DISUSUN OLEH
NAMA
NPM
CHAMBERLY UTOPIA
: 1606867155
PROGRAM VOKASI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB 1 : PENDAHULUAN ............................................................................
A Latar Belakang Masalah ............................................................
3
3
B Rumusan Masalah.......................................................................
A. Hukum ................................................................................................
1 Pengertian Hukum........................................................................
2 Penyebab Hukum Sulit Didefinisikan ........................................
3 Tujuan Hukum .............................................................................
4 Subjek Hukum .............................................................................
C Perseroan Terbatas ...........................................................................
D Perusahaan Asuransi ........................................................................
4
4
7
9
10
11
17
PENUTUP .......................................................................................................
22
A Kesimpulan............................................................................
22
B Saran .....................................................................................
23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
24
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
ANALISIS
3
A. Hukum
1) Pengertian Hukum
Apa yang dinamakan hukum? Dari sedemikian banyak definisi tentang hukum, belum
ada definisi yang memuaskan untuk bisa mencakup definisi yang sebenarnya tentang hukum.
Hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tetang hukum memberikan arti yang
beragam dan berlainan. Definisi hukum yang diterangkan dari banyak segi dan bentuk serta
kebesaran hukum. Hukum banyak seginya, sedemikian luasnya dan meliputi segala larangannya,
sehingga tidak mungkin bisa menyatukannya dalam satu definisi secara memuaskan.
Sementara Mr. Dr. Kisch mengemukakan bahwa yang menjadi sebab hukum itu sulit
didefinisikan, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap panca indera, yaitu tidak dapat dilihat
dan diraba(LJ. Van Apeldoorn,1993:2). Hukum hanya bisa dirasakan tetapi tidak dapat dilihat.
Lain halnya dengan Prof. Sudirman Kartono Diprojo, S.H. dalam memberikan argumentasi dan
alasan pembenar sulitnya membuat definisi hukum. Beberapa hal yang menyebabkan sulitnya
membuat definisi hukum yang dapat diterima oleh umum :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
dalam undang-undang. Berarti menurut beliau hukum sama dengan undang-undang yang sama
dengan deretan pasal-pasal dalam undang-undang yang tidak berkesudahan (LJ. Van
Apeldoorn,1993:2).
Dari pandangan beliau dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan hukum itu
membosankan. Kita tidak dapat melihat hukum hanya dari undang-undang saja tetapi didalam
undang-undang terlihat sesuatu mengenai seperti apa itu hukum, tetapi apa yang terlihat dalam
undang-undang itu tidak selamanya disebut hukum. Tapi bukan berarti orang yang telah
mempelajari undang-undang dengan jumlah pasal yang ribuan dikatakan mengetahui hukum atau
mengenal apa itu yang disebut hukum.
4
tiap orang, dengan tidak usah dipertanggungjawabkan: peraturan-peraturan itu untuk sebagian
lagi adalah baru, karena hubungan-hubungan baru selalu membentuk peraturan-peraturan baru.
Berikut adalah definisi hukum menurut para ahli:
1.
2.
atau mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati masyarakat.
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatdja, mendefinisikan bahwa hukum adalah keseluruhan kaidahkaidah dan asa-asas yang mengatur pergaulan manusia dalam masyarakat, yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu
3.
kedalam kenyataan.
Aristoteles, mendefinisikan hukum adalah serangkaian peraturan-peraturan yang mengikta
4.
5.
hidup bermasyarakat.
Prof. Mr. Van Vollenhoven, mendefinisikan bahwa hukum adalah suatu gejala dalam
pergaulan hidup yang bergolak terus-menerus dalam keadaan bentur membentur tanpa
6.
sesuatu yang
diperbolehkan ataupun tidak diperbolehkan, juga segala sesuatu yang menurut kepatutan
dianggap sebagai hal yang tidak yang tidak patut, juga akan dilarang oleh hukum untuk
dilakukannya.
