Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL PANCASILA

Implementasi Nilai Sila Pertama


Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam Kehidupan Masyarakat, Bangsa
dan Negara

Disusun Oleh:
Firdha Nurhikmah
NIM: H411 16 308

FAKULTAS MIPA JURUSAN BIOLOGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan artikel ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul IMPLEMENTASI NILAI SILA
PERTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT, BANGSA DAN NEGARA.
Artikel ini berisikan tentang IMPLEMENTASI NILAI SILA PERTAMA
DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT, BANGSA DAN NEGARa. Diharapkan tulisan
ini dapat memberikan informasi kepada kita semua, pada khususnya
mahasiswa/mahasiswi Universitas Hasanuddin tentang Implementasi Sila Pertama, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Saya menyadari bahwa ,tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan tulisan ini. Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapakan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang selalu menemani, membantu dan
mensuport selama pembuatan tulisan ini. Maka, artikel ini dapat terselesaikan tidak lepas
dari kerjasama dari semuanya.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar, 30 November 2016

FIRDHA NURHIKMAH

2
DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Pancasila ......................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Pancasila Secara Etimologis ................................................... 3
2.1.2 Pengertian Pancasila Secara Sosiologis .................................................... 3
2.2 Makna Sila Pertama Pancasila ( Ketuhanan Yang Maha Esa ) .......................... 5
2.3 Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pancasila Sila Pertama .............................. 6

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Implementasi Nilai Sila Pertama Dalam
Kehidupan Masyarakat, Bangsa dan Negara ........................................................... 7
3.2 Implementasi Nilai Sila Pertama Dalam
Lingkungan Watansoppeng ..................................................................................... 7

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 10
4.2 Saran-saran ....................................................................................................... 10

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman Globalisasi saat ini banyak pengaruh dari luar ke dalam yang baik
maupun yang buruk. Sebagai bukti masyarakat sudah terpengaruh dengan kebiasaan yang
seharusnya tidak patut dilakukan oleh bangsa kita. Sudah banyak masyarakat yang lupa
akan landasan negara kita sebagai ideologi dasar bagi negara Indonesia yaitu Pancasila.
Sebagai rakyat Indonesia, Pancasila merupakan pedoman hidup kita. Pada kenyataannya,
saat ini masyarakat Indonesia sudah lupa akan pelaksanaan ideologi dasar negara kita.
Dari pejabat-pejabat hingga rakyat kalangan menengah kebawah sudah banyak yang tidak
peduli lagi akan ideologi dasar negara ini.
Secara yuridis-konstitusional kedudukan Pancasila sudah jelas, bahwa Pancasila
adalah pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia, dan sebagai ideologi
nasional. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai
yang kebenarannya diakui, dan menimbulkan tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari. Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya
dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur.
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia.
Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.
Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama
dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan. Maka dari itu Pancasila
sebagai ideology dasar bagi negara Indonesia harus diketahui dan diterapkan oleh seluruh
warga negara Indonesia. Dengan demikian warga negara Indonesia mengerti dan
meyakini Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa dan mengamalkan Pancasila tersebut
dalam setiap langkah mereka. Pada tulisan ini akan dijelaskan secara rinci tentang
implementasi sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dalam praktik nyata.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa penegertian Pancasila?
2. Apa makna sila pertama dalam Pancasila ?
3. Apakah nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama Pancasila ?
4. Apakah pokok-pokok yang terkandung dalam sila pertama Pancasila ?
5. Apa contoh implementasi sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
praktik nyata ?
6. Apa sajakah contoh sikap positif terhadap sila pertama Pancasila ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila
2. Agar generasi muda bangsa Indonesia dapat mengamalkan pancasila sila pertama
dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

1
3. Diharapkan Indonesia tetap berpegang teguh pada ideologi negara kita yaitu
pancasila. Karena pancasila merupakan solusi terhadap setiap permasalahan yang
bangsa kita hadapi.

