tingkat respon yang rendah atau tidak dapat
diandalkan. Dalam industri tertentu seperti rumah sakit.
3. Kombinasi dari tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian adalah
rendah dan bukti substantif lain dapat diakumulasikan sebagai bukti yang
cukup.

Jenis-jenis Konfirmasi:
1. Konfirmasi Positif
Konfirmasi positif adalah komunikasi yang ditujukan kepada debitur
untuk meminta konfirmasi secara langsung apakah saldo yang disebutkan
dalam konfirmasi tersebut benar atau salah.
- Formulir Konfirmasi kosong. Adalah jenis konfirmasi positif yang
tidak menyebutkan jumlah yang dikonfirmasi, tetapi mensyaratkan
penerima untuk mengisi jumlahnya atau memasukkan informasi lain.
- Konfirmasi tagihan. Adalah bentuk lain konfirmasi positif yang
merupakan konfirmasi individual bukan saldo keseluruhan piutang
pelanggan.

8
2. Konfirmasi Negatif
Konfirmasi negatif yang ditujukan kepada debitur, tetapi hanya meminta
respon jika debitur tidak menyetujui jumlah yang dinyatakan dalam
konfirmasi.

Auditor berhak menentukan jenis konfirmasi yang akan digunakan


dan hal ini sebaiknya berdasarkan fakta dalam audit. PSA 07 menyatakan
bahwa konfirmasi negatif dapat dilakukan hanya jika tiga kondisi berikut
terpenuhi:
1. Piutang dagang terdiri dari sejumlah besar akun bersaldo kecil.
2. Kombinasi antara risiko pengendalian dan risiko bawaan adalah rendah.
Kombinasi risiko tidak bisa dikatakan rendah jika pengendalian internal
tidak efektif atau terdapat kemungkinan terjadi salah saji.
3. Jika diyakini bahwa penerima konfirmasi tidak mengabaikan konfirmasi
yang diminta.
Biasanya jika konfirmasi negatif dilakukan maka auditor akan
memberikan penekanan pada efektifitas pengendalian internal, pengujian
substantif atas transaksi dan prosedur analitis sebagai bukti kewajaran
piutang dagang, dan mengasumsikan bahwa mayoritas penerima konfirmasi
akan membaca dengan seksama dan merespon permintaan konfirmasi.
Konfirmasi negatif biasa digunakan untuk audit rumah sakit, toko
ritel, bank dan industri lain yang piutang daganganya berhubungan dengan
masyarakat umum. Kombinasi konfirmasi negatif dan positif juga bisa
dilakukan dengan mengirimkan konfirmasi positif kepada debitur dengan
saldo besar dan menggunakan konfirmasi negatif kepada debitur bersaldo
kecil.

Keputusan Pengambilan Sampel


Faktor utama yang memengaruhi jumlah sampel dalam melakukan
konfirmasi piutang dagang terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
- Salah saji yang dapat diterima

9
- Risiko yang tak terhindar (ukuran relatif dari total piutang dagang,
jumlah akun, hasil pengujian tahun sebelumnya, dan ekspetasi salah saji).
- Risiko pengendalian
- Risiko deteksi yang diperoleh dari pengujian substantif lainnya
(perluasan dan hasil dari pengujian substantif atas transaksi, prosedur
analitis, dan pengujian detail lainnya).
- Tipe konfirmasi (konfirmasi negatif biasanya membutuhkan sampel lebih
banyak).

Analisis Perbedaan
Ketika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auditor
harus menentukan alasan jika ditemukan perbedaan. Dalam banyak kasus
perbedaan tersebut disebabkan oleh beda waktu antara pencatatan klien
dengan pelanggan.Beda waktu perlu dipisahkan dari pengecualian yang
merupakan salah saji atas saldo piutang.
Jenis perbedaan yang biasa terjadi pada hasil konfirmasi meliputi:
1. Pembayaran sudah dilakukan.
2. Barang belum diterima
3. Pengembalian barang
4. Kesalahan Klerikal dan jumlah yang dipertentangkan

Pengambilan Keputusan
Keputusan akhir tentang piutang dagang dan penjualan adalah
mengenai apakah bukti memadai telah diperoleh melalui pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis,
prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian substantif lain untuk
menguatkan pengambilan keputusan mengenai kebenaran saldo yang
disajikan.

