All New My Kti
All New My Kti
AJI WIDIATMOKO
Pengelolaan Sampah Pasar Dengan
Metode Destilasi
5/2/2009
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penelitian ilmiah berjudulini dapat terselesaikan.
Penulis sangat tertarik untuk ikut serta memikirkan masalah lingkungan hidup yang semakin
tidak terkendali, khususnya masalah sampah baik secara teknik maupun secara sistemik.
Dalam penulisan karya tulis ini, merupakan langkah awal penulis untuk senantiasa peduli dan
prihatin dengan permasalahan sampah yang terjadi serta mampu berpikir secara sistemik dalam
penanganan sampah dan manajemen operasinya yang semakin menghantui kehidupan manusia.
Dan besar harapan penulis, karya tulis ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan mendapat tindak
lanjut untuk evaluasi pada tahap kegiatan kedepan.
Penulis
Bab I Pendahuluan
Hingga saat ini sampah masih menjadi masalah serius diberbagai kota besar di Indonesia. Sistem
penanganan sampah kota yang ada sekarang masih mengandalkan pada Tempat Pembuangan Sampah
Akhir (TPA) sebagai tempat pembuangan sampah, mulai dari tingkat rumah tangga hingga kecamatan.
Persoalan dalam penanganan sampah kota, selain adanya keterbatasan ruang untuk TPA juga masalah
polusi udara dari aroma tidak sedap sampah dan belum optimalnya pemanfaatan sampah organik dan non
organik menjadi sesuatu yang memiliki nilai positif baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan. Selain itu
tempat pembuangan sampah yang jauh juga dapat membuat anggaran pengelolaan sampah membengkak,
karena semakin jauh semakin besar pula biaya transportasinya.
Karena masalah ini pula penulis mencoba menggali potensi dari sampah organik yang terdapat di
pasar untuk diolah menjadi bahan lebih mempunyai manfaat daripada hanya di buang begitu saja dan
tidak memberikan dampak positif.
Ide ini di ilhami karena rasa keprihatinan penulis terhadap sampah pasar, khususnya yang
terdapat di Pasar Baru Kota Bekasi karena kebetulan dekat dengan sekolah penulis. Setiap pagi
setidaknya 60m terbuang begitu saja tanpa memberikan manfaat dan parahnya lagi membuat masalah
semakin besar Karena pemerintah kota menganggarkan dana yang sangat besar bagi pengelolaan sampah
pasar tersebut.
Sebenarnya pengelolaan sampah modern sudah akan di buat tetapi dari sistem pengelolaan ini
menurut penulis dapat mematikan mata pencaharian para pemulung karena pada sistem ini sampah
organik dan non organik di campur dan di bakar tanpa menyisakan sedikitpun untuk para pengumpul
barang bekas. Selain itu metode dengan membakar sampah non organik dapat mengeluarkan polutan yang
sangat berbahaya.
Dari beberapa cara pengelolaan secara modern, metode ini lebih efisien karena hanya mengelola
limbah organik tanpa merebut jatah para pengepul barang bekas. sehingga para pemulung maupun
pengepul barang limbah non organik tidak kehilangan mata pencaharian. Berdasarkan penelitian penulis
terhadap pengepul barang bekas dalam satu hari dapat mendapatkan penghasilan yang dapat menghidupi
keluarganya secara berkecukupan.
Melalui cara ini diharapkan setidaknya masalah persampahan dapat dipecahkan, disamping itu
proses daur ulang limbah yang ada dapat bermanfaat untuk bahan baku sektor industri manufaktur (untuk
sampah non organik), industri pertanian /agribisnis, maupun untuk penataan pertamanan dan penghijauan
kota (untuk sampah organik).
Mengurangi pencemaran lingkungan, baik karena bau sampah maupun karena limbah cair
dan padat yang berbahaya.
Mengoptimalkan pemanfaatan sampah organik dan non organik yang berasal dari sampah pasar
sehingga memberikan nilai tambah yang lebih berguna.
Dapat menjadi contoh kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan.
Memanfaatkan limbah non organik untuk didaur ulang kembali sebagai bahan baku industri
(plastik, kertas, kaca dsb.), sehingga dalam jangka panjang dapat mengurangi ketergantungan
pada impor bahan baku industri.
Limbah organik akan lebih bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi karena mampu menghasilkan
alkohol yang dapat di gunakan untuk dijadikan bahan bakar.
Di peroleh kompos / pupuk organik dari proses pengeringan yang bermanfaat untuk sektor
pertanian yang ramah lingkungan
Walaupun bukan satu-satunya cara dalam menghemat APBD untuk pengelolaan sampah pasar
dan dalam rangka menjaga lingkungan, tapi penulis harapkan dapat menjadi salah satu cara dalam
menghadapi persoalan yang ada karena sampah yang di hasilkan oleh suatu pasar juga dapat bermanfaat.
