Anda di halaman 1dari 9

POTENSI BUAH MENGKUDU SEBAGAI ANTHELMINTIK ATAU OBAT

CACING

PENDAHULUAN

Infeksi cacing merupakan salah satu infeksi yang paling umum tersebar di
dunia, terutama pada negara berkembang seperti Indonesia. Infeksi tersebut biasa
disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides (Ascariasis) yang tersebar di seluruh
dunia terutama di negara-negara dengan keadaan sanitasi yang buruk, baik di
daerah tropis maupun daerah subtropis terutama yang beriklim panas (Soedarto,
1996:9-15). Infeksi tersebut juga berkaitan erat dengan kondisi kebersihan
lingkungan sekitar dan pengetahuan tentang sanitasi. Kebersihan lingkungan yang
buruk dan pengetahuan sanitasi yang rendah dapat menyebabkan tingginya infeksi
cacing atau penyakit cacingan. Penyakit ini cenderung kurang mendapat perhatian
dikarenakan tidak sampai menimbulkan kematian. Akan tetapi, kerugian yang
diperoleh dari penyakit ini juga tidak sedikit. Penderita infeksi cacing dapat
mengalami gangguan kesehatan seperti turunnya nafsu makan, gatal-gatal, alergi,
dan menyebabkan daya tahan tubuh manusia yang terinfeksi menjadi lemah.
Menurut Margono S. Sri dalam bukunya Ascaris lumbricoides, nematoda usus
(2003: 8-11), Di Indonesia prevalensi ascariasis pada anak sangat tinggi berkisar
antara 60 % - 90 %.
Untuk mengatasi penyakit tersebut, berbagai macam obat cacing telah
tersedia di pasaran. Selain itu, infeksi cacing dapat diatasi dengan tanaman obat
atau obat tradisional untuk menghindari efek samping yang dapat ditimbulkan
oleh obat yang ada di pasaran. Salah satu tanaman obat tradisional yang
bermanfaat untuk mengobati cacingan adalah mengkudu (Morinda citrifolia L.)
(Mursito,2002:19-23). Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dipilih sebagai
obat tradisional untuk infeksi cacing dikarenakan memiliki daya anthelmintik
yang dapat memberantas cacing parasit pada tubuh manusia. Fathurrahmah (1992)
juga telah membuktikan aktivitas anthelmintik dari buah mengkudu terhadap
cacing Raillietina spp dan Ascaridia galli pada ayam. Dengan adanya obat cacing
yang terbuat dari bahan alami diharapkan mampu menjadi alternatif untuk
mengobati infeksi cacing.
TUJUAN
Pembuatan Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui daya
anthelmintik pada buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap pertumbuhan
cacing parasit serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang potensi
mengkudu sebagai obat cacing.

METODE
Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan
eksperimen laboratorium untuk memberikan pengetahuan tentang efek
anthelmintik mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap pertumbuhan cacing.
Metode analisis data juga dilakukan dalam artikel ini . Hal tersebut dikarenakan
artikel ini menggunakanan data dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
dan beberapa literatur. Data yang digunakan mengacu pada penelitian yang telah
dilakukan oleh Fanny dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2007.
Populasi penelitian yang digunakan adalah cacing Ascaridia galli sebagai
variabel terikat dan perasan buah mengkudu matang sebagai variabel bebas.
Ascaridia galli adalah spesies cacing gelang yang menyerang ayam
(Nugroho,1989:46-52). Cacing Ascaridia galli dipilih sebagai sampel dikarenakan
memiliki kemiripan sifat dengan cacing Ascaris lumbricoides. Cacing Ascaridia
galli yang dipilih sebagai sampel adalah cacing dengan kriteria dewasa, aktif
bergerak, ukuran 7-11 cm, dan tidak cacat secara anatomi. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik sampling, yakni random sampling. Menurut Kerlinger
(2006:188), simple random sampling adalah metode penarikan dari sebuah
populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau
semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil.
Sampel dibedakan menjadi empat dan masing-masing sampel diberi perasan buah
mengkudu dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%. Perbedaan konsentrasi
akan menunujukkan tingkat efektivitas anthelmintik dari perasan buah mengkudu
terhadap kemampuan bertahan hidup cacing Ascaridia galli. Konsentrasi yang
tinggi berbanding lurus dengan kepekatan perasan buah mengkudu.
Sampel yang telah dibedakan menjadi empat perlakuan berbeda direndam
dalam 25ml perasan buah mengkudu sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan.
Cacing Ascaridia galli yang digunakan sebagai sampel diinkubasi dalam cawan
petri pada suhu 370 C. Untuk melihat kondisi Cacing Ascaridia galli setelah
diinkubasi, cacing diusik dengan batang pengaduk. Jika cacing diam, dipindahkan
ke dalam air panas dengan suhu 500 C, apabila dengan cara ini cacing tetap diam,
berarti cacing tersebut telah mati, tetapi jika bergerak, berarti cacing itu hanya
paralisis. Ascaridia galli dikatakan mati apabila sudah tidak bergerak ketika
dimasukkan dalam air dengan suhu 500 C. Peneliti menggunakan analisis Probit
dan Keplen-meier dalam mengolah hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan tanaman yang berkhasiat


