Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

1. Definisi

Anemia merupakan berkurangnya jumlah sel darah merah atau


kandungan hemoglobin di dalam darah. Anemia adalah gangguan darah yang
paling umum terjadi karena kondisini berkaitan dengan sel darah merah yang
disebabkan oleh salah satunya karena produksi darah tidak mencukupi.

Anemia suatu keadaan diman jumlah hemoglobin dalam darah berkurang


dari normal. Zat ini di buat di dalam sel darah merah, sehingga anemia dapat
terjadi baik karena sel darah merah mengandung terlalu sedikit hemoglobin
maupun karena jumlah sel darah yang tidak cukup.

Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi


gangguan perfusi O2 ke jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat dan
nilai Hb di bawah 7 g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui
transfusi. Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah dan kualitas hemoglobin.

2. Klasifikasi

Menurut Brunner dan Suddart (2001), anemia diklasifikasikan sebagai berikut:


a. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan oleh penurunan sel prekursor
dalam sumsum tulang dan lemak menggantikan sumsum tulang (Charlene J.
Reeves, 2001)
Etiologi menurut Brunner dan Suddart (2001)
- Faktor congenital
- Akibat dari infeksi tertentu
- Obat-obatan, zat kimia
- Kerusakan akibat radiasi
Penyerang yang paling umum adalah antimikrobial (klorampenikol), arsenic organik,
antikonvulsan, fenibutazon sulfonamid.
Manifestasi klinis menurut Brunner dan Suddart (2001)
- Awitan terhadap ditandai dengan kelemahan, puncak, sesak napas pada saat
latihan
- Pendarahan abnormal akibat trombositopenia merupakan gejala satu-satunya
pada sepertiga pasien.
- Adanya granulosit ditunjukkan dengan demam, faringitis akut, bentuk pepsis
lain dan pendarahan.

b. Anemia defisiensi besi


Anemia defisiensi besi adalah suatu kondisi dimana kandungan besi tubuh total tidak
adekuat untuk perkembangan sel darah optimal. (Sandra M. Nettina, 2002)
Etiologi menurut Sandra M. Nettina (2002)
- Kehilangan darah kronis
- Malabsorbsi besi: Contoh : pada penyakit usus halus atau gastroenterostomi
- Peningkatan kebutuhan besi. Contoh : pada kehamilan atau periode
pertumbuhan secara tepat.
- Insufiensi makanan
- Disebabkan oleh ketidakadekuatan diet atau penurunan berat badan.
Anemia defisiensi besi adalah jenis anemia yang paling umum. Anemia ini terutama
terjadi pada wanita pramenopause, anak-anak dalam dorongan pertumbuhan cepat
dan wanita.
Manifestasi klinis menurut Brunner dan Suddart (2001)
- Sel-sel darah merahnya hipokromik
- Gejala-gejala anemia : keletihan, peka rangsang, kebas dan kesemutan pada
ekstremitas.
- Jika berat, mungkin akan mengalami lidah sakit dan terlihat rata : pika.
- Hemoglobin secara proporsional rendah dibandingkan dengan hematokrit
dan jumlah sel darah merah.
- Konsentrasi besi serum rendah
- Kapasitas ikatan besi total tinggi, feritin serum rendah.
- Jumlah sel darah putih biasanya normal, jumlah trombosit bervariasi
c. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh definisi vitamin B12 dan
defisiensi asam folat yang memperlihatkan perubahan sumsum tulang dan darah
perifer yang identik (Brunner dan Suddart, 2001).
- Etiologi menurut Brunner dan Suddart (2001)
- Defisiensi vitamin B12
- Defisiensi asam folat
- Gangguan metabolisme Vit B12 dan asam folat
- Gangguan sintesis DNA akibat, didapat setelah pemberian obat atau sito
statik tertentu.
Klasifikasi
a) Anemia defisiensi vitamin B12/ Anemia pernisiosa
- Etiologi menurut Brunner dan Suddart (2001)
- Ketidakadekuatan masukan pada vegetarian yang ketat/ vegetarian yang
tidak makan daging sama sekali
- Tidak adanya faktor intrinsik pada sel mukosa lambung
- Penyakit yang melibatkan ilium atau pancreas yang merusak absorpsi vit B12
dan gastrektomi.
3. Manifestasi klinis menurut Charlene J. Reeves (2001)
- Secara bertahap menjadi lemah, lesu, cepat capek pucat
- Lidah berwarna merah karena peradangan/ glossitis, sakit dan halus serta
diare ringan.
- Kerusakan modulla spinalis mengakibatkan kekacauan mental, bingung,
ketidakseimbangan paresteria pada ekstremitas, kehilangan rasa posis yang
mantap.
b) Anemia defisiensi asam folak
Asam folak merupakan vitamin yang penting untuk pembentukan sel darah merah
yang normal.
Indikasi menurut Charlene J. Reeves (2001)
- Pasien yang jarang makan sayur dan buah mentah
- Pasien dengan masukan makanan yang rendah vitamin
- Peminum alcohol/ alkoholisme
- Penderita malnutrisi kronis memiliki resiko tinggi\
- Manifestasi klinis menurut Brunner dan Suddart (2001)
Semua pasien mempunyai karakteristik anemia megaloblastik sejalan dengan nyeri
lidah. Gejala defisiensi asam folat dan vitamin B12 hampir mirip dan kedua anemia
ini dapat terjadi bersama. Tetapi manifestasi neurologist tidak terjadi pada defisiensi
asam folat.
Penatalaksanaan menurut Brunner dan Suddart (2001)
- Pemberian diit nutrisi dan 1 mg asam folat setiap hari
- Asam folat intra muskuler untuk sindrom malabsorpsi
- Asam folat oral diberikan bentuk tablet (kecuali vitamin prenatal)

d. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh terjadinya penghancuran
(hemolisis) eritrosit yang berlebihan (Brunner dan Suddart, 2001).
Pada anemia hemolitik ini eritrosit memiliki rentang usia yang memendek (Brunner
dan Suddart, 2001).
Klasifikasi
Menurut Brunner dan Suddart (2001)
a) Golongan dengan penyebab hemolisis intraseluler yang terdapat dalam
eritrosit sendiri. Umumnya penyebab hemolisis golongan ini adalah kelainan
bawaan.
Etiologi
Adanya gangguan metabolisme dalam eritrosit yaitu gangguan struktur dinding
eritrosit, gangguan enzim yang mengaktifkan kelainan metabolisme dalam eritrosit.
Manifestasi klinis
Jumlah retikulosot dalam darah meningkat, kelainan bentuk eritrosit, kelainan
struktur tulang.
Penatalaksanaan
Transfuse darah.
a) Golongan dengan penyebab hemolisis ekstra seluler. Biasanya penyebab
merupakan faktor yang didapat (acquired)
Etiologi
Obat-obatan, racun ular, bahan kimia, toksin, streptokokus, virus
Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan albumin dalam urine.
Penatalaksanaan: Pemberian tranfusi darah, prednisone/hidrokortison, kortikosteroid
e. Anemia pasca perdarahan
Etiologi menurut Brunner dan Suddart (2001)
Kehilangan darah karena kecelakaan, operasi, perdarahan usus, ulkus peptikum,
hemoroid. Jadi umumnya karena kehilangan darah yang mendadak atau menahan.
Manifestasi klinis menurut Brunner dan Suddart (2001) apabila kehilangan darah :
- Pengaruh yang timbul segera
Akibat kehilangan darah yang cepat terjadi reflek cardia vaskuler yang
fisiologis berupa kontraksi orteiola, pengurangan cairan darah atau
komponennya ke organ tubuh yang kurang vital (otak dan jantung).
Gejala yang timbul tergantung dari cepat dan banyaknya darah yang hilang
dan apakah tubuh masih dapat mengadakan kompensasi. Kehilangan darah
200 ml pada orang dewasa yang terjadi dengan cepat dapat lebih berbahaya
daripada kehilangan darah sebanyak 3000ml dalam waktu yang lama.
- Pengaruh lambat
Beberapa jam setelah perdarahan terjadi pergeseran cairan ekstraseluler dan
intravaskuler yaitu agar isi iontravaskuler dan tekanan osmotik dapat
dipertahankan tetapi akibatnya terjadi hemodilati.
Gejala yang ditemukan adalah leukositosis (15.000-20.000/mm3) nilai
hemoglobin, eritrosit dan hematokrit merendah akibat hemodilasi. Untuk
mempertahankan metabolisme, sebagai kompensasi sistem eritropoenik
menjadi hiperaktif, kadang-kadang terlihat gejala gagal jantung. Pada orang
dewasa keadaan hemodelasi dapat menimbulkan kelainan cerebral dan
infark miokard karena hipoksemia. Sebelum ginjal kembali normal akan
ditemukan oliguria atau anuria sebagai akibat berkurangnya aliran ke ginjal.

