Anda di halaman 1dari 15

TUGAS RESUME

PERUNDANG-UNDANGAN

Intan Safitri
R0215050
Kelas: B

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2016

PERUNDANG-UNDANGAN KETENAGAKERJAAN

A. Hukum Ketenagakerjaan
1. Peraturan K3
a. Undang-undang
1) Undang-undang Uap tahun 1930 (Stoom Ordonnantie)
2) Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3) Undang-undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan
b. Peraturan lain
4 Peraturan Pemerintah
26 Peraturan Menteri
11 Keputusan Menteri
1 Instruksi Menteri
3 Surat Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial Dan
Pengawasan Ketenagakerjaan

B. Pengertian, Unsur, Sifat, dan Hakikat Hukum Perburuhan


1. Pengertian Hukum Perburuhan
a. Menurut Mr. Molenaar (Arbeidrechts)
Bagian dari hukum yang berlaku yang pada pokoknya mengatur
hubungan antara buruh dan majikan, buruh dengan buruh, dan buruh dengan
penguasa.
b. Menurut ILO
Hukum perburuhan termasuk semua semua pengendalian yang
mengatur secara langsung dan melindungi manajemen perburuhan.
c. Menurut Imam Soepomo
Suatu himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang
berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan
menerima upah

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum perburuhan adalah peratuan


baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur hubungan buruh dengan
lingkungan kerjanya termasuk majikan, teman sesama buruh, dan penguasa.