6
Bahwa kesulitan membuat definisi hukum dikarenakan hukum itu meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia. Atau dengan kata lain, akan sangat tidak mungkin kita membuat sebuah
definisi tentang hukum yang mampu mencakup seluruh kepentingan manusia dengan segala
dimensinya. Kenyataan telah menunjukkan, bahwa tidak ada sekecil pun celah kehidupan
manusia yang tidak tersentuh oleh hukum, dari mulai saat lahir sampai seseorang itu meninggal
dunia. Sebab dalam keadaan bagaimanapun dan kapanpun, manusia tetap berpredikat sebagai
subyek hukum. Kesulitan tersebut juga dipengaruhi oleh perkembangan kebudayaan manusia
yang semakin lama dirasakan perkembangannya sangat pesat. Ini berarti, yang paling mungkin
bagi sebagian pihak untuk membuat definisi tentang hukum dalam hubungannya bahwa hukum
itu meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dan segala larangan adalah membuat definisiyang
bersifat temporer yang berlaku untuk sebagian pihak yang setiap saat tidak tertutup kemungkinan
berubah sesuai dengan tingkat perkembangan peradaban manusia dengan segala kepentingan dan
dimensinya.
Hukum itu tidak dapat ditangkap oleh pancaindera dan abstrak. Meskipun hukum tidak
dapat dilihat dan ditangkap oleh pancaindera manusia, namun bukan berarti identic dengan
keberadaan sebuah angina. Sebab dalam situasi tertentu, hukum dapat berubah menjelma
menjadi sederetan pasal-pasal maupun berwujud sebagai aparat penegak hukum dengan sarana
dan prasarana yang dapat dijadikan tempat bersidang. Jadi, keabstrakan dalam hukum adalah
dalam tinjauan falsafahnya dan bukan pada praktiknya.
Hukum itu bersifat universal. Setiap manusia yang hidup di bumi ini, mempunyai berbagai
kepentingan yang antara satu dengan lainnya tidak selalu sama. Sehingga, apabila ada
perselisihan tentang kepentingan tersebut diperlukan hukum yang lebih spesifik untuk
menyelesaikannya. Ini menunjukkan, bahwa dalam kenyataannya tidak ada satu hukum pun yang
keberadaanya dapat diterima oleh seluruh manusia di dunia. Apabila ada pihak-pihak yang
menghendaki adanya universalisasi hukum untuk seluruh umat manusia, yang keberadaan dari
hukum tersebut di buat oleh manusia akan sangat tidak mungkin. Karena biasanya hukum yang
dibuat oleh sekelompok orang tertentu pada saat tertentu pula, hanya akan berlaku bagi orang
dan wilayah yang dikehendaki oleh si pembuatnya. Pemahaman hukum yang bersifat universal,
akan melahirkan hukum positif.
Hukum bersifat kontinyu, tentunya kita sepakat bahwa tidak semua yang dibua dimasa
lampaucocok untuk masa sekarang. Demikian juga dengan hukum. Sebagai bagian dari ilmu
pengetahuan, hukum yang sekarang merupaka perkembangan dari hukum yang sebelumnya.
Sementara hukum yang akan datang merupakan kelanjutan dari hukum yang sekarang. Oleh
karena itu, dalam hukum yang bersifat kontinyu itu perlu adanya usaha untuk membina nilai
lama yang baik dan menggali niali baru yang lebih baik.
Lingkup berlakunya hukum sangat luas. Ada keterkaitan antara pengertian hak asasi
manusia dengan keberadaan hukum yang lingkup berlakunya sangat luas. Keduanya
membicarakan tentang manusia dalam kapasitasnya sebagai subyek hukum. Jika yang menjadi
sasaran hak asasi manusia adalah hak dengan segala dimensinya yang berlaku semenjak lahir
hingga meninggal. Maka, dalam hukum bukan hanya sejak ia lahir. Akan tetapi sebelum ia lahir
pun sudah berstatus sebagai subyek hukum sampai dengan ia tidak menghendakinya.
Tidak semua hukum mempunyai sanksi. Jadi dapat dikatakan bahwa hukum itu ada yang
bersanksi ada yang tidak bersanksi. Yang dimaksud dengan sanksi hukum adalah akibat yang
ditimbulkan oleh hukum yang dikarenakan adanya perbuatan hukum yang besifat nestapa. Secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa pencatuman pasal-pasal dalm undang-undang yang tidak
diikuti dengan sanksi hukum bagi barangsiapa yang melanggarnya dapat disimpulkan bahwa
tidak semua hukum mempunyai sanksi.
3) Tujuan Hukum
Tujuan hukum adalah menjaga dan mengatur perdamaian dalam kehidupan manusia.