3. Epidemiologi

Anemia merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat dunia yang


mempengaruhi negara maju dan negara berkembang. Anemia memiliki
dampak yang besar terhadap kesehatan masyarakat, begitu juga pada
perkembangan sosial dan ekonomi. Anemia terjadi di setiap tahap siklus hidup
manusia, di mana satu dari empat orang di dunia menderita anemia. Risiko
tertinggi anemia terdapat pada anakanak yang belum bersekolah (0-4,99
tahun) dan ibu hamil (World Health Organization, 2008). Menurut World Health
Organization (2008), seorang ibu hamil dinyatakan anemia bila kadar
hemoglobin < 11,0 g/dl. Prevalensi anemia saat kehamilan tahun 1993-2005
mencakup 41,8% populasi penderita anemia di dunia (95% CI: 39,9-43,8%),
yaitu sebanyak 56 juta jiwa penduduk dunia (95% CI: 54-59 juta). Di Indonesia,
proporsi populasi anemia saat kehamilan mencakup 44,3% (95% CI: 17,3-
75,2%), yaitu sebanyak 1.950.000 jiwa (95% CI: 761.000-3.308.000). Pada
tahun 2002, anemia defisiensi besi telah dipertimbangkan sebagai faktor
kontribusi beban penyakit dunia yang paling penting (World Health
Organization, 2008).

Anemia defisiensi besi merupakan tipe anemia paling umum pada


kehamilan, terutama di negara berkembang. Menurut Scholl dkk. (1992), ibu
dengan anemia defisiensi besi memiliki resiko tiga kali lebih besar untuk
melahiran BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Selain itu, Sakande dkk. (2004)
menyatakan bahwa keadaan defisiensi besi yang berat pada ibu telah
menunjukkan dampak buruk pada kadar besi bayi baru lahir, dan selanjutnya
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya (Emamghorashi dan
Heidari, 2004).

4. Etiologi

a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)


b. Perdarahan
c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:

a. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,


asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.

b. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan


terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak
dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.

c. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap
zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.

d. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di


saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan anemia.

e. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan


lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis,
dll).

f. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat


menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin
B12.

g. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,


masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.

h. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,


malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

5. Patofisiologi

Terlampir

6. Manifestasi Klinis

a. Lemah, letih, lesu dan lelah

b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

c. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi

d. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina


(sakit dada)

e. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)

f. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan


berkurangnya oksigenasi pada SSP

g. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau


diare)
7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung
trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin
parsial.

b. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum

c. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis


serta sumber kehilangan darah kronis.

8. Penatalaksanaan

a. Anemia aplastik:

Transplantasi sumsum tulang

Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)

b. Anemia pada penyakit ginjal

Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat

Ketersediaan eritropoetin rekombinan

c. Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan


penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.

d. Anemia pada defisiensi besi

Dicari penyebab defisiensi besi

Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
e. Anemia megaloblastik

Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila


difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan


selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi
yang tidak dapat dikoreksi.

Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan


asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

9. Komplikasi

a. Daya tahan tubuh kurang

b. Mudah terkena infeksi

c. Serangan jantung

d. Mudah lelah

e. Gagal Ginjal Akut

10. Pengkajian

1) Lakukan pengkajian fisik

2) Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet

3) Observasi adanya manifestasi anemia

a. Manifestasi umum

- Kelemahan otot

- Mudah lelah

- Kulit pucat

b. Manifestasi system saraf pusat


- Sakit kepala

- Pusing

- Kunang-kunang

- Peka rangsang

- Proses berpikir lambat

- Penurunan lapang pandang

- Apatis

- Depresi

c. Syok (anemia kehilangan darah)

- Perfusi perifer buruh

- Kulit lembab dan dingin

- Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral

- Peningkatan frekwensi jatung

11. Asuhan Keperawatan

Diagnosa yang muncul:


a. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,
penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
c. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)

N Diangosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi


o Keperawatan Dan Hasil
Kolaborasi
1 Perfusi jaringan Setelah dilakukan Peripheral Sensation
tidak efektif b/d tindakan keperawatan Management (Manajemen
penurunan selama jam sensasi perifer)
konsentrasi Hb perfusi jaringan klien - Monitor adanya daerah
dan darah, suplai adekuat dengan kriteria : tertentu yang hanya
oksigen berkurang - Membran mukosa peka terhadap
merah panas/dingin/tajam/tump
- Konjungtiva tidak ul
anemis - Monitor adanya paretese
- Akral hangat - Instruksikan keluarga
- Tanda-tanda vital untuk mengobservasi
dalam rentang normal kulit jika ada lesi atau
laserasi
- Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
- Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
- Monitor kemampuan
BAB
- Kolaborasi pemberian
analgetik
- Monitor adanya
tromboplebitis
- Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi
2 Ketidakseimbanga Setelah dilakukan NIC :
n nutrisi kurang tindakan keperawatan Nutrition Management
dari kebutuhan selama .status - Kaji adanya alergi
tubuh b/d intake nutrisi klien adekuat makanan
yang kurang, dengan kriteria - Kolaborasi dengan ahli
anoreksia v Adanya peningkatan gizi untuk menentukan
Faktor-faktor yang berat badan sesuai jumlah kalori dan nutrisi
berhubungan : dengan tujuan yang dibutuhkan pasien.
Ketidakmampuan v Beratbadan ideal - Anjurkan pasien untuk
pemasukan atau sesuai dengan tinggi meningkatkan intake Fe
mencerna badan - Anjurkan pasien untuk
makanan atau v Mampumengidentifika meningkatkan protein
mengabsorpsi zat- si kebutuhan nutrisi dan vitamin C
zat gizi v Tidk ada tanda tanda - Berikan substansi gula
berhubungan malnutrisi - Yakinkan diet yang
dengan faktor v Menunjukkan dimakan mengandung
biologis, psikologis peningkatan fungsi tinggi serat untuk
atau ekonomi. pengecapan dari mencegah konstipasi
menelan - Berikan makanan yang
v Tidak terjadi terpilih ( sudah
penurunan berat badan dikonsultasikan dengan
yang berarti ahli gizi)
v Pemasukan yang - Ajarkan pasien
adekuat bagaimana membuat
v Tanda-tanda malnutri catatan makanan harian.
si - Monitor jumlah nutrisi
v Membran konjungtiva dan kandungan kalori
dan mukos tidk pucat - Berikan informasi
v Nilai Lab.: tentang kebutuhan nutrisi
Protein total: 6-8 gr% - Kaji kemampuan pasien
Albumin: 3.5-5,3 gr % untuk mendapatkan
Globulin 1,8-3,6 gr % nutrisi yang dibutuhkan
HB tidak kurang dari 10 -
gr %

3 Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan NIC :


Tidak tindakan keperawatan Infection Control (Kontrol
adekuat selama . jam infeksi)
pertahanan status imun klien - Bersihkan lingkungan
sekunder meningkat dengan setelah dipakai pasien
(penurunan Hb, kriteria lain
Leukopenia, v Klien bebas dari tanda - Pertahankan teknik
penekanan respon dan gejala infeksi isolasi
inflamasi) v Menunjukkan - Batasi pengunjung bila
- Tidak kemampuan untuk perlu
adekuat mencegah timbulnya - Instruksikan pada
pertahanan tubuh infeksi pengunjung untuk
primer (kulit tidak v Jumlah leukosit dalam mencuci tangan saat
utuh, trauma batas normal berkunjung dan setelah
jaringan, v Menunjukkan perilaku berkunjung
penurunan kerja hidup sehat meninggalkan pasien
silia, cairan tubuh - Gunakan sabun
statis, perubahan antimikrobia untuk cuci
sekresi pH, tangan
perubahan - Cuci tangan setiap
peristaltik) sebelum dan sesudah
- Penyakit tindakan kperawtan
kronik - Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
- Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
- Tingktkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik
bila perlu
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol
3. Jakarta: EGC

2. Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis,


edisi 6. Jakarta: EGC

3. Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

4. Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

5. Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification


(NIC) Second Edition. New Jersey:Upper Saddle River

6. Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS


7. Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika

8. Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

9. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai