LATAR BELAKANG
A Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi karena merupakan makanan
alamiah yang sempurna, mudah dicerna oleh bayi dan mengandung zat gizi yang sesuai dengan
kebutuhan bayi untuk pertumbuhan, kekebalan dan mencegah berbagai penyakit serta untuk
kecerdasan bayi, aman dan terjamin kebersihannya karena langsung diberikan kepada bayi agar
terhindar dari gangguan pencernaan seperti diare, muntah dan sebagainya (Setiawan A, 2009).
Pemberian ASI eksklusif adalah memberikan ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain
kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Pemberian ASI
eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum
menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan
membantu menjarangkan kelahiran (Depkes, 2003). Manfaat lain yang tidak kalah penting dari
ASI eksklusif seperti yang telah disebutkan di atas karena ASI bergizi tinggi, terjangkau dan
dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi mendadak atau SIDS (Sudden Infant Death
Syndrome). Namun, menciptakan pemberian ASI sejak hari pertama tidak selalu mudah karena
banyak ibu menghadapi masalah dalam melakukannya. Kejadian yang sering terjadi pada hari
pertama menyusui adalah sulitnya ASI keluar. Hal ini membuat ibu berpikir bahwa bayi mereka
tidak akan mendapat cukup ASI sehingga ibu sering mengambil langkah berhenti menyusui dan
menggantinya dengan susu formula. Di samping itu, ada juga ibu yang merasa takut dan
menghindar menyusui, akibatnya akan terjadi pembendungan dan statis ASI karena akan
mengurangi isapan bayi pada payudara, maka jumlah ASI yang dikeluarkan sedikit. Sedangkan
di negara berkembang, banyak ibu merasa cemas dan menggunakan jadwal dalam pemberian
ASI, sehingga kuantitas ASI yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan bayi (Nainggolan M,
2009).
B Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah efektivitas Jantung Pisang Batu,
daun bangun-bangun (daun mint), buah papaya, kacang hijau dan daun katuk untuk
C Tujuan
asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan substansi lainnya paling efektif dalam
untuk memproduksi ASI, waktu bayi menghisap puting payudara ibu, terjadi
rangsangan neorohormonal pada puting susu dan areola ibu. Rangsangan ini
diteruskan ke hipofisis melalui nervos vagus, kemudian ke lobus anterior. Dari lobus
ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada
kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI
ditemui, seperti menyembuhkan luka lecet pada kaki, memberikan perasaan kenyang
yang lebih lama, digunakan untuk membuat sayur karena kandungan protein dan
Pengolahan jantung pisang pada masyarakat biasa dilakukan dengan cara direbus,
diurap, dikukus dan dioseng-oseng. Jantung pisang menjadi bahan makanan yang
memiliki banyak manfaat dan mudah didapatkan oleh masyarakat karena bisa dengan
mudah ditanam di pekarangan rumah. Dengan pemanfaatan jantung pisang batu yang
sejalan dengan teori Lingga dalam Murtiana (2011), yang menyatakan bahwa jantung
pisang batu memiliki beberapa senyawa yang dapat meningkatkan produksi dan
kualitas ASI. Peningkatan produksi ASI dipengaruhi oleh adanya polifenol dan
steroid yang mempengaruhi reflek prolaktin untuk merangsang alveoli yang bekerja
aktif dalam pembentukan ASI. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa
hormon oksitosin dipengaruhi oleh polifenol yang ada pada jantung pisang batu yang
untuk mendorong sekresi air susu (milk let down). Peran oksitosin pada kelenjar susu
adalah mendorong kontraksi sel-sel miopitel yang mengelilingi alveolus dari kelenjar
susu, sehingga dengan berkontraksinya sel-sel miopitel isi dari alveolus akan
terdorong keluar menuju saluran susu, sehingga alveolus menjadi kosong dan
masih difokuskan pada penggalian dan pembuktian secara ilmiah fungsi daun
sebagai sayuran atau sop (Santosa 2001; Damanik et al. 2001; 2006; Permana 2008;
dari segi manfaatnya sebagai laktagogum maupun dari segi sifat tanaman tersebut
yang sangat mudah tumbuh dengan umur panen yang singkat. Meskipun demikian,
olahan hanya sebagai sayuran atau sop. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan
mengandung daun bangunbangun dalam bentuk produk siap saji. Bentuk produk
tersebut akan memiliki masa simpan yang lebih lama dibandingkan bentuk olahan
tradisional.