Dari latar belakang yang telah disampaikan, maka identifikasi masalah yang dapat penulis sampaikan
antara lain :
a. Masalah sampah pasar yang sangat besar karena menelan dana sangat besar untuk
pengelolaanya.
b. Akibat yang ditimbulkan akibat sampah yang tidak dikelola dengan baik atau sampah
yangtidak terangkut.
Batasan penelitian ini adalah pemanfaatan limbah organik yang diproses secara
fermentasi dan destilasi untuk mendapatkan alkohol, dan proses pengomposan sebagai pupuk.
Dalam upaya mengatasi masalah sampah yang semakin hari semakin rumit dalam pengelolaanya
maupun dampak buruk bagi lingkungan.
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah, maka perumusan
masalahnya adalah Metode apa yang dapat dijadikan sebagai solusi atas masalah yang
ditimbulkan oleh sampah pasar ?.
Maksud dari penulisan karya tulis ini adalah penyampaian tinjauan pemanfaatkan limbah
organik khususnya limbah pasar yang di konversikan menjadi alkohol melalui proses destilasi
dan sisa/ampas dari buah dan sayuran yang dapat dijadikan pupuk.
Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk menyampaikan gambaran dari proses fermentasi
dan destilasi limbah organik sampah pasar, dan diharapkan menjadi salah satu metode untuk
mengatasi masalah sampah pasar. Karena masalah yang ditimbulkan oleh sampah banyak sekali
dampak negatifnya apabila tidak dikelola dengan benar dan efisien.
Alat yang di gunakan untuk praktikum destilasi limbah organik menjadi alkohol dilaboratorium
adalah :
1. Labu destilasi,
berfungsi sebagai wadah atau tempat suatu campuran zat cair yang akan di
destilasi.Terdiri dari :
2. Steel Head,
berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat pendingin (kondensor),
dan biasanya labu destilasinya sudah dilengkapi dengan leher yang berfungsi sebagai
steel head.
3. Thermometer,
biasanya digunkan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama proses
destilasi berlangsung, dan seringnya thermometer yang digunakan harus,
a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE
sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor.
4. Kondensor,
memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar, yaitu Untuk aliran uap hasil reaksi
dan lubang untuk air pendingin.
5. Labu didih,
biasanya selalu berasa atau keset, yang berfungsi untuk sebagai wadah sampel.
Contohnya untuk memisahkan alkohol dan air.
berfungsi untuk menyalurkan hasil destilasi yang sudah terkondisi untuk disalurkan ke
penampung yang telah tersedia.
Manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu, memberikan gambaran tentang
pengelolaan sampah pasar yang didestilasi menjadi alkohol dan pupuk tanaman, sehingga
limbah/sampah tetap dapat memberikan manfaat dan dengan metode ini, penulis yakin dapat
menekan dana untuk anggaran pengelolaan sampah pasar. Selain itu dapat membiasakan
masyarakat untuk mengelola limbahnya sendiri dan menerapkan secara langsung dan mudah
proses 3R.
Bab II Tinjauan Pustaka
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen).
Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat
definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan
anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk
yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana ,
melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh
ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Dijabarkan sebagai
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi
(ATP)
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang terlibat, tetapi
umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik
pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung produk akhir yang
dihasilkan.
Fermentasi makanan
Pembuatan tempe dan tape (baik tape ketan maupun tape singkong atau peuyeum) adalah proses
fermentasi yang sangat dikenal di Indonesia. Proses fermentasi menghasilkan senyawa-senyawa
yang sangat berguna, mulai dari makanan sampai obat-obatan. Proses fermentasi pada makanan
yang sering dilakukan adalah proses pembuatan tape, tempe, yoghurt, dan tahu.
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat
dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Gambar 1. Bagan perlengkapan destilasi di laboratorium
Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan
menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum
Dalton.
Jika relatif volatilitynya mendekati satu maka komponennya sulit untuk dipisahkan, karena titik
didihnya hampir sama, sehingga harus digunakan metode khusus. Metode destilasi ada beberapa
jenis, yaitu :
1. Destilasi sederhana
Biasanya destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan zat cair yang titik didih nya rendah,
atau memisahkan zat cair dengan zat padat atau miniyak. Proses ini dilakukan dengan
mengalirkan uap zat cair tersebut melalui kondensor lalu hasilnya ditampung dalam suatu wadah,
namun hasilnya tidak benar-benar murni atau bias dikatakan tidak murni karena hanya bersifat
memisahkan zat cair yang titik didih rendah atau zat cair dengan zat padat atau minyak.
