Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Pendidikan agama islam sangat penting untuk di pelajari dan di amalkan dalam kehidupan
sehari-hari, terutama yang mencakup tentang Marifatul Islam dan Marifatul Quran, hal ini sangat
penting untuk di pelajari karena di dalamnya terdapat pelajaran yang sangat berharga yang dapat
menjadi panutan kita.

Kehadiran agama islam yang di bawa nabi muhamad Saw. Diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtra lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk
tentang bagai mana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupanini secara lebih bermakna
dalam arti yang seluas-luasnya.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa bangsa Islam dikenal sebagai masyarakat agamis,
danagama Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas bangsa Indonesia, karena ituIndonesia
merupakan negara multi agama. Akan tetapi juga isu agama adalah salah satu isu yangmudah
menciptakan konflik. Salah satu jalan untuk mengurangi resiko konflik antar agama perlunya
diciptakan tradisi saling menghormati antara agama-agama yang ada

Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya untuk di ajarkan kepada
manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan
ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan
manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah swt. Mayoritas manusia di bumi ini memeluk agama
islam. Banyak juga yang memilih menjadi mualaf setelah mengetahui semua kebenaran ajaran nabi
Muhammad SAW. Ini yang tercantum dalam al-Quran.

Namun di masa kejayaan islam pada masa sekarang,semakin banyak pula orang-orang yang
beragama islam, tapi tidak mengerti arti islam itu sendiri. Mereka hanya menjalankan syariah atau
ajaran-ajaran islam tanpa mengerti makna islam. Ada juga orang yang islam KTP atau islam hanya
sebagai menyempurnakan KTP dari pada tak tercantum agamanya.

1
Oleh karena itu di makalah ini akan dibahas mengenai apa arti islam,baik secara
etimologi,terminologi,dan secara syari, bagaimana karakteristik islam serta mengetahui sejarah dari
islam.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apakah definisi agama?
2. Apasaja macam macam agama?
3. Apakah tujuan beragama?
4. Bagaimana membedakan ciri ciri agama budaya dan agama wahyu?
5. Bagaimana cara mengkaji metode dalam islam?
6. Apa saja karakteristik agama islam?
7. Bagaimana ruang lingkup ajaran islam?

1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk :


- Memberi pengetahuan kepada pembaca tentang arti agama islam dan macamnya.
- Memahami arti islam yang sebenarnya melalui metode dalam mengkaji islam.
- Mengetahui karakteristik islam dan ruang lingkup ajaran yang ada pada islam.

1.4 Manfaat
Manfaat yang akan di dapat dari makalah ini :
- Pengetahuan tentang arti dari agama dan macamnya.
- Pengetahuan tentang islam melalui metode dalam mengkaji islam.
- Mengetahui karakteristik agama islam.
- Mengetahui tentang ruang lingkup ajaran dalam islam.
8.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Secara Umum

Beberapa acuan yang berkaitan dengan kata Agama pada umumnya; berdasarkan Sansekerta
yang menunjukkan adanya keyakinan manusia berdasarkan Wahyu Illahi dari kata A-GAM-A, awalan
A berarti tidak dan GAM berarti pergi atau berjalan, sedangkan akhiran A bersifat menguatkan yang
kekal, dengan demikian agama: berarti pedoman hidup yang kekal.

Agama Sanskerta, a = tidak; gama = kacau artinya tidak kacau; atau adanya keteraturan dan
peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Religio dari religere, Latin artinya mengembalikan
ikatan, memperhatikan dengan saksama; jadi agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan
ikatan atau memulihkan hubungannya dengan Ilahi.

Dari sudut sosiologi, agama adalah tindakan-tindakan pada suatu sistem sosial dalam diri orang-
orang yang percaya pada suatu kekuatan tertentu [yang supra natural] dan berfungsi agar dirinya dan
masyarakat keselamatan. Agama merupakan suatu sistem sosial yang dipraktekkan masyarakat; sistem
sosial yang dibuat manusia [pendiri atau pengajar utama agama] untuk berbhakti dan menyembah Ilahi.
Sistem sosial tersebut dipercayai merupakan perintah, hukum, kata-kata yang langsung datang dari
Ilahi agar manusia mentaatinya.

Pengertian Agama. Menurut bahasa Indonesia, agama adalah sebuah sistem yang mengatur
keimanan atau kepercayaan dan peribadahan terhadap Tuhan serta kaidah yang berkaitan dengan
lingkungan dan pergaulan manusia. Agama bersumber dari bahasa sansekerta yang maknanya Tradisi

1. Agama ialah sikon manusia yang percaya adanya tuhan, dewa, Ilahi; dan manusia yang percaya
tersebut, menyembah serta berbhakti kepada-Nya, serta melaksanakan berbagai macam atau bentuk
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

2. Agama adalah cara-cara penyembahan yang dilakukan manusia terhadap sesuatu Yang
Dipercayai berkuasa terhadap hidup dan kehidupan serta alam semesta; cara-cara tersebut bervariasi
sesuai dengan sikon hidup dan kehidupan masyarakat yang menganutnya atau penganutnya.

3
3. Agama ialah percaya adanya tuhan Yang Maha Esa dan hukum-hukum-Nya. Hukum-hukum
tuhan tersebut diwahyukan kepada manusia melalui utusan-utusan-Nya; utusan-utusan itu adalah
orang-orang yang dipilih secara khusus oleh tuhan sebagai pembawa agama. Agama dan semua
peraturan serta hukum-hukum keagamaan diturunkan tuhan kepada manusia untuk kebahagiaan hidup
manusia di dunia dan akhirat.