10
2.2. Audit Terhadap Siklus Pengeluaran :Pengujian Pengendalian
2.2.1. Pengendalian Transaksi Pembelian
Fungsi Terkait
Berbagai fungsi yang terkait dalam transaksi pembelian berada di
tangan unit organisasi berikut ini :
Unit Organisasi Pemegang
No Nama Fungsi
Fungsi
1. Fungsi gudang Bagian Gudang
2. Fungsi pembelian Bagian Pembelian
3. Fungsi penerimaan Bagian Penerimaan Barang
4. Fungsi pencatatan utang Bagian Utang
5. Fungsi akuntansi biaya Bagian Akuntansi Biaya
6. Fungsi akuntansi umum Bagian Akuntansi Umum
7. Fungsi penerimaan kas Bagian Kasa

Tanggung jawab setiap fungsi yang terkait dalam transaksi


pembelian tersebut diuraikan berikut ini :
1. Fungsi gudang. Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi gudang
bertanggung jawab untuk untuk mengajukan permintaan pembelian
sesuai dengan posisi sediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan
barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan.
2. Fungsi pembelian. Fungsi pembelian bertanggung jawab untuk
memperoleh informasi mengenai harga barang, menentukan pemasok
yang dipilih dalam pengadaan barang, dan mengeluarkan order
pembelian kepada pemasok yang dipilih.
3. Fungsi penerimaan barang. Dalam sistem akuntansi pembelian,
Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan terhadap
jenis, mutu, dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok guna
menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut diterima oleh
perusahaan.

11
4. Fungsi pencatatan utang. Dalam perolehan barang dan jasa, fungsi
pencatat utang bertanggung jawab untuk mencatat transaksi pembelian
ke dalam regrister bukti kas keluar dan untuk menyelenggarakan arsip
dokumen sumber (bukti kas keluar) yang berfungsi sebagai catatan
utang atau menyelenggarakan buku pembantu utang sebagai pembantu
utang.
5. Fungsi akuntansi biaya. Dalam transaksi pembelian, fungsi akuntansi
biaya bertanggung jawab untuk mencatat sediaan dan aktiva tetap.
Secara garis besar transaksi pembelian mencakup prosedur berikut
ini :
1. Fungsi gudang mengajukanb permintaan pembelian ke fungsi
pembelian.
2. Fungsi pembelian meminta penawaran harga dari berbagai pemasok.
3. Fungsi pembelian menerima penawaran harga dari berbagai pemasok
dan melakukan pemilihan pemasok.
4. Fungsi pembelian membuat order pembelian kepada pemasok lain.
5. Fungsi penerimaan memeriksa dan menerima barang yang dikirim oleh
pemasok.
6. Fungsi penerimaan menyerahkan barang yang diterima kepada fungsi
gudang untuk disimpan.
7. Fungsi penerimaan melaporkan penerimaan barang kepada fungsi
akuntansi.
8. Fungsi akuntansi menerima faktur dari pemasok dan atas dasar faktur
pemasok tersebut, fungsi akuntansi mencatat kewajiban yang timbul
dari transaksi pembelian.

Dokumen
Dokumen yang digunakan dalam transaksi pembelian dibagi
menjadi dua golongan : dokumen sumber (source documents), yaitu
dokumen yang dipakai sebagai dasar pencatatan ke dalam catatan
akuntansi, dan dokumen pendukung (corroborating documents atau