Perdamaian tidak mungkin akan tercapai apabila tidak adanya ketertiban. Karena itu tertib
hukum disebut damai. Tetapi perdamaian akan sangat mungkin, apabila tidak adanya kepastian
hukum. Dan akan semakin amat mungkin apabila tidak adanya keadilan. Perdamaian diantara
manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia,
kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda, dsb. terhadap yang merugikannya.
8
dimungkinkan sebesar-besarnya untuk adanya peraturan umum yang berlaku bagi setiap orang,
tanpa melihat latar belakang dan status social. Semakin banyak hukum memenuhi syarat
peraturan tetap, yang sebanyak mungkin meniadakan ketidakpastian, jadi makin tepat dan tajam
peraturan hukum itu, makin terdesaklah keadilan.
4) Subyek Hukum
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat memiliki hak dan
kewajiban. Hak dan kewajiban yang dimaksudkan adalah para subjek hukum memiliki
kewenagan untuk melakukan hubungan hukum atau bertindak menurut ketentuanyang sesuai
dengan hukum. Ilmu hukum mengenal dua macam subjek hukum, yaitu subjek hukum pribadi
(orang perorangan), dan subjek hukum berupa badan hukum. Terhadap masing-masing subjek
hukum tersebut berlaku ketentuan hukum yang berbeda satu dengan yang lainnya, meskipun
dalam hal-hal tertentu terhadap keduanya dapat diterapkan suatu aturan yang berlaku umum.
Salah satu ciri khas yang membedakan subjek hukum pribadi dengan subjek hukum
berupa badan hukum adalah saat lahirnya subjek hukum tersebut, yang pada akhirnya akan
menentukan saat lahirnya hak-hak dan kewajiban bagi masing-masing subjek hukum. Pada
subjek hukum pribadi, status subjek hukum dianggap telah ada bahkan pada saat pribadi orang
perserorangan tersebut berada dalam kandungan (Pasal 1 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata). Subjek hukum pribadi berarti pembawa hak, mulai dari ia dilahirkan sampai ia
meninggal dunia, terlebih dalam hal tertentu (perihal warisan) dapat dihitung berlaku surut sejak
yang bersangkutan masih dalam kandungan. Jika kemudian yang bersangkutan meninggal
sebelum dilahirkan maka kedudukannya sebagai pembawa berakhir pula. Sedangkan pada badan
hukum, keberadaan status badan hukumnya baru diperoleh sejak ia memeperoleh pengesahan
dari pejabat yang berwenang, yang memberikan hak-hak dan kewajiban dan harta kekayaan
sendiri bagi badan hukum tersebut, terlepas dari hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan para
pendiri, pemegang saham, maupun para pengurusnya.
10
B. Perseroan Terbatas
Bentuk badan perusahaan di Indonesia sangat beragam jumlahnya, dan sebagian dari
bentuk usaha tersebut merupakan peninggalan masa Pemerintah Hindia Belanda. Diantaranya
sudah ada yang diganti dengan sebutan dalam bahsa Indonesia walaupun masih ada yang
memakai nama aslinya, missal Firma disingkat Fa, dan Commanditaire vennootschap disingkat
CV.
Tetapi selain itu, masih ada yang di Indonesiakan seperti Perseroan Terbatas (PT) yang
sebenarnya berasal dari sebutan NV atau Naamloze Vennotschap. Kata Vennotschap yang
diterjemahkan menjadi kata perseroan sehingga kita dapat jumpai sebutan Perseroan Firma,
Perseroan Komanditer, dan Perseroan Terbatas.
Ditinjau dari segi kepemilikannya, perusahaan dibedakan menjadi:
1. Perusahan Negara, yaitu perusahaan yang modalnya dimiliki Negara dan merupakan
BUMN(Badan Usaha Milik Negara) dan masih ada Perusahaan Daerah Milik
Daerah(BUMD) yang bisa berupa Perusahaan daerah (Perusda) atau PT. Perusahaan
Negara. Perusahaan Negara dibedakan antara:
(a) Perusahaan Jawatan(Perjan);
(b) Perusahaan Umum (Perum); dan
(c) Perusahaan Perseroan (Persero) yang berbentuk PT.