Proses ini digunan untuk komponen yang memiliki titik didih yang berdekatan.Pada dasarnya
sama dengan destilasi sederhana, hanya saja memiliki kondensor yang lebih banya sehingga
mampu memisahkan dua komponen yang memliki perbedaan titik didih yang bertekanan. Pada
proses ini akan didapatkan substan kimia yang lebih murni, kerena melewati kondensor yang
banyak.
3. Destilasi azeotrop
Digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop (campuran campuran dua atau lebih
komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat
memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
Destilasi ini digunakan untu zat yang tak tahan suhu tinggi atau bias rusak pada pemansan yang
tinggi. Sehingga dengan menurunan tekanan maka titik didih juga akan menurun, maka destilasi
yang tadinya harus dilakukan pada suhu tinggi tetap dapat dilakukan pada suhu rendah dengan
menurunkan tekanan.
5. Refluks/ destrusi
Refluks/destruksi ini bisa dimasukkan dalam macam macam destilasi walau pada prinsipnya
agak berkelainan. Refluks dilakukan untuk mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan tetapi
tidak akan mengurangi jumlah zat yang ada. Dimana pada umumnya reaksi- reaksi senyawa
organik adalah lambat maka campuran reaksi perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan
akan menyebabkan penguapan baik pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu agar campuran
tersebut reaksinya dapat cepat, dengan jalan pemanasan tetap jumlahnya tetap reaksinya
dilakukan secara refluks.
Pengertian Alkohol
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan kadang
untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang
digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol
lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang
dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang
lebih luas lagi.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun
yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada
atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.
Struktur
Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi sp 3. Ada
tiga jenis utama alkohol - 'primer', 'sekunder, dan 'tersier'. Nama-nama ini merujuk pada jumlah
karbon yang terikat pada karbon C-OH. Etanol dan metanol (gambar di bawah) adalah alkohol
primer. Alkohol sekunder yang paling sederhana adalah propan-2-ol, dan alkohol tersier
sederhana adalah 2-metilpropan-2-ol.
Penggunaan
Alkohol dapat digunakan sebagai bahan bakar otomotif. Ethanol dan methanol dapat dibuat
untuk membakar lebih bersih dibanding gasoline atau diesel. Alkohol dapat digunakan sebagai
antifreeze di radiator. Untuk menambah penampilan Mesin pembakaran dalam, methanol dapat
disuntikan kedalam mesin Turbocharger dan Supercharger. Ini akan mendinginkan masuknya
udara kedalam pipa masuk, menyediakan masuknya udara yang lebih padat.
Ada dua cara menamai alkohol: nama umum dan nama IUPAC.
Nama umum biasanya dibentuk dengan mengambil nama gugus alkil, lalu menambahkan kata
"alkohol". Contohnya, "metil alkohol" atau "etil alkohol".
Nama IUPAC dibentuk dengan mengambil nama rantai alkananya, menghapus "a" terakhir, dan
menambah "ol". Contohnya, "metanol" dan "etanol".
Sifat fisika
pH
Dua alkohol paling sederhana adalah metanol dan etanol (nama umumnya metil alkohol dan etil
alkohol) yang strukturnya sebagai berikut:
H HH
| ||
H-C-O-H H-C-C-O-H
| ||
H HH
metanol etanol
Dalam peristilahan umum, "alkohol" biasanya adalah etanol atau grain alcohol. Etanol dapat
dibuat dari fermentasi buah atau gandum dengan ragi. Etanol sangat umum digunakan, dan telah
dibuat oleh manusia selama ribuan tahun. Etanol adalah salah satu obat rekreasi (obat yang
digunakan untuk bersenang-senang) yang paling tua dan paling banyak digunakan di dunia.
Dengan meminum alkohol cukup banyak, orang bisa mabuk. Semua alkohol bersifat toksik
(beracun), tetapi etanol tidak terlalu beracun karena tubuh dapat menguraikannya dengan cepat.
Alkohol umum
Alkohol digunakan secara luas dalam industri dan sains sebagai pereaksi, pelarut, dan bahan
bakar. Ada lagi alkohol yang digunakan secara bebas, yaitu yang dikenal di masyarakat sebagai
spirtus. Awalnya alkohol digunakan secara bebas sebagai bahan bakar. Namun untuk mencegah
penyalahgunaannya untuk makanan atau minuman, maka alkohol tersebut didenaturasi.
denaturated alcohol disebut juga methylated spirit, karena itulah maka alkohol tersebut dikenal
dengan nama spirtus.
II.4 Pengertian Titik Didih
Titik didih suatu cairan ialah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar.