Jadi, secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah Ilahi yang
dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada manusia;
upaya tersebut dilakukan dengan berbagai ritus secara pribadi dan bersama yang ditujukan kepada
Ilahi.

2.2 Macam Macam Agama

Sekalipun di dunia ini dikenal banyak agama, namun pada dasarnya ada dua macam yaitu
agama wahyu dan agama budaya (alamiah).

Yang dimaksud dengasn agama wahyu ialah, agama yang berdasarkan atas wahyu Allah yang
disampaikan oleh rasul-rasul Allah kepada manusia. Secara jelas disebutkan dalam Al-quran, bahwa
agama yang berdasarkan wahtu itu ada tiga, yaitu : agama yahudi yang disampaikan oleh Nabi Musa
as, agama Nasrani yang disampaikan oleh Nabi Isa, dan agama Islam disampaikan oleh Nabi
Muhammad saw. Sedangkan yang dimaksud dengan agama budaya/alamiah ialah ajaran yang
dihasilkan oleh pikiran dan atau perasaan manusia secara kumulatif. Ia bukan berdasar wahyu Allah,
melainkan berdasar atas pikiran manusia.

Untuk lebih mempertajam perbedaan antara kedua macam agama ini, maka berikut ini
dikemukakan cirri-ciri dari keduanya :

a. Agama wahyu (agama samawi) mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :

Secara pasti dapat ditentukan waktu lahirnya, dari tidak ada menjadi ada, ia bukan tumbuh dari
dalam masyarakat, tetapi diturunkan kepadanya. Disampaikan oleh manusia yang ditunjuk oleh Allah
sebagai utusan-Nya dan utusan itu bukan menciptakan agama, melainkan hanya menyampaikannya.
Sistim merasa dan berfikirannya tidak interen, dengan sistim merasa dan berfikir tiap segi kehidupan
masyarakat, malahan menuntut agar sistim berfikir dan merasa berbudaya mengabdkan diri pada sistim

4
agama. Memiliki kitab suci yang keasliannya tetap terjamin dibandingkan dengan agama yahudi dan
nasrani yang sekarang telah berubah kitabnya. Memiliki kitab suci yang keasliannya tetap terjamin
dibandingkan dengan agama yahudi dan nasrani yang sekarang telah berubah kitabnya. Ajarannya
serba tetap, tapi tafsirannya dan pandangannya dapat berobah sesuai dengan perkembangan akal
manusia. Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya bertahan dengan kritikan akal. Dalam perkembangan
ilmu pengetahuan, satu demi satu dapat dibuktikan kebenarannya dan dapat diterima akal .

b. Agama budaya/alamiah, mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :

Tumbuh secara evolusi didalam masyarakat penganutnya, tidak diketahui kapan lahirnya. Tidak
disampaikan oleh utusan tuhan. Umumnya tidak mempunyai kitab suci, kalaupun ada, kitabnya
mengalami perubaha dalam sejarah agama. Sistim merasa dan berfikirannya interen dengan sistim
merasa dan berfikir tiap segi kehidupan masyarakat bagi penganutnya. Ajarannya berubah dengan
perubahan akal masyarakat yang menganut atau oleh filosofinya. Konsep ketuhanan, dinamisme,
animism, politeisme, honotheisme dan paling tinggi monotheisme nisbi. Kebenaran prinsip ajarannya
tidak tahan atas kritikan akal. Dengan menelaah secara seksama cirri-ciri dari tiap agama seperti diatas,
maka dapat dibedakan mana agama wahyu, dan mana pula agama budaya, dan sekaligus dapat
mengetahui agama yang pada mulanya adalah berdasar pada wahyu Allah, tapi karena sesuatu hal,
maka ia menjadi agama budaya.

Dengan menelaah secara seksama cirri-ciri dari tiap agama seperti diatas, maka dapat dibedakan
mana agama wahyu, dan mana pula agama budaya, dan sekaligus dapat mengetahui agama yang pada
mulanya adalah berdasar pada wahyu Allah, tapi karena sesuatu hal, maka ia menjadi agama budaya.

2.3 Unsur Unsur Agama

Beberapa ilmuwan seperti Light, Killer, dan Calhoun (1989), memusatkan perhatian pada
unsur-unsur dasar suatu agama, yaitu sebagai berikut.

1. Kepercayaan
Setiap agama pasti memiliki kepecayaan seperti percaya kepada Tuhan, nabi-nabi, dan
kitab.
2. Simbol
Setiap agama mengenal berbagai lambang atau simbol, baik itu berupa pakaian, ucapan,
tulisan maupun tindakan.

5
3. Praktek
Setiap ajaran agama yang ada memiliki praktek keagamaan seperti sholat, kebaktian, puasa,
semedi, dan lain sebagainya.
4. Pemeluk
Agama memiliki sejumlah pemeluk/ pengikut.
5. Pengalaman keagamaan
Setiap pemeluk agama memiliki beberapa bentuk pengalaman keagamaan

2.4 Tujuan Agama


Setiap manusia di bumi pasti mempunyai kebutuhan entah kebutuhan primer maupun
kebutuhan sekunder, selain dari pada itu manusia juga mempunyai jenis kebutuhan yakni kebutuhan
jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani adalah segala kebutuhan yang berhubungan langsung dengan
jasmani kita dengan kata lain apa yang bisa kita lihat, raba, dan di dengar seperti makan, minum, olah
raga dan sebagainya. Yang kedua adalah kebutuhan rohani yakni dimana kebutuhan manusia akan jiwa
dan pikirannya baik dalam hal memperoleh rasa emosional maupun rasa terpenuhinya kewajiban atas
perintah Sang Pencipta.

Dalam memenuhi kebutuhan rohani setiap manusia yakni dengan cara melakukan peribadatan
ataupun doa yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, hal ini tentunya yang
membuat manusia membutuhkan keyakinan dan kepercayaan akan adanya Tuhan Sang Pencipta.
Dalam suatu keyakinan dan kepercayaan tentunya harus sesuai dengan apa yang telah di sediakan oleh
Sang Pencipta, dimana terdapat sebuah media yang disediakan oleh Sang Pencipta yakni agama.

Agama merupakan sarana dari pada sekumpulan kepercayaan yang terorganisir dengan tujuan
untuk mempererat hubungan antara manusia dengan Tuhan guna memenuhi kebutuhan rohaniah
sebagai upaya pengabdian kepada Sang Pencipta. Tentunya dalam hal ini sangat jelas terlihat mengapa
manusia membutuhkan agama dikarenakan selain dari pada pemenuhan kebutuhan jasmani manusia
juga membutuhkan kebutuhan rohani dimana hal ini didapatkan dengan cara beragama atas
kepercayaannya.

Selanjutnya, tujuan untuk apa manusia beragama yakni untuk mengetahui batas-batas
kehidupan antara kebaikan dengan keburukan yang diukur dengan keimanan, dimana tidak semua hal
yang dilakukan sesuai dengan hakikat atau sesuai dengan keadaan yang seharusnya. Maka kita ketahui

6
di dalam agama ada dua hal yang bisa kita dapatkan yakni pahala dan dosa. Kedua hal tersebutlah yang
membatasi maupun memaksa manusia untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan aturan agama.

Manusia dengan agama adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, manusia yang
mempercayai akan adanya kehidupan setelah kehidupan di dunia tidak akan mampu untuk lepas dari
agama, terlebih manusia membutukan dorongan mental dalam menjalani kehidupan duniawi dimana
hal tersebut di dapatkan dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan, hal tersebut mampu mendorong
semangat maupun kepercayaan diri bahkan mendapatkan ketenangan jiwa dalam menjalani kehidupan
di dunia.

2.5 Ciri Ciri Agama

Agama Wahyu (revealed religion)

Agama Wahyu juga disebut agama samawi, agama langit. Agama wahyu adalah agama yang
ajarannya diwahyukan oleh Allah (Tuhan) kepada ummat manusia melalui Rasul-Nya. Adapun cirri-
cirinya sebagai berikut :

a. Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya

b.Disampaikan melalui utusan atau Rasul Allah yang bertugas menyampaikan dan menjelaskan lebih
lanjut wahyu yang diterimanya denganberbagai cara dan upaya.

c. Memiliki kitab suci yang keotentikannya bertahan tetap

d. Sistem merasa dan berfikirnya tidak inheren dengan sistem merasa dan berfikir tiap segi
kehidupan masyarakat, malahan menuntut supaya system merasa dan berfikir mengabdikan diri
kepada agama

e. Ajarannya serba tetap, tetapi tafsiran dan pandangannya dapat berubah dengan perubahan akal.

f. Konsep ketuhanannya monoteisme mutlak

g. Kebenaran prinsip-prinsip aj arannya tahan terhadap kritik akal; mengenai alam nyata dalam
perjalanan ilmu satu demi satu terbukti kebenarannya, mengenai alam ghaib dapat diterima oleh
akal.

7
h. Sistem nilai ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaraskan dengan ukuran dan hakekat
kemanusiaan.

i. Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan peringatan kepada
manusia dalam pembentukan insan kamil (sempurna) yang bersih dari dosa.

Agama Rayu (cultural religion/natural religion).

Agama Rayu juga disebut Agama Ardhi, Agama Bumi, kadang disebut agama Budaya Dan
Agama Alam. Agama rayu adalah agama yang ajaran-ajarannya diciptakan oleh manusia sendiri, tidak
diwahyukan oleh Allah melalui Rasul-Nya. Adapun cirri-cirinya sebagai berikut :

a. Agama rayu tidak dapat dipastikan kelahirannya

b. Tidak mengenai utusan atau Rasul Allah. Yang mengajarkan agama budaya adalah filsof atau
pendiri agama tersebut.

c. Tidak memiliki kitab suci. Sekalipun memiliki kitab suci.

d. Sistem merasa dan berfikirnya interen dengan sistem merasa dan berfikir tiap segi kehidupan.

e. Ajarannya berubah seiring perubahan masyarakat yang menganut, atau oleh filosofnya.

f. Konsep ketuhanannya dinamisme, animisma, poleteisme paling tinggi monoteisme nisbi.


