Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pencemaran menurut para ahli


1. Setiap kegiatan manusia akan menambah materi atau energi pada ligkungan. Apabila
materi atau energi itu membahayakan, atau mengancam kesehatan manusia, miliknya
atau sumber daya, baik langsung maupun tidak langsung dikatakan terjadi
pencemaran. (Daud Silalahi, Hukum Lingkungan (Dalam Sistem Penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia).Cet:3 (Bandung :PT.Alumni,2001) hal 154)
2. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 1 ayat 14 menyatakan :
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
3. Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami (Veegha, 2008)
4. Pencemaran terjadi pada tanah, tanaman, air tanah, badan air atau sungai, udara,
terputusnya rantai dari tatanan lingkungan hidup atau penghancuran suatu jenis
organisme yang pada akhirnya dapat menghancurkan ekosistem (Soemarwoto 1991;
Gammon 2011).
5. Menurut UU No. 4 Tahun 1982, ppencemaran yaitu masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

B. Pengertian pencemaran tanah


1. Pengertian Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk
dan merubah lingkungan tanah alami. Tanah merupakan bagian penting dalam
menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Seperti kita ketahui rantai
makanan bermula dari tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari tumbuhan. Memang ada
tumbuhan dan hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian besar dari makanan kita
berasal dari permukaan tanah. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida,
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, zat kimia,
atau limbah. air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat.
Jika suatu zat berbahaya telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke
dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di
tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau
dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
2. Sumber Pencemaran Tanah
Sumber pencemar tanah, karena pencemaran tanah tidak jauh beda atau bisa
dikatakan mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara dan pencemaran air,
maka sumber pencemar udara dan sumber pencemar air pada umumnya juga
merupakan sumber pencemar tanah. Sebagai contoh gas-gas oksida karbon, oksida
nitrogen, oksida belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air
hujan dan turun ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga
menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah. Air permukaan tanah yang
mengandung bahan pencemar misalnya tercemari zat radioaktif, logam berat dalam
limbah industri, sampah rumah tangga, limbah rumah sakit, sisa-sisa pupuk dan
pestisida dari daerah pertanian, limbah deterjen, akhirnya juga dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan ataupun tanah daerah
yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut. Maka sumber bahan
pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar yang berasal
dari, sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah rumah sakit, gunung berapi yang
meletus / kendaraan bermotor dan limbah industri.
3. Komponen - Komponen Bahan Pencemaran Tanah
a. Limbah domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk;
perdagang an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-
kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
1) Limbah padat
Berupa senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan atau
diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng
dan bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur. Bahan
pencemar itu akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus
plastik yang kita buang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan
ditemukan oleh anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian. Sampah
anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat
ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan
mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di
dalam tanahpun akan berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati
karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang.
2) Limbah cair
Berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan
merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme di
dalam tanah.
b. Limbah industri
Limbah Industri berasal dari sisa-sisa produksi industri. Limbah cair yang
merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa
pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal,
perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri
pelapisan logam seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah. Merupakan zat yang
sangat beracun terhadap mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah akan
mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting
terhadap kesuburan tanah.
c. Limbah pertanian
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan
tanah atau tanaman, misalnya pupuk urea dan pestisida untuk pemberantas hama
tanaman. Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak
struktur tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat
ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Dan
penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-
nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada
jumlah organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang terus menerus
akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.
C. Karakteristik Bahan Pencemar
Tanah merupakan bagian dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke tanah
apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan mengakibatkan
pencemaran tanah. Jenis limbah yang berpotensi merusak lingkungan hidup adalah limbah
yang termasuk dalam Bahan Beracun Berbahaya (B3) yang di dalamnya terdapat logam-
logam berat. Subowo et al., (1999) menyatakan bahwa adanya logam berat dalam tanah
pertanian dapat menurunkan produktivitas pertanian dan kualitas hasil pertanian selain
dapat membahayakan kesehatan manusia melalui konsumsi pangan yang dihasilkan dari
tanah yang tercemar logam berat tersebut.
Logam berat masuk ke lingkungan tanah melalui penggunaan bahan kimia yang
langsung mengenai tanah, penimbunan debu, hujan atau pengendapan, pengikisan tanah
dan limbah buangan. MenurutDarmono (1995), interaksi logam berat dan lingkungan
tanah dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu prosessorbsi atau desorbsi, difusi pencucian, dan
degradasi. Berikut adalah logam berat yang mencemari tanah :
1. Arsen
a. Karakteristik Arsen
Arsen dan kadmium memang ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit
namun tingkat toksisitas yang sangat tinggi karena masuk dalam logam berat
(Bunce, 1994, Fergusson, 1990). Seluruh logam berat muncul secara alami di
lingkungan yang dihasilkan dari buangan industri dengan jumlah yang makin hari
makin meningkat. Berdasarkan pendapat dari Kovacs (1992).
Arsen ditemukan dalam 200 bentuk mineral, diantaranya arsenat (60%),
sulfida dan sulfosalts (20%), dan kelompok kecil berupa arsenida, arsenat, oksida
silikat, dan arsen murni (Onishi, 1969). Mayoritas arsen ditemukan dalam
kandungan utama asenopyrite (FeAsS), realgar (As4S3), dan orpiment (As2S3).
Realgar (As4S3), dan orpiment (As2S3) biasanya menurunkan bentuk dari arsen itu
sendiri. Kondisi natural lainnya yakni loellingite (FeAs2), safforlite (CoAs), nicolite
(NiAs), rammelsbergit (NiAs2), arsenopyrite (FeAsS), kobaltite (CoAsS), enargite
(Cu3AsS4), gerdsorfite (NiAsS), glaucodot ((Co,Fe)AsS), dan elemen arsen
(Greenwood dan Earnshaw, 1989).
b. Dampak arsen
Arsenik memang dikenal karsinogen atau dapat menyebabkan kanker. Orang
yang terlalu banyak terkena zat arsen dari konsumsi air minum disebut arsenikosis.
Korban dari arsenikosis ini tidak akan berdampak dalam waktu dekat, namun
dampaknya baru terlihat setelah dalam jangka waktu yang lama (long-term).
Berbagai dampak diantaranya pigmentasi kulit, gangren, dan keratosis, itu pun baru
terlihat minimal 5 tahun terkena arsenik yang terakumulasi. Karena keracunan arsen
ini tidak langsung dapat dilihat, maka tindakan yang paling mungkin adalah tindakan
pencegahan (Paul, 2004).