Titik didih suatu cairan bergantung pada tekanan luar. Penurunan tekanan uap suatu cairan akibat
adanya zat terlarut membawa konsekuensi bagi titik didih cairan tersebut. Pada setiap suhu, suatu larutan
memiliki tekanan uap yang lebih rendah daripada pelarut murninya, akibatnya suatu larutan akan
memiliki titik didih yang lebih tinggi dari pelarut murninya karena energi diperlukan lebih benyak untuk
dapat menyamakan tekanan uap larutan dengan tekanan udara luar, energi yang lebih tinggi didapat dari
suhu yang dinaikkan.
Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan titik didih larutan (Tb).
Kenaikan titik didih larutan dapat dihitung dengan rumus berikut.
Tb = Tb Tb
Bila dikaitkan dengan kenaikan titik didih ideal, maka hal itu perlu dikaitkan dengan kemolalan larutan.
Karena itu, rumus yang berlaku adalah:
Tb = Kb x m
Keterangan:
Tb = kenaikan titik didih (boiling point elevation)
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
m = kemolalan larutan.
Tb = (W/Mr) . (1000/p) . Kb
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut
murni.
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai:
Tb = (100 + DTb) C
Sebagai pedoman penghitungan, berikut disajikan tetapan harga Kb dan Kf dari beberapa pelarut.
Menurut J.H. Crawford (2003), kompos adalah hasil dekomposisi parsial/tidak lengkap,
dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-bahan organik oleh pupulasi berbagai macam
mikroba dalam konsisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik.
Gambar 3. Kompos
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang
ada hanya produk-produk yang tak bergerak.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua
fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa
dikaitkan dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal
juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir
semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang
kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Dibawah ini adalah berbagai jenis sampah :
Berdasarkan sumbernya :
1. Sampah alam.
2. Sampah manusia.
3. Sampah konsumsi.
4. Sampah nuklir.
5. Sampah industri.
6. Sampah pertambangan.
Berdasarkan sifatnya :
1. Sampah organik - dapat diurai (degradable).
2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable).
3. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), merupakan sisa suatu usaha yang yang
mengandung bahan berbahaya atau beracun, baik secara langsung atau tidak langsung
dapat merusak atau mencemarkan dan membahayakan lingkungan Sampah/Limbah
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Sampah alam
Sampah alam adalah sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses
daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah.
Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun
kering di lingkungan pemukiman.
Sampah manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil
pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi
kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang
disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah
pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan
sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah
manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.
Sampah Konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan
kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum
dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil
dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.
Sampah radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan
thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia. Oleh karena itu sampah
nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktifitas tempat-
tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang
masih dilakukan).
Metode pembuangan sampah yang diterapkan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) meliputi :
1. Open Dumping
Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan sederhana, dimana
sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi, dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan
ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada Pemerintah Daerah yang menerapkan cara
ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia, dana, dll).
Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran lingkungan yang
ditimbulkannya, seperti :
Controll Landfill merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik sampah
yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi gangguan
lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan
sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Di Indonesia, metode controll landfill dianjurkan untuk diterapkan di
kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metode ini diperlukan penyediaan beberapa
fasilitas, diantaranya :
e. Alat berat.
3. Sanitary Landfill
Sanitary Landfill merupakan metode standar yang dipakai secara internasional dimana penutupan
sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan timbul dapat diminimalkan, namun
diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal bagi penerapan metode ini
sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk kota-kota besar dan metropolitan
II.7 Hipotesa
Dari masalah yang telah disampaikan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa????
Bab III Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode eksperimen dan deskriptif.
Penelitian ini dilaksanakan diLaboratorium SMA Bani Saleh Kota Bekasi. Metode penelitian ini
bersifat uji laboratorium dengan menekankan pada uji bakteri, dan temperatur yang optimal
untuk di dapatkan akohol yang berkadar tinggi. Sedangkan untuk uji kadar alcohol yang didapat,
sample hasil diuji oleh Laboratorium Kimia Skofindo.
Bahan yang penulis gunakan sebagai sample untuk uji coba dilaboratorium adalah:
1. Buah dan sayuran busuk sisa dari proses jual beli yang penulis dapatkan di Pasar
Baru Bekasi.
2. Ragi untuk proses fermentasi.
Sedangkan alat yang di gunakan untuk praktikum destilasi limbah organik menjadi alkohol
dilaboratorium adalah :
1. Labu destilasi,
berfungsi sebagai wadah atau tempat suatu campuran zat cair yang akan di destilasi.
Terdiri dari :
berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat pendingin (kondensor),
dan biasanya labu destilasinya sudah dilengkapi dengan leher yang berfungsi sebagai
steel head.
3. Thermometer,
biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama proses
destilasi berlangsung, dan seringnya thermometer yang digunakan harus,
a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE
sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor.
4. Kondensor,
memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar, yaitu Untuk aliran uap hasil reaksi
dan lubang untuk air pendingin.
5. Labu didih
Biasanya selalu berasa atau keset, yang berfungsi untuk sebagai wadah sampel.
