Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tingkah laku manusia saat ini sangat beragam. Berbagai macam kejahatan
ataupun penyimpangan-penyimpangan perilaku sosial bukan lah lagi hal yang tabu
untuk dilakukan. Perubahan zaman menjadi alasan utama terjadinya hal tersebut,
Manusia seakan tidak peduli dengan apa yang ia lakukan dan bagaimana dampaknya
bagi orang lain. Padahal, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat dipungkiri
akan selalu berhubungan satu sama lain. Kenyataannya, setiap manusia memiliki
kepentingan dan acap kali kepentingan tersebut berlainan bahkan timbul pertentangan
sehingga pertikaian tidak dapat dihindari. Jika perselisihan tersebut dibiarkan, maka
mungkin akan muncul perpecahan dalam masyarakat. Diperlukan aturan yang bersifat
memaksa dan legal dimata negara agar dapat ditaati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Hukum adalah solusi terbaik untuk mengatasi bahkan mencegah perpecahan seperti
paparan diatas.

Kehidupan masyarakat tidak bisa diatur apabila tidak ada hukum. Hukum akan
menjadi suatu tembok penghalang bagi ancaman-ancaman pemicu keretakan sosial
masyarakat. Idealnya, hukum akan menengahi gesekan-gesekan kehidupan yang akan
sangat mungkin terjadi dalam hidup bermasyarakat. Saat ini hukum telah menjadi
bagian dari hidup bermasyarakat yang tak terpisahkan. Hukum memiliki cakupan
yang sangat luas dalam kehidupan bahkan jika dikaitkan dengan bisnis, hukum juga
mengatur bentuk badan usaha. Secara mutlak, badan usaha yang berdiri harus
mempunyai landasan hukum atau diakui dimata hukum. Badan usaha tersebut wajib
memiliki bukti-bukti sah tentang legalitas usahanya.

Hukum yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan akan


membuat masyarakat menjadi semakin terbiasa akan keberadaannya. Hasilnya,
masyarakat dapat hidup berdampingan secara aman, nyaman dan damai. Seiring
berjalannya waktu, kesadaran hukum bagi masyarakat akan mengalami kenaikan yang
cukup signifikan. Hukum menjadi suatu menjadi suatu rambu peringatan apabila
manusia ingin melakukan hal-hal buruk yang berakibat menyakiti atau mengores
kepentingan umum.

1
Semakin berkembangnya zaman, hukum pun akan menjelma dijadikan habbit
atau panutan bagi masyarakat Indonesia dan dapat merubah sifat egoisme manusia
dan menjadi pemacu manusia untuk berbuat lebih baik lagi. Carut- marut
permasalahan masyarakat dapat diselesaikan dengan prinsip keadilan dan tidak
memihak apabila hukum dilaksanakan dengan tegas.

Dengan mengetahui perkara-perkara ini, hukum dapat dimaknai dengan


makna sebenarnya sehingga tidak akan menyisakan keraguan akan keberadaannya
dari segi pentingnya hukum bagi manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat kita tarik beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini. Seperti:

1. Apa itu hukum?


2. Siapa saja yang termasuk sebagai subjek hukum?
3. Bagaimana hukum dalam perseroan terbatas?
4. Mengapa penyedia jasa asuransi harus berbadan hukum?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan. Penulis memiliki tujuan-tujuan
dalam membuat makalah ini. Yaitu :
1. Menjelaskan pengertian ( definisi) hukum berdasarkan teori-teori pendukung dan
pemahamannya.
2. Menjelaskan subjek hukum yang ada.
3. Menjelaskan keterkaitan hukum dengan perseroan terbatas.
4. Menjelaskan pentingnya status badan hukum bagi penyedia jasa asuransi.

BAB II

ANALISIS

2.1. Hukum

2
A. Pengertian

Secara etimologis hukum di artikan dengan kata Law (Inggris), Recht (Belanda) ,
Loi atau Droit (Francis), ius (Latin) , Derecto (Spanyol) , Dirrito (Italia)1. Prof.
Sudiman Kartonodiprojo, S.H. memberikan argumentasi bahwa definisi hukum sulit
diterima oleh umum karena hukum itu bersifat abstrak, universal , kontinyu, lingkungan
berlakunya sangat luas dan hukum juga diterjemahkan sebagai hukum serta hak2.
Kompleksnya Hukum membuat beberapa ahli membuat definisi hukum secara beragam. E.
Utrecht mendefinisikan hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang mengatur atau
mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat3. Prof. Dr.
Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LLM, mendefinisikan hukum merupakan keseluruhan
kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur pergaulan manusia dalam masyarakat, yang
meliputi lembaga-lembaga (institution) dan proses-proses yang diperlukan untuk
mewujudkan hukum itu dalam kenyataan. M.H. Tirtaatmadja, S.H., mendefinisikan bahwa
hukum adalah semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan
dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan-
aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan
kemerdekaannya, didenda dan sebagainya. J.C.T Simonangkir, S.H. dan Woerjono
Sastropranoto mendefinisikan hukum ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-
badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan tadi berakibatkan
diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu. Aristoteles mendefinisikan hukum
sebagai serangkaian-serangkaian peraturan-peraturan yang mengikat penguasa dan
masyarakat. S.M Amin, S.H,. mendefinisikan hukum adalah kumpulan-kumpulan peraturan-
peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi4. Prof. Sudiman Kartonodiprodjo, S.H.,
mendefinisikannya hukum adalah sesuatu yang berkuasa bagi kehidupan manusia, dimana
manusia dengan manusia lainnya berhubungan untuk mencapai tata tertib di dalamnya5.