Kebenaran prinsip ajarannya tak tahan terhadap kritik akal, mengenai alam nyata satu satu ketika
dibuktikan keliru oleh ilmu dalam perkembangannya, mengenai alam ghaib tak termakan oleh
akal (Sidi Ghazalba; 1975; 49-53).

g. Nilai agama ditentuakan oleh manusia sesuai dengan cita-cita, pengalaman dan penghayatan
masyarakat penganutnya.

h. Pembentukan manusia disandarkan pada pengalaman dan penghayatan masyarakat penganutnya


yang belum tentu diakui oleh masyarakat lain.(Muhammad Baud Ali, 1997:72).

2.6 Metode Dalam Mengkaji Islam

Menurut Nasruddin Razaq dalam bukunya Dinul Islam, ada empat methode dalam mengkaji
islam :

8
1. Islam harus dikaji dari sumber asli ( Al Quran dan Al hadist ).

2. Islam harus dikaji secara integral bukan partial.

3. Islam harus dikaji dari kepustakaan Muslim atau Sarjana Islam.

4. Jangan mengkaji islam dari kenyataan hidup atau realita umatnya.

2.7 Karakteristik Agama Islam

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu di dunia dan berbuat baikklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi
ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qashash : 77).

Sebagai muslim, kita tentu ingin menjadi muslim yang sejati. Untuk itu, seorang muslim harus
menjalankan ajaran Islam secara kaffah (total, menyeluruh), bukan hanya mementingkan satu aspek
dari ajaran Islam lalu mengabaikan aspek yang lainnya. Oleh karena itu, pemahaman kita terhadap
ajaran Islam secara syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna) menjadi satu keharusan. Disinilah letak
pentingnya kita memahami karakteristik atau ciri-ciri khas ajaran Islam dengan baik.

Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Khasaais Al-Ammah Lil Islam menyebutkan bahwa
karakteristik ajaran Islam itu terdiri dari tujuh hal penting yang tidak terdapat dalam agama lain, dan ini
pula yang menjadi salah satu sebab mengapa hingga sekarang ini begitu banyak orang yang tertarik
kepada Islam sehingga mereka menyatakan diri masuk ke dalam Islam. Ini pula yang menjadi sebab,
mengapa hanya Islam satu-satunya agama yang tidak "takut" dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Karena itu, ketujuh karakteristik ajaran Islam sangat penting untuk kita pahami.

1. Robbaniyyah.

Allah Swt merupakan Robbul alamin (Tuhan semesta alam), disebut juga dengan Rabbun nas
(Tuhan manusia) dan banyak lagi sebutan lainnya. Kalau karakteristik Islam itu adalah Robbaniyyah,
itu artinya bahwa Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah Swt, bukan dari manusia,
sedangkan Nabi Muhammad Saw tidak membuat agama ini, tapi beliau hanya menyampaikannya.
Karenanya, dalam kapasitasnya sebagai Nabi, beliau berbicara berdasarkan wahyu yang diturunkan
kepadanya, Allah berfirman dalam Surah An-Najm : 3-4 yang artinya: "Dan tiadalah yang

9
diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya, ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya)."

Karena itu, ajaran Islam sangat terjamin kemurniannya sebagaimana Allah telah menjamin
kemurnian Al-Qur'an, Allah berfirman dalam Surah Al-Hijr : 9 yang artinya: "Sesungguhnya Kami
telah menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya."

Disamping itu, seorang muslim tentu saja harus mengakui Allah Swt sebagai Rabb (Tuhan)
dengan segala konsekuensinya, yakni mengabdi hanya kepada-Nya sehingga dia menjadi seorang yang
rabbani dari arti memiliki sikap dan prilaku dari nilai-nilai yang datang dari Allah Swt, Allah berfirman
dalam Surah Al-Imran : 79 yang artinya: "Tidak wajar bagi manusia yang Allah berikan kepadanya Al
kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia, 'hendaklah kamu menjadi penyembah-
penyembahku, bukan penyembah Allah', tapi dia berkata, 'hendaklah kamu menjadi orang-orang
rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan kamu tetap mempelajarinya."

2. Insaniyyah.

Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia, karena itu Islam merupakan satu-
satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. Pada dasarnya, tidak ada satupun ajaran Islam yang
bertentangan dengan jiwa manusia. Seks misalnya, merupakan satu kecenderungan jiwa manusia untuk
dilampiaskan, karenanya Islam tidak melarang manusia untuk melampiaskan keinginan seksualnya
selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.

Prinsipnya, manusia itu kan punya kecenderungan untuk cinta pada harta, tahta, wanita dan
segala hal yang bersifat duniawi, semua itu tidak dilarang di dalam Islam, namun harus diatur
keseimbangannya dengan kenikmatan ukhrawi, Allah berfirman dalam Surah Al-Qashash : 77 yang
artinya:"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu di dunia dan berbuat baikklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi
ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan ."

3. Syumuliyah.

10
Islam merupakan agama yang lengkap, tidak hanya mengutamakan satu aspek lalu
mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam dalam berbagai
bidang kehidupan, mulai dari urusan pribadi, keluarga, masyarakat sampai pada persoalan-persoalan
berbangsa dan bernegara.

Kesyumuliyahan Islam tidak hanya dari segi ajarannya yang rasional dan mudah diamalkan,
tapi juga keharusan menegakkan ajaran Islam dengan metodologi yang islami. Karena itu, di dalam
Islam kita dapati konsep tentang dakwah, jihad dan sebagainya. Dengan demikian, segala persoalan ada
petunjuknya di dalam Islam, Allah berfirman dalam Surah An-Nahl : 89 yang artinya: "Dan Kami
turunkan kepadamu al kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat
dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri."

