Disusun oleh:
Monica Dea Rosana
2012730063
Pembimbing :
dr. Baharuddin Hafied Sp.OG
2.1. TOKSOPLASMOSIS
2.1.1. Definisi
Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh
parasit Toxoplasma gondii. Toksoplasmosis kongenital adalah infeksi
pada bayi baru lahir yang berasal dari ibu yang terinfeksi. Bayi tersebut
biasanya asimptomatik, namun manifestasi selanjutnya bisa menjadi
1,2,3
korioretinitis, strabismus, epilepsy dan retardasi psikomotor.
2.1.2. Etiologi
Toxoplasma gondii adalah suatu protozoa obligat intraseluler
yang menginfeksi burung dan beberapa jenis mamalia terutama kucing di
1,2,3
seluruh dunia.
2.1.3. Patogenesis
Tahap utama daur hidup parasit adalah pada kucing (hospes
definitif). Dalam sel epitel usus kecil kucing berlangsung daur aseksual
(skizogoni) dan daur seksual (gametogoni, sporogoni) yang menghasilkan
ookista yang dikeluarkan melalui tinja. Bila ookiosta tertelan oleh hospes
perantara maka pada berbagai jaringan akan terjadi pembelahan cepat
menjadi takizoit bereplikasi pada seluruh sel kecuali di eritrosit
1,2,3
bradizoit (masa infeksi laten) stadium istirahat (kista jaringan).
Pada manusia takizoit ditemukan pada infeksi akut dan dapat
memasuki tiap sel yang berinti. Takizoit pada manusia adalah parasit
obligat intraseluler. Takizoit berkembang biak dalam sel secara
endodiogeni. Bila sel pennuh dengan takzoit maka sel menjadi pecah dan
takizoit memasuki sel sekitarnya atau di fagositosis oleh makrofag. Kista
jaringan dibentuk didalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah
membentuk dinding. Kista jaringan ini bisa bertahan seumur hidup
1,2,3
terutama di otak, otot jantung, dan otot lurik.
Bila kista jaringan yang mengandung bradizoit atau ookista
yang mengandung sporozoit terlelan oleh hospes, parasit akan bebas dari
kista didalam eritrosit, parasit transformasi, peningkatan invasif
takizoit parasit menyebar ke jar. Limfatik, otot lurik, miokardium,
retina, plasenta, dan SSP terjadi infeksi replikasi invasi sel
1,2,3
sekitar kematian sel dan nekrosis fokal + inflamasi akut.
2.2. RUBELA
2.2.1 Definisi
Infeksi ini juga dikenal dengan campak Jerman dan sering diderita
anak-anak. Rubela yang dialami pada tri semester pertama kehamilan 90
persennya menyebabkan kebutaan, tuli, kelainan jantung, keterbelakangan
mental, bahkan keguguran. Ibu hamil disarankan untuk tidak berdekatan dengan
4,5,6
orang yang sedang sakit campak Jerman.
2.2.2. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella, sebuah togavirus yang
3,4,5
menyelimuti dan memiliki genom RNA beruntai tunggal. Virus ini ditularkan
melalui rute pernapasan dan bereplikasi dalam nasofaring dan kelenjar getah
bening. Virus ini dapat ditemukan dalam darah 5 sampai 7 hari setelah infeksi
dan menyebar ke seluruh tubuh. Virus memiliki sifat teratogenik dan mampu
menyeberangi plasenta dan menginfeksi janin di mana sel-sel berhenti dari
4,5,6
berkembang atau menghancurkan mereka.
4,5,6
2.2.3. Manifestasi Klinis
1. Gejala yang di timbulkan adalah demam, ruam pada kulit , batuk, nyeri sendi,
nyeri kepala, limfadenopati post auricular and suboccipital
2. Gejala klinis biasanya ringan dan 50-75% kasus, gejala tdk tampak
4,5,6
2.2.4. Dampak Terhadap Kehamilan
Derajat penyakit terhadap ibu tidak berdampak terhadap resiko
infeksi janin. Infeksi yang terjadi pada trimester I memberikan dampak
besar terhadap janin. Infeksi fetal :
1. Tidak berdampak terhadap bayi dan janin
dilahirkan dalam
keadaan normal
2. Abortus spontan
3. Sindroma Rubella kongenital
Secara spesifik, infeksi pada trimester I berdampak terjadinya
sindroma rubella kongenital sebesar 25% ( 50% resiko terjadi pada 4
minggu pertama ), resiko sindroma rubella kongenital turun menjadi 1%
bila infeksi terjadi pada trimester II dan III :
Dampak-dampak Sindroma Rubela Kongenital:
1. Intra uterine growth retardation simetrik,
gangguan pendengaran, kelainan jantung :PDA
(Patent Ductus Arteriosus) dan hiplasia arteri
pulmonalis
2. Gangguan Mata : Katarak, Retinopati,
Mikroptalmia
3. Hepatosplenomegali, gangguan sistem saraf
pusat, mikrosepalus, panensepalus, kalsifikasi
otak, retardasi psikomotor, hepatitis, trombositopenik
purpura
Infeksi rubella tidak merupakan kontra indikasi pemberian ASI.
