LUKA BAKAR
Berat ringannya suatu luka bakar (LB) tergantung pada keadaan jaringan yang terbakar
serta intensitas trauma panas. Kulit yang tebal, berpigmen banyak dan banyak
mempunyai kelenjar sebasea akan lebih tahan terhadap trauma panas dibanding dengan
kulit yang tipis dan kering. Jaringan di bawahnya akan menerima rambatan panas yang
serupa. Kandungan air dalam jaringan dan kaya tidaknya jaringan akan aliran darah
merupakan faktor penting.1
Di Amerika, luka bakar adalah penyebab ketiga kematian akibat kecelakaan setelah
kecelakaan kendaraan bermotor dan senjata api. Setiap tahun kira-kira 1,25 juta orang
dengan luka bakar datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Sebagian besar menderita
luka bakar ringan dan mendapat pertolongan pertama di IGD dan sisanya menderita luka
bakar yang luas sehingga perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit.2
Gawat darurat dan penatalaksanaan awal luka bakar merupakan bagian terpenting dari
perawatan keseluruhan, terutama bila lukanya luas dan kemungkinan melibatkan
beberapa pembedahan.2 Sebelum dilakukan manajemen terhadap luka bakar, pasien harus
dievaluasi secara tepat dan lengkap. Evaluasi ini meliputi jalan napas, pertukaran udara
dan stabilitas sirkulasi. Selain itu juga harus diketahui mekanisme terjadinya luka bakar,
ada tidaknya gangguan inhalasi, luka bakar pada kornea dan intoksikasi karbon
monoksida.2
Jenis LB yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibanding cedera oleh sebab lain. 4
A. Definisi
Luka bakar (LB) adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak langsung
dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi.5
Sengatan matahari bagi kita tidaklah merupakan masalah besar dan jarang terjadi. Luka
bakar akibat kobaran api dan jilatan api sering terjadi pada orang dewasa sedangkan bayi
dan anak-anak lebih sering tersiram air panas. 1
Kecelakaan akibat kompor / petromak yang meledak, drum, karbit meledak, kobaran api
pada tangan yang dicuci dengan bensin dan lain-lain sering terjadi. Minyak panas dan
benda-benda panas sering menjadi sumber penyebab luka bakar pada ibu-ibu rumah
tangga. Penelitian di Belanda menunjukkan 70 %, kejadian luka bakar terjadi di
lingkungan rumah tangga, 25% di tempat industri dan kira-kira 5% akibat kecelakaan lalu
lintas.1
Usia rata-rata penderita luka bakar yang memerlukan perawatan di RS adalah 26,8 tahun
dan umumnya pria (74,7%).1
Luas luka bakar dinyatakan sebagai presentase terhadap luas permukaan tubuh. Untuk
menghitung secara cepat dipakai Rule of Nine dari Wallace. Perhitungan cara ini hanya
dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang
berbeda. Untuk keperluan pencatatan medis, dapat digunakan kartu luka bakar dengan
cara Lund and Browder. 6,7
1. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan Rule of Nine oleh Polaski dan Tennison
dari Wallace :
Pada keadaan darurat dapat digunakan cara cepat yaitu dengan menggunakan luas telapak
tangan penderita. Prinsipnya yaitu luas telapak tangan = 1% luas permukaan tubuh.
2. Perhitungan luas luka bakar menurut Linch dan Blocker (Rumus 10) untuk bayi:
a. Kepala: 20%
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Anterior 13 13 13 13 13 13
tubuh
Posterior 13 13 13 13 13 13
tubuh
Genitalia 1 1 1 1 1 1
Lengan atas 4 4 4 4 4 4
kanan
Lengan atas 4 4 4 4 4 4
kiri
Lengan 3 3 3 3 3 3
bawah kanan
Lengan 3 3 3 3 3 3
bawah kiri
Telapak 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
tangan kanan
Penderita luka bakar dapat digolongkan berdasarkan dalamnya jaringan yang terbakar.
Klasifikasi ini selalu dikaitkan dengan luas permukaan tubuh yang terbakar dan kita kenal
sebagai derajat luka bakar. Derajat luka bakar ditentukan oleh kedalaman jaringan tubuh
yang rusak oleh trauma panas dan tergantung oleh 2 faktor berikut : 1
Jaringan yang tidak mampu merambatkan panas akan menderita kerusakan hebat
(nekrosis) sebaliknya jaringan yang dapat meneruskan panas ke jaringan sekitarnya yang
cukup mengandung air akan cepat menurunkan suhu sehingga kerusakan bisa lebih
ringan. 1
Bagan
- Merah
- Kering
II Sebagian Sakit Hiperalgesi 7 14 hari Normal,
Dangkal dermis, merah/kuning, atau normal pucat,
folikel, basah, bula berbintik
rambut dan
kelenjar
keringat utuh
II Hanya Sakit Hipoalgesi 14 31 hari Pucat,
Dalam kelenjar merah/kuning, depigmen-tasi,
keringat basah, bula rata,
yang utuh mengkilat,
rambut (-),
cicatrix,
hipertropi
III Dermis Tidak sakit, Analgesi 21 hari Cicatrix,
seluruhnya putih, coklat, persekun-damhipertropi
hitam, kering
Untuk keperluan klinik terdapat juga klasifikasi yang didasari ketebalan luka, kerusakan
kulit dan perlu tidaknya penderita luka bakar mendapat perawatan intensif, yaitu : 1
Karena luka bakar sangat bervariasi baik mengenai luas permukan tubuh maupun
dalamnya jaringan yang terbakar, maka perlu ditetapkan keadaan-keadaan yang
memerlukan perawatan dan pengobatan di Rumah Sakit. Dalam hal ini dapat dipakai
patokan sebagai berikut: 1
c. Luka bakar dengan komplikasi pada saluran nafas, fraktur, trauma jaringan lunak yang
hebat.
2. Luka bakar sedang (perlu dirawat di RS untuk mendapat pengobatan yang baik,
biasanya tak seintensif luka bakar berat)
c. Derajat III < 10% yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, mata, telinga, dan
anogenital.
a. Derajat I
Pada luka bakar terjadi perubahan mikrosirkulasi kulit dan terbentuk edema. Trauma
panas menghasilkan perubahan karakteristik pada daerah yang terbakar, yaitu zone
dengan sel-sel mati sehingga sifatnya irreversible (zona koagulasi) dan daerah paling luar
yang memperlihatkan hiperemia dimana kerusakan sel sangat minim dan paling dini
menunjukkan perbaikan (zona hiperemia). Diantara keduanya terdapat zona statis dengan
gangguan pada sel dan sirkulasi darah yang bersifat sementara. Tetapi zona statis ini
sangat potensial untuk menjadi luka yang lebih luas dan lebih dalam sehingga mengenai
seluruh tebal kulit karena kondisi sel-selnya sangat peka terhadap infeksi dan kekeringan
yang menimbulkan kematian sel.
Dengan penanganan luka bakar yang adekuat akan memberikan kesempatan kepada
pembuluh darah untuk menghilangkan sludging (pengendapan partikel padat dari cairan)
dan hipoksia jaringan tidak berlarut-larut.3
1. Perubahan Fisiologi
Cedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sampai syok,
yang dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut, dan disfungsi serebral. Kondisi-
kondisi ini dijumpai pada fase awal ( akut atau syok) yang biasanya berlangsung sampai
72 jam pertama.3
Pada luka bakar timbul beberapa macam gangguan fisiologi yang akut, antara lain:
a. Gangguan Cairan
Terjadi perpindahan cairan dan elektrolit dari intravaskular ke ekstra vaskular dan
penguapan air yang berlebihan melalui permukaan kulit yang rusak.