C. Buah Pepaya
Buah papaya, buah pepaya merupakan jenis tanaman yang mengandung
seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan substansi lainnya paling efektif
hormonal untuk memproduksi ASI, waktu bayi menghisap puting payudara ibu,
terjadi rangsangan neorohormonal pada puting susu dan areola ibu. Rangsangan ini
diteruskan ke hipofisis melalui nervos vagus, kemudian ke lobus anterior. Dari lobus
ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada
kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI
(Murtiana, 2011). Pemanfaatan buah pepaya muda pada masyarakat sudah banyak
ditemui, seperti baik untuk kesehatan mata, baik untuk pencernaan, digunakan untuk
membuat sayur karena kandungan protein dan vitamin, serta dimakan untuk
memperlancar dan memperbanyak produksi ASI. Pengolahan buah pepaya muda pada
masyarakat biasa dilakukan dengan cara direbus, diurap, dikukus dan dioseng-oseng.
Buah pepaya menjadi bahan makanan yang memiliki banyak manfaat dan mudah
didapatkan oleh masyarakat karena bisa dengan mudah ditanam di pekarangan rumah.
Dengan pemanfaatan buah pepaya yang dapat meningkatkan produksi ASI, dapat
pemberian ASI Eksklusif yaitu pemberian ASI saja sampai dengan usia bayi 6 bulan
dan tetap diberikan ASI sampai usia anak 2 tahun yang ditambah dengan makanan
tanaman yang dapat tumbuh hampir disemua tempat di Indonesia. Berbagai jenis
makanan (olahan) asal kacang hijau seperti bubur kacang hijau, minuman kacang
hijau, kue tradisional, dan kecambah kacang hijau telah lama dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Secara tradisi ibu hamil di Indonesia sering dianjurkan minum kacang
hijau agar bayi yang dilahirkan mempunyai rambut lebat. Dalam 100 gram kacang
hijau mengandung 124 mg kalsium dan 326 mg fosfor, bermanfaat untuk memperkuat
kerangka tulang. Serta 19,7-24,2 % protein dan 5,9-7,8 % besi dapat menghasilkan
ASI dalam jumlah yang maksimal (Shohib, 2006). Sari kacang hijau bukan
merupakan obat dari bendungan ASI tetapi bisa membantu proses penyembuhan dari
bendungan ASI. Jadi untuk penderita bendunga ASI atau ASInya tidak keluar dengan
banyak dan lancar tidak ingin periksa kebidan atau dokter, dapat menggunakan sari
kacang hijau sebagai alternatif dari pengobatan bendungan ASI dan ASI yang tidak
keluar dengan lancar dan banyak. Selain harganya yang terjangakau, sari kacang hijau
juga dapat dibuat sendiri atau dapat juga membeli sari kacang hijau yg sudah dalam
kemasan, hal ini membuat para ibu-ibu yang merasa kesulitan menyusui anaknya
karena ASI yang keluar tidak banyak semakin tertarik dan ingin mencobanya.
E. Daun Katuk
Daun katuk mengandung hampir 7% protein dan 19% serat kasar, vitamin |K, pro-
vitamin A ( beta karotin Vitmin B dan C. Mineral yang dikandung adalah Kalsium
(2,8%) zat besi, kalium, fisfor dan magnesium. Perlu diketahui bahwa daun katuk ini
juga mengandung papaverina, yaitu suatu alkaloid yang juga terdapat pada candu
keracunan papaverina. Warna daun katuk yang hijau gelap menunjukkan kadar
klorofil yang tinggi. Daun katuk mempunyai sifat yang khas yaitu manis,
penelitian yang dipublikasikan oleh Media Litbang Kes RI disebutkan bahwa daun
katuk memiliki kandungan sterol dan alkaloid yang bisa merangsang kelenjar susu
untuk memproduksi ASI lebih banyak. Selain itu daun katuk juga sumber yang baik
untuk vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, kalsium, zat besi, dan fosfor
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian Elly Wahyuni, Sri Sumiati, Nurliani tahun 2012 terlihat bahwa
distribusi frekuensi rata-rata sebelum mengkonsumsi pisang batu pada ibu menyusui hanya 5,7
kali, sedangkan sesudah mengkonsumsi jantung pisang batu meningkat menjadi 9,75 kali.