1 Wasis Sp., Pengantar Ilmu Hukum (Malang: UMM Pres, 2002) hlm. 11

2 Waluyadi, S.H. Pengantar Ilmu Hukum dalam Perspektif Hukum Positif hlm. 1

3 Waluyadi, S.H. Pengantar Ilmu Hukum dalam Perspektif Hukum Positif hlm. 2

4 Waluyadi, S.H. Pengantar Ilmu Hukum dalam Perspektif Hukum Positif hlm. 3

5 Waluyadi, S.H. Pengantar Ilmu Hukum dalam Perspektif Hukum Positif hlm. 43

3
B. Fungsi

Fungsi Hukum sebagai Sarana Sosial Kontrol, Bertujuan untuk memberikan suatu batasan
tingkah laku masyarakat yang menyimpang dan akibat yang akan diterimanya karena
penyimpangan tersebut. Berarti hukum itu mengontrol tingkah laku masyarakat, melihat
mana yang menyimpang dari ketentuan hukum dan menentukan sanksi apa yang akan
diberikan kepada mereka yang menyimpang tersebut. Ronny Hanitijo Soemitro (1989;143)
menulis, bahwa tingkah laku yang menyimpang merupakan tindakan yang tergantung pada
kontrol sosial. Fungsi Hukum sebagai a Tool of Social Engineering. Yaitu sebagai
sarana perekayasa sosial (mengubah masyarakat) untuk menuju masyarakat yang sempurna
(terencana). Artinya untuk menata masyarakat agar tercapai apa yang dicita-citakan dalam
pembangunan masyarakat. Jadi pembentuk hukum harus selalu mengikuti perkembangan
sosial, budaya, perekonomian dan segala yang mempengaruhi perkembangan masyarakat.
Fungsi Hukum Sebagai Simbol, Maksudnya menyederhanakan suatu rangkaian tindakan
atau peristiwa tertentu sehingga mudah dipahami, baik oleh pelaksana tindakan tersebut,
penegak hukum maupun masyarakat. Jadi, tindakan atau peristiwa tersebut disimbolkan
dengan suatu istilah tertentu yang jika tindakan atau peristiwa yang sama terjadi dikemudian
hari dapat dikatakan sebagai simbol yang sama. Contohnya dalam kasus kriminal, seseorang
yang telah mempersiapan segala sesuatu untuk membunuh orang lain baik dalam cara apapun
disebut sebagai pembunuhan berencana dan jika kemudian hari ada seseorang yang
melakukannya dengan cara yg lain tetapi tujuannya sama yaitu untuk membunuh, maka
dapat disimbolkan sebagai pembunuhan berencana. Fungsi Hukum sebagai Alat Politik,
Untuk memperkokoh kekuasaan politik atau mengefektifkan pelaksanaan kekuasaan negara
(Marwan Mas, 2004 : 85). Maka hukum sama sekali tidak bisa dilepaskan dari politik, karena
hukum yang dibuat secara tertulis (peraturan UU) dibuat oleh pemerintah dan Badan
Legislatif yang keanggotaannya dari unsur-unsur politik (Partai Politik yang berkuasa).
Fungsi Hukum sebagai Sarana Penyelesaian Sengketa, Hukum bertujuan untuk
menyelesaikan setiap konflik atau sengketa yang terjadi di masyarakat. Pada dasarnya, adalah
untuk mencapai keadilan dalam penyelesaian konflik di masyarakat maupun dalam
melakukan pengendalian sosial. Fungsi Hukum sebagai Sarana Pengendalian sosial.
Hukum berfungsi untuk mengendalikan masyarakat secara terstruktur , tepat dan terencana.
Agar kehidupan sosial masyarakat dapat terkendali sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku. Tiga bentuk pengendalian yang harus dilakukan yaitu pengendalian yang bersifat
preventif untuk mencegah gangguan stabilitas dalam kehidupan masyarakat. Bersifat represif

4
untuk mengembalikan keseimbangan yang telah mengalami gangguan dalam kehidupan
bermasyarakat. Bersifat preventif-refresif yaitu sekaligus mengembalikan keseimbangan
antara stabilitas dan fleksibilitas dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi hukum sebagai
Sarana Pengintegrasian Sosial, Untuk mengurangi konflik yang terjadi dalam memperlancar
proses interaksi sosial. Artinya hukum menjadi sarana untuk menciptakan keserasian berbagai
kepentingan masyarakat sehingga proses pergaulan hidup berjalan lebih baik. Salah satunya
untuk memperlancar pembangunan di bidang ekonomi.

C. Tujuan

Hukum dibuat atau diciptakan tentu saja mempunyai sasaran yang hendak dicapai. Itulah
yang merupakan tujuan dari hukum yaitu pada intinya untuk menciptakan tatanan masyarakat
yang tertib, aman tentram dan adanya keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan
hukum ialah mengatur pergaulan hidup secara damai. Hukum menghendaki perdamaian.
Beberapa ahli turut andil dalam menarik tujuan hukum seperti: Prof. J. Van Kant , Faktor
ketertiban dan kepastian hukum menjadi prioritas6. Jadi, hukum dimungkinkan menjadi
wahana dalam rangka menjadikan semua pihak untuk tidak mengganggu kepentingan orang
lain. Prof. Subekti, S.H. ,Tersirat dalam nilai-nilai pancasila dikarenakan terdapat benang
merah yang menghubungkan antara negara sebagai badan hukum yang berwenang
menyelenggarana keadilan dan ketertiban dengan rakyat. Jadi, hukum hendaknya mengabdi
pada tujuan negara yang pada akhirnya menghasilkan kemakmuran dan kebangkitan pada
rakyatnya. E. Utrecht ,Lebih kearah kepastian hukum7. Jadi, hukum dimungkinkan sebesar-
besarnya untuk adanya peraturan-peraturan umum yang berlaku bagi setiap orang tanpa
melihat latar belakang dan status sosial. Aristoteles ,Hukum semata-mata menghendaki
adanya keadilan8. Jadi hukum harus memenuhi rasa keadilan terhadap masyarakat. Yaitu
memberikan segala sesuatu yang patut diterimanya. Geny , Semata-mata keadilan9.
Kepentingan daya guna dan kemanfatan-kemanfaatan sebagai suatu unsur dari pengertian
keadilan: Le juste contient dans ses flancs lutile10.

6 Waluyadi, S.H. Pengantar Ilmu Hukum dalam Perspektif Hukum Positif hlm. 44

7 Waluyadi, S.H. Pengantar Ilmu Hukum dalam Perspektif Hukum Positif hlm. 46

8 Waluyadi, S.H. Pengantar Ilmu Hukum dalam Perspektif Hukum Positif hlm. 47

9 Science et technique en droit prive positif, cetakan ke 2 (Paris 1922), hal.49

5
Kebeadaan hukum pada dasarnya memiliki beberapa maksud yaitu:Menjaga kepentingan-
kepentingan manusia agar tidak diganggu oleh pihak lain. Hukum dimaksudkan mengabdi
pada kepentingan rakyat melalui penguasa yang diberi amanat oleh hukum untuk bertindak
sebagai penyelenggara dalam mewujudkan keadilan hukum untuk bertindak sebagai
penyelenggara dalam mewujudkan keadilan hukum yang berdimensi kepastian hukum.
Hukum juga diperuntukan agar perdamaian manusia dimuka bumi ini dapat terwujud.

Dari paparan tujuan hukum diatas, dapat disimpulkan bahwa hukum memang harus ditaati
oleh manusia agar tujuannya dapat tercapai. Ketaatan akan hukum akan berdampak terhadap
tingkat kesuksesan berjalannya hukum tersebut. Dalam hal ini, banyak teori-teori
bermunculan seperti:Teori kedaulatan Tuhan ,Negara adalah merupakan wakil Tuhan,
sehingga negara mempunyai kewenangan untuk menyelenggarakan tata tertib di dunia ini.
Dan hukum merupakan perintah Tuhan. Jadi jika manusia menaati hukum berarti manusia
juga menaati perintah Tuhan. Teori Perjanjian ,Negara berhak untuk menjatuhkan hukuman
kepada warganegaranya sendiri yang telah berjanji secara kolektif untuk menaati hukum yang
dibuat oleh negara. Dasarnya adalah perjanjian masyarakat sehingga menaati hukum
karena ketirakatannya. Teori Kedaulatan Hukum ,Seorang menaati hukum karena hukum
itu berasal dari perasaan hukum sebagian masyarakat. Akibatnya apabila kita tidak menaati
hukum maka akan dianggap tidak mengikuti norma-norma kebenaran yang dianut oleh
masyarakat itu sendiri. Teori Kedaulatan Negara ,Seorang menaati hukum karena ia sendiri
yang menghendakinya dan negara memiliki hak kekuasaan sekaligus mempunyai kekuatan
untuk menyelenggarakan hukum.

Jadi kesimpulannya ialah Karena hukum itu dibuat oleh atau berasal dari Tuhan, sementara
negara adalah wakil Tuhan dan manusia adalah makhluk Tuhan sehingga pentaatan terhadap
hukum merupakan bentuk pengabdian kepada-Nya. Oleh karena mereka sendiri yang telah
berjanji untuk mentaatinya. Dan kemudian hukum itu sendiri yang telah berjanji untuk
memberi kewenangan kepada negara untuk menyelenggarakan hukum.

D. Sifat

10 Science et technique II (1915), hal. 20 Terutama lihatlah juga hal. 366 dst dan
I, hal. 49 dst

6
Hukum memiliki beberapa sifat yang erat kaitannya dengan ciri hukum tersendiri
antara lain: Hukum bersifat memaksa, memaksa artinya mau tidak mau harus. Jadi, ketika
seseorang melakukan suatu perbuatan ia harus menerima konsekuensinya walaupun tidak
mau. Contohnya, apabila seseorang itu ingin mengajukan gugatan kepada pengadilan
mengenai sesuatu hal membuat ia merasa dirugikan, maka ia harus menempuh jalur hukum
sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Hal ini terkesan rumit dan terlalu berbelit,
namun mau tidak mau, orang tersebut harus mengikutinya dan tidak bisa untuk melangkahi
aturan ini.

Hukum bersifat mengatur, bukan hanya mengatur tetapi bersifat mengikat. Hukum
memuat aturan-aturan berupa perintah-perintah dan larangan yang mengatur tingkah laku
manusia dalam hidup bermasyarakat. Hukum secara tidak langsung mengikat orang untuk
tetap sadar bahwa ia telah berada dalam garis hukum yang tidak boleh langsung terlepas
tetapi butuh waktu dan kodratnya memang harus melakukan seperti itu. Contohnya, seorang
istri harus tunduk kepada suaminya. Ia wajib tinggal bersama sang suami dalam satu rumah
dan berwajib pula mengikutinya, barang dimana pun si suami memandang berguna,
memusatkan tempat kediamannya ( Pasal 106 KUHPerdata). Berdasarkan hal diatas, terkesan
bahwa suamilah yang memegang kekuasaannya. Walaupun sang istri mungkin merasa
keberatan akan hal itu, namun Ia harus tetap menjalankan aturan ini.

E. NORMA

Hukum adalah sesuatu yang telah disepakati dan menjadi acuan dalam melaksanakan hak
serta kewajiban. Hukum bersifat memaksa, karena pada dasarnya hukum berisi norma-norma
yang ditetapkan dan mengandung unsur cinta (kedamaian).

Norma hukum yang dimaksud terdiri dari empat, yaitu: Norma ketuhanan, Ketuhanan
dalam hukum adalah kita harus melaksanakan perintah yang diberikan oleh Tuhan YME serta
menjauhi larangan yang telah ditetapkan, apabila kita tidak melaksanakan perintah-Nya dan
kita malah melakukan hal-hal yang dilarang dalam agama, maka kita akan mendapatkan
sanksi berupa dosa yang akan kita pertanggung jawabkan kelak di akhirat nanti. Contoh-
contoh pelanggaran hukum ketuhanan antaralain tidak melaksanakan ibadah shalat dan puasa
ramadhan , serta melakukan zina.

7
Norma kesusilaan, menurut hukum norma ini terjadi saat kita berada disuatu
lingkungan. Norma kesusilaan terjadi karena adanya budaya dalam masyarakat Indonesia
yang masih menganut unsur ketimur-an. Maksudnya, dalam melakukan sesuatu kita harus
memikirkan terlebih dahulu, pantas atau tidak apa yg akan kita lakukan dan bagaimana
efek/reaksi masyarakat ketika kita melakukan hal tersebut. Apabila kita melanggar norma ini,
maka kita akan dikucilkan oleh masyarakat di lingkungan sekitar. Contoh-contoh pelanggaran
hukum kesusilaan antara lain berzinah secara terang-terangan dan berbohong dimuka publik.

Norma kesopanan, menurut hukum norma kesopanan adalah suatu yang mutlak kita
laksanakan terlebih kita tinggal di Indonesia. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan
keramahan dan kesopanannya, hal ini dikarenakan leluhur Indonesia telah menanamkan
kesopanan secara turun temurun terhadap anak cucu mereka, sopan merupakan unsur
terpenting dalam bermasyarakat. Apabila kita melanggar norma kesopanan ini, maka kita
akan di gunjingkan , mendapat celaan dari orang sekitar atau bahkan diusir oleh masyarakat.
Contoh pelanggaran norma ini adalah bertutur kata kasar (memaki/mencaci) , lewat tanpa
permisi, meludah disembarang tempat.