Cairan dalam darah dan cairan ekstra sel dari bagian tubuh yang tidak terbakar pindah
tempat masuk ke dalam bagian tubuh yang mengalami edema dan ke dalam bula untuk
kemudian sebagian melalui kulit yang rusak. Ini menjelaskan bahwa pada syok luka
bakar selain hipovolemia juga terjadi kekurangan cairan ekstra sel dalam jaringan yang
sehat sehingga terjadi gangguan metabolisme sel yang memperberat syok.10
Insensible Loss
Perubahan pada fungsi ini, pada posisi anterior bersifat neurogen dan tidak jelas apakah
dipengaruhi oleh rangsangan metabolik. Sistem saraf simpatis terangsang akibat trauma
yang cukup lama. Pengaruh perubahan pola produksi dan sekresi berbagai hormon
mengakibatkan adanya perubahan metabolik dalam jaringan.1
d. Gangguan Imunologi
F. Penatalaksanaan
Penalataksanaan dan penanganan awal luka bakar berjalan simultan mengikuti kaidah
standar Advanced Trauma Life Support dari Komite Trauma American College of
Surgeons. Pada survei primer dinilai dan ditangani A, B, C dan D penderita. 9
A (Airway) : Jalan nafas, adalah sumbatan jalan atas (larinx, pharinx) akibat cedera
inhalasi yang ditandai kesulitan bernafas atau suara nafas yang berbunyi (stridor
hoarness). Kecurigaan dibuat bila ditemukan oedem mukosa mulut dan jalan nafas,
ditemukan sisa-sisa pembakaran di hidung atau mulut dan luka bakar mengenai muka
atau leher. Cedera ini harus segera ditangani karena angka kematiannya sangat tinggi.
C (Circulation) : Status volume pembuluh darah. Keluarnya cairan dari pembuluh darah
terjadi karena meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (jarak antara sel endotel
dinding pembuluh darah). Bila disertai syok (suplai darah ke jaringan kurang),
tindakannya adalah atasi syok lalu lanjutkan resusitasi cairan.
1. Penanganan
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan
infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan
elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut. 10
1). Tidak panik, untuk memudahkan tindakan selanjutnya pertolongan diberikan untuk
mengurangi akibat yang terjadi kemudian.
- mengurangi nyeri
- mengurangi oedem
Analgetik dapat diberikan secara oral atau suntikan (morfin / petidin) dan meletakkan
bagian yang terbakar pada posisi yang lebih tinggi.
Jalan nafas diperiksa, bila dijumpai obstruksi jalan nafas, lakukan pembersihan dan
pemberian O2.
Pemasangan infus dilakukan untuk mencegah shock. Luka bakar kurang dari 30%
diberikan 500 ml RL/jam, luka bakar lebih dari 30% diberikan 100 ml RL/jam. Pada luka
bakar > 30% biasanya fungsi usus menjadi tidak baik sehingga cairan tidak diserap dan
mengakibatkan perut menjadi kembung.
Luka bakar sebaiknya jangan diberi bahan-bahan yang kotor dan sukar larut dalam air
seperti mentega, kecap, telur atau bahan yang lengket misalnya kapas. Luka ditutup
dengan kain bersih. Jika ada bula, jangan dipecahkan karena merupakan pelindung
sementara sebelum dilakukan perawatan luka di rumah sakit.
1). Melakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi,
yaitu :
b). Bila dijumpai obstruksi, jalan nafas dibuka dengan pembersihan, bila perlu
tracheostomi atau intubasi.
d). Pasang IV line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok.
f). Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik.
g). Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP) untuk pemantauan sirkulasi darah.
