OLEH :
Riri Oktaviana
PEMBIMBING :
dr. Rina Kriswiastiny, Sp. PD
Abstrak
Latar belakang
Metode
Dalam 1 tahun, secara acak, uji coba secara group paralel, dan kedua group tidak
tahu apa-apa tentang dua jenis obat tersebut, kai membandingkan efek dari
pegobatan dengan 18 g tiotropium satu kali sehari dengan 50g dari salmeterol
dua kali sehari pada kasus eksaserbasi PPOK sedang atau berat dan riwayat
eksaserbasi pada tahun-tahun sebelumnya.
Hasil
Total dari 7376 pasien sdcara acak bersedia dan diobati dengan tiotropium (3707
pasien) atau salmeterol (3669 pasien). Tiotropium, dibandingkan dengan
salmeterol, meningkat waktunya pada eksaserbasi pertama (187 hari vs 145 hari),
dengan 17% penurunan resiko (rasio hazard, 0.83; 95% interval kepercayaan, 0.77
ke 0.90; P<0.001). Tiotropium juga meningkatkan waktu eksaserbasi berat
pertama (rasio hazard, 0.72; 95% CI, 0.61 ke 0.85; P<0.001), penurunan angka
eksaserbasi sedang atau berat dalam setahun (0.64 vs 0.72; tingkat ratio, 0.89;
95% CI, 0.83 ke 0.96; P=0.002), dan penurunan angka eksaserbasi berat tahunan
(0.009 vs 0.13; tingkat ratio, 0.73; 95% CI, 0.66 menjadi 0.82; P<0.001). Secara
keseluruhan, kejadiaan dari efek samping seurius dan kejadian efek samping yang
mengarah ke ketidaklanjutan pengobatan keduanya sama pada dua kelompok
penelitian. Ada 64 yorang yang meninggal (1.7%) pada kelompok Tiotropium dan
78 orang (2.1%) pada kelompok Salmeterol.
Kesimpulan
Hasil ini menunjukkan bahwa, pasien dengan PPOK sedang sampai sangat berat,
Tiotropium lebih efektif dibandingkan dengan Salmeterol dalam pencegahan
eksaserbasi. (Didanai oleh Boehringer Ingelheim dan Pfizer; ClinicalTrials.gov,
NCT00563381).
METODE
Poin Akhir
Poin akhir yang utama adalah waktu saat eksaserbbasi pertama terjadi.
Waktu terjadinya eksaserbasi prtama dijadikan poin akhri utama karena lebih
kurang terpengaruh dari terapi tambahan atau oleh terjadinya multipel eksaserbasi
pada beberapa pasien. Poin akhir kedua dan teraman termasuk waktu terjadinya
poin akhir, jumlah kejadian poin akhir, efek berbahaya yang seurius, dan kematian
(Bagian kedua dari Appendiks tambahan)
Eksaserbasi ditentukan dengan peningkatan atau onset baru lebih dari satu
gejala PPOK (batuk, dahak, mengi, sesak, atau dada sesak), dengan paling tidak
ada satu gejala dalam 3 hari atau lebih dan membawa pasien ke dokter untuk
diberi pengobatan dengan glukokortikoid sisteik, antibiotik atau keduanya
(Patokan untuk eksaserbasi sedang) atau harus rawat inap (patokan untuk
eksaserbasi berat). Penentuan dari akhir eksaserbasi ditentukan dari dasar
pemeriksaan klinis. Data dari eksaserbasi (berdasarkan definisi operasional
penelitian ini), maupun hasil dari pelayanan kesehatan digunakan untuk memberi
pengobatan eksaserbasi, data dikumpulkan dari kuesioner yang diberikan selama
kunjungan klinik dan kontak telefon. Ketika peneliti melaporkan kasus
pneumonia, mereka ditanyakan apakh kejadiannya sesuai dengan yang
digambarkan.
PASIEN
PROSEDUR
Setelah 2 minggu berjalan, pasien yang terpilih dalam penelitian ini secara
acak menandatangani untuk menerima, selama 1 tahun masingmasing 18 g
tiotropium satu hari sekali, diberikan beserta dengan alat inhalasi HandiHaler
(Boehringer Ingelhiem), beserta dengan plasebo dua hari sekali, diberikan dengan
pemberi tekanan udara, inhalaer dosis terukur, atau 50 g salmeterol dua kali
sehari, diberikan bersama dengan pemberi tekanan udara, inhalr dosis terukurm
serta plasebo satu hari sekali, diberikan bersama dengan alat inhaler handihaler.
Semua pasien diberikan petunjuk penggunaan HandiHaler dan alat pemberi
tekanan, inhaler dosis terukur pada kunjungan pertama (skrining) dan kunjungan
kedua (secara acak). Pemberian pengobatan pada dasar panduan ditentukan
sebagau terapi yang pasien terima saat kunjungan pertama (skrining). Selama
masa percobaan, pasien yang menerima tiotropium dikumpulkan untuk menerima
penggantian obat menjadi 40 g dari ipratropium empat kali sehari, dan terapi ini
idak dilanjutkan pada waktu kunjungan kedua (acak). Pasien yang menerima 2
agonis jangka panjang dan glukokortikoid inhaler diinstruksikan untuk
menggantinya glukokortikoid inhalasi saja (monoterapi) pada saat awal fase
pengobatan dari penelitian ini, pasien dibolehkan untuk melanjutkan pengobatan
yang biasa mereka konsumsi untuk PPOK, kecuali untuk obat antikolinergik dan
2 agonis jangka panjang, selama masa pengobatan double-blind.