2. Kadmium
a. Karakteristik kadmium
Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut
dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium Oksida bila dipanaskan.
Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd Klorida) atau
belerang (Cd Sulfit). Kadmium membentuk Cd2+ yang bersifat tidak stabil. Cd
memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4, titik leleh 321C, titik didih 767C dan
memiliki masa jenis 8,65 g/cm3 (Widowati dkk., 2008).
Logam kadmium (Cd) memiliki karakteristik berwarna putih keperakan
seperti logam aluminium, tahan panas, tahan terhadap korosi. kadmium (Cd)
digunakan untuk elektrolisis, bahan pigmen untuk industri cat, enamel dan plastik.
Logam kadmium (Cd) biasanya selalu dalam bentuk campuran dengan logam lain
terutama dalam pertambangan timah hitam dan seng (Darmono 1995). Kadmium
(Cd) adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd didapat bersama-sama Zn,
Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Kadmium (Cd) didapat pada industri alloy,
pemurnian Zn, pestisida, dan lain-lain (Said, 2008).
b. Dampak kadmiun
Kadmium memiliki efek yang sangat unik kepada anak-anak yakni dapat
membantu perkembangan otak pada anak. Namun di sisi lain, kadmium memiliki
efek yang tidak baik untuk manusia dewasa, diantaranya menaikkan resiko
terjadinya kanker payudara, penyakit kardiovaskular atau paru-paru, dan penyakit
jantung. Efek lain yang menunjukkan toksisitas kadmium adalah kegagalan fungsi
ginjal, encok, pembentukan artritis, juga kerusakan tulang (Chen, 2009). Logam
kadmium (Cd) akan mengalami proses biotransformasi dan bioakumulasi dalam
organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Dalam tubuh biota perairan
jumlah logamyang terakumulasi akan terus mengalami peningkatan (biomagnifikasi)
dan dalam rantai makanan biota yang tertinggi akan mengalami akumulasi kadmium
(Cd) yang lebih banyak (Palar, 2004). Kadmium dapat terakumulasi dalam di tubuh
manusia serta baru dapat keluar dari dalam tubuh, tatapi dengan waktu tunggu
berkisar antara 20-30 tahun lamanya. Efek dalam tubuh pun beragam, mulai dari
hipertensi sampai kanker (Watts, 1997).
3. Nikel
a. Karakteristik nikel
Nikel ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang
disebutnya kupfernickel (nikolit). Nikel merupakan bahan galian yang
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena pada masa sekarang dan masa
yang akan datang kebutuhan Nikel semakin meningkat disamping dari kebutuhan
lainnya yang persediaannya semakin terbatas, sehingga mendorong minat
pengusaha untuk membuka pertambangan Nikel.
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28. Bentuk struktur kristalnya FCC. dan juga bersifat
magnetis. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat
lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat
membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi
menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada
peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan
gedung, serta komponen industri.

b. Dampak nikel
Dalam jumlah kecil, nikel merupakan unsur penting, tetapi ketika berada dalam
konsentrasi terlalu tinggi akan membahayakan kesehatan manusia. Senyawa nikel
sendiri terjadi dalam lingkungan pada tingkat yang rendah Manusia dapat terpapar
nikel melalui udara, air minum, makanan atau rokok. Paparan nikel dalam jumlah
besar akan memiliki konsekuensi sebagai berikut:
1) Kemungkinan lebih tinggi mengalami kanker paru-paru, kanker hidung,
kanker laring, dan kanker prostat
2) Sakit kepala dan pusing setelah terpapar gas nikel
3) Emboli paru
4) Kegagalan pernapasan
5) Janin lahir cacat
6) Asma dan bronkitis kronis
7) Reaksi alergi seperti ruam kulit, terutama dari perhiasan
8) Gangguan Jantung
9) Asap nikel merupakan iritan pernapasan dan dapat menyebabkan
pneumonitis. Paparan nikel dan senyawanya bisa memicu dermatitis yang
dikenal sebagai gatal nikel pada individu yang peka.