2. Unsur Hukum Perburuhan


a. Ada serangkaian peraturan tertulis dan tidak terrtulis
b. Peraturan tersebut mengenai hubungan kerja di dalam dan luar hubungan kerja
c. Adanya pihak pekerja dan majikan
d. Adanya perintah
e. Adanya pekerjaan tertentu
f. Adanya upah
3. Sifat Hukum Perburuhan
a. Sifat Perdata (Privaatrecht)
b. Sifat Perdana (Publicrecht)
c. Sifat Perdata-Sifat Pidana (Sosialisasise ring)
4. Hakikat Hukum Perburuhan
a. Yuridis
Dalam hubungan antara buruh/pekerja dengan majikan, buruh/pekerja
memiliki kehendak bebas.
b. Sosio Logis
Buruh/ pekerja tidak bebas berkaitan dengan komtrak standar/ perjanjian
baku.
Oleh karena itu campur tangan pemerintah dalam pengaturannya untuk
melindungi pekerja/buruh dan menempatkannya pada posisi yang layak sesuai dengan
harkat dan martabat.
C. Sejarah Hukum Perburuhan/ Ketenagakerjaan (Internasional)
1. Abad Pertengahan
a. Perjanjian kerja bebas
b. Seluruh aspek kerja dengan upah yang bersifat kolektif diatur
2. Abad ke-19
Mulai ada peraturan perundang-undangan yang memuat sanksi perdata dan
pidana, serta mulai adanya campur tangan pemerintah
3. Abad ke-20
Konvensi ILO
4. Zaman perbudakan
a. Para budak tidak memiliki hak apapun, majikan memiliki hak penuh atas
perekonomian dan kehidupan budak.
b. Regelingsreglement 1818
c. Regelingsreglement 1854, menghapus perbudakan
5. Zaman kerja paksa (Rodi)
a. Dimulai bersamaan dengan jaman perbudakan dan berakhir untuk Jawa dan
Madura tanggal 1 Februari 1938
b. Kerja paksa rodi terdiri dari (Rodi Gubernemen, Rodi Perorangan, Rodi Desa)
6. Zaman Poenale Sanctie (Sanksi Pidana) Berakhir tanggal 1 Januari 1942
a. Algement politie strafreglement 1872 Nomor 111- Dicabut tahun 1879
b. Koeli Ordonantie tahun 1880 (STBL Nomor 133 Tahun 1880)- Dicabut
c. STLB nomor 139 tahun 1889
d. Burgerlijke wetboek pasal 1601 sampai dengan pasal 1603
7. Jaman penjajahan Jepang
a. Kerja rodi-kerja Romusha
D. Konvensi ILO (Hak-Hak Dasar Pekerja/ Buruh)
1. Kerja Paksa
a. Konvensi no . 29/1930 : kerja paksa (force labour) dirativikasi dengan Nederland
STLB. Nomor 26/1933
b. Konvensi no.105/1957 : penghapusan kerja paksa (abolition of forced labour)
diratifikasi dengan UU no 19/1999
2. Kebebasan berserikat
a. Berorganisasi (freedom of association and protection of the right to
organize)diratifikasi dengan kepres no 83/1998
b. Konvensi no. 98/1949 :hak berserikat dan berunding bersama (right to organize
and collective bergaining) diratifikasi UU no.18/1956
3. Diskriminasi
a. Konvensi no. 100/1951 : pengupahan yang sama bagi pekerjanya laki-laki dan
wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya (equal renumeration for men and
women workers for work of equal value) diratifikasi dengan UU no.80/1957
b. Konvensi no. 111/1985 : diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan
(discrimination in respect of employment and occupation ) diratifikasi dengan
UU. 21/1999
4. Pekerja anak
a. Konvensi no.138/1973 : usia minimum untuk diperbolehkan bekerja (minimum
age to employment) diratifikasi dengan UU no.20/1999
b. Konvensi no.182/1999 : pelarangan dan tindakan segera penghapusan bentuk-
bentuk pekerjaan terbukti bagi anak ( the probihition and immediate action for the
elimination of the worst frorm of child labour) diratifikasi dengan UU no.1/2000
5. Pengawasan ketenagakerjaan
a. Konvensi no. 81/1947 : pengawasan ketenagaakerjaan dalam industri dan
perdagangan (labour inspection in industry and commerce) diratifikasi dengan
UU. 21/2003
E. Hukum Ketenagakerjaan
Pengaturannya harus meliputi perjalanan si pekerja /buruh dari sejak lahir
sampai saat tutup usia (from the cradle to the grave) yaitu antara lain :
1. Pencarian kerja
2. Kesempatan kerja
3. Pelatihan kerja
4. Perluasan kerja
F. Tinjauan tentang UU No. 13 Tahun 2003
1. Penggunaan tenaga kerja asing
2. Perjanjian kerja waktu tertentu
a. Pengaturan waktu kerja (pasal 127 ayat 1)
b. Istirahat panjang (pasal 84)
c. Perjanjian pemborongan pekerjaan
d. Perusahaan penyedia jasa pekerja/burh
e. Pemutusan hubungan kerja ( pasal 150 sampai dengan 172)
f. Upah (pasal 96)
G. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
1. Pasal 176
Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh
a. Pegawai pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan
independen guna menjamin pelaksanaan perundang-undangan. Yang
berkewajiban untuk menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan
ketenagakerjaan kepada menter yang diatur dalam permenakertrans nomor per
09/ME/V/2005 tentang tata cra penyampaian laporan pelaksanaan pengawasan
ketenagakerjaan.
b. Pasal 178
Pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan yang dilaksanakan di :
1) Unit kerja tersendiri
2) Pada instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagaakerjaan
3) Pada pemerintah pusat, propinsi, kota
Tugas pegawai pengawas ketenagakerjaan yaitu; mengawasi berlakunya
UU dan peraturan perburuhan pada khususnya, mengumpulkan bahan-bahan
guna membuat peraturan-peraturan perburuhan, dan menjalankan tugas lain
yang diserahkan kepadanya.

H. Ketentuan Pidana Dan Sanksi Administratif Bagi Pegawai Pengawas


Ketenagakerjaan ( Pasal 6 UU No. 3 Tahun 1951)
1. Sengaja membuka rahasia:
Dihukum penjara selama-lamanya 6 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.600
2. Dapat dipecat dari hak memangku jabatan
3. Kesilapannya,rahasia terbuka: dihukum kurungan selama-lamanya 3 bulan atau
denda sebanyak-banyaknya Rp. 300.
4. Tidak ada tuntutan tanpa adanya pengaduan
HUBUNGAN KERJA
(Pasal 50-66)

A. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


B. Hubungan Kerja (Pasal 50-66)
Terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja / buruh
C. Perjanjian Kerja (Pasal 51)
1. Perjanjian tertulis:
Perjanjian kerja tertulis sekurang-kurangnya memuat (Pasal 54) :
a. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha
b. Nama, jenis kelamin, umur , dan alamat pekerja/buruh
c. Jabatan atau jenis pekerjaan
d. Tempat pekerjaan
e. Besarnya upah dan cara pembayaran upah
f. Hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja
g. Mulai dan jangka waktu berlakunya
h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja
i. Tanda tangan para pihak
2. Perjanjian lisan
D. Syarat Syahnya Perjanjian Kerja (Pasal 52)
1. Kesepakatan kedua belah pihak
2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hokum
3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan
4. Tidak bertentangan ketentuan umum, susila dan per-UU-an (sebab yang halal)
E. Akibat hukum jika bertentangan
1. Perjanjian kerja bertentangan dengan huruf a dan b : dapat dibatalkan
2. Perjanjian kerja bertentangan dengan huruf c dan d : batal demi hokum
F. Jenis perjanjian kerja (Pasal 56)
1. Waktu tertentu (Pasal 57,58)
a. Perjanjian kerja waktu tertentu didasarkan atas :
1) Jangka waktu
2) Selesaimya pekerjaan tertentu
b. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Pasal 57,58)
1) Di buat tertulis dengan bahas Indonesia dan huruf latin
2) Dibuat tidak tertulis bertentangan dengan ketentuan diatas dinyatkan sebagai
perjanjian kerja waktu tdak tertentu
3) Bila dibuat dalam bahas Indonesia dan bahasa asing, bila terjadi perbedaan
penafsiran, berlaku perjanjian kerja dalam bahasa Indonesia
4) Tidak boleh ada masa percobaan
c. Ketentuan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Pasal 59)
Hanya umtuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau
pekerjaannya selesai dalam waktu tertentu :
1) Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya
2) Penyelesaiannya dalam waktu tidak terlalu lama dan paling lama 3 tahun
3) Bersifat musiman atau
4) Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan dalam masa percobaan atau penjajakan
d. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
1) Tidak dapt diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap
2) Dapat diadakan untuk paling lama 2 tahun dan hanya boleh diperpanjang
paling lama 1 tahun
3) Max 7 hari sebelum PWKT berakhir, bila mau diperpanjang, pengusaha
memberikan secara tertulis kepada pekerja / buruh ang bersangkutan.
4) Pembaruan PKWT hanya dapt diadakan seteah melebihi tenggang 30 hari
setelah berakhirnya PKWT
5) Pembaruan hanya boleh 1 kali dan paling lama 2 tahun.
2. Perjanjian Kerja Waktu Tak Tentu (Pasal 60)
a. Dapat mensyaratkan masa percobaan
b. Masa percobaan tidak boleh diabyar dibawah UM yang berlaku
G. Berakhirnya peranjian kerja (Pasal 61)
1. Meninggalnya pengusaha
Pengusaha, orang perseorangan meninggal dunia, ahli waris pengusaha
dapat mengakhiri perjanjian kerja setelah merundingkan dengan pekerja/buruh
2. Beralihnya hak atas perusahaan
Bila terjadi pengalihan perusahaan maka hak-hak pekerja/buruh menjadi
tanggung jawab pengusaha baru, kecuali diperjanjikan lain.
3. Pekerja/buruh meninggal
Ahli aris berhak atas hak-haknya menurut per-uu-an atau hak-hak yang
telah diatur dalam PK, PP, PKB
H. Mengakhiri hubungan kerja (Pasal 62)
Salah satu pihak yang mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka
waktu yang ditetapkan dalam PKWT atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena
ketentuan pasal 61 ayat 1, pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan
membayar ganti rugi sebesar upah pekerja / buruh sampai batas waktu berakhirnya
perjanjian kerja.
I. Perjanjian kerja lisan
1. Pasal 63
Pengusaha wajib membuat surat pengankatan bagi pekerja yang sekurang-
kurangnya memuat :
a. Nama dan alamat pekerja / buruh
b. Tanggal mulai kerja
c. Jenis pekerjaan dan
d. Besar upah
2. Pasal 64
Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan pada
perusahaan lain melalui Perjanjian Pemborongan Pekerjaan atau Penyedian Jasa
Pekerja / buruh secara Tertulis
J. Penyerahan sebagian pekerjaan
1. Pasal 65
a. Melalui perjanjian pemborongan secara tertulis
b. Syarat pelaksanaan pekerjaan yang dapat diserahkan :
1) Terpisah dari kegiatan utama
2) Perintah dari pemberi kerja
3) Kegiatan penunjang secara keseluruhan
4) Tidak menghambat proses produksi
c. Berbadan hukum
d. Perlindungan mengacu peraturan per-uu-an
e. Hubungan kerj dapat diatur dalam PKWT atau PKWTT
f. Bila tidak terpenuhi syarat diatas, demi hukum status hubungan beralih pada
pemberi kerja