Contohnya untuk memisahkan alkohol dan air.
berfungsi untuk menyalurkan hasil destilasi yang sudah terkondisi untuk disalurkan ke
penampung yang telah tersedia.
8. Mantel,
Setelah proses fermentasi dilakukan, pemerasan cairan dilakukan pada sampah tersebut dan
cairan yang keluar selama proses fermentasi ikut ditampung dalam suatu wadah atau dapat pula
menggunakan jeriken, kemudian setelah cairan didapatkan sebagian sample diambil untuk
dilakukan uji kadar alkohol dan sebagian lagi dilakukan proses destilasi untuk mendapatkan
alcohol dengan kadar yang lebih tinggi.
Pada penelitian kali ini dari berbagai macam metode destilasi, penulis menggunakan metode
destilasi bertingkat. Prosedur penelitian yang penulis gunakan saat proses destilasi, yaitu :
1. Siapkan sampel, ukuran maximum 1l, masukkan kedalam batu didih. Pasangkan dengan
alat destilasi dengan posisi miring.
2. Pada leher batu didih dan pada sambungan diberi vaselin untuk melicinkan, sehingga
pada saat selesai kerja dapat dibuka tanpa pecah dan untuk menghindari pemuaian.
3. Selang dimasukkan pada celah masuk dan celah keluar. Celah masuk terhubung dengan
pompa aquarium, celah keluar dihubungkan dengan wadah tempat pembuangan
erlenmeyer sebagai wadah tampungan dibawah.
4. Nyalalakan pompa aquarium, air akan masuk mengisi kondensor, air harus berjalan terus,
air harus keluar dari celah yang menunjukkan bahwa kondensor berisi penuh.
5. Hidupkan bunsen.
6. Sampel yang telah dipanaskan akan menguap dan masukan pipa destilasi, setelah
dipasangkan dengan kondensasi, maka uap akan berubah menjadi air.
7. Air akan menetes dari alat destilasi dan dihasilkan air destilata.
Setelah proses fermentasi dan destilasi dilakukan, terdapat sisa/ampas dari proses pemerasan.
Ampas tersebut kemudian penulis proses kembali menjadi kompos, sehingga dari proses ini
limbah yang dihasilkan sangat minim. Di bawah ini adalah tahapan dari proses penelitian yang
dilakukan:
SELESAI
III.5 Kesulitan-Kesulitan
1. Data-data terbaru tentang volume pasar dari berbagai kota dan daerah.
2. Pembuatan penarapan teknologi murah dan ramah lingkungan tapi mempunyai dampak positif
yang besar.
4. Temperatur saat destilasi harus konstan dan stabil (yaitu, antara 78-86C) agar alkohol yang
didapat berkadar tinggi.
Salah satu penyebab kerusakan alam dan lingkungan hidup di wilayah perkotaan yang
menimbulkan dampak negatif pada masyarakat adalah masalah sampah. Sampah merupakan sisa
buangan setiap aktifitas/kegiatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat baik langsung
maupun tidak langsung. Permasalahan sampah dapat ditimbulkan akibat adanya pertambahan
jumlah penduduk setiap tahun, sarana prasarana berkurang, berkembangnya wilayah perkotaan,
sumber daya manusia yang kurang mencukupi, sistem manajemen pengelolaan sampah yang
tidak baik, terbatasnya lahan untuk pembuangan sampah, tidak adanya pendidikan lingkungan di
masyarakat, khususnya masalah sampah serta kurangnya pemahaman masyarakat akan arti
pentingnya menjaga lingkungan.
Volume sampah yang semakin besar akibat aktifikat kehidupan masyarakat baik
masyarakat pemukiman, perdagangan (pasar) dan perkantoran, apabila tidak dikelola secara
benar, maka akan berpotensi menimbulkan masalah. Pemahaman yang dianggap benar oleh
masyarakat bahwa permasalahan sampah adalah tanggung jawab pemerintah saja haruslah
diubah menjadi tanggung jawab kita bersama. Pemahaman di masyarakat khususnya pada
masyarakat pedagang yang selama ini ada adalah mereka hanya berkewajiban untuk membayar
retribusi sampah, untuk itu mereka mendapatkan kompensasi atas retribusi yang dibayarkan
lewat Dinas Pengelola Pasar Pemerintah Daerah/Kota.