4. Al Waqi'iyyah.

Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqiiyyah (realistis), ini menunjukkan bahwa
Islam merupakan agama yang dapat diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain dapat direalisir
dalam kehidupan sehari-hari. Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun mereka berbeda latar
belakang, kaya, miskin, pria, wanita, dewasa, remaja, anak-anak, berpendidikan tinggi, berpendidikan
rendah, bangsawan, rakyat biasa, berbeda suku, adat istiadat dan sebagainya.

Disamping itu, Islam sendiri tidak bertentangan dengan realitas perkembangan zaman bahkan
Islam menjadi satu-satunya agama yang mampu menghadapi dan mengatasi dampak negatif dari
kemajuan zaman. Ini berarti, Islam agama yang tidak takut dengan kemajuan zaman.

5. Al Wasathiyah.

Di dunia ini ada agama yang hanya menekankan pada persoalan-persoalan tertentu, ada yang
lebih mengutamakan masalah materi ketimbang rohani atau sebaliknya. Ada pula yang lebih
menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah seterusnya. Allah Swt menyebutkan bahwa
umat Islam adalah ummatan wasathan (umat yang pertengahan), umat yang seimbang dalam beramal,
baik yang menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan akal pikiran maupun kebutuhan
rohani.

11
Manusia memang membutuhkan konsep agama yang seimbang, hal ini karena tawazun
(kesimbangan) merupakan sunnatullah. Di alam semesta ini terdapat siang dan malam, gelap dan
terang, hujan dan panas dan begitulah seterusnya sehingga terjadi keseimbangan dalam hidup ini.
Dalam soal aqidah misalnya, banyak agama yang menghendaki keberadaan Tuhan secara konkrit
sehingga penganutnya membuat simbol-simbol dalam bentuk patung. Ada juga agama yang
menganggap tuhan sebagai sesuatu yang abstrak sehingga masalah ketuhanan merupakan kihayalan
belaka, bahkan cenderung ada yang tidak percaya akan adanya tuhan sebagaimana komunisme. Islam
mempunyai konsep bahwa Tuhan merupakan sesuatu yang ada, namun adanya tidak bisa dilihat dengan
mata kepala kita, keberadaannya bisa dibuktikan dengan adanya alam semesta ini yang konkrit, maka
ini merupakan konsep ketuhanan yang seimbang. Begitu pula dalam masalah lainnya seperti
peribadatan, akhlak, hukum dan sebagainya.

6. Al Wudhuh.

Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adalah konsepnya yang jelas (Al Wudhuh).
Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan mengamalkan ajaran
Islam, bahkan pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab dengan jelas, apalagi kalau
pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Isla itu sendiri.

Dalam masalah aqidah, konsep Islam begitu jelas sehingga dengan aqidah yang mantap,
seorang muslim menjadi terikat pada ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Konsep syari'ah atau
hukumnya juga jelas sehingga umat Islam dapat melaksanakan peribadatan dengan baik dan mampu
membedakan antara yang haq dengan yang bathil, begitulah seterusnya dalam ajaran Islam yang serba
jelas, apalagi pelaksanaannya dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

7. Al Jam'u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah.

Di dalam Islam, tergabung juga ajaran yang permanen dengan yang fleksibel (al jam'u baina ats
tsabat wa al muruunah). Yang dimaksud dengan yang permanen adalah hal-hal yang tidak bisa
diganggu gugat, dia mesti begitu, misalnya shalat lima waktu yang mesti dikerjakan, tapi dalam
melaksanakannya ada ketentuan yang bisa fleksibel, misalnya bila seorang muslim sakit dia bisa shalat
dengan duduk atau berbaring, kalau dalam perjalanan jauh bisa dijama' dan diqashar dan bila tidak ada
air atau dengan sebab-sebab tertentu, berwudhu bisa diganti dengan tayamum.

12
Ini berarti, secara prinsip Islam tidak akan pernah mengalami perubahan, namun dalam
pelaksanaannya bisa saja disesuaikan dengan situasi dan konsidinya, ini bukan berarti kebenaran Islam
tidak mutlak, tapi yang fleksibel adalah teknis pelaksanaannya.

Dengan demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa, Islam merupakan satu-satunya agama yang
sempurna dan kesempurnaan itu memang bisa dirasakan oleh penganutnya yang setia.

2.8 Ruang Lingkup Ajaran Islam

Ruang lingkuang ajaran Islam itu di antaranya: Aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah
duniawiyah.

a. Aqidah

Kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu yang berarti ( menghimpun
atau mempertemukan dua buah ujung atau sudut/ mengikat). Secara istilah aqidah berarti keyakinan
keagamaan yang dianut oleh seseorang dan menjadi landasan segala bentuk aktivitas, sikap, pandangan
dan pegangan hidupnya. Istilah ini identik dengan iman yang berarti kepercayaan atau keyakinan.

Sekiranya disinergiskan antara makna lughawi dan istilah dari kata aqidah di atas dapat
digambarkan bahwa aqidah adalah suatu bentuk keterikatan atau keterkaitan antara seorang hamba
dengan Tuhannya, sehingga kondisi ini selalu mempengaruhi hamba dalam seluruh perilaku, aktivitas
dan pekerjaan yang ia lakukan. Dengan kata lain keterikatan tersebut akan mempengaruhi dan
mengontrol dan mengarahkan semua tindak-tanduknya kepada nilai-nilai ketuhanan.