Kolerasi antara dua variabel sebesar 0,793, perbedaan nilai rata-rata peningkatan produksi ASI
dengan nilai sig 0,000. Hal ini menunjukkan ada peningkatan produksi ASI pada ibu menyusui
yang diberi jantung pisang batu selama 7 hari berturut-turut. Hasil penelitian sejalan dengan teori
Lingga dalam Murtiana (2011), yang menyatakan bahwa jantung pisang batu memiliki beberapa
senyawa yang dapat meningkatkan produksi dan kualitas ASI. Peningkatan produksi ASI
dipengaruhi oleh adanya polifenol dan steroid yang mempengaruhi reflek prolaktin untuk
merangsang alveoli yang bekerja aktif dalam pembentukan ASI. Hasil penelitian ini juga
menyatakan bahwa peningkatan produksi ASI juga dirangsang oleh hormon oksitosin.
Peningkatan hormon oksitosin dipengaruhi oleh polifenol yang ada pada jantung pisang batu
yang akan membuat ASI mengalir lebih deras dibandingkan dengan sebelum mengkonsumsi
jantung pisang batu. Oksitosin merupakan hormon yang berperan untuk mendorong sekresi air
susu (milk let down). Peran oksitosin pada kelenjar susu adalah mendorong kontraksi sel-sel
miopitel yang mengelilingi alveolus dari kelenjar susu, sehingga dengan berkontraksinya sel-sel
miopitel isi dari alveolus akan terdorong keluar menuju saluran susu, sehingga alveolus menjadi
Herta Doloksaributahun 2014yang berdasarkan pengujian sifat fisik terhadap produk yang
dihasilkan ternyata formulasi bahan dasar yang sama dengan faktor peubah jumlah daun
bangunbangun 120 dan 150 g tidak menunjukkan perbedaan sifat fisik yang signifikan.
Pengujian secara mikrobiologi juga menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan masih dalam
batas toleransi sehingga aman untuk dikonsumsi. Analisis kandungan gizi dari produk yang
mengandung energi sebesar 375,18 kkal dan protein 11,71 g. Sedangkan 100 g produk dengan
penambahan daun bangun-bangun 150 g mengandung energi sebesar 376,09 kkal dan protein
12,15 g. Rata-rata kesukaan panelis terhadap mutu oganoleptik kedua produk tidak berbeda
signifikan (p > 0,05). Persentase penerimaan panelis terhadap kedua produk secara keseluruhan
(overall) cukup baik, yaitu lebih dari 90% panelis dapat menerima kedua produk tersebut.
Dengan demikian, produk yang dipilih sebagai makanan tambahan fungsional bagi ibu menyusui
Berdasarkan penelitian Sri Banun Titi Istiqomah, Dewi Triloka Wulanadari, Ninik Azizah tahun
2015 dapat dilihat bahwa seluruh ibu menyusui yang belum mengkonsumsi buah pepaya tidak
mengalami peningkatan produksi ASI, sedangkan sesudah mengkonsumsi buah pepaya seluruh
ibu menyusui mengalami peningkatan produksi ASI. Produksi ASI sebelum konsumsi buah
pepaya rata-rata frekuensi menyusui adalah 5,7 kali dengan standar deviasi 0,80131 dan setelah
mengkonsumsi buah pepaya rata-rata frekuensi menyusui mengalami peningkatan menjadi 9,75
kali dengan standar deviasi 0.78640. Kolerasi antara dua variabel adalah sebesar 0,793 dan
perbedaan nilai rata-rata peningkatan produksi ASI pada ibu yang tidak mengkonsumsi dan yang
mengkonsumsi buah pepaya adalah 4,05000 dengan sig 0,000. Karena sig < 0,05, maka berarti
bahwa rata-rata produksi ASI sebelum dan sesudah konsumsi buah pepaya adalah berbeda.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pemberian buah pepaya dapat mempengaruhi
peningkatan produksi ASI ibu menyusui di Desa Wonokerto di wilayah Puskesmas Peterongan
Kabupaten Jombang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Triloka Wulandari dan Siti Roudhotul
Jannah tahun 2015 didapatkan ASI yang keluar sebelum diberikan sari kacang hijau yaitu 4
responden (57,1 %) mengalami pengeluaran ASI yang keluar sedikt. Dari tabel 2 dapat diketahui
bahwa yang paling banyak mengalami kesulitan dalam pengeluaran ASI adalah Primi sebanyak 5
responden (71,4 %). Hal ini sesuai dengan teori dari Syherni (2009) yang mengatakan bahwa
salah satu penyebab kenapa ASI tidak bisa keluar dengan maksimal selain dari faktor nutrisi
yang dikonsumsi oleh ibu adalah faktor berapakali ibu tersebut sudah pernah menyusui.