Pasar sebagai tempat berlangsungnya jual beli barang yang dibutuhkan oleh setiap
komunitas, semakin besar dan kompleksnya suatu komunitas, maka semakin banyak pasar yang
dibutuhkan. Dalam lingkungan pasar, sunber-sumber sampah pasar dapat diklasifikasikan
berdasarkan jenis barang yang diperdagangkan. Pasar umum memiliki jenis sumber sampah yang
lebih banyak dibandingkan pasar khusus, yakni pasar yang hanya memperjual belikan kelompok
barang tertentu, misalnya pasar buah dan sayur seperti di Pasar Baru Bekasi. Jenis barang yang
diperjual belikan dalam suatu pasar mempengaruhi volume serta sifat dari sampah yang
dihasilkan. Sampah pasar memiliki karakteristik khas, volumenya besar, kadar air tinggi, serta
mudah membusuk. Oleh karena itu pengelolaan sampah pasar perlu dilakukan secara tepat.
Selain ditinjau dari karakteristik sampahnya, pasar umumnya terletak pada area yang strategis,
sehingga keberhasilan pengelolaan sampah secara baik dan benar akan terasa oleh masyarakat
dan lingkungan sekitarnyaData Volume Sampah Pasar dari Berbagai Sumber
No. Nama Pasar Lokasi Sampah Yang di Hasilkan
(m/hari)
Pasar Kramat Jati Jakarta 300.000
1.
2. Pasar Baru Bekasi Kota Bekasi 60
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan, yakni
pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir/pengolahan. Tahapan kegiatan tersebut
dalam pengelolaan sampah seperti pada gambar berikut :
Pembuangan Pengangkutan
Dengan metode ini tentu saja sampah tidak mempunyai manfaat sama sekali, belum lagi proses
pengankutan yang jauh mengakibatkan biaya transportasi begitu mahal.
Pengelolaan sampah akan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Secara spesifikasi
teknis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap
terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang
benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.
Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang lebih
sering dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak
Pemerintah Daerah masih merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan
fasilitas di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang dirasakan kurang prioritas dibanding
pembangunan sektor lainnya.
Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sampah mengalami proses penguraian secara alamiah
dengan jangka waktu yang panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara
yang lain lebih lambat; bahkan ada bebrapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara
yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan
tahun; misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) selesai digunakan pun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan
beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan
terhadap Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang telah ditutup.
Melalui metode yang penulis sarankan ini diharapkan mampu memperpanjang umur TPA serta
tidak mengorbankan para pengepul barang bekas, karena metode ini hanya akan memproses
sampah organik.
Secara umum teknologi pengelolaan limbah organik ini adalah proses pembusukan suatu bahan
organik dan penyulingan suatu zat yang akan menguap pada titik didihnya, dalam hal ini gugus
alkohol adalah zat yang di cari dari proses destilasi ini. Saat proses fermentasi penulis diamkan
sampah organik yang telah dicampur ragi selama 9 hari. Temperatur yang di gunakan saat
destilasi berkisar antara 78-86C celcius. Di bawah ini konsep dari proses destilasi tersebut :
Fermentasi
Pemerasan Proses Alkoho
Buah/sayuran
cairan Destilasi l
busuk
Dari berbagai metode destilasi, penulis menggunakan destilasi bertingkat tetapi penulis
perkirakan apabila menggunakan metode destilasi yang diterapkan untuk penyulingan minyak
bumi, akan menghasilkan alkohol yang lebih murni dan lebih tinggi kadar oktannya.
Di bawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi saat proses destilasi dilakukan :
Makin tinggi tekanan uapnya makin rendah suhu yang dibutuhkan untuk mendidih.
Tekanan uap dan titik didih pada campuran bergantung pada banyaknya komponen
pada campuran
Peristiwa destilasi dapat terjadi bila ada perbedaan tekanan uap dan titik
Beberapa bahan-bahan organik padat yang dapat dijadikan kompos, seperti limbah
organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan,
limbah-limbah pertaniah, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula,
limbah pabrik kelapa sawit, dll. Selain mengenal bahan-bahan yang dapat dijadikan kompos kita
juga harus memahami dengan baik proses pengomposan agar dapat membuat kompos dengan
kualitas baik.
Gambar 7. Proses Umum Pengomposan Limbah Padat Organik
Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses
pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah
terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan
meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan
meningkat hingga di atas 50 - 70C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu.
Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada
suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif.
Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan
organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu
akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat
lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi
penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 40% dari
volume/bobot awal bahan. Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan
oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses
aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik.
Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses
anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan
dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang
berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat,
puttrecine), amonia, dan H2S.
Di bawah ini adalah tabel yang menggambarkan jenis organisme yang terlibat dalam proses
pengomposan
-Aktinomicetes
-Kapang
Mikrofauna Protozoa
Makroflora Jamur tingkat tinggi
Makrofauna Cacing tanah, rayap,
semut, kutu dll
Tabel 3. Organisme Yang Terlibat Dalam Proses Pengomposan
Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba
memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada
rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis
protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein
sehingga dekomposisi berjalan lambat.
Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas
akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan
lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk
meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan
tersebut.
Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara
alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar
dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas
dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses
anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
Porositas
Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan
mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan
udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh
air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan
secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan
bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah
kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas
mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila
kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas
mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak
sedap.
Temperatur
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan
konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan
semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada
tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60C menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60C akan membunuh sebagian mikroba
dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan
membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses
pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8
hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan
pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan
menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa
yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH
kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
Kandungan hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam
kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses
pengomposan.
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan
mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang
termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses
pengomposan.
Di bawah ini tabel yang menggambarkan kondisi yang optimal untuk mempercepat proses
pengomposan :
Adapun manfaat kompos ditinjau dari beberapa aspek, seperti aspek ekonomi, aspek lingkungan,
dan aspek bagi tanah / tanaman adalah sebagai berikut :
Aspek Ekonomi :
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
Aspek Lingkungan :
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen).
Untuk lokasi penempatan alat untuk pengelolaan sampah ini, penulis sarankan alat tersebut
disediakan di lokasi dekat pasar agar tidak jauh dalam proses pengangkutan.
Dengan volume sampah yang dihasilkan oleh pasar dari aktifitas jual beli masyarakat, tentunya
jumlah sampah yang dihasilkan cukup signifikan jika dapat dikelola dengan reduksi optimal.
Jenis sampah yang berupa sampah organik tentunya akan sangat menguntungkan apabila sampah
tersebut dapat dimanfaatkan kembali menjadi bahan baku kompos. Pemilahan sampah organik
tersebut dengan sampah lainnya tetap dilakukan untuk mendapatkan kompos yang baik. Valume
sampah yang demikian besar sangat disayangkan apabila tidak dikelola dengan baik, sehingga
akan menimbulkan problem sampah saja yang tidak terselesaikan.
2. Secara Ekonomis
Dengan sistem pengelolaan sampah yang baik dan benar serta tepat sasaran dapat menekan biaya
operasional dan biaya retribusi, sehingga beban pemerintah daerah akan lebih ringan dalam
pengeluaran biaya pengelolaan sampah.
3. Kebersihan
Sistem pengelolaan sampah akan sangat menentukan wajah dari suatu tempat dimana sampah itu
akan dihasilkan, apabila sistem kinerja pengelolaan sampah baik, maka wajah tempat tersebut
akan menjadi bersih dan indah. Nilai penting dari unjuk kerja sistem pengelolaan sampah tidak
saja nilai estetika, tetapi juga akan memiliki manfaat terhadap :
Pengelolaan manajemen sampah yang baik dan benar akan memberikan (kesimpulan)
keuntungan ditinjau dari segi ekologi, ekonomi dan kesehatan, antara lain:
1. Proses destilasi dan fermentasi air sampah ini, serta pembuatan kompos dari sisa destilasi akan
mengurangi volume sampah/limbah yang ada, sehingga hal tersebut akan memberikan dampak
positif terhadap lingkungan pasar dan kebersihan
3. Alkohol mempunyai banyak manfaat ,dan pupuk kompos dapat bermanfaat untuk kebutuhan
lingkungan/tanah dan tanaman.
5. Menghilangkan kesan jorok, kumuh, kotor dll, karena banyaknya timbunan sampah yang tidak
terurus secara baik
1. Mengurangi volume sampah yang diangkut, sehingga dapat menekan biaya tranportasi, biaya
tenaga kerja dan biaya peralatan
2. Dengan berkurangnya jumlah sampah yang dikirim ke TPA akan menambah panjang umur
pemakaian TPA.
3. Memberikan kesempatan kepada pengepul barang bekas untuk mengambil sampah non
organik yang dapat didaur ulang.
Pada dasarnya pola pembuangan sampah yang dilakukan dengan sistem TPA (tempat
pembuangan akhir) sudah tidak relevan lagi dengan lahan kota yang semakin sempit dan
pertambahan penduduk yang pesat, sebab bila hal ini terus dipertahankan akan membuat kota
dikepung lautan sampah sebagai akibat kerakusan pola ini terhadap lahan dan volume sampah
yang terus bertambah. Pembuangan yang dilakukan dengan pembuangan sampah secara terbuka
dan di tempat terbuka juga berakibat meningkatnya intensitas pencemaran. Selain itu yang paling
dirugikan dan selama ini tidak dirasakan oleh masyarakat adalah telah dikeluarkannya miliaran
rupiah untuk membuat dan mengelola TPA.