karena mengandung beberapa senyawa penting dan berkhasiat bagi tubuh. Buah
mengkudu juga memiliki daya anthelmintik yang mampu menghambat
pertumbuhan bahkan membunuh cacing. Adanya daya anthelmintik dalam buah
mengkudu tersebut yang menjadikan sebagian masyarakat Indonesia memilih
mengkudu sebagai obat tradisional untuk cacingan.

Anthelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing)


adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan.
Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari
saluran cerna maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya,
yang menghinggapi organ dan jaringan tubuh (Tjay, 2007) . Daya anthelmintik
tersebut dapat diketahui dari kemampuan bertahan hidup cacing Ascaridia galli
dalam perasan buah mengkudu. Mengacu kepada penelitian yang telah dilakukan,
hasil dari penelitian dianalisis dengan metode analisis Probit. Analisis tersebut
bertujuan untuk mengetahui LC100 (Lethal Concentration 100) dan LT100
(Lethal Time 100) perasan buah mengkudu (Morinda citrifolia L.). Hasil
analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis Probit LC100 perasan buah segar
mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap cacing Ascaridia galli

Berdasarkan pada tabel 1 diketahui bahwa perasan buah


mengkudu (Morinda citrifolia L.) memiliki prosentase mortalitas

99% dan LC100 pada konsentrasi 78,580%.

Untuk mengetahui nilai LT100 dari perasan buah mengkudu


(Morinda citrifolia L.) digunakan konsentrasi 75% karena
konsentrasi tersebut mendekati arga LC100. Hasil analisis tersebut
dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis Probit LT100 perasan buah mengkudu


(Morinda citrifolia L.) terhadap cacing Ascaridia galli.

Berdasarkan pada tabel 2 dapat diketahui bahwa LT100 perasan


buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) adalah 218,510 menit
dengan batas bawah 183,997 menit dan batas atas 335,647
menit.

Analisis Probit yang dilakukan untuk mengetahui LC 100 dan


LT100 digunakan sebagai standar oleh peneliti dalam melakukan
penelitiannya. Dalam penelitian yang telah dilakukan, dihitung
konsentrasi yang dapat mengakibatkan kematian cacing
Ascaridia galli sebesar 100% serta waktu kematian cacing
Ascaridia galli hingga mencapai kematian sebesar 100%. Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa buah mengkudu (Morinda
citrifolia L.) memiliki daya anthelmintik yang cukup kuat pada
konsentrasi 78,580% dengan prosentase kematian cacing
Ascaridia galli sebesar 99% dan waktu 218,510 menit.

Selain menggunakan analisis probit, hasil dari penelitian


juga dianalisis oleh peneliti menggunakan analisis Keplen-meier.
Analisis Keplen-meier bertujuan untuk memperkirakan
kelangsungan hidup dari suatu sampel. Dari hasil analisis
tersebut, diperoleh bahwa semua cacing Ascaridia galli telah
mati dalam perasan buah mengkudu dengan konsentrasi 100%
pada menit ke-135. Hal tersebut menunjukkan bahwa daya
anthelmintik pada perasaan buah mengkudu paling baik pada
konsentrasi 100%. Daya anthelmintik perasan buah mengkudu
dari yang paling kuat hingga paling lemah berdasarkan analisis
Keplen-meier adalah perasan buah mengkudu dengan
konsentrasi 100%, 75%, 50%, dan 25%. Semakin pekat
konsentrasi perasaan buah mengkudu maka daya anthelmintik
yang bekerja juga semakin kuat dan efektif. Pemberian sediaan
perasan buah mengkudu dimaksudkan untuk menjaga
kelembaban biakan.

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan tanaman obat tradisional


yang dipakai oleh sebagian masyarakat Indonesia untuk mengobati penyakit
cacingan (Bangun AP, Sarwono B. ,2002: 1-24). Buah mengkudu mengandung
skopoletin, rutin, polisakarida, asam askorbat, -karoten, 1-arginin, proxironin,
dan proxeroninase, iridoid, asperolusid, iridoid antrakinon, asam lemak, kalsium,
vitamin B, asam amino, glikosida, dan juga glukosa (Sjabana dan Bahalwan,
2002; Wijayakusuma dan Dalimartha, 1995). Selain memiliki kandungan senyawa
penting yang beragam, mengkudu juga memiliki daya anthelmintik. Anthelmintik
merupakan khemoterapeutik yang membebaskan manusia dan hewan dari
serangan cacing (Mutschler, 1986).