1.4 Manfaat
Manfaat yang bisa kita peroleh dari penulisan uraian ini adalah menambah
pengetahuan mengenai nilai-nilai yang terkandung di dalam sila pertama pancasila
sehingga kita bisa mengimplementasikannya di dalam kehidupan nyata. Selain itu juga
diharapkan untuk menjadikan Pancasila sebagai bahan pertimbangan untuk
menyelesaikan masalah yang ada baik untuk lingkungan, bangsa, maupun negara.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pancasila


Untuk memahami pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusannya
maupun peristilahannya, maka pengertian pancasila meliputi :

2.1.1 Pengertian Pancasila secara Etimologis


Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta dari India. Menurut Muhammad Yamin,
dalam bahasa Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu :
Panca dan Sila. Panca artinya lima, sila artinya batu sendi, alas, dasar, peraturan tingkah
laku yang baik/senonoh.
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari Pancasila yang memiliki arti secara
harfiah dasar yang memiliki lima unsur. Kata Pancasila mula-mula terdapat dalam
kepustakaan Budha di India. Dalam ajaran Budha terdapat ajaran moral untuk mencapai
nirwana dengan melalui Samadhi dan setiap golongan mempunyai kewajiban moral yang
berbeda. Ajaran moral tersebut adalah Dasasyiila, Saptasyiila, Pancasyiila.

2.1.2 Pengertian Pancasila secara Historis


Pembahasan historis Pancasila dibatasi pada tinjauan terhadap perkembangan
rumusan Pancasila sejak tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan keluarnya Instruksi
Presiden RI No.12 Tahun 1968.
Pembatasan ini didasarkan pada dua pengandaian, yakni:
a. Telah tentang dasar negara Indonesia merdeka baru dimulai pada tanggal 29
Mei 1945, saat dilaksanakan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI);
b. Sesudah Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 tersebut, kerancuan pendapat
tentang rumusan Pancasila dapat dianggap tidak ada lagi.

1) Sidang BPUPKI 29 Mei 1945 dan 1 Juni 1945


Dalam sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin
menyampaikan telaah pertama tentang dasar negara Indonesia merdeka sebagai berikut:
1) Peri Kebangsaan; 2) Peri Kemanusiaan; 3) Peri Ketuhanan; 4) Peri Kerakyatan; 5)
Kesejahteraan Rakyat. Ketika itu ia tidak memberikan nama terhadap lima (5) Azas yang
diusulkannya sebagai dasar negara.
Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam sidang yang sama, Ir. Soekarno juga
mengusulkan lima (5) dasar negara sebagai berikut: 1) Kebangsaan Indonesia; 2)
Internasionalisme; 3) Mufakat atau Demokrasi; 4) Kesejahteraan Sosial; 5) Ketuhanan
Yang Berkebudayaan. Dan dalam pidato yang disambut gegap gempita itu, ia
mengatakan: saja namakan ini dengan petundjuk seorang teman kita ahli bahasa,
namanja ialah Pantja Sila (Anjar Any, 1982:26).

3
2) Piagam Jakarta 22 Juni 1945
Rumusan lima dasar negara (Pancasila) tersebut kemudian dikembangkan oleh
Panitia 9 yang lazim disebut demikian karena beranggotakan sembilan orang tokoh
nasional, yakni para wakil dari golongan Islam dan Nasionalisme. Mereka adalah: Ir.
Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. A.A. Maramis, Abikusno Tjokrosoejoso,
Abdulkahar Muzakir, H.A. Salim, Mr. Achmad Subardjo, K.H. Wachid Hasjim, Mr.
Muhammad Yamin.
Rumusan sistematis dasar negara oleh Panitia 9 itu tercantum dalam suatu
naskah Mukadimah yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta, yaitu:
a) Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemelukknya;
b) Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab;
c) Persatuan Indonesia;
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan;
e) Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945, Piagam Jakarta diterima sebagai
rancangan Mukadimah hukum dasar (konstitusi) Negara Republik Indonesia. Rancangan
tersebut khususnya sistematika dasar negara (Pancasila) pada tanggal 18 Agustus
disempurnakan dan disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
menjadi:
a) Ketuhanan Yang Maha Esa;
b) Kemanusiaan yang adil dan beradab;
c) Persatuan Indonesia;
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan;
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.

3) Konstitusi RIS (1949) dan UUD Sementara (1950)


Dalam kedua konstitusi yang pernah menggantikan UUD 1945 tersebut,
Pancasila dirumuskan secara lebih singkat menjadi: 1) Pengakuan Ketuhanan Yang
Maha Esa; 2) Perikemanusiaan; 3) Kebangsaan; 4) Kerakyatan; 5) Keadilan sosial.
Sementara itu di kalangan masyarakat pun terjadi kecenderungan menyingkat
rumusan Pancasila dengan alasan praktis/ pragmatis atau untuk lebih mengingatnya
dengan variasi sebagai berikut: 1) Ketuhanan; 2) Kemanusiaan; 3) Kebangsaan; 4)
Kerakyatan atau Kedaulatan Rakyat; 5) Keadilan sosial. Keanekaragaman rumusan dan
atau sistematika Pancasila itu bahkan tetap berlangsung sesudah Dekrit Presiden 5 Juli
1959 yang secara implisit tentu mengandung pula pengertian bahwa rumusan Pancasila
harus sesuai dengan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

4
4) Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968
Rumusan yang beraneka ragam itu selain membuktikan bahwa jiwa Pancasila
tetap terkandung dalam setiap konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, juga
memungkinkan terjadinya penafsiran individual yang membahayakan kelestariannya
sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup
bangsa Indonesia. Menyadari bahaya tersebut, pada tanggal 13 April 1968, pemerintah
mengeluarkan Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968 yang menyeragamkan tata urutan
Pancasila seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

2.2 Makna Sila Pertama Pancasila ( Ketuhanan Yang Maha Esa )


Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan beragama bangsa
Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan sila-sila yang lain. Oleh karena itu kehidupan
beragama harus dapat membawa persatuan dan kesatuan bangsa, harus dapat
mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, harus dapat menyehatkan
pertumbuhan demokrasi, sehingga membawa seluruh rakyat Indonesia menuju
terwujudnya keadilan dan kemakmuran lahir dan batin. Dalam hal ini berarti sila pertama
memberi pancaran keagamaan, memberi bimbingan pada pelaksanaan sila-sila yang lain.
Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini ialah :
1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan yang maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
4. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
5. Frasa Ketuhanan Yang Maha Esa bukan berarti warga Indonesia harus memiliki agama
monoteis namun frasa ini menekan ke-Esaan dalam beragama.
6. Mengandung makna adanya sebab pertama yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
7. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya.
8. Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warganegara dan
mediator ketika terjadi konflik agama
9. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah
menurut agama masing-masing.
Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain
diciptakan oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah Causa Prima yang mempunyai
hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib
menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Dalam konteks bernegara,
maka dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin
kebebasan memeluk agama masing-masing. Sehubungan dengan agama itu perintah dari
Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh manusia sebagai makhluk
yang diciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan tersebut di dalam alam
Pancasila seperti kita alami sekarang ini tidak ada pemaksaan beragama, atau orang
memeluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu dalam
masyarakat Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang dan tumbuh subur
dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi beragama.
2.3 Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sila pertama

5
Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara lain :
a. Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta
segala sesuatu dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa,
Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana dan sebagainya;
b. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua
perintah- Nya dan menjauhi larangan-larangannya. Dalam memanfaatkan
semua potensi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah manusia harus
menyadari, bahwa setiap benda dan makhluk yang ada di sekeliling manusia
merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya; harus
dirawat agar tidak rusak dan harus memperhatikan kepentingan orang lain dan
makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Implementasi Nilai Sila Pertama Dalam Kehidupan Masyarakat,


Bangsa dan Negara
Pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa :
a. Kita percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing. Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing. Pengertian percaya adalah setiap warga negara menerima
sesuatu yang berasal dari Tuhan sebagai kebenaran dan menganutnya.
Sedangkan pengertian takwa adalah kepatuhan setiap pemeluk agama dengan
adanya kesadaran dan iman untuk melaksanakan segala perintah Tuhan dan
menjahukan semua larangan-Nya. Pemahaman percaya dan bertakwa ini
berimplikasi bahwa setiap pemeluk agama dan kepercayaan harus memahami
ajaran agama dan melaksanakan dengan baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari. Pemahaman agama dapat dilaksanakan dengan memberikan
pendidikan, serta kemampuan belajar tentang agama, tentang apa yang harus
dijalankan dan apa yang dilarang oleh Tuhan. Oleh sebab itu, segala macam
bentuk amal perbuatan atas dasar keyakinan agama, harus disarkan pada ilmu
pengetahuan dan proses pembelajaran. Bentuk-bentuk amalan dan perbuatan
dengan dasar keyakinan agama tanpa didasari ilmu dan proses belajar dari
setiap individu akan menyebabkan kekurangyakinan akan ketuhanan dan bisa
terjadi kesalahan dan menjalankan perintah Tuhan.
b. Kita melaksanakan kepercayaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
itu menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Kita harus membina adanya saling menghormati antar pemeluk agama dan
penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setiap pemeluk agama
dan kepercayaan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya dengan
perasaan bebas, aman, dan nyaman. Penganut agama Islam dapat beribadah di
masjid, umat Kristen dan Katolik beribadah di gereja, umat Budha di wihara,
umat Hindu di pura, umat Konghucu di klenteng, dan bermacam bentuk
tempat ibadahlain. Setiap waraga negara harus bekerja sama agar setiap
pemeluk agama dapat beribadah sesuai dengan agamanya. Setiap warga
negara tidak boleh menghalangi, mengganggu, bahkan menghancurkan
peribadatan agama lain. Oleh sebab itu, setiap warga negara dapat
bermusyawarah dan bekerja sama untuk menentukan tempat-tempat ibadah
yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya, tidak berlebihan dan tidak
memaksakan antar satu agama dengan agama lain. Seyogyanya ibadah agama
dilaksanakan di tempat peribadatan yang sudah ditentukan dan layak dengan
prinsip tidak mengganggu ketentraman masyarkat.
d. Kita harus membina adanya saling kerjasama dan toleransi antara sesama
pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pancasila, sesuai dengan butir ke-2, sila pertama menghendaki adanya kerja

7
sama antarpemeluk agama dan kepercayaan untuk mencapai kerukuna hidup
umat bersama. Bekerja sama diartikan bahwa setiap pemeluk agama
melakukan pekerjaan secara bersama-sama menurut kesepakatan sehingga
terjadi persatuan dalam suatu wilayah. Seperti diketahui bahwa agama dan
kepercayaan setiap warga negara adalah berbeda, namun demikian setiap
warga negara diharapkan dapat bekerja sama untuk urusan sosial dan
kemasyarakatan sehingga tercipta kerukunan antarumat beragama. Setiap
individu bermasyarakat tetap menjalankan ibadah sesuai agamanya, dan di
dalam masyarakat yang berbeda-beda agama dan kepercayaan, pemeluk Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, dan aliran kepercayaan, tetap
menjalankan agama dan kepercayaannya, dan di masyarakat dapat membuat
kesepakatan untuk bekerja sama dalam berbagai hal seperti penanggulangan
kemiskinan dan peningkatan perekonomian, pengamanan lingkungan,
perbaiakan sarana prasarana, peningkatan kesehatan, olahraga, pendidikan,
dan lain sebagainya.
e. Kita mengakui bahwa hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa
sebagai hak pribadi yang paling hakiki.
f. Kita mengakui tiap warga Negara bebas menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
g. Kita tidak memaksakan agama dan kepercayaan kita kepada orang lain.
Ketakwaan mengharuskan penerimaan kebenaran Tuhan kepada umat manusia
sesuai agama dan kepercayaannya. Dalam masyarakat dengan jumlah agama
dan kepercayaan lebih dari satu, tidak boleh ada pemaksaan agama dari satu
agama ke agama lain dengan cara apapun. Kegiatan sudah beragama dan
percaya kepada Tuhan. Oleh sebab itu, toleransi beragama harus
dikembangkan sejak dini. Keyakinan bahwa agamaku adalah agamaku, dan
agamamu adalah agamamu harus ditekankan kepada setiap warga negara.