Masalah-masalah aqidah selalu dikaitkan dengan keyakinan terhadap Allah, Rasul dan hal-hal
yang ghaib yang lebih dikenal dengan istilah rukun iman. Di samping itu juga menyangkut dengan
masalah eskatologi, yaitu masalah akhirat dan kehidupan setelah berbangkit kelak. Keterkaitan dengan
keyakinan dan keimanan, maka muncul arkanul iman, yakni, iman kepada Allah, Malaikat, Kitab,
Rasul, hari akhirat, qadha dan qadar.

Di dunia Islam, permasalahan aqidah telah terbawa pada berbagai pemahaman, sehingga
menimbulkan kelompok-kelompok di mana masing-masing kelompok memiliki metode dan keyakinan
masing-masing dalam pemahamannya. Di antara kelompok-kelompok tersebut adalah Muktazilah,
Asyariyah, Mathuridiyah, Khawarij dan Murjiah.

13
Menurut Harun Nasution, timbulnya berbagai kelompok dalam masalah aqidah atau teologi
berawal ketika terjadinya peristiwa arbitrase (tahkim) ketika menyelesaikan sengketa antara kelompok
Muawiyah dan Ali ibn Abi Thalib. Kaum Khawarij memandang bahwa hal tersebut bertentangan
dengan QS al-Maidah/ 5: 44 yang berbunyi;

Siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang diturunkan Allah adalah kafir (QS al-Maidah/ 5:
44).

Peristiwa tersebut membuat kelompok Khawarij tidak senang, sehingga mereka mendirikan
kelompok tersendiri serta memandang bahwa Muawiyah dan Ali ibn Abi Thalib adalah Kafir, sebab
mereka telah melenceng dari ketentuan yang telah digariskan al-Quran. Dengan berdirinya kelompok
ini, juga memicu berdirinya kelompok-kelompok lain dalam masalah teologi, sehingga masing-masing
memiliki pemahaman yang berbeda dengan yang lainnya. Namun demikian, perbedaan tersebut
tidaklah sampai menafikan Allah, dengan kata lain perbedaan pemahaman tersebut tidak sampai
menjurus untuk lari dari tauhid atau berpaling pada thgh t.

Di antara sumber perbedaan pemahaman antara masing-masing golongan tersebut antara lain
adalah masalah kebebasan manusia dan kehendak mutlak Tuhan. Ada kelompok yang menganggap
bahwa kekuasan Tuhan adalah maha mutlak, sehingga manusia tidaklah memiliki pilihan lain dalam
berbuat dan berkehendak. Kelompok ini diwakili oleh kelompok Asyariyah. Ada pula kelompok
bahwa Tuhan memang maha kuasa, tetapi Tuhan menciptakan sunnah-Nya dalam mengatur kebebasan
manusia, sehingga manusia memiliki alternatif dan pilihan dalam berkehendak dan berbuat sesuai
dengan sunnah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain manusia bebas dalam berbuat dan berkehendak.
Kelompok ini diwakili oleh kelompok Muktazilah. Ada pula kelompok yang mengambil sikap
pertengahan antara kedua kelompok tersebut, namun mereka tetap meyakini bahwa Allah maha kuasa
terhadap seluruh tindak-tanduk dan kehendak manusia. Kelompok ini diwakili oleh Mathuridiyah.

Itulah sekilas tentang permasalahan aqidah serta pemikiran masing-masing kelompoknya, di


mana semua itu beranjak dari pemahaman mereka terhadap kekuasaan Allah dan kebebasan manusia.

14
b. Ibadah

Ibadah berasal dari kata yang berarti hamba. Kemudian dari kata ini muncul kata
yang berarti ( memperlihatkan/ mendemonstrasikan ketundukan dan kehinaan).[5] Secara
istilah ibadah berarti usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Tuhan
yang disembah.

Ulama fiqh mendefenisikan ibadah sebagai ketaatan yang disertai dengan ketundukan dan
kerendahan diri kepada Allah SWT. Redaksi lain menyebutkan bahwa ibadah adalah semua yang
dilakukan atau dipersembahkan untuk memperoleh keredhaan Allah dan mengharapkan imbalan
pahala-Nya di akhirat kelak.

Ibn Taimiyah menjelaskan bahwa ibadah berawal dari suatu hubungan dan keterkaitan
yang erat antara hati dengan yang disembah. Kemudian hubungan dan keterkaitan tersebut meningkat
menjadi kerinduan karena tercurahnya perasaan hati kepada-Nya. Kemudian rasa rindu itu pun
meningkat menjadi kecintaan yang kemudian meningkat pula menjadi keasyikan. Sehingga akhirnya
membuat cinta yang amat mendalam yang membuat orang yang mencitai bersedia melakukan apa saja
demi yang dicintai. Oleh karena itu, betapapun seseorang menundukkan diri kepada sesama manusia,
ketundukan demikian tidak dapat disebut sebagai ibadah sekalipun antara anak dan bapaknya.