Cara penyelesaian yang ideal dalam penanganan sampah di perkotaan adalah dengan cara
membuang sampah sekaligus memanfaatkannya sehingga selain membersihkan lingkungan, juga
menghasilkan kegunaan baru. Hal ini secara ekonomi akan mengurangi biaya penanganannya.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk
diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Cohen dan Uphof (1977)
mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam suatu proses pembangunan terbagi atas 4
tahap, yaitu : a) partisipasi pada tahap perencanaan, b) partisipasi pada tahap pelaksanaan, c)
partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil-hasil pembangunan dan d) partisipasi dalam tahap
pengawasan dan monitoring. Masyarakat senantiasa ikut berpartisipasi terhadap proses-proses
pembangunan bila terdapat faktor-faktor yang mendukung, antara lain : kebutuhan, harapan,
motivasi, ganjaran, kebutuhan sarana dan prasarana, dorongan moral, dan adanya kelembagaan
baik informal maupun formal.
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor teknis untuk
menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari tahun ke tahun
yang semakin kompleks. Pemerintah Jepang saja membutuhkan waktu 10 tahun untuk
membiasakan masyarakatnya memilah sampah. Reduce (mengurangi), Reuse (penggunan
kembali) dan Recycling (daur ulang) adalah model relatif aplikatif dan dapat bernilai ekonomis.
Sistem ini diterapkan pada skala kawasan sehingga memperkecil kuantitas dan kompleksitas
sampah. Model ini akan dapat memangkas rantai transportasi yang panjang dan beban APBD
yang berat. Selain itu masyarakat secara bersama diikutsertakan dalam pengelolaan yang akan
memancing proses serta hasil yang jauh lebih optimal daripada cara yang diterapkan saat ini.
Volume sampah di kota-kota besar, misalnya di Jakarta yang mencapai 24000 hingga 27000
m/hari menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di Jakarta sudah pada tahap menghawatirkan
bila tidak dikelola secara baik, dimana potensi konflik dapat meledak sewaktu-waktu. Oleh
karena itu perlu dilakukan penataan ulang secara menyeluruh tentang konsepsi pengelolaan
sampah di perkotaan. Persoalan yang mendesak dan sulit untuk diatasi pada masyarakat di kota
besar adalah rantai distribusi yang terlalu panjang dan pola TPA (tempat pembuangan akhir)
yang sentralistis, dimana jika satu unit mengatasi masalah, maka seluruh sistem akan terganggu.
Puluhan miliar dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi hanya untuk menangani sampah.
Konsep rencana pengelolaan sampah perlu dengan metode yang penulis rekomendasikan ini
dapat diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah lingkungan. Sistem tersebut harus
dapat melayani seluruh penduduk, meningkatkan standar kesehatan masyarakat dan memberikan
peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk berpartisipasi aktif. Pendekatan yang digunakan
dalam konsep rencana pengelolaan sampah ini adalah meningkatkan sistem pengelolaan sampah
yang dapat memenuhi tuntutan dalam paradigma baru pengelolaan sampah. Untuk itu perlu
dilakukan usaha untuk mengubah cara pandang sampah dari bencana menjadi berkah. Hal ini
penting karena pada hakikatnya pada timbunan sampah itu kadang-kadang masih mengandung
komponen-komponen yang sangat bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi tinggi namun karena
tercampur secara acak maka nilai ekonominya hilang dan bahkan sebaliknya malah
menimbulkan bencana yang dapat membahayakan lingkungan hidup.
Bab V Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan
Perubahan pengelolaan sampah dari sistem lama ke sistem baru yang menekankan pada
proses pemilahan, pengumpulan, pemprosesan manjadi bahan yang bernilai ekonomis,
sedikit demi sedikit perlu dikenalkan kepada masyarakat khususnya pengelola, pedagang
dan pengunjung pasar.
Sistem pengelolaan sampah pasar menjadi alkohol dan kompos memberikan banyak
keuntungan secara ekonomis karena dapat menyumbangkan untuk
pembiayaanpengelolaan sampah itu sendiri sehingga mengurangi beban APBD Kota
Bekasi.
Manajemen pengelolaan sampah pasar secara makro akan memberikan dampak yang
sangat positif kepada perkembangan perekonomian Kota Bekasi karena masyarakat akan
lebih senang datang ke pasar tradisional.
V.2 Saran-Saran
Pengelola kebersihan pasar Kota Bekasi perlu untuk menyediakan tempat sampah sesuai
dengan jenis sampah yang dhasilkan oleh pedagang.
Metode pengelolaan sampah pasar yang penulis rekomendasikan ini dari perlu mendapat
perhatian khusus dari semua pihak agar benar benar terlaksana.Slogan Slogan tentang
kebersihan perlu dipasang ditempat- tempat yang strategis.
Komposting dari sampah pasar perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak agar
benar benar terlaksana.
Slogan Slogan tentang kebersihan perlu dipasang ditempat- tempat yang strategis.
Daftar Pustaka
"http://id.wikipedia.org/wiki/Alkohol"
""http://id.wikipedia.org/wiki/Destlasi"
"http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah"
Chem-Is-Try.Org