2. Pasal 66
Pekerja buruh dari perusahaan jasa pekerja / buruh tidak boleh
melaksanakan kegiatan pokok, kecuali kegiatan jasa penunjang / tidak berhubungan
langsung dengan proses produksi
K. Syarat penyedian jasa pekerja / buruh
1. Pasal 66 ayat 2
a. Adanya hubungan kerja
b. Dapat beupa PKWT dan atau PKWTT secara tertulis dan ditanda tangani
c. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, perselisihan menjadi
tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja / buruh
d. Perjanjian pengguna dan penyedia jasa pekerja / buruh tertulisa sesuai aturan yang
berlaku
2. Pasal 66 ayat 3
Perusahaan penyedia jasa pekerja / buruh
a. Harus berbadan hukum
b. Memiliki izin dari instansi yang membidangi ketenagakerjaan
3. Pasal 66 ayat 4
Bila ketentuan ayat 1, ayat 2 huruf a, b, d dan ayat 3 tidak terpenuhi, demi
hukum status hubungan kerja antara pekerja / buruh dan perusahaan pemberi
pekerjaan.
4. Ketentuan Pidana (pasal 188)
a. Barang siapa melanggar pasal 63 ayat 1 dikenakan sanksi pidana denda paling
sedikit Rp. 5.000.000,- dan paling banyak Rp. 50.000.000,-
b. Tindak pidana tersebut merupakan tindak pidana pelanggaran
UNDANG-UNDANG 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
PEREMPUAN, ANAK DAN PENGUPAHAN