Dari segi manfaatnya ibadah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu; pertama, ibadah
perorangan (fardhiyah/mahdhah), yakni ibadah yang menyangkut diri pelakunya sendiri serta tidak ada
hubungannya dengan orang lain seperti shalat dan puasa. Kedua, ibadah kemasyarakatan
(ijtimiyah/ghaira mahdhah), yakni ibadah yang memiliki keterkaitan dengan orang lain, terutama dari
segi sasarannya seperti sedekah, zakat dan sebagainya. Berkaitan dengan ini, Dalam Putusan Majelis
Tarjih Muhammadiyah dijelaskan bahwa ibadah ialah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah,
dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-larangan-Nya dan mengamalkan
segala yang diizinkannya. Ibadah ada yang umum dan ada yang khusus. Ibadah umum ialah segala
amalan yang dizinkan Allah sedangkan ibadah khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan
perinciannya, tingkat dan cara-caranya yang tertentu.

15
Menurut Nazaruddin Razak, dalam konteks ibadah yang dikerjakan, terdapat lima pokok
ibadah, yakni: shalat, zakat, puasa dan naik haji serta disusul dengan thaharah, di mana thaharah
merupakan kewajiban yang menyertai shalat, zakat, puasa dan naik haji.

Yusuf al-Qaradhawiy menjelaskan lima persyaratan agar suatu perbuatan dapat bernilai
ibadah, yaitu:

1) Perbuatan yang dimaksud tidak bertentangan dengan syariat Islam.

2) Perbuatan tersebut dilandasi dengan niat yang suci dan ikhlas.

3) Untuk melakukan perbuat tersebut, yang bersangkutan harus memiliki keteguhan hati dan percaya
diri bahwa perbuatan yang dilakukan akan membawa kepada kebaikan.

4) Harus memperhatikan garis-garis atau aturan-aturan Allah SWT, tidak ada unsur kelaliman,
khianat, penipuan dan lain-lain.

5) Perbuatan-perbuatan duniawi yang dilakukan dengan niat ibadah tidak boleh menghalangi
kewajiban-kewajiban agama seperti berjual beli yang membuat diri lalai mengerjakan shalat dan
sebagainya.

c. Akhlak

Akhlaq merupakan bentuk jamak dari ( al-khuluq) yang berarti


( kekuatan jiwa dan perangai yang dapat diperoleh melalui pengasahan mata bathin).[10] Dari
pengertian lughawi ini, terlihat bahwa akhlaq dapat diperoleh dengan melatih mata bathin dan ruh
seseorang terhadap hal yang baik-baik. Dengan demikian dari pengertian lughawi ini tersirat bahwa
pemahaman akhlaq lebih menjurus pada perbuatan-perbuatan terpuji. Konsekuensinya adalah bahwa
perbuatan jahat dan melenceng adalah perbuatan yang tidak berakhlaq (bukan akhlq al-madzmmah).

Secara istilah akhlaq berarti tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak
dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan. Sedangkan Nazaruddin Razak, mengungkapkan akhlak
dengan makna akhlak islam, yakni suatu sikap mental dan laku perbuatan yang luhur, mempunyai

16
hubungan dengan Zat Yang Maha Kuasa dan juga merupakan produk dari keyakinan atas kekuasaan
dan keeasaan Tuhan, yaitu produk dari jiwa tauhid.

Dari pengertian ini terlihat sinergisitas antara makna akhlaq dengan al-khalq yang berarti
penciptaan di mana kedua kata ini berasal dari akar kata yang sama. Dengan demikian pengertian ini
menggambarkan bahwa akhlaq adalah hasil kreasi manusia yang sudah dibiasakan dan bukan datang
dengan spontan begitu saja, sebab ini ada kaitannya dengan al-khalq yang berarti mencipta. Maka
akhlaq adalah sifat, karakter dan perilaku manusia yang sudah dibiasakan.

Al-Quran memberi kebebasan kepada manusia untuk bertingkah laku baik atau berbuat
buruk sesuai dengan kehendaknya. Atas dasar kehendak dan pilihannya itulah manusia akan dimintai
pertanggungjawabannya di akhirat atas segala tingkah lakunya. Di samping itu, akhlaq seorang muslim
harus merujuk kepada al-Quran dan sunnah sebagai pegangan dan pedoman dalam hidup dan
kehidupan.

Secara garis besar menurut Endang Saifuddin Anshari, akhlak terdiri atas; pertama, akhlak
manusia terhadap khalik, kedua, akhlak manusia terhadap sesama makhluk, yakni akhlak manusia
terhadap sesama manusia dan akhlak manusia terhadap alam lainnya.

Menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlaq manusia terhadap Allah SWT bertitik tolak
dari pengakuan dan kesadarannya bahwa tidak ada Tuhan Selain Allah yang memiliki sifat terpuji dan
sempurna. Dari pengakuan dan kesadaran itu akan lahir tingkah laku dan sikap sebagai berikut:

1) Mensucikan Allah dan senantiasa memujinya.

2) Bertawakkal atau berserah diri kepada Allah setelah berbuat dan berusaha terlebih dahulu.

3) Berbaik sangka kepada Allah, bahwa yang datang dari Allah kepada makhluk-Nya hanyalah
kebaikan.

Adapun akhlaq kepada sesama manusia dapat dibedakan kepada beberapa hal, yaitu:

1) Akhlaq kepada orang tua, yaitu dengan senantiasa memelihara keredhaannya, berbakti kepada
keduanya dan memelihara etika pergaulan dengan keduanya.

17
2) Akhlaq terhadap kaum kerabat, yaitu dengan menjaga hubungan shilaturrahim serta berbuat
kebaikan kepada sesama seperti mencintai dan merasakan suka duka bersama mereka.

3) Akhlaq kepada tetangga, yaitu dengan menjaga diri untuk tidak menyakiti hatinya, senantiasa
berbuat baik (ihsn) dan lain-lain sebagainya.

d. Muamalah

Secara etimologi muamalah semakna dengan yang berarti saling berbuat. Kata ini
menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan orang lain atau beberapa orang
dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Secara terminologi kata ini lebih dikenal dengan istilah
fiqh muamalah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan tindak-tanduk manusia dalam persoalan-
persoalan keduniaan. Misalnya dalam persoalan jual beli, utang-piutang, kerjasama dagang,
persyarikatan, kerjasama dalam penggarapan tanah, sewa menyewa dan lain-lain sebagainya.

Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa tidak boleh ada sesuatupun dari tindak-
tanduk manusia yang lari dari prinsip-prisip ketuhanan, termasuk dalam masalah muamalah atau yang
lebih dikenal dengan tindak-tanduk manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya untuk memenuhi
kehidupannya masing-masing. Walau semua itu diatur hanya secara global, namun Allah telah
memberikan konsep dan prinsip-prinsip umum bagi manusia dalam berhubungan dengan sesamanya.
Dengan demikian, maka seluruh aktivitas dan tindak-tanduk manusia harus sesuai, menjurus dan
sinergis dengan apa yang telah ditetapkan di dalam nash, baik dari nash al-Quran maupun dari hadits.

Di samping itu, juga terdapat beberapa keistimewaan ajaran muamalah yang bersumber
dari al-Quran dan sunnah, antara lain yaitu:

1) Prinsip dasar dalam persoalan muamalah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia,
dengan memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi yang mengitari manusia
itu sendiri. Dari prinsip pertama ini terlihat perbedaan muamalah dengan persoalan aqidah, akhlaq dan
ibadah. Dalam persoalan aqidah, syariat Islam bersifat menentukan dan menetapkan secara tegas hal-
hal yang menyangkut masalah aqidah tersebut dan tidak diberikan kebebasan bagi manusia untuk
melakukan suatu kreasi. Dalam bidang akhlaq juga demikian, yaitu dengan menetapkan sifat-sifat
terpuji yang harus diikuti oleh umat Islam serta sifat-sifat tercela yang harus dihindari. Selanjutnya di

18
bidang ibadah dan bahkan prinsip dasarnya adalah tidak boleh dilakukan atau dilaksanakan oleh setiap
muslim jika tidak ada dalil yang memerintahkan untuk dilaksanakan.

2) Bahwa berbagai jenis muamalah, hukum dasarnya adalah boleh sampai ditemukan dalil yang
melarangnya. Ini artinya, selama tidak ada dalil yang melarang suatu kreasi jenis muamalah, maka
muamalah itu dibolehkan. Namun demikian, walau pada prinsipnya muamalah dibolehkan selama tidak
ada dalil yang melarangnya, tetapi semua itu tidak boleh lepas dari sikap pengabdian kepada Allah
SWT, di mana terdapat kaidah-kaidah umum yang mengatur dan mengontrolnya, antara lain yaitu;
Tidak boleh terlepas dari nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan; Berdasarkan pertimbangan
kemaslahatan pribadi dan masyarakat; Menegakkan prinsip kesamaan hak dan kewajiban sesame
manusia; Seluruh perbuatan kotor adalah haram dan seluruh tindakan yang baik adalah halal, dan lain-
lain.[16]

Secara umum muamalah mencakup antara lain yaitu; hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak dan hal
lain yang terkait dengannya; Hal-hal yang berkaitan dengan harta seperti hibah, sedekah dan
sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan perdagangan seperti jual beli, khiyr, ihtikr, syirkah,
mudhrabah dan sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian amanah kepada orang lain
seperti hiwlah, ijrah, ariyah, al-rahn dan sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan lahan pertanian
seperti muzraah, musqah, dan lain-lain.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. agama islam adalah agama allah yang disampaikan kepada nabi Muhammad saw untuk
disampaikan serta diteruskan kepada seluruh umat manusia yang mengandung ketentuan ketentuan
keimanan(aqidah) dan ketentuan ketentuan ibadah dan muamalah (syariah) yang menentukan
proses berfikir, merasa dan berbuat.

2. unsur unsur agama antara lain: unsur keyakinan, unsur peribadatan atau ritual, unsur ritus
atau aturan dalam peribadatan, unsur respon yang bersifat emosinil dari manusia

3. tujuan beragama adalah agar selamat, bahagia, dan sejahtera hidupnya didunia dan akherat

4. macam macam agama : agama samawi, agama ardhi

5. metode dalam mengkaji islam yaitu:

a. islam harus dikaji dari sumber asli (al-quran dan al-hadist)

20
b. islam harus dikaji secara integral bukan partial

c. islam harus dikaji dari kepustakaan muslim atau sarjana islam

d. jangan menkaji islam dari kenyataan hidup atau realita umatnya

6. karakteristik islam antara lain : rabbaniyah, insaniyah, syumuliyah, wasatiyah

7. ruang lingkup ajaran islam yaitu aqidah, syariah dan akhlak

21

Anda mungkin juga menyukai