Sebagai anthelmintik, komponen-komponen aktif dalam mengkudu


berefek langsung terhadap parasit dan juga berefek positif terhadap saluran
gastrointestinal dan sistem imun host (F Satrija, dkk., 2006). Penggunaan
anthelmintik sama dengan penggunaan antibiotik, yakni ditujukan pada target
metabolik yang terdapat dalam parasit, tetapi tidak mempengaruhi atau berfungsi
lain untuk pejamu (Mycek, 2001). Selain memiliki efek anthelmintik, mengkudu
juga memiliki efek purugatif, yaitu kemampuan mengeluarkan cacing dalam usus
(F Satrija, dkk., 2006). Mekanisme kerja dari anthelmintik yakni dengan
menghambat proses penerusan impuls neuromuskuler sehingga cacing dapat
dilumpuhkan. Anthelmintik juga dapat bekerja dengan menghambat masuknya
glukosa dan mempercepat penggunaan glikogen pada cacing. Selain dengan
mekanisme tersebut, anthelmintik dapat pula bekerja dengan cara kerja langsung
yang menyebabkan narkosis, paralisis atau kematian cacing, efek iritasi dan
merusak jaringan cacing, efek mekanis yang menyebabkan kekacauan pada
cacing, terjadi perpindahan dan kehancuran cacing oleh fagositosis,
penghambatan enzim tertentu, mempengaruhi metabolisme cacing, dan
penghambatan biosintesis asam nukleat (Soekardjo & Sondakh, 2008).

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa buah mengkudu


memiliki daya anthelmintik yang dapat digunakan untuk membunuh cacing. Hal
ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunujukkan tingkat mortalitas atau
kematian cacing Ascaridia galli mampu mencapai 100% pada konsentrasi perasan
buah mengkudu 100% sesuai dengan analisis Keplen-meier. Daya anthelmintik
akan semakin optimal saat konsentrasi dari buah mengkudu meningkat.
Konsentrasi dari perasan buah mengkudu mempengaruhi kemampan bertahan
hidup dari cacing Ascaridia galli karena semakin tinggi konsentarsi larutan maka
jumlah cacing yang hidup semakin sedikit. Hal tersebut membuktikan bahwa buah
mengkudu (Morinda citrifolia L.) memiliki potensi untuk dijadikan sebagai obat
cacing karena daya anthelmintiknya, walaupun zat aktif mengkudu yang memiliki
efek anthelmintik belum diketahui secara pasti.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) memiliki daya


anthelmintik terhadap cacing Ascaridia galli dengan LC100
sebesar 78,580% dan LT100 selama 218,510 menit.
2. Perasan buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dengan
konsentrasi 100% memiliki daya anthelmintik yang paling
optimal.
3. Adanya daya anthelmintik dalam buah mengkudu (Morinda
citrifolia L.) menjadikan buah tersebut berpotensi sebagai
obat cacing.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui


zat aktif dalam buah mengkudu yang memiliki efek sebagai
anthelmintik.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui dosis
yang tepat apabila akan menjadikan buah mengkudu
(Morinda citrifolia L.) sebagai obat cacing.
DAFTAR PUSTAKA
Fanny, G. (2007). Uji Eektivitas Daya Anthelmintik Perasan Buah Segar dan Infus
Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Ascaridia galli Secara In
Vitro. Diponegoro University Institutional University.

Hoan Tan Tjay, d. &. (2003). Obat-obat penting, Khasiat, Penggunaan, dan Efek
Sampingnya. Elex Media Computindo.

IPB Scientific Repository. (n.d.). Diakses 28 Desember, 2016, dari


http://repository.ipb.ac.id

Kerlinger, F. N. (1987). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: UGM.

Margono S Sri. (2003). Ascaris lumbricoides, nematoda usus. Di dalam:


Gandahusada S, Illahude DH, Pribadi W, editor. Parasitologi kedokteran.
Edisi I II(pp. 8-11). Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Mursito, B. (2002). Ramuan Tradisional Untuk Kesehatan Anak (pp. 19-23).


Jakarta: Penebar Swadaya.

Mutschler, E. (1986). Dinamika Obat : Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi.


Bandung: ITB.
Mycek. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya Medika .

Nugroho. (1989). Penyakit Ayam di Indonesia Jilid II (pp. 46-52). Semarang: Eka
Offset.

Sjabana, D. D. (2002). Seri Referensi Herbal : pesona Tradisional dan Ilmiah


Buah mengkudu (Morinda citrifolia, L). Jakarta: Salemba Medika.

Soedarto. (1996). Penyakit-penyakit infeksi di Indonesia (pp. 15-9). Jakarta:


Widya Medika.

Universitas Gadjah Mada. Mengkudu Berpotensi Mengobati Toksokariasis.


Diakses Desember 28, 2016, from https://ugm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai