Anda di halaman 1dari 9

REFERAT

PERUBAHAN SENDI PADA LANSIA

Penyaji:
Dyanti Warrahmah D.
I1111007

Narasumber:
dr. Achamadi Eko Sugiri, Sp.PD

SMF GERIATRI RSUD ADE MOHAMAD DJOEN


SINTANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017

1
Tugas Tambahan

2.3.7. Tatalaksana dan Pencegahan


A. Osteoartritis4
Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan
gejala OA, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan dalam
pergerakan sendi, serta memperlambat progresi osteoartritis. Spektrum
terapi yang diberikan meliputi fisioterapi, pertolongan ortopedi,
farmakoterapi, pembedahan, rehabilitasi.

a. Terapi konservatif
Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien,
pengaturan gaya hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus
mengurangi berat badan, jika memungkinkan tetap berolah raga (pilihan
olah raga yang ringan seperti bersepeda, berenang).

b. Fisioterapi
Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur,
transverse friction (tehnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan
stimulasi otot, elektroterapi.

c. Pertolongan ortopedi
Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu
yang bagian dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga
digunakan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi

d. Farmakoterapi
Acetaminopen
Merupakan first line terapi untu mengobatai nyeri akibat OA pada orang tua,
yang efisien juga aman. Bekerja secara cebtra dengan menurunkan aktifitas
prostaglandin dan bekerja secara perifer dengan mengurangi transmisi dari
nyeri.

Analgesik / anti-inflammatory agent.

2
COX-2 memiliki efek anti inflamasi spesifik. Keamanan dan kemanjuran
dari obat anti inflamasi harus selalu dievaluasi agar tidak menyebabkan
toksisitas.

Contoh: Ibuprofen : untuk efek antiinflamasi dibutuhkan dosis 1200-


2400mg sehari.

Naproksen : dosis untuk terapi penyakit sendi adalah 2x250-375mg


sehari. Bila perlu diberikan 2x500mg sehari.

Glucocorticoids
Injeksi glukokortikoid intra artikular dapat menghilangkan efusi sendi
akibat inflamasi.

Contoh: Injeksi triamsinolon asetonid 40mg/ml suspensi


hexacetonide 10 mg atau 40 mg.

- Asam hialuronat

- Kondroitin sulfat

- Injeksi steroid seharusnya digunakan pada pasien dengan diabetes


yang telah hiperglikemia.

Setelah injeksi kortikosteroid dibandingkan dengan plasebo, asam


hialuronat, lavage (pencucian sendi), injeksi kortikosteroid dipercaya
secara signifikan dapat menurunkan nyeri sekitar 2-3 minggu setelah
penyuntikan.

e. Pembedahan
- Artroskopi merupakan prosedur minimal operasi dan
menyebabkan rata infeksi yang rendah (dibawah 0,1%). Pasien
dimasukkan ke dalam kelompok 1 debridemen artroskopi, kelompok 2
lavage artroskopi, kelompok 3 merupakan kelompok plasebo hanya dengan

3
incisi kulit. Setelah 24 bulan melakukan prosedur tersebut didapatkan hasil
yang signifikan pada kelompok 3 dari pada kelompok 1 dan 2.

- Khondroplasti : menghilangkan fragmen kartilago. Prosedur ini digunakan


untuk mengurangi gejala osteofit pada kerusakan meniskus.

- Autologous chondrocyte transplatation (ACT)

- Autologous osteochondral transplantation (OCT)

f. Pencegahan2,3
Osteoartritis dapat dicegah dengan beberapa langkah, antara lain :
1. Menghindari setiap faktor risiko, misal mencegah obesitas
2. Istirahat atau proteksi terhadap sendi yang terkena
3. Olah raga yang tepat untuk membantu mempertahankan kesehatan tulang
rawan, meningkatkan daya gerak sendi dan kekuatan otot-otot
disekitarnya sehingga otot dapat menyerap benturan dengan lebih baik
4. Menjaga berat badan agar senantiasa dalam kondisi seimbang
5. Menjaga pola makan dan minum (diet) agar selalu baik dan seimbang
sehingga pertumbuhan sendi dan tulang rawan sempurna dan normal
6. Berdiri, berjalan, mengangkat barang harus pada posisi yang benar
7. Senantiasa berhati-hati agar terhindar dari berbagai kecelakaan yang
mengakibatkan sendi rusak
8. Dianjurkan menggunakan kursi dengan sandaran keras, kasur yang tidak
terlalu lembek dan tempat tidur yang dialas dengan papan
9. Menekan lembut dengan hati-hati pada bagian yang bengkak dan kaku
sambil memberi terapi pemanasan sederhana dengan minyak oles atau
krim balsem
10. Untuk nyeri pada jari tangan, dianjurkan merendam tangan dalam
campuran parafin panas dengan minyak mineral pada suhu 45-520C atau
mandi dengan air hangat.