Waktu Frekuensi
terinfeksi janin
(mgg) terkena
(%)
0-4 50
4-8 <25
8-12 10
>12 <1
4,5,6
2.2.5 Diagnosis
Diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi
pemeriksaan Anti-Rubella IgG dan IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika
ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan
Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut
4,5,6
pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
Deteksi IgM mencapai puncak pd 7-10 hari setelah onset dan perlahan
-lahan menurun selama 4-8 minggu. Infeksi janin dpt dideteksi dgn memeriksa
4,5,6
IgM dlm darah janin setelah usia kehamilan 22 minggu.
Mereka yang non-imune harus memperoleh vaksinasi pada masa pasca
persalinan. Tindak lanjut pemeriksaan kadar rubella harus dilakukan oleh karena
20% yang memperoleh vaksinasi ternyata tidak memperlihatkan adanya respon
pembentukan antibodi dengan baik.
2.3. Cytomegalovirus (CMV)
6,7,8
2.3.1. Definisi
Cytomegalovirus (infeksi sitomegalovirus) adalah penyakit yang
disebabkan oleh sitomegalovirus. Virus ini termasuk dalam keluarga besar
virus herpes. Penyakit ini termasuk penyakit yang mewabah di seluruh negara
dan menular melalui kontak manusia. Hampir 4 dari 5 orang yang berumur 35
6,7,8
tahun pernah terinfensi CMV.
6,7,8
2.3.2. Etiologi
Sitomegalovirus termasuk virus asam deokisiribunokleat dan sensitif
6,7,8
eter.
6,7,8
2.3.4. Manifestasi Klinis
1. Mononukleos sitomegaloviru disertai dengan demam
tinggi yang tidak teratur selama 3 minggu atau lebih (orang dewasa).
Infeksi CMV terdisemisasi bisa menyebabkan koriorenitis (kebutaan),
koloitis atau ensafilitis (jika pasien juga mengalami acquired
immunedeficiency syndrome). Infeksi virus CMV pada bayi yang
berusia 3 6 bulan, biasanya terinfeksi , seperti : asimtomati/disfungsi
hepatitik, hepatosplenomegali, angioma laba laba, pneumonitis,
imfadenotenopati, kerusakan otak
6,7,8
2.3.5. Infeksi CMV pada kehamilan
Transmisi dari ibu ke janin dpat terjadi selama kehamilan dan infeksi
pada umur kehamilan kurang dari 16 minggu menyebabkan kerusakan yang
serius. Infeksi CMV kongenital berasal dari infeksi maternal eksogen maupun
endogen. Infeksi eksogen dapat bersifat primer yaitu terjadi apabila ibu hamil
dalam pola imunologik seronegatif, dan nonprimer bila ibu hamil dalam
keadaan seropositif. Infeksi endogenous adalah hasil dari reaktivasi virus yang
sebelumnya dalam keadaan paten. Infeksi maternal primer akan memberikan
akibat klinik yang jauh lebih buruk pada janin dibandingkan infeksi rekurens.
Pemeriksaan laboratorium dapat ditegakkan baik dengan metode
serologik atau dengan virologik. Dengan metyode serologik, diagnosis infeksi
maternal primer dapat ditujukkan degan adanya perubahan dari seronegatif
menjadoi seropositif (tampak adanya IgM dan IgG anti CMV) sebagai
pemeriksaan hasil serial dengan iinterval kira-kira 3minggu. Dalam metode
serologik infeksi primer bisa juga ditentukan dengan Low IgG Avidity , yaitu
antibodi klas IgG menunjukan fungsional aviditasnya yang rendah serta
berlangsung selama 20minggu setelah infeksi primer. Dengan metode
virologik, viremia maternal dapat ditegakkan dengan menggunakan uji imuno
floresens. Uji ini menggunakan monoklonal antibodi yang mengikat antigen
Pp 65, suatu protein polipetida dengan berat molekul 65kilo dalton dari CMV
di dalam sel leukosit ibu.
1.
2.4.2 Etiologi
Virusvirus hepatitis yang dapat menyebabkan hepatitis akut yaitu
virus hepatitis A (VHA), B (VHB), C (VHC), E (VHE) dan virus-virus hepatitis
9,10,11
yang menyebabkan hepatitis kronis yaitu hepatitis B dan C.