2. Perusahaan swasta, yang modalnya dimiliki oleh swasta umum yang berbentuk PT atau
salah satu dari bentuk-bentuk usaha yang ada berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya Perseroan Terbatas dapat dibedakan lagi, yaitu:
1. PT biasa, yaitu badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang No.1 Tahun 1985 serta peraturan
pelaksanannya.
2. PT, PMDN, atau PT dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri, yaitu penggunaan
bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang
dimiliki oleh Negara maupun oleh swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di
Indonesia, yang didirikan atau disediakan untuk menjalankan suatu usaha sepanjang modal
tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal yang mengatur tentang modal asing
berdasarkan Undang-Undang No.1/1967 tentang Penanaman Modal Asing.
3. PT. PMA atau PT dalam rangka Penanaman Modal Asing yaitu hanya meliputi penanaman
modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuanketentuan Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan yang digunakan untuk
menjalankan perusahaan di Indonesia. Dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung
menanggung resiko dari penanaman modal tersebut, sedangkan yang dimaksud dengan
modal asing adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan dari kekayaan
11
Perseroan Terbatas sebagai badan hukum. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
tidak satu pasal pun yang menyatakan Perseroan sebagai badan hukum, tetapi dalam UndangUndang Perseroan Terbatas secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 butir (1) bahwa perseroan
adalah badan hukum. Ini berarti Perseroan memenuhi syarat keilmuan sebagai pendukung
kewajiban dan hak, antara lain memiliki harta kekayaan sendiri terpisah dari harta kekayaan
pendiri atau pengurusnya.
12
Perseroan sebagai suatu badan hukum, pada prinsipnya dapat memiliki segala hak dan
kewajiban yang dapat dimiliki oleh setiap orang-perorangan, dengan pengecualian hal-hal yang
bersifat pribadi diatur dalam Buku Pertama Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Untuk
melaksanakan segala hak dan kewajiban yang dimilikinya tersebut, ilmu hukum telah
merumuskan fungsi dan tugas dari masing-masing organ perseroan, yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Organ tersebut dikenal dengan sebutan Rapat Umum Pemegang saham, Direksi,
dan komisaris.
Direksi berkewajiban untuk mengelola jalannya perusahaan dengan sebaik mungkin. Dewan
Komisaris bertugas untuk mengawaasi jalannya pengelolaan perseroan oleh direksi, serta pada
kesempatan-kesempatan tertentu turut membantu Direksi dalam menjalankan tugasnya. Rapat
Umum Pemegang Saham befungsi untuk melaksanakan control secara menyeluruh atas setiap
pemenuhan kewajiban dari Direksi dan Dewan Komisaris perseroan atas aturan main yang telah
ditetapkan masing-masing organdapat berperan dengan baik, maka perseroan akan berjalan
dengan baik, dan para pemegang saham perseroan akan terjamin kepentingannya dalam
perseroan.
Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan (RUPS) merupakan organ perseroan yang paling
tinggi dan berkuasa untuk menentukan arah dan tujuan perseroan.
wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi dan Komisaris Perseroan. RUPS mempunyai hak
untuk memperoleh segala macam keterangan yang diperlukan yang berkaitan dengan
kepentingan dan jalannya perseroan.
Kewenangan tersebut merupakan kewenangan eksklusif yang tidak dapat diserahkan kepada
organ lain yang telah ditetapkan dalam UUPT dan Anggaran Dasar. Wewenang eksklusif yang
ditetapkan dalam UUPT akan ada selama UUPT belum diubah. Sedangkan wewenang eksklusif
dalam anggaran dasar yang disahkan atau disetujui Menteri Kehakiman dapat diubah melalui
perubahan Anggaran Dasar sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan UUPT. Beberapa
wewenang eksklusif RUPS yang ditetapkan dalam UUPT antara lain :
a.
b.
c.
d.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, yang merupakan rapat-rapat diantara paraa
pemegang saham perseroan, yang khusus diselenggarakan untuk membahas hal-hal tertentu yang
dianggap perlu oleh pemegang saham, termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal yang
berhubungan dengan perubahan Anggaran Dasar perseroan, penggabungan, peleburan maupun
pengambilalihan perseroan terbatas, kepailitan perseroan, pembuabran perseroan, dan pengalihan
maupun penjaminan seluruh atau sebagian besar harta kekayaan perseroan sebagaimana telah
diuraikan dimuka. Selain korum rapat yang telah ditentukan secara khusus dalam UndangUndang Perseroan Terbatas mengenai hal-hal rapat tersebut terdahulu, RUPS Luar Biasa tunduk
pada korum sebagaimana disyaratkan bagi rapat pemegang saham pada umumnya, kecuali
ditentukan lain dalam Anggaran Dasar perseroan.