12
dokumen penguat), yaitu dokumen yang membuktikan validitas terjadinya
transaksi. Berbagai dokumen yang digunakan dalam transaksi pembelian :
1. Surat permintaan pembelian. Dokumen ini merupakan formulir
yang diisi oleh fungsi gudang atau fungsi pemakai barang untuk
meminta fungsi pembelian melakukan barang dengan jenis, jumlah,
dan mutu seperti yang tersebut dalam surat tersebut.
2. Surat permintaan otorisasi investasi (expenditure autborization
request atau autborization for expenditure). Dokumen yang
digunakan untuk meminta persetujuan pelaksanaan investasi dalam
aktiva tetap dokumen ini diisi oleh fungsi yang mengusulkan
pemerolehan aktiva tetap dan setelah diotorisasi oleh direktur fungsi
yang bersangkutan dimintakan persetujuan dari direktur utaman.
3. Surat permintaan otorisasi reparasi (autborization for repair).
Dokumen ini berfungsi sebagai perintah dilakukannya reparasi yang
merupakan pengeluaran modal (capital expenditure)
4. Surat permintaan penawaran harga. dokumen ini digunakan untuk
meminta penawaran harga bagi barang yang pengadaannya tidak
bersifat berungkali terjadi (tidak repitif), yang menyangkut jumlah
moneter pembelian yang besar.
5. Surat order pembelian. Dokumen ini digunakan untuk memesan
penawaran barang yang telah dipilaih. Dokumen ini terdiri dari
berbagai rembusan dengan fungsi sebagai berikut :
a. Surat order pembelian. Dokumen ini merupakan lembar pertama
surat order pembelian yang dikirim kepada pemasok sebagai order
resmi yang dikeluarkan oleh perusahaan.
b. Tembusan pengakuan oleh pemasok. Tembusan surat order
pembelian ini dikirim kepada pemasok, diminta tanda tangan dari
pemasok tersebut dan dikirim kembali ke perusahaan sebagai bukti
telah diterima dan disetujui order pembelian, serta kesanggupan
pemasok memenuhi janji pengiriman barang seperti dalam
dokumen tersebut.

13
c. Tembusan fungsi peminta barang. Tembusan ini dikirim kepada
fungsi fungsi yang meminta pembelian bahwa barang yang
dimintainya telah dipesan.
d. Arsip tanggal penerimaan. Tembusan surat order pembelian ini
disimpan oleh fungsi pembelian menurut tanggal penerimaan
barang yang diharapkan, sebagai dasar untuk mengadakan tindakan
penyelidikan jika barang tidak datang pada waktu yang telah
ditetapkan.
e. Arsip pemasok. Tembusan surat order pembelian ini disimpan oleh
fungsi pembelian menurut nama pemasok, sebagai dasar untuk
mencari informasi mengenai pemasok.
f. Tembusan fungsi penerimaan. Tembusan surat order pembelian ini
dikirim ke fungsi penerimaan sebagai otorisasi untuk menerima
barang yang jenis, spesifikasi, mutu, kuantitas, dan pemasoknya
separti yang tercantum dalam dokumen tersebut.
g. Tembusan fungsi akuntansi. Tembusan surat order pembelian ini
dikirim ke fungsi akuntansi sebagai salah satu dasar untuk mencatat
kewajiban yang timbul dari transaksi pembelian.
6. Laporan penerimaan barang. Dokumen ini dibuat oleh fungsi
penerimaan untuk menunjukkan bahwa barang yang diterima dari
pemasok telah memenuhi jenis, spesifikasi, mutu dan kuantitas seperti
yang tercantum dalam surat order pembelian.
7. Surat perubahan order pembelian. Surat perubahan order
pembelian dibuat dengan jumlah lembar tembusan yang sama dan
dibagikan kepada pihak yang sama dengan yang meminta surat order
pembelian.
8. Bukti kas keluar. Dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk
dasar pencatatan transaksi pembelian. Dokumen ini berfungsi sebagai
perintah pengeluaran kas untuk pembayaran utang kepada pemasok
dan yang sekaligus berfungsi sebagai surat pemberitahuan kepada

14
kreditur mengenai maksud pembayaran (berfungsi sebagai remittance
advice).
9. Faktur dari pemasok. Dokumen ini merupakan tagihan dari
pemasok, yang berisi jenis, kuantitas, dan harga barang yang menjadi
kewajiban perusahaan kepada pemasok.

Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian :
1. Register bukti kas keluar. Jika dalam pencatatan utang, perusahaan
menggunakan voucher payable procedure, jurnal yang digunakan
untuk mencatat transaksi pembelian adalah register bukti kas keluar.
2. Jurnal pembelian. Jika dalam pencatatan utang, perusahaan
menggunakan account payable proceduer, jurnal yang dicatat dalam
untuk transaksi pembelian adalah jurnal pembelian.
3. Buku pembantu utang. Jika dalam pencatatan utang, perusahaan
menggunakan account payable proceduer, buku pembantu yang
digunakan untuk mencatat utang kepada pemasok adalah buku
pembantu utang. Jika dalam pencatatan utang, perusahaan
menggunakan voucher payable procedure, yang berfungsi sebagai
catatan utang adalah arsip buku kas keluar yang belum dibayar (unpaid
vaucher file).
4. Buku pembantu sediaan. Dalam sistem akuntansi pembelian, buku
pembantu sediaan ini digunakan untuk mencatat kos sediaan yang
dibeli.