B. PMR dan GCA5


Pasien dengan PMR dan GCA harus diberikan treatment dengan
menggunakan steroid, baik secara oral maupun intramuscular. Dosis yang
disarankan untuk penggunaan steroid adalah Prednisolone 15 mg per hari untuk 3
minggu, dilanjutkan dengan 12,5 mg per hari untuk 3 minggu, dan 10 mg perhari

4
untuk 4-6 minggu berikutnya. Penggunaan prednisolone jangka panjang tiap 4-8
minggu dosisnya harus diturunkan sebanyak 1 mg, atau alternatif lain
menggunakan 7,5mg/10 mg untuk hari tertentu. 5

Penggunaan Methylprednisolone secara IM pada kasus yang lebih ringan


dan apat menutunkan komplikasi dari penggunaan steroid itu sendiri. Dosis
Methyil prednisolone IM adalah dosis inisiasi sebanyak 120 mg 3-4 minggu,
diturunkan 20 mg tiap 2-3 minggu. Durasi terapi steroid biasanya digunakan
dalam 1-3 tahun. Penggunaan pelindung tulang sangat direkomendasikan pada
inisiasi steroid pada PMR untuk mencegah terjadinya osteoporosis. Caranya bisa
dengan konsumsi bisphosphonate dengan suplemen kalsium dan vitamin D.

C. Gout6
Terapi nonmedikamentosa

Kondisi yang terkait dengan hiperurisemia adalah diet kaya purin,


obesitas, serta sering meminum alkohol. Purin merupakan senyawa yang akan
dirombak menjadi asam urat dalam tubuh, sehingga diet purin merupakan cara
terbaik dalam pengobatan asam urat. Penanganan gout arthritis secara non
medikamentosa adalah memberikan edukasi, pengaturan diet dan istirahat sendi.
Pengaturan diet seharusnya rendah lemak dan protein. Sebuah penelitian pada
tahun 2004 menjelaskan bahwa daging sapid dan seafood sangat meningkatkan
resiko terjadinya gout. Namun sayur-sayuran tinggi purin seperti asparagus,
blumkol, bayam tidak meningkatkan resiko gout. Susu dan keju dapat
menurunkan secara signifikan kemungkinan terjadinya gout. Konsumsi dua atau
lebih softdrink tiap harinya mempunyai resiko 85% lebih tinggi terjadi gout
dibandingkan dengan yang minum satu kaleng tiap bulan. Ini karena softdrink
mengandung kadar pemanis yang tinggi (Fructose corn syrup), yang akan
mengakibatkan hiperurikemi dalam darah.

Terapi medikamentosa

5
Terapi pada gout biasanya dilakukan secara medik ( menggunakan obat-
obatan ). Medikamentosa pada gout termasuk :

Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs).

NSAIDs dapat mengontrol inflamasi dan rasa sakit pada penderita gout
secara efektif. Efek samping yang sering terjadi karena NSAIDS adalah iritasi
pada sistem gastroinstestinal, ulkerasi pada perut dan usus, dan bahkan
pendarahan pada usus. Penderita yang memiliki riwayat menderita alergi terhadap
aspirin atau polip tidak dianjurkan menggunakan obat ini. Contoh dari NSAIDs
adalah indometasin. Dosis obat ini adalah 150-200 mg/hari selama 2-3 hari dan
dilanjutkan 75-100 mg/hari sampai minggu berikutnya.