Tidak ada suatu rumusan yang jelas dan pasti mengenai kedudukan Direksi dalam suatu
perseroan terbatas, yang jelas Direksi merupakan badan pengurus perseroan yang paling tinggi,
serta yang berhak dan berwenang untuk menjalankan perusahaan, bertindak untuk dan atas nama
perseroanm biak didalam maupun diluar pengadialan. Direksi bertanggung jawab penuh atas
pengurusan dan jalannya perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan. Didalm
menjalankan tugasnya tersebut, Direksi diberikan hak dan kekuasaan penuh, dengan konsekuensi
bahwa setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh Direksi akan dianggap dan
diperlakukan sebagai tindakan dan perbuatan perseroan, sepanjang mereka bertindak sesuai
dengan apa yang ditentukan dalam Anggaran Dasar perseroan. Selama direksi tidak melakukan
pelanggaran atas Anggaran Dasar perseroan, maka perseroan lah yang akan menanggung semua
akibat dari perbuatan direksi tersebut. Sedangkan bagi tindakan-tindakan yang merugikan
perseroan, yang dilakukan diluar batas dan kewenangan yang diberikan kepadanya oleh
Anggaran Dasar, dapat tidak diakui oleh perseroan. Dengan ini berarti Direksi bertanggung
jawab secara pribadi atas setiap tindakannya di luar batas kewenangan yang diberikan dalam
Anggaran Dasar perseroan.
Dalam undang-undang Pereroan Terbatas Komisaris meliputi baik dua pengertian, yang
pertama adalah organ perseroan yang lazimnya dikenal dengan nama Dewan Komisaris, dan
anggota Dewan Komisaris tersebut. UUPT tidak mengatur mengenai tugas, wewenang maupun
hak dan kewajiban dari Komisaris, tetapi memberikan hak sepenuhnya kepada para pendiri
maupun pemegang saham perseroan untuk menentukan sendiri wewenang dan kewajiban
15
Komisaris dalam perseroan. UUPT menugaskan Komisaris untuk mengawasi kebijakkan Direksi
dalam menjalanka perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi. Komisaris diberikan
wewenang untuk menyetujui atau tidak menyetujui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
Direksi, termasuk untuk menyetujui Laporan Tahunan yang akan disampaikan kepada pemegang
saham untuk dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan .
C. Perusahaan Asuransi
Asuransi atau dalam bahasa Belanda verzekering berarti pertanggungan. Dalam asuransi
melibatkan dua pohak, yaitu yang sanggup menanggung atau menjamin, bahwa pihak lain akan
mendapatkan penggantian suatu kerugian, yang mungkin akan ia derita sebagai akibat dari suatu
peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum dapat ditentukan kapan saat
terjadinya.
Suatu kontraprestasi dari pertanggungan ini, pihak yang ditanggung itu diwajibkan
membayar sejunlah uang kepada pihak yang menanggung. Uang tersebut akan tetap menjadi
milik pihak yang menanggung, apabila kemudian ternyata peristiwa yang dimaksud itu tidak
terjadi.
Sedangkan menurut Pasal 246 KUH Dagang, asuransi merupakan suatu perjanjian bahwa
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
16
premi, untuk memberikan pergantian kepada tertanggung karena suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntunga yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tidak tertentu (Munir Fuady, 2002:249).
Menurut Ali Ridlo, ketentuan Pasal 246 KUH Dagang hanya berlaku untuk asuransi ganti
rugi, karena dari rumusan yang tercantum dalam pasal tersebut hanya menyangkut kepentingan
yang dapat dinilai dengan uang serta terbitnya kerugian yang dapat dihitung dengan uang, dan
tidak meliputi asuransi jumlah.
Sedangkan pada Pasal 247 KUH Dagang yang menganut asas numerative tercantum di
samping bahaya-bahaya kebakaran dan sebagainya, juga adanya cabang asuransi yang ditutup
terhadap jiwa seseorang atau lebih. Sedangkan dalam Bab X bagian III dari Pasal 302-308 KUH
Dagang dan seterusnya diatur tentang asuransi jiwa (R. Ali Ridlo, 1992:5).
Menurut Pasal 1 ayat (1) undang-undang No. 2 Tahun 1992, asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penghentian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul daris uatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan (Undang-undang
No. 2 Tahun 1992 tentang Peransuransian).
Menurut paham ekonomi, asuransi merupakan suatu lembaga keuangan yang melaluinya
dapat dihimpun dana besar, yang dapat dipergunakan untuk membiayai pembangunan, di
samping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, asuransi
bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan
atau financial
loss,yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak terduga sebelumnya atau fortuitious event.
Usaha asuransi adalah mekanisme yang memberikan perlindungan pada tertanggung apabila
terjadi risiko dimas mendatang, apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung
akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung dan
tertanggung, mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh
dengan resiko. Secara rasional, para pelaku bisnis akan mempertimbangkan usaha untuk
17
mengurangi risiko yang dihadapi, pada tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga asuransi
juga dibutuhkan untuk mengurangi permasalahn ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah
satu anggota keluarga menghadapi risiko cacat atau meninggal.
Mengenai manfaat asuransi, menurut Y. Sri Susilo, et.al, asuransi dapat memberikan manfaat
bagi tertanggung, antara lain :
a. Rasa aman dan perlindungan, dimana polis asuransi yang dimiliki oleh tertangung akan
memberikan rasa aman dari risiko atau kerugian tersebut benar-benar terjadi, pihak
tertanggung (Insured) berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan
berdasarkan perjanjian antara tertanggung dengan penanggung;
b. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil, prinsip keadilan diperhitungkan dengan
matang untuk menentukan
ditanggung oleh pemegang polis secara periodic dengan memperhatikan secara cermat
factor-faktor yang berpengaruh besar dalam asuransi tersebut, untuk mendapatkan nilai
pertanggungan, pihak penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua
belah pihak, semakin besar nilai pertanggungan semakin besar juga premi periodic yang
harus dibayar oleh tertanggung;
c. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit; berfungsi
sebagai tabungan dan sumber pendapatan, karena premi yang dibayarkan setiap periode
memiliki substansi yang sama dengan tabungan sebab pihak penanggung juga
memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan bonus (sesuai dengan perjanjian
dari kedua belah pihak);
d. Alat penyebaran risiko, risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut
dibebankan juga kepada penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang
didasarkan atas nilai pertanggungan;
e. Membantu meningkatkan kegiatan usaha, investasi yang dilakukan oleh para investor
dibebani dengan risiko kerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab
(pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan lain sebagainya).
Dengan pengertian risiko dan ketidakpastian, adalah secara umum risiko diartikan sebagai
kemungkinan terjadinya hal-hal yang dapat menimbulkan ketidakpastian. Dalam usaha
perasuransian, sudah dilakukan pemilahan risiko. Pemilihan ini dimaksudkan agar dapat
dilakukan secara tepat terindentifikasi terhadap risiko yang akan diangkat dalam perjanjian
18
asuransi. Dengan dilakukan indentifikasi yang tepat, pihak penanggung dapat melakukan
perhitungan atau estimasi yang tepat sehingga tidak merugikan pihak penanggung maupun
tertanggung.
polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian
mengadakn perjajian asuransi. Polis memegang peranan penting utnuk menjaga konsistensi
pertanggung jawaban baik pihak penanggung maupun tertanggung, dengan adanya polis asuransi
perjanjian antara kedua belah pihak mendapatkan kekuatan secara hukum. Dengan memiliki poli
asuransi tesebut, pihak tertanggung memilki jaminan bahwa pihak penanggung akan mengganti
kerugian yang mungkin dialami oleh tertanggung akibat peristiwa yang tidak terduga. Polis
tersebut merupakan bukti otentik yang dapat digunakan oelh tertanggung untuk mengajukan
klaim apabila pihak penanggung mengabaikan tanggung jawabnya. Penggantian financial dari
pihak penanggung akan sangat bermanfaat untuk mengembalikan tertanggung kepada
kedudukannya semula sebelum mengalami kerugian dan menghindarkan tertanggung dari
kebankrutan. Polis asuransi juga berfungsi sebagai bukti pembayaran premi kepada penanggung.
Sedangkan premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung
yang berupa pembayaran uang dalm jumlah tertentu secra periodik. Jumlah premi ini sangat
berpengaruh pada factor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkat risiko dan jumlah
nilai pertanggungan. Apabila kemungkinan terjadi risiko kerugiannya sangat tinggi, pihak
penanggung tentu saja memperhitungkan tingkat premi yang jauh lebih tinggi. Selain itu,
biasanya pihak penanggung juga memperhitungkan nilai waktu dan uang yang dibayarkan oleh
pihak tertanggung. Periodisasi pembayaran permi sangta bergantungkepada perjajian yang sudah
ditentukan dalam polis asuransi, periodisasi dapat bulanan, triwulan, semesteran, atau tahunan.
Sifat asuransi sebagai gejala hukum, yang dapat dikatakan bahwa asuransi atau
pertanggungan selaku gejala hukum di Indonesia baik dalam pengertian maupun dalam
bentuknya yang terlihat pada waktu sekarang ini. Berikut sifat-sifatnya:
a. Sifat Persetujuan.
Semua asuransi berupa suatu persetujuan tertentu, yaitu suatu permufakatan antara dua
pihak atau lebihvdengan maksud akan mencapai suatu tujuan, dalam mana seseorang atau
lebih berjanji terhadap orang lain atau lebih (Pasal 1313 B.W.).
b. Sifat Timbal balik.
19
Persetujuan asuransi ini merupakan persetujuan timbal balik yang berarti bahwa masingmasing pihak berjanji akan melakukan sesuatu bagi pihak lain.
c. Sifat konsensuil.
Persetujuan asuransi merupakan suatu persetujuan yang bersifat konssensuil, yaitu sudah
dianggap terbentuk dengan adanya kata sepakat belaka antara kedua belah pihak.
d. Sifat Perkumpulan.
Asuransi saling menjamin, yang bersifat perkumpulan yang terbentuk di antara para
terjamin selaku anggota.
Timbul pertanyaan apakah penyedia jasa asuransi berbentuk badan hukum perseroan
terbatas ? pertanyaan ini harus dijawab ya berhubung dengan adanya yang mengatur syaratsyarat asuransi sebagai badan hukum, yaitu pada pokoknya harus ada pengesahan oleh
pemerintah secara meneyetujui isi Anggaran Dasarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa asuransi
dalam masyarakat dapat bertindak selaku orang dan dapat mengadakan segala perhubungan
hukum dengan orang lain secara sah. Lagipula jika antara pihak penjamin dengan pihak
terjamin , tanpa ikatan hukum di antara terjamin ini diantara dengan orang-orang lain yang juga
menjadi pihak terjamin terhadap isi perjanjian tadi. Dalam hal ini pihak-pihak penjamin biasanya
buakn seorang individu melainkan hampir selalu suatu badan yang bersifat perusahaan, yang
meperhitungkan untung rugi dalam tindakan-tindakanya. Badan itu akan beruntung, apabila
dalam satu tahun tidak perlu membayar uang-uang asuransi kepada para terjamin, oleh karena
jarang atau sama sekali tidak pernah terjadi peristiwa-peristiwa yang mengakibatkan pembayaran
uang asuransi. Dengan demikian badan yang menjadi pihak penjamin ini memikul banyak risiko.
Oleh karena itu kebanyakan badan penjamin dalam asuransi itu dibentuk secara Perseroan
Terbatas yang juga diatur dalam staatsblad 1941 No. 101 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei
1941.
20
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum sulit didefinisikan karena hukum itu banyak seginya dan meliputi segala
larangannya. Hukum itu meliputi seluruh aspek kehidupan manusia sehingga tidak mungkin bisa
menyatukannya dalam satu definisi secara memuaskan. Subjek hukum adalah segala sesuatu
yang pada dasarnya memiliki hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum. Hukum mengenal dua
macam subjek hukum, yaitu subjek hukum pribadi (orang perorangan), dan subjek hukum berupa
badan hukum. Pada subjek hukum pribadi, status subjek hukum dianggap telah ada bahkan pada
saat pribadi orang perserorangan tersebut berada dalam kandungan (Pasal 1 ayat (2) Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata). Sedangkan pada badan hukum, keberadaan status badan
hukumnya baru diperoleh sejak ia memeperoleh pengesahan dari pejabat yang berwenang, yang
memberikan hak-hak dan kewajiban dan harta kekayaan sendiri bagi badan hukum tersebut,
terlepas dari hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan para pendiri, pemegang saham, maupun
para pengurusnya.