Norma Hukum, norma ini merupakan norma yang bersifat mutlak dan diakui oleh
pemerintah. Apabila kita melanggar norma ini, maka kita akan mendapatkan sanksi berupa
hukuman yang bisa menjebloskan kita ke hotel prodeo (penjara). Contoh pelanggarannya
ialah melakukan penipuan , tidak membayar pajak , membunuh, melakukan kejahatan seksual
atau hal-hal yang berbau kriminalitas.

Sedangkan unsur cinta yang dimaksud adalah kedamaian yang akan tercipta apabila
hukum dilaksanakan secara baik dan benar oleh kedua belah pihak. Namun sayang, saat ini
hukum di Indonesia makin tidak jelas. Bisa dikatakan, hukum Indonesia tajam ke bawah
tetapi tumpul keatas. Hukum akan sangat berlaku apabila masyarakat golongan bawah yang
melakukan pelanggaran sedangkan bagi masyarakat golongan menengah keatas yang
melakukan pelanggaran, hukum dapat dibeli dengan uang yang mereka miliki.

F. Kaitan Hukum dengan Masyarakat

Tidak dapat ditampik bahwa hukum telah melekat pada masyarakat indonesia sejak
dahulu. Seperti hukum adat yang telah terikat dan dilaksanakan secara turun-temurun oleh
bangsa Indonesia. Hukum pada Hakikatnya yaitu Memberikan perlindungan (proteksi) atas
hak-hak setiap orang secara wajar, disamping juga menetapkan kewajiban-kewajiban yang
harus dipenuhinya sehubungan dengan haknya tersebut. Selanjutnya adalah Memberikan juga

8
pembatasan (restriksi) atas hak-hak seseorang pada batas yang maksimal agar tidak
mengganggu atau merugikan hak orang lain, disamping juga menetapkan batas-batas minimal
kewajiban yang harus dipenuhinya demi wajarnya hak orang lain. Jadi, sudah jelas bahwa
hukum itu bukan hanya menjamin keamanan dan kebebasan, tatapi juga ketertiban dan
keadilan bagi setiap orang dalam berusaha untuk memenuhi segala keperluan hidupnya
dengan wajar dan layak.

Peraturan-peraturan hukum yang bersifat mengatur dan memaksa anggota untuk patuh
menaatinya, menyebabkan terdapat keseimbangan dalam tiap perhubungan anggota
masyarakat. Setiap hubungan kemasyarakatan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-
ketentuan dalam peraturan hukum yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Setiap pelanggar
peraturan hukum yang ada, akan di kenakan sanksi yang berupa hukuman sebagai reaksi
terhadap perbuatan yang melanggar hukum yang di lakukannya. Maka dari itu Hukum dalam
masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin menggambarkan hidup
manusia tanpa atau di luar masyarakat. Contohnya adalah kasus-kasus kriminal di indonesia.
Apabila kasus kriminal tidak ditanggapi dengan hukum, maka tidak adil rasanya bagi yang
terkena tindakan kriminal tersebut. Keadaan masyarakat akan menjadi kacau dengan
hilangnya hukum sebagai penegak kejahatan kriminal. Hukum akan memberikan sanksi bagi
si pelanggar kriminal dan akan memberikan perlindungan kepada si korban. Namun, untuk
mendapatkan hal tersebut, hukum harus membuktikan kebenaran dalam suatu kasus tersebut
agar tidak ada kesalahan terhadap vonis nya dikemudian hari.

G. Aliran dan Mahzab Hukum

Natural law ialah hukum alam. Menurut hukum, mahzab ini berasal dari yang ilahi.
Memiliki sifat Irasional dan absolute (sanksi nya dosa). Beberapa tokoh mahzab ini yaitu
Thomas Aquinas (seorang umat kristiani). Kemudian Aristoteles menungkapkan Motor
Immobilis ialah sebuah sistem yang bergerak tanpa sebab, maksudnya adalah Tuhan yang
mengendalikanya. Contohnya adalah hukum perkawinan, hukum ini mengatur tentang
sepasang manusia yang hendak menyatu dalam sebuah ikatan perkawinan. Di Indonesia
sistem perkawinan sesuai dengan kepercayaan yang mereka anut. Jadi pasangan tersebut akan
dinikahkan dengan ajaran salahsatu agama dan kemudian akan di sahkan oleh hukum sesuai
syariat agama itu sendiri. Apabila kedua mempelai memiliki dua kepercayaan yang berbeda,
maka mereka harus memilih menggunakan agama mana mereka dinikahkan. Karena menurut

9
hukum, perkawinan dengan suatu agama yang pertama kali dilakukan adalah yang sah.
Walaupun sehabis melangsungkan pernikahan dengan agama a mereka ingin menikah lagi
secara agama b tetap saja yang di akui oleh hukum negara ialah perkawian secara agama
a. Perkawinan diatur dalam pasal 1, UU no 1 tahun 1974.

Positivisme Hukum ialah rasional. Menurut hukum, mahzab ini percaya akan sesuatu yang
bersifat logis dan materil. Hukum ini tercipta atas pemikiran-pemikiran yang berdasarkan
logika dan sesuai dengan akal pikiran. Contohnya adalah kepercayaan pada UUD 1945, hal
ini karena UUD tersebut dibuat berdasarkan pemikiran yang dilakukan dengan penelitian real
dan sudah adanya bukti sah. Misalnya dalam KTP dan KK, kedua dokumen tersebut dibuat
berdasarkan fakta dan dengan bukti-bukti penujangnya. Terdapat dalam UU perkawinan pasal
2 ayat 1.

Sociological Jurisprudence adalah mahzab hukum yang menurut Roscoe Pound lebih
menitikberatkan pada hukum yang kaitannya dengan masyarakat. Dapat dikatakan hukum
yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di antara masyarakat dan
tentang bagaimana hukum dibuat dalam masyarakat itu serta kenapa dulu dibuat hukum
seperti ini. Hukum yang dimaksud konsepnya, bahwa hukum yang dibuat agar
memperhatikan hukum yang hidup dalam masyarakat atau living law baik tertulis maupun
tidak tertulis. Misalnya dalam hukum yang tertulis jelas dicontohkan Undang- Undang
sebagai hukum tertulis, sedangkan yang dimaksudkan hukum tidak tertulis disini adalah
hukum adat yang dimana hukum ini adalah semulanya hanya sebagai kebiasaan yang lama
kelamaan menjadi suatu hukum yang berlaku dalam adat tersebut tanpa tertulis. Contohnya
saat suatu wilayah masih menganut hukum adat, hukum harus menjadi penengah atau jalan
sebagai peralihan kedalam hukum tertulis agar pikiran masyarakat dapat terbuka.