A. Perempuan (Pasal76)
1. Pengusaha dilarang mempekerjakan buruh perempuan di malam hari :
a. Berusia kurang dari 18 tahun
b. Hamil, yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan kandungan dan
dirinya
2. Kewajiban pengusaha yang mempekerjakan buruh perempuan pada malam hari :
a. Memberikan makanan dan minuman yang bergizi
b. Menjaga kesusilaan dan keamanan
c. Menyediakan angkutan antar jemput
B. Anak
Anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 tahun.
1. Menurut Pasal 68 : Pengusaha dilarang mempekerjakan anak dalam pekerjaan
terburuk.
2. Menurut Pasal 74 :
a. Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan
terburuk
b. Pekerjaan terburuk :
1) Perbudakan atau sejenisnya
2) Memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan
perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika dan atau zat adiktif
lainnya
3) Memanfaatkan, menawarkan, menyediakan atau menawarkan anak untuk
pelacur,produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian
4) Membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak
c. Pengecualian:
1) Anak umur 13 sampai dengan 15 tahun, dengan syarat :
a) Pekerjaan ringan, dengan syarat :
(1) Izin tertulis dari orang tua
(2) Perjanjian kerja antara pengusaha dan orang tua/wali
(3) Waktu kerja maksimal 3 jam
(4) Dilakukan siang hari dan tidak mengganggu sekolah
(5) K3
(6) Hubungan kerja jelas
(7) Upah sesuai peraturan yang berlaku
(8) Harus dipisahkan dengan pekerja buruh yang dewasa
b) Tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan sosial
c) Bekerja pada usaha keluarga, dengan syarat :
(1) Waktu kerja maksimal 3 jam
(2) Dilakukan siang hari dan tidak mengganggu sekolah
(3) K3
2) Bekerja sebagai bagian dari kurikulum pendidikan dan pelatihan dengan
syarat tertentu (pasal 70). Saratnya yaitu :
a) Umur minimal 14 tahun
b) Diberi petunjuk yang jelas
c) Diberi perlindungan k3
3) Bekerja untuk mengembangkan bakat dan minat, dengan syarat :
a) Dibawah pengawasan langsung orang tua atau wali
b) Waktu kerja maksimal 3 jam sehari
c) Kondisi lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik,
mental, sosial dan waktu sekolah
C. Pengupahan
1. Pengupahan :
a. Setiap pekerja atau buruh berhak atas penghasilan yang memenuhi penghidupan
yang layak
b. Pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan untuk melindungi pekerja atau
buruh
2. Kebijakan Pengupahan :
a. Upah minimum
b. Upah kerja lembur
c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan
d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan diluar pekerjaannya
e. Bentuk dan cara pembayaran upah
f. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya
g. Denda dan potongan upah
h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah
i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional
j. Upah dan pembayaran pesangon
k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan
3. Penetapan Upah Minimum
Upah minimum ditetapkan berdasarkan kebutuhan hidup layak dan
memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Upah minimum ditetapkan
gubernur, atas rekomendasi Dewan Pengupahan Propinsi dan/ Bupati/ Walikota.
Upah minimum terdiri dari :
a. Upah minimum provinsi, kabupaten/kota
b. Upah minimum sektor pada wilayah propinsi/kabupaten/kota
4. Pembayaran Upah Minimum (pasal 90)
a. Pengusaha dilarang membayar upah dibawah keterangan upah minimum