Biasanya ibu yang primi lebih sering mendapati kesulitan tentang pengeluaran ASI yang tidak
bisa maksimal. Pada penelitian ini terjadi kelancaran pengeluaran ASI sesudah diberikan sari
kacang hijau, dan pada penilaian akhir didapatkan responden yang pengeluaran ASInya banyak
dan lancar sebanyak 4 responden (57,1 %). Sedangkan responden yang pengeluaran ASInya
sedikit atau kurang lancar sebanyak 3 responden (42,9 %). Dari hasil uji Chi Square yang
dilakukan menggunakan pre dan post SPSS Versi 13 < 0,05 maka H0 ditolak berarti H1
diterima yang berarti ada pengaruh pemberian sari kacang hijau pada ibu Nifas dengan
kelancaran produksi ASI. Menurut pendapat peneliti tidak adanya kesenjangan antara teori dan
fakta, karena pada kenyatannya sari kacang hijau dapat membantu kelancaran proses
pengeluaran ASI sesuai dengan teori yang telah disebutkan diatas. Dari 4 responden yang
awalnya mengalami pengeluaran ASI yang sedikit atau tidak lancar setelah diberikan sari kacang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endang Suwanti, Kuswati tahun 2016 yang
dilakukan di BPM yang berada di wilayah Kab Klaten dengan hasil sebagai berikut: 1. Analisis
Univariat Dari analisis univariat didapatkan bahwa responden kelompok intervensi dengan
diberikan ekstrak daun katu selama 30 hari dengan dosis 2 kali sehari 1 kapsul mendapatkan
hasil bahwa sebagian besar ASI melebihi kebutuhan bayi (70%). Sedang pada kelompopk
kontrol (tanpa perlakuan) didapatkan data bahwa responden yang produksi ASI nya melebihi
kebutuhan bayinya hanya 6,7% dan masih didapatkan yang kurang memenuhi kebutuhan bayi
(20%). Responden kelompok intervensi selama diberikan ekstrak daun katu dilakukan
monitoring setiap 1 minggu 1 kali untuk melihat efek samping atau keluhan ibu yang berkaitan
dengan ekstrak daun katu ternyata didapatkan hasil bahwa tidak ada ibu yang mengalami pusing,
mual atau muntah layaknya orang keracunan makanan. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
ibu yang mengkonsumsi ekstrak daun katu membantu memperbanyak produksi ASI dan tidak
mengalami keracunan. 2. Analisis Bivariat Analisis dilakukan dengan uji statitik menggunakan
uji Chi-Square, dapat diketahui bahwa ibu-ibu yang mengkonsumsi ekstrak daun katu ASI nya
lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tidak mengkonsumsi ekstrak daun katu ( = 0.000).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Saroni, dkk (2004) menunjukan bahwa kelompok ibu
melahirkan dan menyusui bayinya yang diberikan ekstrak daun katuk dengan dosis 3 x 300
mg/hari selama 15 hari terus menerus mulai hari ke-2 atau ke-3 setelah melahirkan dapat
meningkatkan produksi ASI 50,7% lebih banyak dibandingkan dengan kelompok ibu yang tidak
ANALISIS DATA
Jantung Pisang Batu penelitian ini adalah digunakan adalah metode sebelum konsumsi menyusui sebelum
Terhadap Peningkatan untuk mengetahui eksperimen dengan jantung pisang batu mengkonsumsi
Produksi Asi Di Wilayah pengaruh jantung menggunakan rancangan rata-rata frekuensi jantung pisang batu
Puskesmas Srikuncoro, pisang batu terhadap sebelum dan sesudah menyusui adalah yaitu rata-rata 5,7
Kecamatan Pondok peningkatan produksi intervensi menggunakan 5,7 kali dengan kali dan mengalami
Kelapa, Bengkulu Tengah ASI pada Ibu satu kelompok. standar deviasi peningkatan
Oleh Elly Wahyuni, Sri Kecamatan Pondok jantung pisang batu jantung pisang batu
bahwa pemberian
dapat
mempengaruhi
peningkatan
produksi ASI di
wilayah Puskesmas
Srikuncoro
Kabupaten
Bengkulu Tengah
2 Pemanfaatan Daun Tujuan dari penelitian pengujian sifat fisik Ibu menyusui Berdasarkan
Bangun-Bangun dalam ini adalah terhadap produk yang membutuhkan zat- pengujian sifat fisik
Pengembangan Produk mengembangkan dihasilkan bahan dasar zat gizi yang lebih terhadap produk
Oleh Hidayat Syarief, pemanfaatan fungsi Angka Kecukupan peubah jumlah daun
Rizal Martua Damanik, laktagogum yang Gizi (AKG) pada bangunbangun 120
Tiurma Sinaga,Tetty Herta dimiliki daun bangun- golongan umur dan 150 g tidak
berkontribusi bangun
dapat menerima
kedua produk
tersebut. Dengan
demikian, produk
makanan tambahan
menyusui adalah
produk dengan
penambahan daun
bangun-bangun 150
g.