2). Resusitasi cairan
Periksa cidera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan adanya
cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan
yang diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada luka
bakar derajat II atau III dengan luas > 25%, atau bila pasien tidak dapat minum. Terapi
cairan dihentikan bila masukan oral dapat menggantikan parenteral. Tiga cara yang lazim
digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar yaitu : metode
Evans, metoda Brook dan metoda Baxter. 7,8,4
Cairan diberikan dalam tetes merata. Cara menghitung tetes, dipakai rumus :
g=
Qx3
Keterangan :
24 jam I
- Separuh kebutuhan jumlah cairan 24 jam I diberikan dalam 8 jam I (dihitung mulai saat
kejadian luka bakar).
Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sekurang-
kurangnya 1 ml/kgBB/jam.
1). Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan secara
iv. Hati-hati dengan pemberian IM (akibat sirkulasi yang terganggu akan terjadi
penimbunan di dalam otot). 10,8
2). Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan
melakukan debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak
khusus yang mengandung larutan antiseptik (lokal) Betadine atau nitras argenti
0,5%.
3). Pemberian antibiotika pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan
mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Silver nitrate 0,5%, mafinide asetate 10%, silver
sulfadiazin 1%, atau gentamisin sulfat. 8,4
4). Balut luka dengan menggunakan kasa gulung kering dan steril.
1). Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10% pada anak atau > 15%
pada orang dewasa.
2). Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat.
3). Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata,
tangan, kaki atau perineum. 10,8
1. Perawatan Luka
Dikenal dua cara merawat luka :
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu
terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya bila
digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan
keluargapun merasa kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor.
Perawatan terbuka ini memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif.
Keadaan luka harus diamati beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik untuk merawat luka
bakar yang dangkal. Untuk luka bakar derajat III dengan eksudasi dan pembentukan pus
harus dilakukan pembersihan luka berulang-ulang untuk menjaga luka tetap kering.
Penderita perlu dimandikan tiap hari, tubuh sebagian yang luka dicuci dengan sabun atau
antiseptik dan secara bertahap dilakukan eksisi eskar atau debridement.
2. Tindakan Bedah
Tindakan bedah selanjutnya pada penderita luka bakar yang dapat melewati fase aktif
adalah eksisi dan penutupan luka. Hal ini sangat penting bila ingin menghindarkan
kematian oleh sepsis dan akibat-akibat hipermetabolisme yang sulit diatasi. Eksisi eskar
dilakukan secara tangensial. Seluruh jaringan nekrotik dibuang, bila perlu sampai fascia
atau lebih dalam.
4. Terapi Suportif
50 60% KH
30 30% lemak
Pemeriksaan laboratorium
G. Komplikasi
Infeksi. Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat
mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk
kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya
tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings berat demi
kepentingan penyelamatan jiwa penderita.
Curlings ulcer (ulkus Curling). Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada
hari ke 510. Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai
hematemesis. Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang
hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di
duodenum.
Gangguan Jalan nafas. Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul
pada hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan
dengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian
kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
Konvulsi. Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin,
aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
Komplikasi luka bakar yang lain adalah timbulnya kontraktur dan gangguan kosmetik
akibat jaringan parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat
mengganggu fungsi dan meyebabkan kekakuan sendi sehingga memerlukan program
fisioterapi yang intensif dan tindakan bedah. 4
H. Prognosis
Morbiditas dan mortalitas penderita luka bakar berhubungan dengan luas luka bakar,
derajat luka bakar, umur, tingkat kesehatan, lokalisasi luka bakar, cepat lambatnya
pertolongan yang diberikan dan fasilitas tempat pertolongannya.4
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah akibat jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan
menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetis yang jelek sekali terutama
bila parut tersebut berupa keloid. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi yang
intensif dan kontraktur memerlukan tindakan bedah.
Pada cacat estetik yang berat mungkin diperlukan ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan
rasa percaya diri penderita, dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekonstruksi terutama
jika cacat mengenai wajah atau tangan.
Bila luka bakar yang merusak jalan nafas akibat inhalasi, dapat terjadi atelektasis,
pneumonia atau insufisiensi fungsi paru pasca trauma.2,4