Aktivitas Pengendalian dalam Sistem Informasi Akuntansi


Pembelian.
Aktiva pengendalian yang dapat mencegah dan mendeteksi salah
saji mencakup :
1. Otorisasi umum dan khusus untuk setiap pembelian.

15
2. Setiap surat order pembelian harus didasarkan pada surat permintaan
pembelian yang telah diotorisasi.
3. Setiap penenrimaan barang harus didasarkan pada surat order
pembelian yang telah diotorosisasi.
4. Fungsi penerimaan barang menghitung, menginspeksi, dan
membandingkan barang yang diterima dengan data barang yang
tercantum dalam surat order pembelian.
5. Penyerahan barang dari fungsi penerimaan barang ke fungsi gudang
harus didokumentasikan.
6. Bukti kas keluar harus dilampirkan dengan dokumen pendukung yang
lengkap dan sah.
7. Setiap pencatatan ke register bukti kas harus didukung dengan bukti
kas keluar yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.
8. Pengecekan secara independen posting ke dalam buku pembantu utang
usaha, sediaan, aktiva tetap, dengan akun kontrol yang bersangkuatn
ke buku besar,
9. Pertanggungjawaban secara periodik semua formulir bernomor urut
tercetak.
10. Panduan akun dan review terhadap pemberian kede akun.
11. Review kinerja secara periodik.

Penyusunan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian terhadap


Transaksi Pembelian.
Berdasarkan daftar prosedur audit yang dapat digunakan oleh
auditor untuk melakukan pengujian pengendalian terhadap transaksi
pembelian dapat disusun program audit untuk pengujian pengendalian
terhadap transaksi pembelian. Menurut aserse yang dituju : keberadaan
atau keterjadian, kelengkapan, dan penilainan atau alokasi.

16
Penjelasan program audit untuk pengujian pengendalian terhadap
transaksi pembelian.
1. Lakukan pengamatan terhadap prosedur persetujuan atas
permintaan pembelian, order pembelian, penerimaan barang,
pembuatan bukti kas keluar.pengamatan ini dituju untuk
membuktikan:
a. Adanya pemisahan tiga fungsi pokok : fungsi operasi, fungsi
penyimpanan, dan fungsi akuntansi dalam penanganan sistem
pengendalian
b. Setiap transaksi pembelian dilaksanakan oleh lebih dari unit
organisasi sehingga tercipta adanya pengecekan intern dalam setiap
pelaksanaan transaksi tersebut. Pengamatan dilaksanakan dengan
mengikuti pelaksanaan suatu transaksi pembelian atau dengan cara
memeriksa tanda tangan otorisasi yang tercantum dalam dokumen
sumber dan dokumen pendukung transaksi pembelian.
2. Ambil sampel transaksi pembelian dari regrister bukti kas keluar
dan lakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung. Auditor
mengambil sampel bukti kas yang belum keluar (unpaid voucher) dari
arsip tersebut yang diselenggarakan oleh fungsi utang dan bukti keluar
yang telah dibayar (paid voucher) dari arsip dokumen tersebut yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi biaya.
3. Periksa bukti digunakannya formulir bernomor urut tercetak dan
pertanggungjawaban pemakaian formulir tersebut. Penggunaan
nomor urut tercetak miring menjamin kelengkapan transaksi
pembelian yang dicatat dalam catatan akuntansi.
4. Ambil sampel bukti kas keluar yang dituju dan dilakukan
pengusutan ke dokumen pendukung dan catatan akuntansi yang
bersangkutan. Untuk membuktikan bahwa setiap transaksi pembelian
didahului dengan adanya otoeisasi pembelian didahuliu dengan adanya
otorisasi pembelian barang atau jasa, auditor mengambil sampel bukti
kas keluar dari arsip dokumen tersebut yang disimpan oleh fungsi

17
utang (unpaid voucher file) dan yang disimpan oleh fungsi akuntansi
biaya (paid voucher file).
5. Periksa adanya pengecekan independensi terhadap posting ke
buku pembantu dan jurnal. Untuk menguji keandalan prosedur
pencatatan transaksi pembelian, auditor menguji ketelitian posting
ringkasan register bukti kas keluar ke dakam akun yang bersangkutan
dalam buku besar (misalnya akun Sediaan, Biaya, Aktiva Tetap).
(Mulyadi, 2002)

2.2.2. Pengendalian Transaksi Pengeluaran Kas


Fungsi yang Terkait
Fungsi yang terkait dan tanggung jawab setiap fungsi dalam
transaksi pengeluaran kas adalah sebagai berikut:

1. Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas


2. Fungsi pencatat utang
3. Fungsi keuangan
4. Fungsi akuntansi biaya
5. Fungsi akuntansi umum
6. Fungsi audit intern
7. Fungsi penerima kas

Dokumen dan Catatan yang Umum dalam Transaksi Pengeluaran Kas


Sejumlah dokumen dan catatan umum yang tercakup dalam siklus
pengeluaran-transaksi pengeluaran kas adalah sebagai berikut:

1. Permintaan cek
Berfungsi sebagai sebagai permintaan dari fungsi yang memerlukan
pengeluaran kas kepada fungsi pencatat utang untuk membuatbukti kas
keluar.
2. Bukti kas keluar

18
Berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas kepada fungsi keuangan
sebesar yang tercantum dalam dokumen tersebut. Selain itu, juga
berfungsi sebagai surat pemberitahuan yang dikirim kepada kreditur
dan berfungsi pula sebagai dokumen sumber bagi pencatatan
berkurangnya utang.
3. Cek
Merupakan dokumen yang digunakan untuk memerintahkan bank
melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang atau organisasi
yang namanya tercantum pada cek. Pilihan dalam penggunaan cek
untuk pembayaran adalah chek issuer membuat cek atas nama dan chek
issuer membuat cek atas unjuk.
4. Kuitansi
Dokumen ini merupakan bukti tanda terima cek dari penerimaan cek
pembayaran.
5. Register cek
Digunakan untuk mencatat pengeluaran kas dengan cek, digunakan
untuk menvatat cek-cek perusahaan yang dikeluarkan untuk
pembayaran para kreditur perusahaan atau pihak lain.
6. Buku besar
Akun buku besar yang terkait dalam transaksi pengeluaran kas adalah
utang usaha dan kas.

Aktivitas Pengendalian dalam Sistem Informasi Akuntansi


Pengeluaran Kas
Aktivitas pengendalian yang dapat mencegah dan mendeteki salah
saji mencakup:

1. Penandatanganan cek harus mereview bukti kas keluar dan dokumen


pendukungnya.
2. Pembubuhan cap lunas terhadap bukti kas keluar yang telah dibayar
beserta dokumen pendukungnya.
3. Pengecekan secara independen antara cek dan bukti kas keluar.

19
4. Pertanggungjawaban semua nomor urut cek.
5. Pengecekan secara independen posting ke dalam catatan akuntansi.
6. Rekonsiliasi bank secara periodik oleh pihak ketiga yang independen.
7. Pengecekan secara independenterhadap tanggal yang tercantum dalam
bonggol cek dan tanggal pencatatannya.

Program Audit untuk Pengujian Pengendalian terhadap Transaksi


Pengeluaran Kas
1. Melakukan pengamatan terhadap prosedur pembuatan cek dan
pencatatan cek ke dalam register cek.
2. Mengambil sampel transaksi pengeluaran kas dari register cek dan
melakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung.
3. Memeriksa bukti digunakannya formulir bernomor urut tercetak dan
pertanggungjawaban pemakaian formulir tersebut.
4. Mengambil sampel bukti kas keluar yang telah dibayar dan melakukan
pengusutan ke dokumen dan catatan akuntansi yang bersangkutan.
5. Memeriksa adanya pengecekan independen terhadap posting ke buku
pembantuu dan jurnal.

Risiko yang terdapat struktur pengendalian intern siklus pengeluaran.

Dalam memahami risiko pengendalian yang timbul dalam transaksi


pengeluaran kas harus memperhatikan kemungkinan-kemungkinan salah
saji, pengendalian yang dibutuhkan, serta kemungkinan pengujian yang
harus dilakukan berikut ini:

1. Terhadap transaksi pembayaran hutang.


- Kemungkinan adanya pengeluaran cek untuk pembelian yang tidak
disetujui, harus dikendalikan dengan cara penandatanganan cek
melakukan penelaahan terhadap kelengkapan pendukung voucher
dan persetujuannya. Auditor dapat melakukan pengujian dengan cara

20
observasi apakah penandatanganan cek melakukan pengecekan
dengan bebas terhadap dokumen pendukung.
- Kemungkinan voucher dibayar dua kali, dikendalikan dengan
pemberian cap terhadap voucher dan dokumen pendukungnya bila
telah dibayar. Auditor dapat melakukan pengujian apakah semua
pembayaran diberi cap.
- Check mungkin dibayarkan untuk jumlah yang salah, dikendalikan
dengan pengecekkan oleh pihak yang bebas mengenai kesesuaian
jumlah dalam check dengan voucher-nya.
- Check mungkin dirubah setelah ditandatangani, dikendalikan dengan
pengecekan pemberian tanda cek yang dikirim. Auditor dapa
melakukan pengujian dengan melakukan wawancara tentang
prosedur pengiriman check, dan observasi proses pengiriman check.
2. Terhadap transaksi pengeluaran kas.
- Check mungkin tidak dicatat, dikendalikan dengan check yang
bemomor urut tercetak. Auditor melakukan pengujian terhadap
penggunaan dokumen bemomor urut tercetak.
- Kesalahan-kesalahan dalam pencatatan check, dikendalikan dengan
pembuatan rekonsiliasi bank secara periodik oleh pihak yang bebas.
Auditor dapat melakukan pengujian terhadap bank rekonsiliasi.
- Check tidak dicatat dengan segera, dikendalikan oleh pihak yang
bebas untuk mencocokkan tanggal check dan tanggal pencatatannya.
Pengujian yang dilakukan dengan memperlihatkan kembali adanya
kebebasan dalam pengecekan.

21
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Kecurangan dan jenis kecurangan


Untuk lebih berhasilnya peran auditor dalam pencegahan dan
pendeteksian adanya kecurangan, sebaiknya internal auditor perlu
memahami kecurangan dan jenis-jenis kecurangan yang mungkin terjadi
dalam perusahaan. G.Jack Bologna, Robert J.Lindquist dan Joseph T.Wells
mendifinisikan kecurangan Fraud is criminal deception intended to
financially benefit the deceiver (Bologna, Lindquist, & Wells, 2002) yaitu
kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi
manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan
kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dan dari tindakan
jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara
financial.
Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1) tindakan/the
act., (2) Penyembunyian/theconcealment dan (3) konversi/the conversion.
Misalnya pencurian atas harta persediaan adalah tindakan, kemudian pelaku
akan menyembunyikan kecurangan tersebut misalnya dengan membuat
bukti transaksi pengeluaran fiktif. Selanjutnya setelah perbuatan pencurian
dan penyembunyian dilakukan, pelaku akan melakukan konversi dengan
cara memakai sendiri atau menjual persediaan tersebut. Pada dasarnya
terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal. Kecurangan
eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu
perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan pelanggan terhadap
usaha; wajib pajak terhadap pemerintah. Kecurangan internal adalah
tindakan tidak legal dari karyawan, manajer dan eksekutif terhadap
perusahaan tempat ia bekerja.
Berkaitan dengan itu Association of Certified Fraud Examinations
(ACFE, 2000), salah satu asosiasi di USA yang mendarmabaktikan

22
kegiatannya dalam pencegahan dan pemberantasan kecurangan,
mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok sebagai berikut:
1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud),
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan
yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material
Laporan Keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan
ini dapat bersifat financial atau kecurangan non finansial.
2. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation), Penyalahagunaan aset
dapat digolongkan ke dalam Kecurangan Kas dan Kecurangan atas
Persediaan dan Aset Lainnya, serta pengeluaran-pengeluaran biaya
secara curang (fraudulent disbursement).
3. Korupsi (Corruption), Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah
korupsi menurut ACFE, bukannya pengertian korupsi menurut UU
Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi ke
dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery),
pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic extortion).