b. Pengusaha yang tidak mampu dapat melakukan penangguhan
5. Pengaturan Pengupahan
a. Kesepakatan tentang pengupahan tidak boleh lebih rendah dari aturan yang
berlaku (pasal 91 ayat 1)
b. Kesepakatan yang bertentangan dengan aturan = batal demi hukum (pasal 91 ayat
2)
c. Penyusunan struktur dan skala upah memperhatikan golongan, jabatan, masa
kerja, pendidikan dan kompetensi (pasal 92 ayat 1)
d. Peninjauan berkala skala upah memperhatikan kemampuan perusahaan dan
produktivitas (pasal 92 ayat 2)
6. Prinsip Pengupahan (pasal 93 ayat 1)
7. NO WORK NO PAY
8. Pengecualian NO WORK NO PAY
Pengusaha tetap wajib membayar upah :
a. Pekerja/ buruh sakit
b. Pekerja/ buruh perempuan yang istirahat haid
c. Pekerja/ buruh menikah
d. Pekerja/ buruh menikahkan, menghitankan, membabtiskan anaknya
e. Istri melahirkan atau gugur kandungan
f. Suami atau istri atau anak atau menantu atau orang tua atau anggota
keluarga dalam satu rumah meninggal dunia
g. Pekerja/ buruh menjalankan kewajiban negara
h. Pekerja/ buruh menjalankan ibadah agamanya
i. Pekerja/ buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi
pengusaha tidak mempekerjakannya, karena kesalahan sendiri maupun
halangan yang seharusnya dapat dihindari oleh pengusaha
j. Pekerja/ buruh melaksanakan hak istirahat
k. Pekerja/ buruh melaksanakan tugas SP/SB atas persetujuan pengusaha
l. Pekerja/ buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan
9. Upah yang Dibayarkan bila Pekerja/ Buruh Sakit
a. 4 bulan pertama = 100%
b. 4 bulan kedua = 75%
c. 4 bulan ketiga = 50%
d. Bulan selanjutnya = 25% sebelum PHK
10. Pembayaran Upah Pekerja/ Buruh Tidak Masuk Kerja Karena (pasal 93 ayat 4) :
a. Pekerja/ buruh menikah = 3 hari
b. Menikahkan anaknya = 2 hari
c. Menghitankan anaknya = 2 hari
d. Membaptiskan anaknya = 2 hari
e. Istri melahirkan/ gugur kandungan = 2 hari
f. Suami/ istri, orang tua/ mertua atau anak atau menantu meninggal dunia = 2 hari
g. Anggota keluarga satu rumah meninggal dunia = 1 hari
11. Upah Pokok (pasal 94)
Dalam hal komponen upah terdiri dari :
a. Upah pokok
Upah pokok sedikit-dikitnya 75% dari jumlah upah pokok +
tunjangan tetap
b. Tunjangan tetap
12. Pelanggaran Pembayaran Upah (pasal 95)
a. Pelanggaran oleh pekerja/ buruh karena kesengajaan/ kelalaiannya dapat
dikenakan denda
b. Keterlambatan pembayaran upah karena kesengajaan/ kelalaian pengusaha
dikenakan denda
13. Perusaan Pailit/ Likuidasi (pasal 95 ayat 4)
Upah dan hak-hak pekerja/ buruh merupakan utang yang harus didahulukan
a. Daluarsa Tuntutan Pembayaran Upah (pasal 96)
Tuntutan Pembayaran Upah pekerja/ buruh dan segala
pembayaran yang timbul dari Hubungan Kerja daluarsa setelah
melampaui jangka waktu 2 tahun.
14. Dewan Pengupahan (pasal 98)
a. Dewan Pengupahan Nasional, Propinsi, Kabupaten/Kota
b. Keanggotaan : Unsur Pemerintah, Organisasi Pengusaha, SP/SB, Perguruan
Tinggi dan Pakar
c. Diangkat dan diberhentikan oleh Presiden( nasional), Gubernur/ Bupati/
Walikota (Propinsi/Kabupaten/Kota)
D. Kesejahteraan
1. Setiap pekerja/ buruh berhak atas jamsostek (pasal 99)
2. Pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan dengan memperhatikan
kebutuhan dan kemampuan (pasal 100)
3. Dibentuk koperasi pekerja/ buruh dan usaha-usaha produktif di perusahaan (pasal
101)
4. Pemerintah, pengusaha, pekerja/ buruh atau SP/SB menumbuhkembangakan
koperasi dan usaha produktif ( pasal 101)
PENEMPATAN TENAGA KERJA ASING