D. Mekanisme Pencemaran Logam di Lingkungan


Terlepasnya kontaminan ke alam tidak dapat dihindari, hal ini merupakan proses
karena adanya pabrik-pabrik serta akibat dari proses penanganan limbah dan pembuangan
sampah akhir. Setelah terlepas ke lingkungan, kontaminan akan bereaksi secara cepat,
kadang juga sangat lambat terserap oleh makhluk hidup dan terakumulasi di dalamnya.
Kontaminan terpapar di alam melalui 3 fase yaitu cair, padat dan gas. Dalam fase
cair, kontaminan terpapar dengan berbagai cara yakni melalui runoff, langsung
dikeluarkan ke badan air di permukaan, dan air lindi ke lapisan air tanah. Sedangkan emisi
gas dilepasnya dengan cara emisi padat yang berasal dari danau serta paparan langsung
dari cerobong akibat pembakaran tidak sempurna (termasuk di dalamnya hasil
pembakaran CO2 dan H2S serta gas bekas pembakaran materi organik). Pada fase padat,
kontaminan ini dapat tercampur dalam gas dan air (baik yang terlarut maupun yang tidak
larut dalam air (LaGrega et al, 1994). Pelepasan kontaminan dari dalam tanah ke lautan
terserap oleh biota laut, kemudian terakumulasi oleh biota selama periode tertentu.
Terpaparnya kontaminan juga masuk ke dalam sedimen lautan yang akhirnya terserap oleh
tanaman dasar laut. Pada proses tersebut terjadi adsorpsi-desorpsi, serta biodegradasi oleh
lingkungan akuatik (LaGrega et al., 1994).
Logam berat secara umum masuk ke lingkungan dengan dua cara, yakni secara
natural dan antropogenik (terlepas ke lingkungan dengan campur tangan manusia atau
tidak alami). Kondisi alami terlepasnya logam berat di lingkungan akibat adanya
pelapukan sedimen akibat cuaca, erosi, serta aktivitas vulkanik. Sedangkan, terlepasnya
logam berat secara antropogenik akibat aktivitas manusia diantaranya
electroplating/pelapisan logam, pertambangan, peleburan, penggunaan pestisida, pupuk
penyubur tanah, dan lain sebagainya (Ali et al., 2013).

E. Baku Mutu Lingkungan


Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Sedangkan menurut USDA (2003) indikator mutu tanah adalah sifat fisik, kimia dan
biologi tanah serta proses dan karakteristik yang dapat diukur untuk memantau berbagai
perubahan dalam tanah. Indikator mutu tanah akan menentukan kemampuan tanah untuk
memenuhi fungsinya.
Menurut Larson dan Pierce (1994) tiga fungsi tanah yang berhubungan erat dengan
mutu tanah adalah sebagai media pertumbuhan tanaman, mengatur dan membagi aliran air
melalui lingkungan dan bertindak sebagai penyaring lingkungan. Menurut Lel et al. (1997)
total logam berat dalam tanah sangat tergantung dari kandungan liat dimana kandungan
Co, Cu, Ni, Pb, dan Zn sekitar 96 % terdapat pada fraksi liat. Selanjutnya Chlopercka et al.
(1996) mendapatkan bahwa besarnya pencemaran Pb, Cd, dan Zn secara jelas dimodifikasi
oleh pH tanah. Pada pH< 5,6 kandungan Pb, Cd, dan Zn lebih banyak dalam bentuk dapat
dipertukarkan dibanding pada pH > 5,6.
Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan pencemaran logam berat yang
mencemari lingkungan sangat penting diketahui batas/nilai ambang logam. Nilai ambang
logam berat yang tercemar dalam tanah berbeda pada masing-masing negara. Namun ada
beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk tindakan reklamasi
lahan. Baku mutu produk atau hasil pertanian dari lahan pertanian yang tercemar sangat
diperlukan, agar aman bagi konsumen. Oleh karena batas kritis/ambang batas pencemaran
pada tanah, air, tanaman, dan produk pertanian belum ada atau belum ditetapkan untuk
kondisi Indonesia. Dalam Tabel 8 tertera ambang batas yang dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk mengingatkan telah terjadi pencemaran pada suatu daerah,
sehingga arahan penanggulangannya dapat ditetapkan. Hal untuk standarisasi mutu
lingkungan, agar lingkungan hidup terjaga terutama sungai dan lahan pertanian.

Anda mungkin juga menyukai