3.2. Pendeteksian Kecurangan


Sebagaimana diuraikan sebelumnya, resiko yang dihadapi
perusahaan diantaranya adalah Integrity risk, yaitu resiko adanya
kecurangan oleh manajemen atau pegawai perusahaan, tindakan illegal, atau
tindak penyimpangan lainnya yang dapat mengurangi nama baik reputasi
perusahaan di dunia usaha, atau dapat mengurangi kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adanya resiko tersebut
mengharuskan internal auditor untuk menyusun tindakan pencegahan /
prevention untuk menangkal terjadinya kecurangan sebagaimana diuraikan
dalam bagian sebelumnya.
Namun, pencegahan saja tidaklah memadai, internal auditor harus
memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya
kecurangan-kecurangan yang timbul. Tindakan pendeteksian tersebut tidak
dapat di generalisir terhadap semua kecurangan. Masing-masing jenis

23
kecurangan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga untuk dapat
mendeteksi kecurangan perlu kiranya pemahaman yang baik terhadap jenis-
jenis kecurangan yang mungkin timbul dalam perusahaan. Sebagian besar
bukti-bukti kecurangan merupakan bukti-bukti tidak sifatnya langsung.
Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh munculnya
gejala- gejala (symptoms) seperti adanya perubahan gaya hidup atau
perilaku seseorang, dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari
pelanggan ataupun kecurigaan dari rekan sekerja. Pada awalnya, kecurangan
ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang
merupakan kondisi / keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang.
Karakterikstik yang bersifat kondisi / situasi tertentu, perilaku / kondisi
seseorang personal tersebut dinamakan Red flag (Fraud indicators).
Meskipun timbulnya red flag tersebut tidak selalu merupakan
indikasi adanya kecurangan, namun red flag ini biasanya selalu muncul di
setiap kasus kecurangan yang terjadi. Pemahaman dan analisis lebih lanjut
terhadap Red flag tersebut dapat membantu langkah selanjutnya untuk
memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya kecurangan. Berikut adalah
gambaran secara garis besar pendeteksian kecurangan berdasar
penggolongan kecurangan oleh ACFE tersebut di atas.

3.2.1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)


Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat
dideteksi melalui analisis laporan keuangan sebagai berikut:
1. analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis
hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau
Laporan arus kas dengan menggambarkannya dalam persentase.
Sebagai contoh, adanya kenaikan persentase hutang niaga dengan total
hutang dari rata-rata 28% menjadi 52% dilain pihak adanya penurunan
persentase biaya penjualan dengan total penjualan dari 13 20% menjadi
17% mungkin dapat menjadi satu dasar adanya pemeriksaan
kecurangan.

24
2. analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis
persentasepersentase perubahan item laporan keuangan selama
beberapa periode laporan. Sebagai contoh adanya kenaikan penjualan
sebesar 80% sedangkan harga pokok mengalami kenaikan 140%.
Dengan asumsi tidak ada perubahan lainnya dalam unsur-unsur
penjualan dan pembelian, maka hal ini dapat menimbulkan sangkaan
adanya pembelian fiktif, penggelapan, atau transaksi illegal lainnya.
3. analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai
item dalam laporan keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio,
adanya penggelapan uang atau pencurian kas dapat menyebabkan
turunnya perhitungan rasio tersebut.

3.2.1. Asset Misappropriation (Penyalahgunaan aset).


Teknik untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan kategori ini sangat
banyak variasinya. Namun, pemahaman yang tepat atas pengendalian
intern yang baik dalam pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam
melaksanakan pendeteksian kecurangan. Dengan demikian, terdapat
banyak sekali teknik yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi setiap
kasus penyalahgunaan aset. Masing-masing jenis kecurangan dapat
dideteksi melalui beberapa teknik yang berbeda. Misalnya, untuk
mendeteksi kecurangan dalam pembelian ada beberapa metode deteksi
yang dapat digunakan. Metode-metode tersebut akan sangat efektif bila
digunakan secara kombinasi gabungan, setiap metode deteksi akan
menunjukkan anomalies / gejala penyimpangan yang dapat diinvestigasi
lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya kecurangan. Selain itu, metode-
metode tersebut akan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam
pengendalian intern dan mengingatkan / memberi peringatan pada auditor
akan adanya potensi terjadinya kecurangan di masa mendatang.