A. Penggunaan Tenaga Kerja Asing


1. Kepentinga Nasional
a. Perlindunga terhadap kesempatan kerja Indonesia (Pasal 27 ayat 2 UUD 1945)
b. Investasi/modal asing
c. Tekonologi dan tenaga ahli/skill
d. Perdagangan Internasional
2. Globalosasi
a. Menganut pasar kerja terbuka/internasional dengan aturan tertentu
b. Indonesia sepakat untuk melaksankan pasar kerja bebas : AFTA/AFAS(2003),
APEC (2010), GATS/WTO (2020)
c. Kesepakatan regional dan bilateral-People Mobility & Human Resource
Devolpment :
d. IMS-GT, IMT-GT, BIMP-EAGA, AANZ, IJEPA dll
3. Otonomi Daerah
Kewenangan pengaturan TKA tidak seluruhnya dilimpahkan :
a. TKA terkait dengan lalu lintas orang asing yang menganut selective policy
dan one gate policy
b. TKA terkait dengan hubungan internasional
B. Kebijakan Penggunaan Tenaga Kerja Asing
Kebijakan penggunaan tenaga kerja asing diatur dalam :
1. UU No.3/1958 dan Kepres 23/1974
a. Jabatan terbuka waktu tertentu
b. Jabatan terbuka waktu sementara
c. Jabatan tertutup
2. UU No. 13/2003 dan Kepres 75/1995
a. Standar kompetensi (competency standard)
b. Job description dan job requirement
C. Pelayanan Penggunaan Tenaga Kerja Asing
Pelayanan penggunaan tenaga kerja asing dibagi menjadi 2, yaitu :
1. RPTKA, merupakan pelayanan yang memiliki aspek manfaat (prosperity),
mengurusi hal-hal berikut :
a. Pertumbuhan ekonomi
b. Perluasan kesempatan kerja
c. Alih teknologi dan ketrampilan
2. IMTA, merupakan pelayanan yang memiliki aspek keamanan (security),
mengurusi hal-hal berikut :
a. Keamanan pasar kerja
b. Tidak membahayakan kepentingan negara dan masyarakat
D. Landasan Hukum
1. UU No.13 Tahun tetntang ketenagakerjaan khususnya menyangkut BAB VIII
tentang penggunaan Tenaga Kerja Asing ;
2. UU No.20 Tahun 1997 tentang penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
3. Peraturan pemerintah No.92 Tahun 2000 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
4. Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1995 tentang Pengguanaan Tenaga Kerja
Warga Negara Asing Pendatang
5. Kepmenakertrans No.223/Men/2003 tentang Jabatan-Jabatan Di Lembaga
Pendidiakan Yang Dikecualikan Dari Kewajiban Membayar Kompensasi
6. Kepmenakertrans No.228/Men/2003 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
7. Kepmenakertrans No.20/Men/III/2004 tentang Tata Cara Meperoleh Ijin
Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing
8. Kepmenakertrans No.21/Men/IV/2004 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
Sebagai Pemamdi Nyanyi
9. Permenakertrans No.07/MEN/III/2006 juncto No.15/MEN/2006/ tentang
Penyederhanaan Prosedur Penerbitan Ijin Menperkerjakan TKA
10. Permenakertrans No.02?men/XII/2004 tentang Pelaksanaan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Asing
E. Kewajiban Pemberi Kerja yang Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (UU No.13
tahun 2003)
1. Memiliki ijin tertulis dari menteri tenaga kerja dan transmigrasi atau pejabat yang
ditunjuk
2. Menunjuk tenaga kerja Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga kerja asing
yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja asing
(tidak berlaku bagi jabatan direksi dan/ komisaris)
3. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia
pendamping sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing
4. Membayar kompensasi atas setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakan
5. Memulangkan tenaga kerja asing ke negara asal setelah hubungan kerja berakhir
6. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing ( RPTKA)
a. Adalah rencana penggunaan tenaga kerja asing pada jabatan tertentu yang dibuat
oleh pemberi kerja tenaga kerja asing untuk jangka waktu tertentu yang disahkan
oleh mentri atau pejabat yang ditunjuk
b. RPTKA sebagai dasar untuk mendapatkan ijin mempekerjakan Tenaga Asing
(IMTA)
c. Pemberi kerja yang akan mempekerjakan tenaga kerja asing harus memiliki
RPTAK, kecuali instansi pemerintah, badan-badan internasional dan perwakilan
negara asing
d. RPTKA sekurang-kurangnya memuat alasan penggunaan, jabatan tenaga kerja
asing, jangka waktu penggunaan, penunjukan tenaga kerja pendamping
F. Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)
Pasal 42 ayat 1 UU 13/2003 :
1. Ijin dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuk
2. Bukan perseorangan (sponsorship)
3. Tidak berlaku bagi pegawai diplomatik dan konsuler
4. Hanya untuk jabatan dan waktu tertentu
5. Ketentuan jabatan tertentu ditetapkan oleh Keputusan Menteri
6. Tenaga kerja asing yang masa kerjanya habis dan tidak dapat diperpanjang
dapat digantikan oleh tenaga kerja asing lainnya
G. Intruksi Presiden R.I Nomor 3 tahun 2006 (27 Februari 2006) tentang Paket
Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi
Dengan menyederhanakan prosedur pemberian izin tinggal dan bekerja bagi
investor/TKA cukup mempunyai 2 (dua) jenis ijin; IMTA dari Depnakertrans dan
KITTAS dari kantorimigrasi
H. PERMENAKERTRANS Nomor PER-07/MEN/III/2006 jo.15/M/IV/2006 tentang
Penyederhanaan Prosedur Memperoleh IMTA
Maka ijin mempekerjakan tenaga kerja asing (IMTA) dapat diperoleh sebelum
TKA datang ke Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai