Anda di halaman 1dari 23

Makalah Termodinamika

Pemicu 1
Sifat PVT Senyawa Murni

Kelompok 11

Anisa Uswatun H (1506673315)


Fide1lis Ayodya Amba (1506746273)
Indra Kharisma P (1506746336)
Luh Putu Devina Ichasia Prawira (1506746355)
Muhammad Miftah Rafi (1506717872)

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Depok
2017
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan
dari pihak-pihak yang terlah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengentahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangan mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 19 Februari 2017

Penyusun
Pembahasan Pemicu

Topik 1
1. Audi suggested that after learning about topic #1, She did not forget to mention that water
is a very important fluid involved in many biological, chemical and physical processes.
She found two PVT diagrams shown below but could not be sure which diagram
represented water (H2O) in its three phases (ice, water, and water vapor). Could you help
her? Do you think the fact that ice floats in water could be used to select the right
diagram?

Jawab:
Kedua
diagram diatas
adalah diagram fase tiga dimensi atau biasa disebut diagram PVT. Diagram ini
menunjukkan nilai tekanan, volume spesifik, dan suhu dari suatu zat. Terdapat dua jenis
diagram PVT yaitu diagram PVT untuk zat yang berkontraksi ketika dibekukan
(ditunjukkan pada gambar kiri), dan diagram PVT untuk zat yang berekspansi
(mengembang) ketika dibekukan (ditunjukkan pada gambar kanan). Suatu zat dikatakan
berekspansi saat dibekukan jika zat tersebut mengalami pertambahan volume yang
ditandai dengan kenaikan volume spesifiknya. Dan suatu zat dapat dikatakan mengalami
kontraksi (menyusut) saat didinginkan jika zat tersebut mengalami penyusutan volume
yang ditandai dengan penurunan volume spesifiknya.
Diagram yang merepresentasikan air dalam tiga fasa ditujukkan dalam gambar kanan
yaitu zat yang akan mengembang ketika dibekukan. Pada dasarnya, setiap benda akan
berekspansi (memuai) ketika suhu benda bertambah dan akan menyusut ketika suhunya
berkurang. Air juga akan memuai ketika suhunya bertambah dan menyusut ketika
suhunya berkurang, akan tetapi hal tersebut tidak berlaku ketika suhu air berada dalam
0oC 4oC. Volume air akan bertambah saat didinginkan hingga 0 derajat Celcius, artinya
air akan mengembang (berekspansi) saat dibekukan. Karena massa jenis berbanding
terbalik dengan volume, maka volume bertambah dan massa tetap, massa jenis akan
berkurang. Dengan kata lain, massa jenis air yang membeku (es) lebih kecil dibandingkan
massa jenis air, sehingga es dapat mengapung di atas air walaupun es termasuk benda
padat. Gejala ini disebut dengan anomaly air.
Pada diagram PVT terdapat daerah fasa tunggal, yaitu daerah fasa solid, liquid, dan
vapor. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh dua dari sifat-sifat yaitu tekanan, volume
spesifik, dan suhu. Jika sebuah fase tunggal hadir maka sifat-sifat tersebut tidak
bergantung satu dengan yang lainnya. Fase yang terletak diantara fasa tunggal adalah
daerah dua fasa yang terbentuk dalam kesetimbangan cair-uap, padat-cair, dan padat-uap.
Dua fasa dapat terbentuk bersama-sama selama perubahan fasa seperti penguapan,
pelelehan, dan sublimasi. Tekanan dan suhu pada dua fasa saling ketergantungan, yaitu
salah satunya tidak bisa diubah tanpa perubahan yang lainnya. Dalam daerah tersebut,
penentuan fasa tidak dapat diyakinkan hanya dengan suhu dan tekanan sendiri, tetapi
harus ditentukan dengan volume spesifik dan keduanya, yaitu suhu atau tekanan. Tiga
fasa dapat terjadi / terbentuk dalam kesetimbangan sepanjang garis yang ditandai pada
diagram di atas dengan dengan nama triple line. Sebuah daerah dimana sebuah fasa mulai
untuk berubah dinamakan daerah saturasi. Daerah lengkungan / kubah pada gambar 2,
yang tersusun atas daerah fasa cair-uap, dinamakan vapor dome. Garis yang membatasi
vapor dome disebut garis saturated liquid dan saturated vapor. Titik puncak vapor dome,
dimana garis saturasi cair dan saturasi uap bertemu, dinamakan titik kritis

2. Audi start to collect more quantitative data. He mentioned, for example, that water freezes
at (or very close to) 0C. Andika also suggested that they are able to the explain shape of
the PVT surfaces, for example why the solid phase is very steep compared to the surfaces
of the other two phases. About the real-life behavior of water-ice-steam system, Andika
believes that the group should be able the explain the following phenomena:
why skaters could glide easily across ice wearing an ice-skating shoes, why shalllow
ponds are not completely filled with ice during heavy and long winter, why it takes longer
to boil eggs on Himalaya mountain compared to in the city of Jakarta (on similar cooking
utensils, amount of water, eggs, and heating conditions).

Jawab:
a. Skater meluncur diatas permukaan es
Fenomena ice skater yang dapat meluncur diatas es dapat dijelaskan melalui
konsep triple point pada air. Kemiringan yang negative pada garis perbatasan
padat-cair menyatakan bahwa dibagian kanan diagram, apabila tekanan diberikan
pada es maka es akan meleleh dan membentuk air. Seorang skater dapat meluncur
diatas es dengan mudah karena diakibatkan oleh tekanan badan skater
bertumpukan pada permukaan sepatu ice skating yang lancip. Seperti yang kita
ketahui bahwa semakin kecil luas permukaan maka akan dihasilkan tekanan yang
semakin besar. Prinsip dasar fase Gibbs menyatakan bahwa ketika tekanan
bertambah, maka akan terbentuk suatu fasa yang lebih padat, pada kasus ini
terbentuk air. Pada gambar dibawah ini dapat diamati bahwa terbentuk lapisan air
diantara ujung pisau sepatu ice skater dengan es dibawahnya. Lapisan air antara
permukaan sepatu ice skating dan es adalah permukaan yang dilalui skater saat
berskating yang dapat mengurangi gaya gesek antara sepatu skater dengan es
sehingga skater dapat dengan mudah meluncur diatas permukaan es

Gambar 1. Ilustrasi pisau sepatu ice skater

b. Kolam dangkal tidak terisi penuh oleh es


Fenomena kedua, yaitu fenomena dimana kolam air tidak penuh berisi es
ketika musim dingin. Pada umumnua, zat-zat akan memuai jika suhunya
meningkat dan menyusut jika suhunya menurun. Tetapi kesepakatan tersebut tidak
berlaku sepenuhnya untuk air, karena jika suhu air meningkat dari 0o C ke 4o C
maka air tidak memuai tetapi akan menyusut, dan jika suhu air turun dari 4 oC ke
0oC maka air akan memuai. Dan untuk suhu di atas 4 o C air kembali normal dan
sesuai kesepakatan di atas. Perilaku air inilah yang disebut anomali air.
Gambar 2. Anomali Air

Jika suatu zat menyusut maka volumenya menjadi lebih kecil dan massa
jenisnya (Perbandingan massa dan volum zat) menjadi lebih besar dibanding
ketika zat tersebut memuai. Dengan demikian massa jenis air terbesar berada pada
suhu 4oC. Sehingga pada kolam dangkal jika udara dingin menyerang, air di
permukaan menjadi dingin, air akan menyusut hingga massa jenisnya menjadi
besar, sedangkan air di dasar kolam masih hangat dan massa jenisnya lebih kecil
dari air permukaan, karenanya partikel-partikel air di permukaan turun ke bawah
dan partikel-partikel air di dasar danau naik ke atas. Kejadian tersebut berlangsung
bolak-balik karena suhu permukaan terus mendingin, hingga suhu air di danau
berada pada 4oC , pada suhu ini, massa jenis air terbesar sehingga air di dasar tak
dapat naik lagi ke atas dan tetap berada di dasar meskipun air permukaan
mendingin dan akhirnya air permukaan danau menjadi beku, dan tetap berada di
permukaan kolam. Jika tidak ada anomali air ini maka pertukaran partikel akan
terus berlangsung dan kolam beku total.