Kata perseroan menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero (saham). Sedngkan kata
terbatas menunjuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal
21
saham yang diambil bagian dan dimilikinya. Ketentuan perundang-undangan yang mengatur
mengenai perseroan terbatas saat ini dapat kita temukan Undang-Undang No. 1 tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas. Direksi berkewajiban untuk mengelola jalannya perusahaan dengan
sebaik mungkin. Dewan Komisaris bertugas untuk mengawaasi jalannya pengelolaan perseroan
oleh direksi, serta pada kesempatan-kesempatan tertentu turut membantu Direksi dalam
menjalankan tugasnya. Rapat Umum Pemegang Saham befungsi untuk melaksanakan control
secara menyeluruh atas setiap pemenuhan kewajiban dari Direksi dan Dewan Komisaris
perseroan atas aturan main yang telah ditetapkan masing-masing organdapat berperan dengan
baik, maka perseroan akan berjalan dengan baik, dan para pemegang saham perseroan akan
terjamin kepentingannya dalam perseroan. Perseroan Terbatas sebagai badan hukum. Dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak satu pasal pun yang menyatakan Perseroan sebagai
badan hukum, tetapi dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas secara tegas dinyatakan dalam
Pasal 1 butir (1) bahwa perseroan adalah badan hukum.
Asuransi atau dalam bahasa Belanda verzekering berarti pertanggungan. Dalam asuransi
melibatkan dua pohak, yaitu yang sanggup menanggung atau menjamin, bahwa pihak lain akan
mendapatkan penggantian suatu kerugian, yang mungkin akan ia derita sebagai akibat dari suatu
peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum dapat ditentukan kapan saat
terjadinya.
Asuransi dalam masyarakat dapat bertindak selaku orang dan dapat mengadakan segala
perhubungan hukum dengan orang lain secara sah. Lagipula jika antara pihak penjamin dengan
pihak terjamin , tanpa ikatan hukum di antara terjamin ini diantara dengan orang-orang lain yang
juga menjadi pihak terjamin terhadap isi perjanjian tadi. Dalam hal ini pihak-pihak penjamin
biasanya buakn seorang individu melainkan hampir selalu suatu badan yang bersifat perusahaan,
yang meperhitungkan untung rugi dalam tindakan-tindakanya. Badan itu akan beruntung, apabila
dalam satu tahun tidak perlu membayar uang-uang asuransi kepada para terjamin, oleh karena
jarang atau sama sekali tidak pernah terjadi peristiwa-peristiwa yang mengakibatkan pembayaran
uang asuransi. Dengan demikian badan yang menjadi pihak penjamin ini memikul banyak risiko.
Oleh karena itu kebanyakan badan penjamin dalam asuransi itu dibentuk secara Perseroan
Terbatas yang juga diatur dalam staatsblad 1941 No. 101 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei
1941.
22
B. SARAN
Penulis berharap semoga dengan membaca makalah ini bisa menambah pengetahuan kita,
terutama tentang hukum, Perseroan Terbatas dan Asuransi. Dengan membaca makalah ini dapat
membuat pembaca mengerti apa itu hukum dan tujuan hukum untuk pergaulan hidup
dimasyarakat, serta memahami perusahaan yang ada di Indonesia terutama untuk Perseroan
Terbatas sebagai badan hukum dan juga perusahaan jasa asuransi berbentuk badan hukum
perseroan terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Waluyadi S.H., 2001. Pengantar Ilmu Hukum dalam Perspektif Hukum Positif. Djakarta:
Djambatan.
Apeldoorn, Prof.Dr. Mr. L.J. van . 1954. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Pradnya Paramita.
Cetakan keduapuluh lima.
Prodjodikoro, Wirjono. 1991. Hukum Asuransi di Indonesia. Jakarta: Intermasa.
Irawan, bagus. 2007. Aspek-aspek Hukum kepailitan, Perusahaan, dan Asuransi. Bandung:
Alumni
Widjaja, Guanawan & Yani, Ahmad. 2006. Perseroan Terbatas. Jakarta: Rajagrafindo Persada
23