3. Pengaruh Buah Pepaya untuk mengetahui Metode penelitian yang Dari Tabel 1 dapat Frekuensi ibu
Terhadap Kelancaran pengaruh buah pepaya digunakan adalah metode dilihat bahwa menyusui sebelum
Produksi Asi Pada Ibu terhadap peningkatan eksperimen dengan seluruh ibu mengkonsumsi
Menyusui Di Desa produksi ASI pada Ibu menggunakan rancangan menyusui yang buah pepaya yaitu
Wonokerto Wilayah Menyusui di Desa sebelum dan sesudah belum rata-rata 5,7 kali
Jombang Tahun 2014 Puskesmas Peterongan satu kelompok. Desain buah pepaya tidak peningkatan
Disusun oleh : Sri Banun Kab. Jombang Tahun penelitian menggunakan mengalami produksi ASI
Titi Istiqomah1, Dewi 2014, dengan tujuan one group before and peningkatan setelah konsumsi
Triloka Wulanadari2, Ninik khusus adalah: 1) after intervention design, produksi ASI, buah pepaya yaitu
Azizah3 Diketahui gambaran atau pre and post test sedangkan sesudah rata-rata menyusui
produksi ASI pada ibu design. Dalam design ini, mengkonsumsi menjadi 9,75 kali.
menyusui yang belum satu-satunya unit buah pepaya seluruh Adanya pengaruh
ASI pada ibu dan sekaligus kelompok produksi ASI. produksi ASI pada
rata peningkatan
mengkonsumsi dan
yang
mengkonsumsi
bahwa rata-rata
produksi ASI
sebelum dan
sesudah konsumsi
berbeda. Dengan
demikian dapat
dinyatakan bahwa
pemberian buah
pepaya dapat
mempengaruhi
peningkatan
menyusui di Desa
Wonokerto di
wilayah Puskesmas
Peterongan
Kabupaten
Jombang.
4 PENGARUH Penelitian ini Metode yang digunakan Hasil uji Chi Square Kesimpulan bahwa
PEMBERIAN SARI bertujuan untuk dalam penelitian ini yang dilakukan semakin sering
KACANG HIJAU PADA mengetahui Hubungan adalah penelitian Pra- menggunakan pre mengkonsumsi sari
IBU NIFAS DENGAN Pengaruh Pemberian Experimental Designs dan post SPSS Versi kacang hijau maka
KELANCARAN Sari Kacang hijau dengan menggunakan 13 < 0,05 maka H0 ASI akan semakin
PRODUKSI ASI DI BPM pada Ibu Nifas dengan One Group Pra Post Test ditolak berarti H1 lancar keluarnya.
Amd. Keb ASI di BPM Yuni total yaitu 7 orang berarti ada pengaruh
responden yang
ASInya keluar
dengan lancar,
sedangkan 3
(42,9%) responden
lancar.
5 Pengaruh Konsumsi Tujuan penelitian Penelitian ini merupakan Dari analisis Hasil penelitian ini
Ekstrak Daun Katuk adalah untuk penelitian dengan jenis univariat menunjukkan
Terhadap Kecukupan Asi mengetahui pengaruh Quasi experiment with didapatkan bahwa bahwa :
Endang Suwanti, Kuswati kecukupan ASI, di dengan diberikan ekstrak daun katu
(20%). = 0,000)
dapat disimpulkan
mengkonsumsi
membantu
memperbanyak
tidak mengalami
keracunan
Analisis dilakukan
menggunakan uji
Chi-Square, dapat
diketahui bahwa
ibu-ibu yang
mengkonsumsi
banyak
dibandingkan
tidak
mengkonsumsi
penelitian Saroni,
dkk (2004)
menunjukan bahwa
kelompok ibu
melahirkan dan
menyusui bayinya
yang diberikan
dengan dosis 3 x
15 hari terus
setelah melahirkan
dapat meningkatkan
lebih banyak
dibandingkan
dengan kelompok
katuk
BAB V
PENUTUP