Colchicine.
Merupakan pilihan utama dalam pengobatan maupun pencegahan dengan
dosis lebih rendah. Colchicine mengontrol gout secara efektif, tetapi seringkali
membawa efek samping, seperti nausea, vomiting and diare. Colchicine
diberikan secara oral, dan diberikan setiap 1 sampai 2 jam dengan dosis
maksimal 6mg hingga adanya peningkatan yang lebih baik pada kondisi pasien.
Efek samping yang sering terjadi adalah diare. Pada pengobatan gout, colchicine
digunakan bila penderita tidak dapat menggunakan NSAIDs. Pada pasien yang
tidak dapat menelan bisa diberikan intravena dengan dosis 2-3 mg/hari,
maksimal 4 mg. Hati-hati karena potensi toksisitas berat. Hasil dari obat ini
sangat baik bila diberikan secepatnya setelah serangan.
Kolkisin dan OAINS tidak dapat mencegah akumulasi asam urat, sehingga
tofi, batu ginjal,dan artritis gout menahun yang destruktif dapat terjadi setelah
beberapa tahun.

Steroids.
Steroids biasanya berbentuk pil atau dapat pula berupa suntikan yang
lansung disuntikkan ke sendi penderita. Efek samping dari Steroids antara lain
penipisan tulang, susah menyembuhkan luka dan juga penurunan pertahanan

6
tubuh terhadap infeksi. Steroids digunakan pada penderita gout yang tidak bisa
menggunakan NSAIDs ataupun colchicines.

B. Pencegahan Gout6
Pencegahan Primer
a. Pendidikan kesehatan
Usaha pencegahan serangan gout pada umumnya adalah dengan
menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi pencetus serangan, sehingga kita
harus mengetahui makanan yang dapat memperbesar terjadinya risiko asam urat
misalnya latihan fisik berlebihan, stress dan makanan yang mengandung purin
berlebih seperti daging, jeroan (ginjal, hati), bahkan ikan asin. Meskipun penderita
asam urat yang telah sakit berulang dapat di cegah dengan pemberian obat tetapi
penderita harus mengurangi makanan berlemak, dan alkohol dapat memperkecil
serangan gout. Untuk yang masyarakat sehat yang bukan penderita gout
seharusnnya mereka mengontrol makanan yang dikonsumsinya sehingga dapat
memperkecil terjadinya serangan gout. Mengenali makanan yang mengandung
kadar purinnya amat tinggi, sedang dan rendah, maka kita dapat mengontrol
asupan purin seminimal mungkin. Adapun klasifikasi makanan berdasarkan kadar
purinnya yaitu :
1. Makanan kadar purin tinggi (150-180 mg/100 gram), misal: jeroan (hati, ginjal,
jantung, limpa ,paru, otak dan saripati daging).
2. Makanan kadar purin sedang (50 150 mg/100 gram), misal: daging sapi,
udang, kepiting, cumi, kerang, kacang-kacangan, bayam, kembang kol, kangkung,
asparagus dan jamur.
3. Makanan kadar purin rendah (di bawah 50 mg/ 100 gram), misal: gula, telor
dan susu.

b. Spesifik Proteksi
1. Minum yang cukup untuk membantu memperlancar pembuangan asam urat
oleh tubuh.

7
2. Mengurangi berat badan bagi yang kegemukan dengan melakukan olah raga
yang juga bermanfaat untuk mencegah kerusakan sendi.
3. Mengurangi keletihan atau aktifitas berlebihan.
4. Menghindari stress yang dapat memicu kemarahan
5. Menghindari minuman yang mengandung alkohol.

BAB III
KESIMPULAN

8
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada
semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Beberapa golongan
reumatik merupakan kelanjutan dari penderitaan sebelum usia lanjut dan sering
menimbulkan kecacatan. Reumatik terbanyak dijumpai diseluruh dunia adalah
osteoartritis, gangguan lain adalah : Polymyalgia Rheumatica (PMR) dan Giant
Cell Arteritis (GCA), Penyakit timbunan Kristal BCP, Gout, dan Artritis
reumatoid.`

DAFTAR PUSTAKA

1 . Pujiastusi, Sri Surini. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC. 2003

2. R.Boedhi-Darmojo. Buku Ajar Geriatri Ed. 5. Jakarta : FKUI. 2015.

3. Hazzard, W.R. et al. Principles of Geriatrtrics Medicine and Gerontology, 5th


Edition. USA: MC Graw Hill.2003.

4. Asdie, Ahmad H. Harrison's Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4,


Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC. 2000.

5. Review of Polymyalgia Rheumatica, American College of Rheumatology 2010.

6. Mansjoer,A., dkk,.Reumatologi. Kapita Selekta Kedokteran .Edisi ketiga Jilid 1


Cetakan Keenam. Media Aesculapius Fakultas kedokteran UI, Jakarta. Hal
542-546.2014.

Anda mungkin juga menyukai