(H411 16 308) Implementasi Nilai Sila Pertama
(H411 16 308) Implementasi Nilai Sila Pertama
Disusun Oleh:
Firdha Nurhikmah
NIM: H411 16 308
FIRDHA NURHIKMAH
2
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 2
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 10
4.2 Saran-saran ....................................................................................................... 10
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman Globalisasi saat ini banyak pengaruh dari luar ke dalam yang baik
maupun yang buruk. Sebagai bukti masyarakat sudah terpengaruh dengan kebiasaan yang
seharusnya tidak patut dilakukan oleh bangsa kita. Sudah banyak masyarakat yang lupa
akan landasan negara kita sebagai ideologi dasar bagi negara Indonesia yaitu Pancasila.
Sebagai rakyat Indonesia, Pancasila merupakan pedoman hidup kita. Pada kenyataannya,
saat ini masyarakat Indonesia sudah lupa akan pelaksanaan ideologi dasar negara kita.
Dari pejabat-pejabat hingga rakyat kalangan menengah kebawah sudah banyak yang tidak
peduli lagi akan ideologi dasar negara ini.
Secara yuridis-konstitusional kedudukan Pancasila sudah jelas, bahwa Pancasila
adalah pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia, dan sebagai ideologi
nasional. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai
yang kebenarannya diakui, dan menimbulkan tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari. Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya
dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur.
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia.
Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.
Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama
dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan. Maka dari itu Pancasila
sebagai ideology dasar bagi negara Indonesia harus diketahui dan diterapkan oleh seluruh
warga negara Indonesia. Dengan demikian warga negara Indonesia mengerti dan
meyakini Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa dan mengamalkan Pancasila tersebut
dalam setiap langkah mereka. Pada tulisan ini akan dijelaskan secara rinci tentang
implementasi sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dalam praktik nyata.
1.3 Tujuan
1. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila
2. Agar generasi muda bangsa Indonesia dapat mengamalkan pancasila sila pertama
dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
1
3. Diharapkan Indonesia tetap berpegang teguh pada ideologi negara kita yaitu
pancasila. Karena pancasila merupakan solusi terhadap setiap permasalahan yang
bangsa kita hadapi.
1.4 Manfaat
Manfaat yang bisa kita peroleh dari penulisan uraian ini adalah menambah
pengetahuan mengenai nilai-nilai yang terkandung di dalam sila pertama pancasila
sehingga kita bisa mengimplementasikannya di dalam kehidupan nyata. Selain itu juga
diharapkan untuk menjadikan Pancasila sebagai bahan pertimbangan untuk
menyelesaikan masalah yang ada baik untuk lingkungan, bangsa, maupun negara.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2) Piagam Jakarta 22 Juni 1945
Rumusan lima dasar negara (Pancasila) tersebut kemudian dikembangkan oleh
Panitia 9 yang lazim disebut demikian karena beranggotakan sembilan orang tokoh
nasional, yakni para wakil dari golongan Islam dan Nasionalisme. Mereka adalah: Ir.
Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. A.A. Maramis, Abikusno Tjokrosoejoso,
Abdulkahar Muzakir, H.A. Salim, Mr. Achmad Subardjo, K.H. Wachid Hasjim, Mr.
Muhammad Yamin.
Rumusan sistematis dasar negara oleh Panitia 9 itu tercantum dalam suatu
naskah Mukadimah yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta, yaitu:
a) Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemelukknya;
b) Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab;
c) Persatuan Indonesia;
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan;
e) Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945, Piagam Jakarta diterima sebagai
rancangan Mukadimah hukum dasar (konstitusi) Negara Republik Indonesia. Rancangan
tersebut khususnya sistematika dasar negara (Pancasila) pada tanggal 18 Agustus
disempurnakan dan disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
menjadi:
a) Ketuhanan Yang Maha Esa;
b) Kemanusiaan yang adil dan beradab;
c) Persatuan Indonesia;
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan;
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.