Historical Jurisprudence adalah mahzab hukum yang mengatakan bahwa Hukum itu
tidak dibuat, melainkan berkembang bersama-sama dengan masyarakat (Von Savigny).
Makna yang tersirat dari konsepsi ini adalah bahwa untuk masing-masing anggota
masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai hukum yang tertentu pula. Jadi
hukum dalam konsep ini berasal dari sejarah dalam suatu daerah tertentu. Hal ini
menyebabkan konsep hukum dari satu daerah ke daerah lainnya tentu berbeda.

10
H. Sistem Hukum

Hukum juga memiliki suatu sistem yang berisi tentang sistem peraturan dan sistem
peradilan dalam menjalankannya. Pertama adalah sistem hukum Anglo Saxon (Common
Law), yaitu suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurispudensi. Sumber hukum dalam
sistem ini merupakan putusan hakim / pengadilan. Dalam sistem ini, peranan yang diberikan
kepada seorang hakim sangat luas. Sistem ini lebih menitikberatkan pada suatu kasus.

Sistem Civil Law, merupakan sistem yang dianut oleh negara-negara Eropa
Kontinental yang didasari atas hukum Romawi. Bentuk-bentuk sumber hukum dalam sistem
ini berupa peraturan perundang-undangan, Hukum kebiasaan-kebiasaan dan yurisprudensi.
Negara penganut sistem ini menempatkan konstitusi tertulis pada urutan tertinggi. Sistem ini
lebih menitikberatkan pada dogma-dogma dan Indonesia menggunakan sistem Civil Law.

2.2 Subjek Hukum

Segala sesuatu yang mempunyai kewenangan hukum adalah purusa11 dalam arti
yuridis. Kewenangan hukum, ialah kecakapan untuk menjadi pendukung subjek hukum. Jadi,
subjek hukum merupakan segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban untuk
bertindak dalam hukum.

A. Subjek Hukum Manusia

Setiap orang yang mempunyai kedudukan yang sama selaku pendukung hak dan kewajiban.
Pada prinsipnya orang sebagai subjek hukum dimulai sejak lahir hingga meninggal dunia.
Namun terdapat pengecualian bahwa bayi yang masih ada di dalam kandungan ibunya
dianggap telah lahir dan menjadi subjek hukum jika kepentingannya menghendaki menurut
pasal 2 KUHPerdata, tetapi apabila dilahirkan dalam keadaan meninggal dunia maka menurut
hukum ia dianggap tidak pernah ada, sehingga ia bukan termasuk subjek hukum.

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1330, ada golongan manusia

yang tidak dapat menjadi subjek hukum karena tidak cakap dalam melakukan perbuatan
hukum, yaitu anak yang masih dibawah umur , belum dewasa dan belum menikah , orang

11 Purusa sebagai terjemahan persoon, saya ambil dari bahasa Jawa, asalnya
bahasa sanserkerta

11
yang berada dalam pengampunan (curatele) orang yang sakit ingatan, pemabuk dan
pemboros.

B. Subjek Hukum Badan Hukum (Rechts Persoon)

Suatu perkumpulan atau lembaga yang dibuat oleh hukum dan mempunyai tujuan tertentu
serta memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum yaitu Teori Kekayaan.

Badan hukum terbagi menjadi dua macam yaitu Badan hukum privat (Privat Rechts
Persoon) adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang
menyangkut kepentingan banyak orang didalam badan hukum tersebut. Jadi, badan hukum
ini merupakan badan hukum swasta yang didirikan orang untuk tujuan tertentu sepertu
keuntungan, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan. Contohnya perseroan terbatas, koperasi,
yayasan, badan amal, perhimpunan, firma.

Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon) adalah badan hukum yang didirikan
berdasarkan publik untuk yang menyangkut kepentingan publik atau orang banyak atau
negara umumnya. Jadi, badan hukum ini merupakan badan hukum negara yang dibentuk oleh
yang berkuasa berdasarkan perundang-undangan yang dijalankan secara fungsiona; oleh
eksekutif (pemerintah) atau badan pengurus yang diberikan tugas untuk itu. Seperti Negara
Republik Indonesia, Pemerintah Daerah tingkat I dan II, Bank Indonesia dan Perusahaan
negara.

C. Teori Pendukung Badan Hukum

Teori Fiksi (Von Savigny), pada dasarnya hanya manusia adalah orang juga bagi hukum
bahwa yang disebut badan hukum itu sebenarnya adalah sekedar bayangan/gambaran saja
yang tidak nyata terwujud dan hanya dianggap ada serta dipersamakan dengan orang. Dalam
teori ini, badan hukum tergantung dari pengakuan penguasa. Teori Kekayaan bertujuan
(Brinz dan R.H. Siccama), Badan Hukum terdiri dari sesuatu kekayaan yang dipisahkan dan
diberi tujuan-tujuan tertentu. Maka bukan hanya manusia saja dapat menjadi subjek hukum.
Teori Organ (Otto Von Gierke) , Badan hukum adalah suatu badan yang nyata dan
mempunyai kehendak sendiri . Teori Kekayaan bersama (Planiol dan Molengraaf) , bahwa
pada badan hukum terdapat kekayaan dari beberapa orang (manusia) bersama-sama.

D. Hubungan

12
Hubungan antara subjek hukum ataupun antara subjek hukum dengan objek hukum,
diatur oleh hukum dan menimbulkan akibat hukum yaitu hak dan kewajiban. Syarat untuk
menjadi hubungan hukum adalah adanya dasar hukum yaitu peraturan hukum yang mengatur
hubungan tersebut. Kemudian peristiwa hukum, yaitu kejadianyang membawa akibat yang
diatur oleh hukum yaitu perikatan.

Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara sejumlah subjek-subjek hukum.


Sehubungan dengan itu seseorang atau beberapa orang daripadanya mengikatkan dirinya
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu terhadap pihak lain ( R. Setiawan , 1987: 2).

Dari pengertian diatas maka suatu perikatan terkait dengan unsur-unsur seperti Adanya
Hubungan Hukum, yaitu perikatan yang lahir dari undang-undang karena memang
perikatan tersebut sudah diatur dan ditentukan sendiri oleh UU. Sedangkan hubungan yang
diakui oleh hukum biasa disebut dengan perikatan karena perjanjian. Karena hubungan
hukum itu telah dibuat oleh para pihak (subjek hukum) sedemikian rupa sehingga mengikat
kedua belah pihak dan berlaku sebagai undang-undang (Hukum). Antara seorang satu
dengan yang lain, maksudnya perikatan itu bisa berlaku terhadap seorang satu atau beberapa
orang yang dalam hal ini adalah para subjek hukum yang bisa berupa perorangan ataupun
badan. Melakukan untuk tidak melakukan dan memberikan sesuatu, dalam perikatan hal
ini disebut prestasi atau objek dari perikatan.

2.3 Perseroan Terbatas

A. Pengertian

Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas ialah suatu badan hukum yang didirikan
berdasarkan perjanjian, yang melakukan kegiatan usaha dengan modal tertentu, yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-
undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Terdapat lima hal pokok yang dikemukakan yaitu
perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum , didirikan berdasarkan perjanjian ,
menjalankan usaha tertentu, memiliki modal yang terbagi dalam saham-saham, serta
memenuhi persyaratan undang-undang.

Perseroan Terbatas didirikan untuk jangka waktu 75 tahun dan dapat diperpanjang kembali
apabila masa jangka waktunya telah habis menurut KUHD.

13
B. Sebagai Badan Hukum

Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum, yaitu perseroan terbatas diakui menjadi subjek
hukum. Di dirikan sebagai badan hukum, perseroan terbatas harus memenuhi unsur-unsur
badan hukum seperti yang dikemukakan dalam UUPT. Unsur Organisasi yang teratur, hal ini
dapat dilihat dengan adanya organ perusahaan yang terdiri dari RUPS, Direksi, Komisaris
(Pasal 1 butir (2) UUPT). Keteraturannya diketahui melalui ketentuan UUPT seperti
Anggaran Dasar Perseroan, Keputusan RUPS, keputusan Dewan Komisaris, Keputusan
Direksi dan peraturan perusahaan yang dikeluarkan dari waktu ke waktu. Unsur Harta
Kekayaan Sendiri, yaitu berupa modal dasar yang terdiri atas seluruh nilai nominal saham
(Pasal 24 ayat (1) UUPT) yang terdiri atas uang tunai dan harta kekayaan dalam bentuk lain
(Pasal 27 ayat (1) UUPT). Unsur Melakukan Hubungan Hukum Sendiri, yaitu dengan
berhubungan kepada pihak ketiga yang diwakili oleh pengurus yang disebut Direksi dan
Komisaris. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan
dan tujuan perseroan , baik di dalam maupun diluar pengadilan. Dalam hal ini, Direksi berada
dalam pengawasan dewan komisaris. Unsur Mempunyai Tujuan Sendiri, hal ini telah
ditentukan dalam Anggaran Dasar Perseroan. Tujuan utamanya adalah mendapatkan laba dari
usaha yang dijalankan.

C. Perbuatan Hukum

Undang-undang mewajibkan diadakannya pengukuhan oleh perseroan atas setiap dan seluruh
perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pengurus dan atau pendiri perseroan sebelum
perseroan memperoleh pengesahan, segera setelah perseroan memperoleh pengesahan.
Apabila tidak dikukuhkan maka akan menjadi tanggung jawab pribadi sepenuhnya dari
masing-masing pengurus atau pendiri yang melakukannya.

Pasal 10 UUPT menyatakan perbuatan hukum yang berkaitan dengan penyertaan modal
serta susunan saham perseroan, yang dilakukan oleh pendiri sebelum perseroan didirikan,
harus dicantumkan dalam Akta Pendirian

Perseroan terbatas terbentuk atas perjanjian antara dua atau lebih pihak sebagai pendiri. Jadi,
Akta Pendirian perseroan hanya mengikat para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut,
baik untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan didalamnya maupun segala sesuatu yang
menurut sifatnya diwajibkan oleh kepanutan, kebiasaan dan undang-undang. Akta pendirian
ini mengatur segala hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari pihak-pihak yang membuatnya
yaitu para pendiri perseroan terbatas sendiri. Dalam Akta Pendirian, tercantum pula Anggaran

14
dasar. Anggaran dasar memuat aturan main perseroan yang menentukan setiap hak dan
kewajiban dari pihak-pihak dalam Anggaran dasar.

D. Modal

Ilmu Hukum membedakan modal perseroan terbatas kedalam Modal dasar (Autorized
Capital) menunjukan nilai saham maksimum yang dapat dikeluarkan oleh suatu perseroan,
Modal ditempatkan atau dikeluarkan (Issued Capital) menyatakan komitmen atau
kewajiban penyertaan modal yang disanggupi untuk diambil bagian oleh para pendiri maupun
pemegang saham perseroan , Modal Disetor (Paid-Up Capital) memperlihatkan besarnya
penyertaan modal sesungguhnya yang telah dilakukan oleh para pendiri maupun pemegang
saham dan dapat dilihat pada neraca perseroan.

Peningkatan Modal Perseroan dijelaskan pada UUPT Pasal 34 ayat (1), hanya dapat
dilakukan jika telah disetujui dan diputuskan oleh RUPS. UUPT memungkinkan
pendelegasian persetujuan tersebut kepada keputusan RUPS. Selanjutnya padal 35
mengatakan bahwa sehingga setiap perubahan terhadap modal perseroan hanya dapat
dilaksanakan jika RUPS yang menyetujui peningkatan modal (maupun pendelegasian
persetujuan peningkatan modal) dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai panggilan
rapat, korum, dan jumlah suara untuk perubahan Anggaran Dasar.

Modal Perseroan Terbatas terdiri atas seluruh nilai nominal saham. Sebagaimana dikatakan
dalam pasal 24 ayat (1) UUPT, saham merupakan wujud konkrit dari modal perseroan.
Saham ini berbeda-beda menurut jenis perseroan, dapat dikeluarkan dalam macam, jenis dan
bentuk yang beragam asal dengan nominal mata uang Indonesia serta UUPT tidak mengakui
saham-saham yang dikeluarkan tanpa nilai nominal.

E. ORGAN-ORGAN

Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan (RUPS), merupakan organ yang paling tinggi dan
berkuasa untuk menentukan arah serta tujuan perseroan. Memiliki kewenangan eksklusif
yang tidak dimiliki oleh organ lain seperti penetapan perubahan Anggaran Dasar (pasal 14),
penetapan pengurangan modal (pasal 37) , penetapan penggunaan laba (pasal 62). Jenis
RUPS terdiri dari RUPS tahunan wajib dilakukan minimal 6 bulan setelah tutup buku dan
RUPS luar biasa diadakan sesuai kepentingan perseroan. Kewenangan RUPS meliputi
Memutuskan penyetoran saham dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya, misalnya
dalam bentuk benda tidak bergerak. Menyetujui dapat tidaknya pemegang saham dan kreditor

15
lainnya yang mempunyai tagihan terhadap Perseroan menggunakan hak tagihnya sebagai
kompensasi kewajiban penyetoran atas harga saham yang telah diambilnya. Menyetujui
pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan. Menyetujui penambahan modal perseroan.
Memutuskan pengurangan modal perseroan. Menyetujui rencana kerja yang diajukan oleh
Direksi. Memutuskan penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk
cadangan dan mengatur tata cara pengambilan deviden yang telah dimasukkan ke cadangan
khusus. Memutuskan tentang penggabungan, peleburan, pengambil alihan, atau pemisahan,
pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit, perpanjangan waktu berdirinya, dan
pembubaran perseroan. Mengangkat Anggota Direks dan Memberhentikan anggota Direksi
sewaktu-waktu dengan menyebutkan alasannya.

Direksi merupakan badan pengurus perseroan yang paling tinggi serta yang berhak dan
berwenang untuk menjalankan perusahaan, bertindak untuk dan atas nama perseroan baik
didalam maupun diluar pengadilan, bertanggung jawab penuh atas pengurusan dan jalannya
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan. Direksi bertugas menjalankan pengurusan
harian perseroan, dan dalam menjalankan pengurusan tersebut Direksi memiliki kewenangan
untuk bertindak atas nama perseroan. Dalam menjalankan pengurusan perseroan, Direksi
biasanya dibantu oleh Manajemen. Direksi wajib Untuk Membuat daftar pemegang saham,
daftar khusus, risalah RUPS, dan risalah rapat Direksi. Untuk Membuat laporan tahunan dan
dokumen keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang
Dokumen Perusahaan. Untuk Memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan
Perseroan dan dokumen Perseroan lainnya. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk
Mengalihkan kekayaan Perseroan, Menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan, yang
merupakan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam satu transaksi atau lebih,
baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak. Direksi dapat memberi kuasa tertulis
kepada satu orang karyawan Perseroan atau lebih atau kepada orang lain untuk dan atas nama
Perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat
kuasa.

Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan/atau khusus sesuai Anggaran Dasar perseroan serta memberikan nasihat kepada
Direksi. Dalam menjalankan kewenangannya tersebut, Dewan Komisaris berwenang
memeriksa pembukuan perseroan serta mencocokkannya dengan keadaan keuangan
perseroan. Sesuai kewenangannya tersebut, Dewan Komisaris juga berhak memberhentikan
Direksi jika melakukan tindakan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar atau peraturan

16
perundang-undangan yang berlaku. Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan
pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha,
dan memberi nasihat kepada Direksi. Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau
kelalaian Dewan Komisaris dalam hal melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang
dilaksanakan oleh Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh
kewajiban Perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Dewan Komisaris secara
tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum
dilunasi. Dewan Komisaris wajib Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan
salinannya. Melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau
keluarganya pada Perseroan tersebut dan Perseroan lain. Memberikan laporan tentang tugas
pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS.

2.4 Penyedia jasa Asuransi Berbadan Hukum

A. Pengertian

Asuransi atau dalam bahasa belanda Verzekering berarti pertanggungan. Dalam


asuransi terdapat dua pihak yaitu pihak yang sanggup menanggung atau menjamin , bahwa
pihak lain akan mendapatkan penggantian suatu kerugian yang mungkin diderita akibat dari
suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi dan belum ditentukan kapan terjadinya.
Kemudian pihak yang ditanggung itu, diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak
yang menanggung. Uang tersebut akan tetap menjadi milik pihak yang menanggung, apabila
kemudian ternyata peristiwa yang dimaksud itu tidak terjadi.

Dari penjelasan diatas, terdapat 3 unsur yang dapat kita tarik. Unsur pertama, pihak
terjamin berjanji membayar uang premi kepada pihak penjamin sekaligus atau secara
mengangsur. Unsur kedua, pihak penjamin berjanji akan membayar sejumlah uang kepada
pihak terjamin sekaligus atau secara angsuran apabila unsur ketiga terlaksana. Unsur ketiga,
suatu peristiwa yang semula belum jelas akan terjadi.

Kemudian terdapat persetujuan untung-untungan yang ditegaskan pasal 1774


Burgerlijk Wetboek dan oleh pasal tersebut hal asuransi akan diatur dalam KUHPerniagaan
dalam buku I titel 9 dan titel 10 serta buku II titel 9 dan titel 10. Persetujuan ini
mengakibatkan suatu perjanjian bersyarat dari pihak penjamin tertera dalam pasal 1253-1267.

B. Sifat

17
Sifat Persetujuan, jadi semua asuransi berupa suatu persetujuan tertentu atau dapat
dikatakan sebagai pemufakatan antara kedua belah pihak atau lebih dengan maksud mencapai
suatu tujuan. (pasal 1313 B.W). Sifat Timbal balik (Wederkerig), jadi asuransi merupakan
persetujuan timbal balik yang berarti bahwa masing-masing pihak berjanji akan melakukan
sesuatu bagi pihak lain. Sifat Konsensuil, yaitu sudah dianggap terbentuk dengan adanya
kata sepakat antara kedua belah pihak. Sifat perkumpulan , asuransi umum tertera dalam
pasal 286 W.v.K dan pasal 308 W.v.K untuk asuransi jiwa.