Gambar 3. Kolam pada saat musim dingin

c. Merebus telur di Himalaya


Fenomena selanjutnya yaitu ketika merebus telur di gunung Himalaya
membutuhkan waktu yang lebih lama daripada ketika di Jakarta. Hal itu
disebabkan titik didih air turun seiring dengan menurunnya tekanan atmosfer
(Patm). Titik didih air dipengaruhi tekanan udara, dan tekanan udara dipengaruhi
oleh ketinggian daratan. Semakin tinggi letak suatu tempat, makin rendah tekanan
udaranya, dan makin rendah pula titik didih airnya. Sehingga jika di pantai air
dapat mendidih pada suhu 100oC, maka di pegunungan Himalaya air mendidih
pada suhu 71oC. Saat telur direbus di Himalaya, air untuk merebus telur mendidih
pada 71oC dan suhunya akan konstan pada angka tersebut sampai seluruh air
menguap. Oleh sebab itu dibutuhkan waktu ekstra untuk merebus telur di gunung
karena suhu air mendidih di gunung tidak sepanas di Jakarta.

Grafik 2. Grafik hubungan ekstra waktu yang Grafik 1. Hubungan suhu ambient, ketinggian
dibutuhkan dan dengan ketinggian laut laut, dan suhu air

Topik 2
1. Determine the phase or phases in a system consisting of H2O at the following conditions
and sketch pv and Tv diagrams showing the location of each state: (5 bar, 151.9C); (5
bar, 200C); (200C, 2.5 Mpa).
Steam table atau tabel kukus merupakan tabel yang menunjukan properti dari air pada
suhu dan tekanan tertentu. Steam table yang biasa digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu
saturated table dan superheated table. Saturation table menyajikan nilai properti untuk
kondisi cairan dan uap jenuh. Saturation table ini memiliki dua macam, yaitu tabel suhu
(temperature table) karena suhu tercantum pada kolom pertama, dan tabel tekanan
(pressure table) karena tekanan tercantum pada kolom pertama. Selain suhu dan tekanan,
variabel yang terdapat pada tabel ini antara lain volume spesifik cairan jenuh (vf), volume
spesifik uap jenuh (vg), dan entalpi (h). Pada saturated table, kita hanya perlu meninjau
dari salah satu variabel saja antara suhu atau tekanan untuk mendapatkan nilai-nilai
properti steam lainnya seperti vf, vg, dan h.
Sementara superheated table merupakan tabel yang menyajikan nilai properti untuk
uap dalam kondisi superheat, yaitu berada pada bagian kanan-bawah dari garis
kesetimbangan cair-gas. Pada kondisi ini, suatu uap dapat memiliki tekanan yang
berbeda-beda pada satu suhu, demikian juga sebaliknya dapat memiliki suhu yang
berbeda-beda pada satu tekanan. Uap ini biasa disebut dengan steam. Pada kolom pertama
superheated table dicantumkan nilai untuk saturated steam kemudian dilanjutkan dengan
suhu yang lebih tinggi.
Saat kita menyelesaikan suatu permasalahaan, biasanya data yang diberikan tidak tepat
sama dengan data yang terdapat pada steam table. Untuk itu, kita harus melakukan
interpolasi dengan nilai yang berdekatan dengan data sehingga didapatkan nilai yang
akurat.

a. 5 bar, 151.9
Untuk mengetahui fasa dari cairan pada soal ini dapat dilakukan dengan membaca
steam table untuk tekanan 5 bar dan suhu 151.9 karena volume spesifik dan
grafik P-v serta T-vnya belum diketahui maka salah satu cara untuk menentukannya
adalah dengan membaca steam table.
Gambar 4. Saturated Water Steam
Table
(Rogers, G.F.C. and Mayhew, Y.R.
(2011) Thermodynamics and Transport Properties of
Fluids. 5th edn. Blackwell Publishing)

Pada tabel tersebut terlihat


bahwa ada kondisi dimana
pada tekanan 5 bar, suhunya
151.8 (mendekati angka soal). Sehingga dapat disimpulkan bahwa fasa yang
terjadi pada kondisi yang diberikan di soal adalah fasa saturated water-vapor atau
fasa air-uap jenuh. Berdasarkan hasil yang didapat penggambarannya dalam grafik P-
v dan T-v terdapat pada wilayah dua fasa (water-vapor region) dengan volume
spesifik sebesar 0.3748 m 3 /kg .

b. 5 bar, 200
Pada tabel saturated water di atas tidak terdapat properti uap untuk tekanan 5 bar dan
suhu 200 sehingga yang harus dilakukan adalah mencari data properti air pada
tabel superheated steam. Di dalam tabel superheated steam antara suhu dan tekanan
tidak saling berhubungan sehingga dapat ditemukan properti uap untuk tekanan 5 bar
dan suhu 200

Gambar 5. Superheated Steam


Table
(Rogers, G.F.C. and Mayhew, Y.R.
(2011) Thermodynam ics and Transport
Properties of Fluids. 5th edn. Blackwell
Publishing)

Dari tabel superheated steam di atas dapat dilihat bahwa pada tekanan 5 bar dan suhu
200 , volume spesifik gasnya adalah sebesar 0.4252 3
m /kg yang dimasa
volume spesifik tersebut ternyata lebih besar daripada volume spesifik pada tekanan
3
dan suhu saturasi air-uap yang hanya sebesar 0.3748 m /kg . Sehingga dapat
disimpulkan bahwa fasa dari cairan dengan tekanan 5 bar dan suhu 200 adalah
superheated steam.
c. 200 , 2.5 Mpa
Untuk mencari tau fasa dan properti dari air pada suhu 200 dan tekanan 2.5 Mpa
hal yang terlebih dahulu harus dilakukan adalah mengkonversi unit satuan dari tekanan
Mpa menjadi bar.

10 =25
1 Mpa
2.5 Mpa x
Setelah melakukan konversi satuan barulah dapat dilakukan pencarian volume spesifik
pada tekanan 25 bar dan suhu 200 . Pencarian volume spesifik pada 25 bar dan
200 tidak terdapat pada saturated water and steam table dan pada superheated
steam table karena untuk tekanan sebesar 25 suhu minimal pada keaadaan
saturasi adalah sebesar 223.75 . Karena suhu yang diminta pada soal adalah 200
dan dibawah suhu saturated maka fasanya adalah subcooled.

2. A pistoncylinder device contains 0.1 m3 of liquid water and 0.9 m3 of water vapor in
equilibrium at 800 kPa. Heat is transferred at constant pressure until the temperature
reaches 350C. What is the initial temperature of the water? Determine the total mass of
the water. Calculate the final volume. Show the process on a P-v and p-T diagram with
respect to saturation lines.
Diketahui : v l =0.1 m3
3
v v =0.9 m
P = 800 kPa
T final=350
Ditanya : T initial =? Total mass = ? Final Volume = ?
Jawab :
Mencari T initial dengan menggunakan saturated water and steam table karena
cairan berada dalam wilayah dua fasa
T initial = 170.4
Kondisi 1 : v l =0.1 m3
v g=0.9 m 3
P = 800 kPa
Phase = Saturated mixture
3
v g=0.2403 m /kg
v l =0.001115m3 /kg
volume
Massa =
volume spesifik
0.9m 3
M g= 3 = 3.745 kg
0.2403 m /kg
3
0.1 m
M l= 3 = 89.686 kg
0.001115m /kg

Massa Total = 3.745 kg + 89.686 kg = 93.431 kg


Kondisi 2: Phase = superheated steam
P = 800 kPa
T = 350
v g=0.3544 m3 /kg
93.431 kg
Final Volume = = 263.63 m3
0.3544 m3 /kg
Grafik P-v
Grafik P-T

3. Steam is contained
in a closed rigid
container with a volume of 1 m3. Initially, the pressure and temperature of the steam
are 7 bar and 500 , respectively. The temperature drops as a result of heat
transfer to the surroundings. Determine the temperature at which condensation first
occurs, in C, and the fraction of the total mass that has condensed when the pressure
reaches 0.5 bar. What is the volume, in m3 , occupied by saturated liquid at the final
state?
Diketahui : P1=7
; T 1 =500 C ; V =1 m3
Jawab :
Asumsi:
o Steam tersebut merupakan closed system
o Volume konstan
Dari yang diketahui, dapat ditentukan bahwa steam tersebut terjadi pada fasa
superheated.
Gambar 6. Superheated
Steam Table
(Rogers, G.F.C. and Mayhew,
Y.R.
(2011) Thermo dynamics and
Transport Properties of
Fluids. 5th edn. Blackwell
Publishing)

Dari Superheated Steam Table, dengan ketentuan tekanan 7 bar dan temperatur
500 , didapatkan nilai volume spesifik vapor, yaitu v g=0.5069 .
Dari asumsi yang diajukan, volume spesifik dapat dinyatakan sebagai konstan.
Maka, dari volume spesifik yang telah diketahui, dapat digunakan Saturated
Water and Steam Table untuk menentukan nilai suhu di mana kondensasi pertama
kali terjadi,
Gambar 7. Saturated Water Steam Table
(Rogers, G.F.C. and Mayhew, Y.R.
(2011) Thermodynamics and Transport Properties
of Fluids. 5th edn. Blackwell Publishing)

P (bar) T ( v g ( m3 /kg
3.5 138.9 0.5241
4.0 143.6 0.4623

Interpolasi:
0.52410.5069 138.9T
=
0.50690.4623 T 143.6
138.9T
0.386=
T 143.6
0.386 T 55.43=138.9T
T =140.2

Selanjutnya, menentukan fraksi dari massa total yang terkondensasi ketika


tekanan telah mencapai 0.5 bar
Gambar 8. Saturated Water Pressure Table
(Cengel, A. Yunus & Boles, A. Michael. (1989). Thermodynamics an Engineering Approach,
Third Edition. WCB/ McGraw-Hill: United States of America)

Dari Saturated Water-Pressure Table, didapatkan volume spesifik sat. liquid dan
sat. vapor pada kondisi tekanan 0.5 bar, yaitu v f =0.001030 dan
v g=3.2403

mf 2
Fraksimassa yang terkondensasi= =1x 2
m
v g 1v f 2 0.50690.00103
x 2= = =0.156
v g 2v f 2 3.2400.00103
Maka, fraksi massa yang terkondensasi adalah:
10.156=0.844

Selanjutnya, menentukan volume pada keadaan kedua (Tekanan = 0.5 bar).


Pertama, ditentukan dahulu massa total dari sistem,

V 1m3
m= =
v g 0.5069 m3 /kg

1.973 kg
lalu, menggunakan massa total, dapat ditentukan volume liquid pada keadaan
kedua,
V f 2 =m v f 2
1.973 kg 0.00103 m3 /kg
V f 2 =0.00203 m3

Sketsa diagram P-v untuk soal di


atas.

Topik 3
1. Narji is reponsible to explain phase diagram of a substance other than water. Help him
find out the reasons why dry ice (solid CO 2) is used to keep ice cream stays cold and not
melt? Use the following PT diagram of CO2.
Jawaban:
Gambar 9. Diagram P-T untuk Karbondioksida
(Sumber: http://www.science.uwaterloo.ca/~cchieh/cact/c123/phasesdgm.html)

Diagram P-T atau yang juga disebut diagram fase adalah diagram yang
menyatakan hubungan antara suhu dan tekanan dengan fase zat. Diagram fase
menyatakan batas-batas suhu dan tekanan dimana suatu bentuk fase dapat stabil.
Dry ice yang merupakan karbondioksida beku memiliki diagram P-T yang
berbeda dengan senyawa atau gas lainnya. Pada diagram fase karbondioksida, posisi
triple point berada diatas tekanan atmosfer (1 atm). Hal tersebut menyebabkan sulitnya
mendapatkan karbondioksida fase liquid pada tekanan kurang dari 5,11 atm. Selain itu,
pada kondisi tekanan 1 atm, karbondioksida akan menyublim pada temperature -78 oC
sesuai pada gambar diagram fase di atas. Penjabaran di atas adalah alasan bahwa
karbondioksida fase padat dikenal dengan nama dry ice karena kita tidak bisa
mendapatkan karbondioksida fase liquid pada kondisi normal (1 atm), tetapi kita hanya
bisa mendapatkan fase solid dan gas. Sehingga sifat karbondioksida padat ini
dimanfaatkan oleh industri es krim yang bertujuan menghasilkan produk tetap dingin dan
beku meskipun berada pada kondisi tekanan normal yang berhasil menunda pencairan es
krim secara menyeluruh ketika dikeluarkan dari freezer.

2. Gading agree with Narji and say that Carbon dioxide gas enters a pipe at 3 MPa and 500
K at a rate of 2 kg/s. CO2 is cooled at constant pressure as it flows in the pipe and the
temperature CO2 drops to 450 K at the exit. Help him to determine the volume flow rate
and the density of carbon dioxide at the inlet and the volume flow rate at the exit of the
pipe using (a) the ideal-gas equation and (b) the generalized compressibility chart. Also,
determine (c) the error involved in each case. (d) Explain why a compound can follow
the corresponding state of 2 parameters and the corresponding state of 2 parameters and
why using the curve ln (Pr) vs Tr?
a. Menghitung laju alir volume dan densitas pada inlet dan laju alir volume pada
exit dari sebuah pipa menggunakan persamaan gas ideal
Diketahui: P1= 3 MPa P2= 3 MPa
T1= 500 K T2= 450 K
m = 2 kg/s
Jawab:
Persamaan Gas Ideal:

PV =nRT

Laju Alir Volume pada Inlet:


nRT
V=
P
mRT

PM
2 103 8.314 500
6
3 10 44
3
0.06298 m /sec

Densitas pada Inlet:


m PM
= =
V RT
3 106 44

8.314 500
3
31753.6 g /m
3
31.75 kg/m

Laju Alir Volume pada Exit:


nRT
V=
P

mRT

PM
2 103 8.314 450

3 10 6 44
0.0567 m 3 /sec
b. Menghitung laju alir volume masukan dan densitas menggunakan generalized
compressibility factor correlation
Dari Appendix B halaman 655 buku Chemical Engineering Thermodynamics Sixth
Edition, diketahui nilai Tc dan Pc karbon dioksida.
Tc=304,2 K Pc=73,83 7383 Pa
Maka dapat dihitung nilai Tr dan Pr-nya
T 500 K
Tr= = =1,64 1,60
Tc 304,2 K
P 3000 Pa
Pr = =0,4
Pc 7383 Pa
Pada Tr dan Pr tersebut, sesuai dengan tabel E.1 halaman 668
0 1
Z = 0,9714 , Z =0,033 0 dan =0,224
Maka
Z =Z 0 + Z 1
Z =0,9714+(0,224 x 0,0330)
Z =0,978
Volume ZRT massa 1
= x x
waktu P waktu Mr
m3 Pa
0,978.8,314 .500 K
Volume mol K g 1
= x 2000 x mol /g
waktu 3000 Pa s 44
Volume 3
=61,59 m /s
waktu
massa/waktu
=
volume/waktu
2000 g /s
=
61,59 m3 /s
=32,47 g /m3
Menghitung laju alir volume keluaran pipa menggunakan generalized
compressibility factor correlation
V 1 / waktu V 2 /waktu
=
T1 T2
3
61,59 m / s V / waktu
= 2
500 450
V2
=55,43 m3 /s
waktu

c. Menghitung error dari setiap kasus


Kasus 1 Laju alir volume masukan
|62,9861,59|
%error= 100
61,59
%error=2,25
Kasus 2 Densitas masukan
|31,7532,47|
%error= 100
32,47
%error=2,22