Pancasila sebagai falsafah negara tidaklah lahir dari sumber-sumber asing, tetapi
berpancar dari sumber yang terdapat di bumi Indonesia sendiri, yang merupakan hasil
sublimasi dari unsur-unsur hidup dan kehidupan Bangsa Indonesia baik materiil maupun
spiritual, sehingga dengan demikian pancasila menjadi pedoman bagi hidup dan
kehidupan tiap-tiap warga negara dan seluruh bangsa Indonesia , oleh karena itu pancasila
mengingatkan tiap-tiap warga negara akan tanggung-jawabnya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Dalam dasar Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung prinsip, bahwa Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang ber-Tuhan dan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing serta untuk menjalankan ibadah
menurut agamanya itu. Negara Republik Indonesia adalah negara yang ber-Tuhan dimana
umat beragama saling menghormati, sesuai dengan ajaran agama (toleransi agama).
Sebagai negara yang ber-Tuhan maka di dalam Republik Indonesia segala hokum yang
berlaku haruslah dilaksanakan atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
Perwujudan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sila Pancasila dalam praktik nyata,
pada kenyataannya banyak masyarakat yang ber-Tuhan tetapi segala aktivitasnya tidak
berprinsip Ketuhanan. Jadi belum sepenuhnya mengamalkan sila pertama Pancasila
tersebut. Misalnya : seseorang yang hanya islam KTP tidak mengimplementasikan nilai-
nilai islam, melupakan ajaran ajarannya agamanya hanya sebagai formalitas saja.

8
Apabila manusia sudah benar mengamalkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa
secara nyata, tidak mungkin banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak
berprisip Pancasila atau tidak berkemanusiaan. Namun, kenyataannya masih banyak
manusia yang belum sadar dan belum mengamalkan sepenuhnya. Padahal sila Ketuhanan
Yang Maha Esa itu merupakan pembimbing pada pelaksanaan sila-sila Pancasila yang
lain. Seharusnya masyarakat yang sesuai dengan Pancasila dapat mengamalkan nilai-nilai
luhur Pancasila dengan baik.

3.2 Implementasi Nilai Sila Pertama Dalam Lingkungan Watansoppeng


Berdasarkan uraian implementasi sila pertama Pancasila di atas dapat
disimpulkan bahwa suku Bugis pada daerah Watansoppeng telah mengimplementasikan
nilai sila pertama berdasarkan acara-acara yang sering diadakan, seperti acara Magrib
Mengaji, dan acara-acara hari besar agama islam misalnya masih rutin diadakan, seperti
acara Maulid dan Isra Miraj. Bahkan salah satu acara adatnya, yaitu Mappadendang juga
mengimplemtasikan sila pertama. Mappadendang atau yang lebih dikenal dengan sebutan
pesta tani pada suku bugis merupakan suatu pesta syukur atas keberhasilannya dalam
menanam padi kepada yang maha kuasa. Mappadendang sendiri merupakan suatu pesta
yang diadaakan dalam rangka besar-besaran. Yakni acara penumbukan gabah pada lesung
dengan tongkat besar sebagai penumbuknya. Rasa syukur yang digambarkan para petani
bugis dalam acara mappadendang dikatakan mengimplementasikan sila pertama, karena
rasa syukur yang mereka gambarkan menyimpulkan bahwa mereka percaya akan adanya
Tuhan yang membuat padi mereka dapat tumbuh dengan baik sehingga dapat dipanen.
Karena sila pertama merupakan pembimbing pada pelaksanaan sila-sila pancasila yang
lainnya, acara mappadendang juga bisa dikatakan mengimplementasikan sila ketiga
karena acara mappadendang mempunyai tujuan lain selain rasa syukur, yaitu menjalin
silaturahmi dan memupuk rasa kebersamaan yang menggambarkan nilai sila Persatuan
Indonesia.

9
BAB 1V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perwujudan nilai-nilai Pancasila harus dimulai dari kesadaran seluruh masyarakat
Indonesia ini. kehidupan beragama harus dapat membawa persatuan dan kesatuan bangsa,
harus dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, harus dapat
menyehatkan pertumbuhan demokrasi, sehingga membawa seluruh rakyat Indonesia
menuju terwujudnya keadilan dan kemakmuran lahir dan batin. Namun, dalam
kenyataannya masih belum sepenuhnya masyarakat mengamalkan nilai sila Ketuhanan
Yang Maha Esa.

4.2 Saran
Sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai dasar negara Pancasila
seharusnya mampu mengamalkan nilai-nilai pancasila. Terutama sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, karena demi mewujudkan bangsa yang berkarakter perlu adanya kesadaran
yang tinggi bagi warga negaranya.

10

Anda mungkin juga menyukai