Anda di halaman 1dari 11

Kebijakan Kebijakan yang Terkait Tentang Batubara

A. Pengertian Batubara

Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-
unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.Batu bara juga adalah
batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang
dapat ditemui dalam berbagai bentuk.

Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS


untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.

B. Batubara Indonesia

Seperti yang kita tahu, batubara merupakan penggerak energi diseluruh dunia.
Negara-negara yang sekarang maju, dulu menggunakan batubara sebagai bahan
bakar energinya. Bahan bakar revolusi industri di Eropa pada abat 19 adalah
batubara. Penggerak pabrik-pabrik di Amerika, Afrika dan China adalah Batubara.
Batubara mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan industri di
dunia. Ini adalah tabel perbandingan cadangan batubara dan produksi batubara di
dunia dan Indonesia.

Indonesia tentu saja mempunyai energi batubara yang berlimpah. Di setiap


pulau Indonesia, mempunyai cadangan batubara, karena letak geologis Indonesia.
Batubara Indonesia secara lebih spesifik digambarkan dalam tabel cadangan
batubara Indonesia
Dalam data tabel diatas dapat disimpulkan sumberdaya batubara Indonesia
mencapai 61.366 juta ton dan cadangannya mencapai 6769 juta ton. Ini merupakan
suatu keuntungan lebih karena kita memiliki cadangan energi yang berlimpah.
Perkembangan produksi batubara telah menunjukan peningkatan yang cukup
pesat, dengan kenaikan produksi rata-rata mencapai 15.68% pertahun. Perkembangan
produksi batubara nasional ini tidak terlepas dari permintaan dalam negeri (domestik)
dan luar negeri (ekspor) yang terus meningkat setiap tahunnya. Sebagian besar
produksi tersebut untu memenuhi permintaan luar negeri, yaitu rata-rata 72.11% dan
sisanya 27.89% untuk memenuhi permintaan dalam negeri.

Ini merupakan hal yang kontradiktif dan ironis. Cadangan batubara Indonesia
hanya 0.5% dari cadangan dunia, namun produksi Indonesia menempati posisi ke-6
produsen dengan jumlah produksi mencapai 246 juta juta ton, setelah china (2.760
juta ton), USA (1.007 juta ton), India (490 juta ton), Australia (325 juta ton) dan
Rusia (247 juta ton).

Indonesia juga merupakan peringkat ke-2 terbesar di dunia sebagai


eksportir sejumlah (203 juta ton). Posisi pertama ditempati Australia (252 juta ton),
China sebagai produsen batubara terbesar dunia, hanya menempati peringkat ke-7
sebagai eksportir (47 juta ton).

Secara matematika kasar, bila Indonesia mempunyai cadangan batubara sebesar


6769 juta ton pertahun dan produksinya mencapai 246 juta ton pertahun berarti
batubara Indonesia akan habis sekitar 27 tahun lagi. Ini bila dilakuakan tanpa
eksplorasi dan produksi batubara tidak naik. Yang menjadi tantangan kita, bagaimana
memanfaatkan batubara yang tinggal 27 tahun lagi menjadi optimal dan efisien?

C Kebijakan-kebijakan tentang Batubara

1. Kebijakan Domestic Market Obligation

Pada tahun 2010, pemerintah mewajibkan perusahaan produsen batubara


untuk mengalokasikan 24,17% hasil produksi batubaranya untuk memenuhi
kebutuhan batubara dalam negeri atau kepentingan dalam negeri (domestic
market obligation/DMO).
Pengutamaan pemasokan kebutuhan mineral dan batubara untuk
kepentingan dalam negeri diatur dalam Peraturan Menteri ESDM No 34
Tahun 2009 (Permen 34/2009) tentang Pengutamaan Pemasokan Kebutuhan
Mineral dan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri yang bertujuan untuk
mengatasi dan mencegah terjadinya kelangkaan pasokan mineral dan batubara
serta menjamin pasokan mineral dan batubara dalam negeri.

Namun, banyak pengusaha yang menilai kebijakan ini kurang tepat.


Seharusnya DMO Indonesia melebihi 30%. Hal ini karena kebutuhan batubara
yang tidak tercukupi oleh Indonesia dan banyak perusahaan yang mengimpor
batubara dari luar negeri.

Ini dapat diartikan, batubara yang ada dalam negara kita, 75 persen di
pasok ke luar negeri, dan hanya 25 persen untuk kebutuhan dalam negeri.
Kebijakan energi mix 2025 yang mematok batubara digunakan sebesar 33%
dalam bauran energi nasional[12] menuai kontroversi. Batubara nasional kita
dimanfaatkan untuk dijual ke luar neger sebagai bahan bakar disana daripada
dimanfaatkan di negara kita sendiri untuk dijadikan bahan bakar industri kita.
Bukankah lebih baik membangun industri daripada kita terus-menerus
mengimpor barang-barang dari luar negeri.

Pemerintah seharusnya tegas untuk menindak para pengusaha batubara


yang membiarkan batubara dieksploitasi secara besar-besaran dan dijual ke
luar negeri. Apabila kondisi ini dibiarkan terus menerus, hal ini akan
mengganggu usaha dan iklim investasi. Pemerintah seharusnya menjadi
perantara dalam hal ini, agar investasi di negara ini semakin kondusif.

2. Optimalisasi Batubara

Energi adalah tulang punggung negara. Kemandirian energi menjadi kata


wajib untuk negara yang ingin benar-benar merdeka dan dapat menentukan
arahnya sendiri. Batubara, minyak bumi, gas alam, geothermal maupun energi
lainnya harus dikuasai negara. Indonesia mempunyai itu semua. Salah satu
sumber energi, batubara, harus di optimalkan dan ditingkatkan ke-
efisiensiannya.

Mengoptimalkan batubara yang ada adalah salah satu caranya, dan ini
beberapa contoh optimalisasi batubara:

a. Geo-Coal

Permintaan energi batubara yang semakin meningkat, membuat teknologi Geo


Coal muncul. Teknologi tersebut mampu mengubah batubara peringkat rendah
(low rank coal) yang kini kurang dimanfaatkan, menjadi sumber energi yang
murah, efisien, sekaligus lebih ramah lingkungan. Teknologi Geo Coal ini
dikembangkan oleh Ir Harsudi Supandi, peneliti energi sekaligus Presiden
Direktur Total Synergy International (TSI).

Terdapat 2 jenis batubara, jenis pertama adalah batubara peringkat tinggi (high
rank coal) yang punya kandungan air rendah, konten energi tinggi, kalori
tinggi dan lebih efisien dalam pembakaran. Jenis kedua adalah batubara
peringkat rendah. Batubara jenis ini memiliki kadar air tinggi atau hampir 80
persen, konten energi dan kalori yang rendah dan kurang efisien. Jenis low
rank coal biasanya lunak, mudah pecah atau rekah, mudah menjadi bubuk dan
mudah habis terbakar tak terkendali.

Sepintas, mengolah batubara peringkat rendah seperti tak berprospek. Namun,


bila ditilik lagi, batubara peringkat rendah ternyata punya kelebihan. Jumlah
batubara peringkat rendah masih melimpah dan memiliki kandungan sulfur
dan abu yang rendah.

Teknologi Geo Coal pada dasarnya merupakan proses meningkatkan kalori


batubara peringkat rendah. Proses peningkatan tersebut dilakukan melalui
beberapa tahap, meliputi persiapan, penghancuran batubara,
pengeringan, setting, dan berakhir dengan pendinginan.

Teknologi Geo Coal mampu meningkatkan kalori batubara hingga 50-100


persen. Selain itu, proses upgrading yang dilakukan juga bisa
mempertahankan kadar sulfur dan ash tetap rendah sehingga batubara yang
dihasilkan nantinya lebih ramah lingkungan.

b. Pembangkit Listrik Mulut Tambang

Pembangkit listrik ini biasanya adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Energi ini berasal dari batubara Low rank coal atau batubara kualitas rendah.
Selain itu tempatnya tidak jasuh dari tempat area tambang. Hal ini mempunyai
banyak manfaat, pertama, batubara kualitas rendah dapat dimanfaatkan
menjadi listrik, dan listrik dapat dijual ke PLN atau untuk sumber listrik di
area tambang tersebut. Hal ini tentu saja akan menambah pendapatan dan
dapat mengurangi pengeluaran yang dilakuakan oleh perusahaan tambang.

Kedua, karena tempat yang relatif dekat dan tidak perlu pengolahan lebih
lanjut, maka proses dari batubara ke tambang akan berlangsung cepat,
sehingga akan membuat biaya semakin ekonomis.

Hal ini juga akan memajukan daerah tersebut, karena pasokan energi akan
diterima secara langsung, dimana industri selalu membutuhkan energi listrik
dan di situ tersedia energi listrik. Hal ini juga akan mengangkat perekonomian
daerah tersebut.

Dari permasalahan di atas, dapat di tarik beberapa kesimpulan agar dapat


menjadikan batubara sebagai bahan bakar kemajuan Indonesia, yaitu:

- Menambah domestic market obligation agar terpenuhinya kebutuhan


batubara nasional
- Menindak pengusaha batubara yang mengeksploitasi dan mengekspor
batubara secara besar-besaran
- Membangun industri-industri nasional dan menggunakan batubara sebagai
energinya
- Mengoptimalisasikan penggunaan batubara yaitu salah satunya dengan
geo-coal dan pembangkit listrik mulut tambang
- Membangun industri, sekolah dan memajukan daerah di sekitar tambang.

3. Kebijakan dari UU MINERBA

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 (7) UU No. 4 Tahun 2009 tentang


Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba), Izin Usaha Pertambangan
(IUP) adalah izin yang diberikan untuk melaksanakan usaha pertambangan.
Merupakan kewenangan Pemerintah, dalam pengelolaan pertambangan mineral
dan batubara, untuk memberikan IUP. Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
(PP 23/2010) mengatur bahwa IUP diberikan oleh Menteri, gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. IUP diberikan kepada:

- Badan usaha, yang dapat berupa badan usaha swasta, Badan Usaha Milik
Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah;

- Koperasi; dan

- Perseorangan, yang dapat berupa orang perseorangan yang merupakan


warga Negara Indonesia, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer.

Pemberian IUP akan dilakukan setelah diperolehnya WIUP (Wilayah Izin Usaha
Pertambangan). Dalam satu WIUP dimungkinkan untuk diberikan 1 IUP maupun
beberapa IUP.
Pasal 36 UU Minerba membagi IUP ke dalam dua tahap, yakni:

- IUP eksplorasi, yang meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi,


dan studi kelayakan; dan

- IUP Operasi Produksi, yang meliputi kegiatan konstruksi, penambangan,


pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.

Pasal 39 UU Minerba mengatur bahwa IUP Eksplorasi wajib memuat ketentuan


sekurang-kurangnya:

a. nama perusahaan;

b. lokasi dan luas wilayah;

c. rencana umum tata ruang;

d. jaminan kesungguhan;

e. modal investasi;

f. perpanjangan waktu tahap kegiatan;

g. hak dan kewajiban pemegang IUP;

h. jangka waktu berlakunya tahap kegiatan;

i. jenis usaha yang diberikan;


j. rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah
pertambangan;

k. perpajakan;

l. penyelesaian perselisihan;

m. iuran tetap dan iuran eksplorasi; dan

n. amdal.

Sedangkan untuk IUP Operasi Produksi wajib memuat ketentuan sekurang-


kurangnya:

a. nama perusahaan;

b. luas wilayah;

c. lokasi penambangan;

d. lokasi pengolahan dan pemurnian;

e. pengangkutan dan penjualan;

f. modal investasi;

g. jangka waktu berlakunya IUP;

h. jangka waktu tahap kegiatan;

i. penyelesaian masalah pertanahan;

j. lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang;


k. dana jaminan reklamasi dan pascatambang;

l. perpanjangan IUP;

m. hak dan kewajiban pemegang IUP;

n. rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah


pertambangan;

o. perpajakan;

p. penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran
produksi;

q. penyelesaian perselisihan;

r. keselamatan dan kesehatan kerja;

s. konservasi mineral atau batubara;

t. pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri;

u. penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik;

v. pengembangan tenaga kerja Indonesia;

w. pengelolaan data mineral atau batubara; dan

x. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan


mineral atau batubara.

Dalam Pasal 40 UU Minerba diatur bahwa IUP diberikan terbatas pada 1 jenis
mineral atau batubara. Dalam hal pemegang IUP menemukan mineral lain dalam
WIUP yang dikelolanya, maka pemegang IUP tersebut mendapatkan prioritas untuk
mengusahakan mineral yang ditemukannya. Sebelum pemegang IUP tersebut
mengusahakan mineral lain yang ditemukannya, diatur bahwa pemegang IUP tersebut
wajib mengajukan permohonan IUP baru kepada Menteri, gubernur, bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Dalam hal pemegang IUP tersebut
tidak berminat untuk mengusahakan mineral lain yang ditemukannya, maka
pemegang IUP tersebut memiliki kewajiban untuk menjaga mineral tersebut agar
tidak dimanfaatkan pihak lainnya yang tidak berwenang.

Anda mungkin juga menyukai