Infeksi virus hepatitis yang sering menimbulkan masalah yang
berhubungan dengan kehamilan adalah, Virus Hepatitis B (VHB) dan Virus
Hepatitis E (VHE). Meskipun masalah yang ditimbulkan pada kehamilan oleh
VHB dan VHE hampir sama, tetapi terdapat perbedaan pada endemisitas, cara
9,10,11
penularan, cara pencegahan dan morbiditas serta mortalitas.
2.4.3 Patogenesis
Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis . Virus
hepatitis mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar
kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam
sitoplasma virus hepatitis melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan
nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati. Di
dalam inti asam nukleat virus hepatits akan keluar dari nukleokapsid dan akan
menempel pada DNA hospes dan berintegrasi; pada DNA tersebut. Selanjutnya
DNA virus hepatits memeritahkan hati untuk membentuk protein bagi virus
baru dan kemudian terjadi pembentukan virus baru. Virus ini dilepaskan ke
peredarahan darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik
9,10,11
disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi.
2.5. SIFILIS
2.5.1. Definisi
Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin dalam
3
uterus dari ibunya yang menderita sifilis. Infeksi sifilis terhadap janin
dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap masa kehamilan.
Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18
minggu, karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin
terhadap infeksi masih belum atrofi. Tetapi ternyata dengan mikroskop
elektron dapat ditemukan Treponema pallidum pada janin berusia 9-10
12,13,14
minggu.
Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul
pada dua tahun pertama kehidupan anak, dan jika muncul setelah dua
tahun pertama kehidupan anak disebut dengan sifilis kongenital lanjut.
12,13,14
2.5.2. Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Sshaudinn
dan Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo
Spirochaetales, familia Spirochaetaceae dan genus Treponema. Bentuk
seperti spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri
dari delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi
sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak
secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga
puluh jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar
badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah
12,13,14
untuk transfusi dapat hidup tujuh puluh dua jam.
Penularan sifilis dapat melalui cara sebagai berikut :
1. Kontak langsung : - sexually tranmited
diseases (STD)
2. Non-sexually : Transplasental, dari ibu
yang
menderita sifilis ke janin yang dikandungnya.
3. Transfusi : Syphilis d emblee,
tanpa primer
lesi8,9
2.5.3. Patofisiologi
Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada waktu persalinan, namun
sebagian besar kasus sifilis kongenital merupakan akibat penularan in
utero. Resiko sifilis kongenital berhubungan langsung dengan stadium
sifilis yang diderita ibu semasa kehamilan. Lesi sifilis kongenital
biasanya timbul setelah 4 bulan in utero pada saat janin sudah dalam
keadaan imunokompeten. Penularan inutero terjadi transplasental,
sehingga dapat dijumpai Treponema pallidum pada plasenta, tali pusat,
12,13,14
serta cairan amnion.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Others
(HIV, Sifilis), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus
(HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain
yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles, Varicella,
Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).
Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat
mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil
bisa akan sulit mendapatkan kehamilan. Infeksi TORCH bersama dengan
paparan radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat mengakibatkan kerusakan
pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa timbul akibat TORCH yang
menyerang wanita hamil antara lain kelainan pada saraf, mata, kelainan pada
otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi motorik, hidrosefalus, dan
lain sebagainya.
3.2 Saran
Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara
mengetahui media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari
kemungkinan tertular. Hidup bersih dan makan makanan yang dimasak
dengan matang. Rencanakan skrining TORCH untuk pranikah untuk
menghindari kemungkinan tertular infeksi TORCH.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dubey JP, Beattie CP. Toxoplasmosis of animals and man. Boca Raton,
FL: CRC Press, 1988.
2. Evans R. Life cycle and animal infection. In: Ho-Yen DO, Joss AWL,
editors. Human toxoplasmosis. Oxford: Oxford University Press,
1992. pp. 26-55.
8. Cunningham G, Grant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Westrom KD, et
al. Williams Obstetrics [ebook]. Edisi ke-21. New York: McGraw-Hill; 2007.
9. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of
Pediatrics [ebook]. Edisi ke-18. Philadelphia: Elsevier; 2008.
10. Alpers CE, Anthony DC, Aster JC, Crawford JM, Crum CP, Girolami UD.
Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease [ebook]. Edisi ke-7.
Philadelphia: Elsevier; 2005.
13. Karkata K, Suwardewa TGA. Infeksi TORCH pada Ibu Hamil di RSUP
Sanglah Denpasar. Lab/SMF Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar, Bali, Indonesia. Cermin
Dunia Kedokteran 2006; 151. [diunduh 5 April 2012]. Tersedia
dari:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_151_InfeksiTorchPadaIbuHamil.p
df/05_1 51_InfeksiTorchPadaIbuHamil.pdf