Analisis Statistik
HASIL
PASIEN
Pasien di pilih antara Januari 2008 dan April 2009. Jumlah total 7384 pasien
dipilih secara acak, dan 7376 pasien (3707 pada kelompok tiotropium dan 3669
paa kelompok salmeterol menerima paling tidak satu dosis dari obat yang
diujikan. Karakteristik dasar dari pasien , termasuk keadaan sekaeang,
keseimbangan antara kelompok terapi (tabel 1, dan bagian 11 pada Apendiks
dasar). Pasien dari kelompok tiotropium lebih sedikit dikeluarkan lebih awal dari
penekitian dibandingkan pasien di kelompok salmeterol. 585 pasien (15.8%) vs
648 pasien (17.7%) (rasio hazard dengan tiotropium, 0.88; 95% interval
kepercayaan, 0,78 ke 0.98; P=0.02). Alur Kaplan-Meier untuk waktu
pemberhentian pengobatan ditunjukkan pada Figure 2A. Pengumpulan status vital
dikumpulkan pad ahari ke 360 suddah komplit untuk 99,1% dari pasien.
Eksaserbasi
Ada 4411 episode individual eksaserbasi diantara 2591 pasien; 44% dari
pasien dengan eksaserbasi memiliki PPOK sedang pada onset percobaan (PPOK
stasium II, berdasarkan pada klasifikasi dari Global Initiative for Chronic
Obstructive of The Global Initiative for Chronic Obstructive Long disease
[GOLD]), 1yang menspesifikasikan PPOk menjadi 4 stage diurutkan berdasarkan
tingkat 1, mngindikasikan penyakit sedang, ke tingkat IV, mengindikasikan
penyakit yang sangat berat). Waktu eksaserbais pertama (titik akhir primer)
ditingkatkan dalma 42 hari dengan tiotroium dibandingkan dengan salmeterol
(187 hari vs 145 hari, menunjukkan waktu sampai paling tidak 25% dari pasien
{quartile pertama]
7376 pasien [36,5%]), itu tidak mungkin perhitungannyawaktu median untuk
eksaserbasi pertama; Oleh karena itu, waktu untuk eksaserbasi pertama di kuartil
pertama pasien dihitung sebagai gantinya. Tiotropium dibandingkan dengan
salmeterol secara signifikan mengurangi risiko eksaserbasi buruk sebanyak 14%
(rasio hazard, 0,86; 95% C, 0,79 menjadi 0,93; P <0,001) dan eksaserbasi berat
sebanyak 28% (rasio hazard, 0,72; 95% C, 0,61-0,85;P <0,001). Kaplan-Meier
plot untuk waktu ke eksaserbasi parah pertama ditunjukkan pada Gambar 2C.
dalam Lampiran Tambahan). Pasien dengan indeks massa tubuh rendah atau
PPOK sangat parah tampak mendapat manfaat paling banyak dari terapi
tiotropium (Gbr. 3).Namun, nilai-nilai P untuk tes dari interaksi antara efek
pengobatan dan subkelompok yang0,17 untuk subkelompok sesuai dengan massa
indeks dan 0,05 untuk subkelompok sesuai denganTahap GOLD. n analisis post
hoc, sebuah re- serupaduction dalam risiko eksaserbasi dengan tiotropium
dibandingkan dengan salmeterol diamatiantara 2932 pasien yang digunakan
bersamaanglukokortikoid inhalasi selama studi-memperlakukan
periode ment (rasio hazard, 0,91; 95% C, 0,82 untuk10,02), serta antara 4046
pasien yang melakukantidak menggunakan glukokortikoid inhalasi setiap saat
dur-ing masa studi-pengobatan (rasio hazard,0,81; 95% C, 0,72-0,91).
pasien yang terus menerima mereka; Tingkat eksaserbas nya pada kelompok
salmeterol adalah 0,86 (95% C, 0,74-0,99) di antara 416 pasien yang
menghentikan penggunaan inhalasi glukokortikoid, dibandingkan dengan 0,81
(95% C, 0,75-0,88) di antara 1.401 pasien yang con- terus berlanjutnya untuk
menerima mereka.
Sebanyak 545 pasien (14,7%) di tiotropium yang kelompok dan 606 (16,5%) pada
kelompok salmeterol melaporkan efek samping serius selama study- yang masa
pengobatan (Tabel 2). Yang paling umum efek samping yang serius dengan
frekuensi 0,5% atau lebih besar adalah eksaserbasi PPOK, yang kadang terjadi
270 pasien (7,3%) di tiotropium yang kelompok dan di 335 (9,1%) pada
kelompok salmeterol (Bagian 12 dalam Lampiran Tambahan). Sebanyak 180
kasus pneumonia yang reporting, yang 158 (87,8%) adalah radiologis
dikonfirmasi (70 pada kelompok tiotropium dan 88 di kelompok salmeterol). Ada
lebih banyak pasien dengan setidaknya satu radiologis dikonfirmasi episode
pneumonia di antara mereka yang menerima obat comitant dengan glucocorti-
inhalasi glucocortikoid untuk setidaknya 1 hari selama studi-
pengobatanperiodedibandingkan mereka yang tidak menerima in-glukokortikoid
haled selama studi pengobatan periode - 89 dari 3330 pasien (2,7%), di antaranya
72 diperlukan rawat inap, dibandingkan dengan 59 dari 4046 pasien (1,5%), di
antaranya 46 diperlukan rawat inap.
Diskusi
Penelitian satu tahun ini didesaiinn dan dikuatkan untuk titik poin
eksaserbasi berat dan sedang, hasil paling relevan pasien terkaait hasil, dengan
efek penting pada keluarga pasien, pemberi pelayanan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan pembayar. Banyak eksaserbasi yang dapat dihindari dapat
menguntungkan pada sisi perspektif pasien dan sistem pelayanan kesehatan.