4
4) Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968
Rumusan yang beraneka ragam itu selain membuktikan bahwa jiwa Pancasila
tetap terkandung dalam setiap konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, juga
memungkinkan terjadinya penafsiran individual yang membahayakan kelestariannya
sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup
bangsa Indonesia. Menyadari bahaya tersebut, pada tanggal 13 April 1968, pemerintah
mengeluarkan Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968 yang menyeragamkan tata urutan
Pancasila seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
5
Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara lain :
a. Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta
segala sesuatu dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa,
Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana dan sebagainya;
b. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua
perintah- Nya dan menjauhi larangan-larangannya. Dalam memanfaatkan
semua potensi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah manusia harus
menyadari, bahwa setiap benda dan makhluk yang ada di sekeliling manusia
merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya; harus
dirawat agar tidak rusak dan harus memperhatikan kepentingan orang lain dan
makhluk-makhluk Tuhan yang lain.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
sama antarpemeluk agama dan kepercayaan untuk mencapai kerukuna hidup
umat bersama. Bekerja sama diartikan bahwa setiap pemeluk agama
melakukan pekerjaan secara bersama-sama menurut kesepakatan sehingga
terjadi persatuan dalam suatu wilayah. Seperti diketahui bahwa agama dan
kepercayaan setiap warga negara adalah berbeda, namun demikian setiap
warga negara diharapkan dapat bekerja sama untuk urusan sosial dan
kemasyarakatan sehingga tercipta kerukunan antarumat beragama. Setiap
individu bermasyarakat tetap menjalankan ibadah sesuai agamanya, dan di
dalam masyarakat yang berbeda-beda agama dan kepercayaan, pemeluk Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, dan aliran kepercayaan, tetap
menjalankan agama dan kepercayaannya, dan di masyarakat dapat membuat
kesepakatan untuk bekerja sama dalam berbagai hal seperti penanggulangan
kemiskinan dan peningkatan perekonomian, pengamanan lingkungan,
perbaiakan sarana prasarana, peningkatan kesehatan, olahraga, pendidikan,
dan lain sebagainya.
e. Kita mengakui bahwa hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa
sebagai hak pribadi yang paling hakiki.
f. Kita mengakui tiap warga Negara bebas menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
g. Kita tidak memaksakan agama dan kepercayaan kita kepada orang lain.
Ketakwaan mengharuskan penerimaan kebenaran Tuhan kepada umat manusia
sesuai agama dan kepercayaannya. Dalam masyarakat dengan jumlah agama
dan kepercayaan lebih dari satu, tidak boleh ada pemaksaan agama dari satu
agama ke agama lain dengan cara apapun. Kegiatan sudah beragama dan
percaya kepada Tuhan. Oleh sebab itu, toleransi beragama harus
dikembangkan sejak dini. Keyakinan bahwa agamaku adalah agamaku, dan
agamamu adalah agamamu harus ditekankan kepada setiap warga negara.
Pancasila sebagai falsafah negara tidaklah lahir dari sumber-sumber asing, tetapi
berpancar dari sumber yang terdapat di bumi Indonesia sendiri, yang merupakan hasil
sublimasi dari unsur-unsur hidup dan kehidupan Bangsa Indonesia baik materiil maupun
spiritual, sehingga dengan demikian pancasila menjadi pedoman bagi hidup dan
kehidupan tiap-tiap warga negara dan seluruh bangsa Indonesia , oleh karena itu pancasila
mengingatkan tiap-tiap warga negara akan tanggung-jawabnya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Dalam dasar Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung prinsip, bahwa Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang ber-Tuhan dan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing serta untuk menjalankan ibadah
menurut agamanya itu. Negara Republik Indonesia adalah negara yang ber-Tuhan dimana
umat beragama saling menghormati, sesuai dengan ajaran agama (toleransi agama).
Sebagai negara yang ber-Tuhan maka di dalam Republik Indonesia segala hokum yang
berlaku haruslah dilaksanakan atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
Perwujudan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sila Pancasila dalam praktik nyata,
pada kenyataannya banyak masyarakat yang ber-Tuhan tetapi segala aktivitasnya tidak
berprinsip Ketuhanan. Jadi belum sepenuhnya mengamalkan sila pertama Pancasila
tersebut. Misalnya : seseorang yang hanya islam KTP tidak mengimplementasikan nilai-
nilai islam, melupakan ajaran ajarannya agamanya hanya sebagai formalitas saja.
8
Apabila manusia sudah benar mengamalkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa
secara nyata, tidak mungkin banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak
berprisip Pancasila atau tidak berkemanusiaan. Namun, kenyataannya masih banyak
manusia yang belum sadar dan belum mengamalkan sepenuhnya. Padahal sila Ketuhanan
Yang Maha Esa itu merupakan pembimbing pada pelaksanaan sila-sila Pancasila yang
lain. Seharusnya masyarakat yang sesuai dengan Pancasila dapat mengamalkan nilai-nilai
luhur Pancasila dengan baik.
9
BAB 1V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perwujudan nilai-nilai Pancasila harus dimulai dari kesadaran seluruh masyarakat
Indonesia ini. kehidupan beragama harus dapat membawa persatuan dan kesatuan bangsa,
harus dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, harus dapat
menyehatkan pertumbuhan demokrasi, sehingga membawa seluruh rakyat Indonesia
menuju terwujudnya keadilan dan kemakmuran lahir dan batin. Namun, dalam
kenyataannya masih belum sepenuhnya masyarakat mengamalkan nilai sila Ketuhanan
Yang Maha Esa.
4.2 Saran
Sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai dasar negara Pancasila
seharusnya mampu mengamalkan nilai-nilai pancasila. Terutama sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, karena demi mewujudkan bangsa yang berkarakter perlu adanya kesadaran
yang tinggi bagi warga negaranya.
10