C. Kaitan dengan Badan Hukum

Asuransi dianggap sebagai Badan Hukum yaitu pada pokoknya harus ada
pengesahan oleh pemerintah secara menyetujui isi anggaran dasar (statuten)nya. Asuransi
secara premi diadakan antara pihak penjamin dan terjamin dengan ikatan hukum. Ikatan
Hukum itu sangat penting bagi sebuat perusahaan asuransi karena asuransi menghimpun dana
masyarakat secara luas. Dengan hal tersebut tentu legalitas sangat dituntut untuk
mendapatkan kepercayaan masyarakat pasa suatu perusahaan asuransi tersebut. Masyarakat
tentunya akan selektif memilih perusahaan asuransi yang akan menanggungnya. Jika
perusahaan asuransi tidak jelas dan tidak berbadan hukum, siapa yang akan bertanggung
jawab jika uang premi yang diinvestasikan menghilang atau dibawa kabur oleh perusahaan?
Perusahaan asuransi tentu membutuhkan faktor trust masyarakat agar usahanya dapat terus
berjalan, maka dari itu adanya status badan hukum yang menjamin perusahaan tersebut,
mengakibatkan faktor trust dari masyarakat akan meningkat sehingga rating perusahaan
tersebut lama-lama akan merangkak naik. Badan hukum yang cocok dengan perusahaan
asuransi ialah Perseroan terbatas.

Perseroan terbatas memiliki kriteria yang cocok bagi perusahan asuransi itu sendiri
karena secara logika, apabila kita akan mendirikan perusahaan asuransi membutuhkan
suntikan dana modal yang luar biasa. Dalam perseroan, modal yang besar dapat diatasi
dengan mengundang para investor untuk menanamkan saham-saham pada perusahaan kita.
Selain itu, apabila ingin melebarkan sayap bisnis, perseroan terbatas bisa menjadi terbuka
yang memungkinkan kita menambah modal. Selain itu, perusahaan asuransi juga memikul
banyak risiko dan perseroan terbatas adalah bentuk paling tepat untuk memikul risiko yang
amat besar bagi pihak penjamin yang melekat pada tiap-tiap persetujuan asuransi.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan paparan analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa Hukum adalah sesuatu
yang telah disepakati dan menjadi acuan dalam melaksanakan hak serta kewajiban. Hukum
yaitu pada intinya untuk menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, aman tentram dan
adanya keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan hukum ialah mengatur
pergaulan hidup secara damai. Hukum bersifat memaksa, memaksa artinya mau tidak mau
harus dan Hukum bersifat mengatur, bukan hanya mengatur tetapi bersifat mengikat. Hukum
secara tidak langsung mengikat orang untuk tetap sadar bahwa ia telah berada dalam garis
hukum yang tidak boleh langsung terlepas tetapi butuh waktu dan kodratnya memang harus
melakukan seperti itu. Kehidupan masyarakat tidak bisa diatur apabila tidak ada hukum.
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pasti akan bersinggungan dengan hukum.
Tidak dapat ditampik bahwa hukum telah melekat pada masyarakat indonesia sejak dahulu.
Hukum juga memiliki suatu sistem yang berisi tentang sistem peraturan dan sistem peradilan
dalam menjalankannya. Hukum memiliki subjek hukum yaang saling berhubungan dengan
hukum telah diatur oleh hukum dan menimbulkan akibat hukum yaitu hak dan kewajiban.
Perseroan Terbatas dikatakan sebagai Badan Hukum, karena perseroan terbatas diakui
menjadi subjek hukum. Kegiatan dalam perseroan terbatas telah diatur oleh hukum melalui
UUPT. Contoh nyata Perseroan Terbatas berbadan hukum ialah penyedia jasa asuransi. harus
ada pengesahan oleh pemerintah secara menyetujui isi anggaran dasar (statuten)nya membuat
Asuransi harus berbadan hukum Perseroan terbatas. Perseroan terbatas memiliki kriteria yang
cocok bagi perusahan asuransi itu sendiri karena perusahaan asuransi memikul risiko yang
amat besar bagi pihak penjamin yang melekat pada tiap-tiap persetujuan asuransi.

Jadi hukum memiliki cakupan yang luas dan dapat dikenakan dan mengatur seluruh
lapisan masyarakat dari berbagai jenis. Hukum yang berlangsung secara terus menerus dan
berkesinambungan akan membuat masyarakat menjadi terbiasa untuk menjalankannya demi
mecapai kemaslahatan bersama sesuai tujuan hukum itu sendiri.

3.2 Saran

19
Hukum harus tetap dipertahankan keberadaannya, dilaksanakan oleh seluruh
warganegara indonesia secara tertib dan teratur tanpa adanya penyelewengan-penyelewengan.
Karena, menurut saya saat ini hukum di Indonesia makin tidak jelas. Bisa dikatakan, hukum
Indonesia tajam ke bawah tetapi tumpul keatas. Hukum akan sangat berlaku apabila
masyarakat golongan bawah yang melakukan pelanggaran sedangkan bagi masyarakat
golongan menengah keatas yang melakukan pelanggaran, hukum dapat dibeli dengan uang
yang mereka miliki. Mereka bisa mendapatkan keringanan hukuman atau bahkan lolos dari
jeratan hukum dengan berbagai cara yang dihalalkan dan uang yang diberikan. Pemerintah
harus lebih menegakan keadilan hukum dengan mempersiapkan aparat-aparat penegak
hukum yang jujur dan profesional dalam menjalankan tugasnya. Masyarakat juga semestinya
sadar akan hakikat hukum dan tidak lagi menggunakan uang sebagai pelicin untuk lolos dari
jeratan hukum. Akan lebih baik jika seluruh warganegara paham bahwa hukum bukan hanya
secuil peraturan maupun alat kaum atas dalam menggunakan kepentingan pribadinya tetapi
hukum merupakan Hak dan Kewajiban yang harus dijalankan.

Bagi para pembaca, sebaiknya untuk lebih meningkatkan pengetahuan akan hukum
dan mengimplementasikannya di kehidupan sehari-hari. Karena, pemahaman akan hukum
sangat berguna bagi diri sendiri dalam kehidupan. Apalagi setiap kegiatan yang dilakukan
oleh masyarakat pasti akan bersinggungan dengan hukum. Jadi, memang pada kenyataannya
manfaat pemahaman hukum akan membantu kita jika pada suatu saat kita tersenggol kasus
hukum yang tidak pernah kita duga.

DAFTAR PUSTAKA

1. Waluyadi.2001. Pengantar Ilmu Hukum dalam Perspektif Hukum Positif . Jakarta:


Djambatan
2. Apeldoorn,Van.2013. Pengantar Ilmu Hukum . Jakarta: PT Pradnya Paramita
3. Prodiodikoro, Wirjono 1991. Hukum di Indonesia . Jakarta :PT.asuransi Intermasa
4. Asyhadie,Zaeni.2013. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

20
5. Yani,Ahmad dan Widjaja,Gunawan.2000. Seri Buku Bisnis: Perseroan Terbatas.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

21

Anda mungkin juga menyukai