25
Analytical Review

Suatu review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan


ketidakbiasaan atau kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan. Sebagai
contoh adalah perbandingan antara pembelian barang persediaan dengan
penjualan bersihnya yang dapat mengindikasikan adanya pembelian yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah biala dibandingkan dengan tingkat
penjualannya. Metode analitis lainnya adalah perbandingan pembelian
persediaan bahan baku dengan tahun sekarang yang mungkin
mengindikasikan adanya kecurangan overbilling scheme atau kecurangan
pembelian ganda.

Statistical Sampling

Sebagaimana persediaan, dokumen dasar pembelian dapat diuji


secara sampling untuk menentukan ketidakbiasaan (irregularities), metode
deteksi ini akan efektif jika ada kecurigaan terhadap satu attributnya,
misalnya pemasok fiktif. Suatu daftar alamat PO BOX akan
mengungkapkan adanya pemasok fiktif Vendor or outsider complaints
Komplain / keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain merupakan
alat deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut.

Site Visit Observation

Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya


pengendalian intern di lokasi-lokasi tersebut. Observasi terhadap bagaimana
transaksi akuntansi dilaksanakan kadangkala akan memberi peringatan pada
CFE akan adanya daerah-daerah yang mempunyai potensi bermasalah
Dalam banyak kasus kecurangan, khususnya kasus pencurian dan
penggelapan aset, biasanya terdapat tiga faktor, yaitu:
1. ada satu tekanan pada seseorang, seperti kebutuhan keuangan

26
2. adanya kesempatan untuk melakukan kecurangan dan menyembunyikan
kecurangan yang dilakukan
3. adanya cara pembenaran perilaku tersebut yang sesuai dengan tingkatan
integritas pelakunya,

Ada tiga elemen dalam struktur pengendalian intern yang perlu


diperhatikan dengan baik, yaitu Lingkungan pengendalian, Sistem
akuntansi, dan prosedur pengendalian, dengan rincian sebagai berikut:

Jika struktur internal control sudah ditempatkan dan berjalan dengan


baik, peluang adanya kecurangan yang tak terdeteksi akan banyak
berkurang. Pemeriksa kecurangan harus mengenal dan memahami dengan
baik setiap elemen dalam struktur pengendalian intern agar dapat melakukan
evaluasi dan mencari kelemahannya.

3.2.3. Corruption (Korupsi)


Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari
rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas
dan menyampaikan komplain ke perusahaan. Atas sangkaan terjadinya
kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap tersangka atau

27
transaksinya. Pendeteksian atas kecurangan ini dapat dilihat dari
karakteristik (Red flag) si penerima maupun si pemberi. Orang-orang yang
menerima dana korupsi ataupun penggelapan dana pada umumnya
mempunyai karakteristik (red flag) sebagai berikut:
- The Big Spender
- The Gift taker
- The Odd couple
- The Rule breaker
- The Complainer
- The Genuine need
Sedangkan orang yang melakukan pembayaran mempunyai karakteristik
(red flag) sebagai berikut:
- The Sleaze factor
- The too Succesful bidder
- Poor quality, higher prices
- The one-person operation

28
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan kasus di atas, Comptronik corp terbukti telah melakukan
kecurangan (fraud) dengan melakukan permainan angka-angka laporan keuangan
atau Financial Numbers Game. Perusahaan berusaha menaikkan laba dengan
membuat penjualan dan piutang fiktif untuk menarik investor. Investor akan
bersedia menginvestasikan modalnya di perusahaan yang memiliki corporate
earning power (kemampuan untuk menghasilkan pendapatan) yang bagus. Harga
saham yang semakin tinggi akan meningkatkan market valuation dan secara
otomatis meningkatkan nilai kemakmuran pejabat senior, sebab jika pendapatan
perusahaan naik, maka bonus yang diterimanya pun akan meningkat. Kecurangan
dalam bentuk ini dapat dideteksi dengan menggunakan rasio perputaran
persediaan (inventory turnover), dan dokumen pendukung dari pihak ketiga yang
adalah dokumen bank dan dokumen Vendor.

29
DAFTAR PUSTAKA

ACFE. (2000). Fraud Examiners Manual. New York: ACFE.

Arens. (2008). Accounting & Auditing Enforcementt Realese. Chicaho:


Commerce Clearing, Inc.

Bologna, G. J., Lindquist, R. J., & Wells, J. T. (2002). Fraud Examination.


Thomson: South-Western.

Mulyadi. (2002). Auditing 2. Jakarta: Salemba Empat.

30

Anda mungkin juga menyukai