Kasus 3 Laju alir volume keluaran


|56,6855,43|
%error= 100
55,43
%error=2,25

d. Menjelaskan mengapa suatu senyawa dapat mengikuti keadaan yang sesuai dari
2 parameter dan mengapa menggunakan kurva ln (Pr) vs Tr

Pada dasarnya prinsip keadaan 2 parameter merupakan suatu persamaan


yang diperkenalkan oleh J.D van der Waals pada tahun 1873 untuk memodifikasi
persamaan gas ideal yang notabenenya merupakan suatu idealisasi dari keadaan yang
sebenarnya. Persamaan ini memuat dua parameter yaitu a dan b seperti pada
persamaan dibawah :
RT a
P=
V b V 2

Konstanta a dan b nilainya positif, saat nilai-nilai konstanta ini sama


dengan nol, maka persamaan akan kembali berubah menjadi persamaan gas ideal.
Konstanta a dan b nilainya berbeda untuk masing-masing fluida, persamaan ini dapat
digunakan untuk mengkalkulsasi nilai P sebagai fungsi dari V untuk berbagai nilai T.
Basis untuk teorema prinsip keadaan 2 parameter berbunyi:

Seluruh fluida, apabila dibandingkan pada temperatur tereduksi


(Tr) dan tekanan tereduksi (Pr) yang sama, kira-kira akan memiliki
faktor kompresibilitas yang nilainya sama dan semuanya akan
berdeviasi terhadap sifat gas ideal dengan derajat yang hampir
sama.

Tetapi pada kenyataannya, tidak semua gas memiliki sifat yang sama
meskipun telah diberi prinsip keadaan 2 parameter. Sehingga, Pitzer membuat sebuah
persamaan untuk mengukur deviasi dari zat sehubungan dengan dua prediksi
parameter yang sesuai. Ia memutuskan untuk menggunakan gas mulia sebagai dasar
untuk perbandingan. Menganalisis data tekanan uap untuk gas mulia, Pitzer
menunjukkan bahwa nilai log Pr = - 1 itu dicapai di nilai Tr = 0,7. Pitzer membuat
faktor asentrik untuk menghitung deviasi dari senyawa lain apabila dibandingkan
dengan gas mulia untuk memprediksi corresponding states dari senyawa tersebut.
Faktor asentrik dapat dihitung dengan rumus

Pr
()Tr =0.71
=log 10

Gas mulia memiliki nilai faktor asentrik sebesar 0 karena mereka


merupakan referensi yang digunakan untuk menentukan deviasi tersebut. Pitzer
menyatakan bahwa senyawa yang memiliki nilai faktor asentrik, tekanan reduksi, dan
temperatur reduksi akan memiliki sifat yang mirip.

Daftar Pustaka

Rogers, G.F.C. and Mayhew, Y.R. (2011) Thermodynamics and Transport Properties of
Fluids. 5th edn. Blackwell Publishing.
Moran, Michael J., Howard N. Shapiro. 2010. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics. 6th ed. Asia: John Wiley & Sons Pte Ltd
Himmelblau, David Mautner. 1996. Basic Principles and Calculations in Chemical
Engineering 3th ed. New Jersey: Prentice Hall PTR.
Smith, J.M.,H.C.van Ness, and Abbott, M.M., "Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics", 5th ed., McGraw-Hill, 1996.
Anonim. 2012. Boiling an Egg dalam http://newton.ex.ac.uk (Diakses 17 Februari 2017,
pukul 21.40)
Cengel, A. Yunus & Boles, A. Michael. 1989. Thermodynamics an Engineering Approach,
Third Edition. WCB/ McGraw-Hill: United States of America.
Clark, Jim. 2004. Phase Diagrams of Pure Substances. [ONLINE]. Available at:
http://www.chemguide.co.uk/physical/phaseeqia/phasediags.html [Diakses 20 Feb.
2017].
Adewumi, Michael. 2016. Acentric Factor and Corresponding States. [ONLINE]. Available
at: https://www.e-education.psu.edu/png520/m8_p3.html [Diakses 20 Feb. 2017].

Anda mungkin juga menyukai