Bab 11 - Arahan Pemanfaatan Pengendalian
Bab 11 - Arahan Pemanfaatan Pengendalian
LAPORAN AKHIR
Indikasi arahan peraturan zonasi sistem propinsi digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah kota dalam menyusun
peraturan zonasi. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi meliputi indikasi arahan peraturan zonasi untuk
struktur ruang dan pola ruang, yang terdiri atas:
Sistem perkotaan
Sistem jaringan transportasi kota
Sistem jaringan energi kota
Sistem jaringan telekomunikasi kota
Sistem jaringan sumber daya air
Kawasan lindung kota
Kawasan budidaya
Kawasan strategis
Indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang, dalam hal ini untuk sistem perkotaan dan jaringan prasarana
wilayah disusun dengan memperhatikan:
Pemanfaatan ruang di sekitar jaringan prasarana provinsi dan kota untuk mendukung berfungsinya sistem perkotaan
provinsi maupun kota dan jaringan prasarana wilayah;
Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap berfungsinya sistem perkotaan
provinsi maupun kota dan jaringan prasarana wilayah; dan
Pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi sistem perkotaan provinsi maupun
kabupaten dan jaringan prasarana wilayah.
1) Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala Propinsi yang didukung dengan fasilitas dan
infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; dan;
2) Pengembangan fungsi kawasan-kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dengan tingkat intensitas
pemanfaatan ruang menengah yang kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah horizontal dikendalikan.
b. Peraturan zonasi untuk PKL disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi
berskala kabupaten/kota yang didukung dengan fasilitas dan infrastrurktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan
ekonomi yang dilayaninya.
XI - 1
DRAFT
LAPORAN AKHIR
1) Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan yang berdaya saing, pertahanan, pusat promosi investasi
dan pemasaran, serta pintu gerbang internasional dengan fasilitas kepabeanan imigrasi, karantina, dan
keamanan; dan
2) Pemanfaatan untuk kegiatan kerja sama militer dengan negara lain secara terbatas dengan memperhatikan
kondisi fisik lingkungan dan sosial budaya masyarakat.
1) Pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten dengan tingkat intensitas
menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;
2) Ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan nasional, jalan provinsi, dan
jalan kota; dan;
3) Penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan nasional, jalan provinsi maupun jalan kota yang memenuhi
ketentuan daerah pengawasan jalan (Dawasja).
b. Peraturan zonasi untuk jaringan jalur kereta api disusun dengan memperhatikan:
1) Pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dilakukan dengan tingkat intensitas menengah
hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;
2) Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta api yang dapat mengganggu kepentingan
operasi dan keselamatan transportasi perkeretaapian;
3) Pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan akibat lalu lintas kereta api di
sepanjang jalur kereta api;
4) Pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api dengan jalan; dan
5) Penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api dengan memperhatikan dampak lingkungan
dan kebutuhan pengembangan jaringan jalur kereta api.
c. Peraturan zonasi untuk jaringan transportasi sungai, dan penyeberangan disusun dengan memperhatikan:
1) Pemanfaatan ruang di dalam dan di sekitar pelabuhan sungai, dan penyeberangan harus memperhatikan
kebutuhan ruang untuk operasional dan pengembangan kawasan pelabuhan.
2) Pemanfaatan ruang di dalam Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan
Pelabuhan harus mendapatkan izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
XI - 2
DRAFT
LAPORAN AKHIR
1) Pemanfaatan ruang pada badan air di sepanjang alur pelayaran dibatasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
2) Pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di sekiar badan air di sepanjang alur pelayaran
dilakukan dengan tidak menganggu aktivitas pelayaran.
2) Ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air yang berdampak pada keberadaan jalur
transportasi laut; dan
3) Pembatasan pemanfaatan ruang di dalam Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan
Kepentingan Pelabuhan harus mendapatkan izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a. Peraturan zonasi untuk jaringan pipa minyak dan gas bumi disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang di
sekitar jaringan pipa minyak dan gas bumi harus memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan kawasan
sekitarnya;
b. Peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar
pembangkit listrik harus memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain;
c. Peraturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik disusun dengan memperhatikan ketentuan pelarangan
pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi sesuai dengan ketentuan peraturan perunda-undangan.
Peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang untuk
penempatan stasiun bumi dan menara pemancar telekomunikasi yang memperhitungkan aspek keamanan
dan keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya.
6. INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI UNTUK SISTEM JARINGAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR
Peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air pada wilayah sungai disusun dengan memperhatikan:
a. Pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan
fungsi lindung kawasan; dan
b. Pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas kota secara selaras dengan pemanfaatan ruang pada
wilayah sungai di kabupaten yang berbatasan.
XI - 3
DRAFT
LAPORAN AKHIR
XI - 4
DRAFT
LAPORAN AKHIR
3) Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan
umum.
k. Peraturan zonasi untuk kawasan sempadan mata air disusun dengan memperhatikan:
1) Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan;
a. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Bandara Terpadu (Kepentingan Ekonomi)
1) Penataan ruang bandara udara dan sekitarnya sesuai dengan standar keselamatan penerbangan internasional
2) Penentuan batas landasan pacu dan prasarana penunjang penerbangan
3) Penataan kembali fasilitas bongkar muat kargo yang efisien guna mendukung aktivitas ekspor impor
4) Meningkatkan pelayanan keberangkatan dan kedatangan penumpang
5) Mengintegrasikan sarana prasarana transportasi kawasan strategis bandara dengan kawasan strategis lainnya.
b. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Pelabuhan Terpadu (Kepentingan Ekonomi)
1) Penataan ruang pelabuhan dan disekitarnya sesuai dengan standar keamanan yang ditetapkan oleh
departemen perhubungan laut
2) Pengenaan pemanfaatan ruang yang dilakukan secara terukur berbasis mitigasi (Tsunami dan SLR)
3) Optimalisasi pemanfaatan ruang pelabuhan melalui pembangunan sistem infrastrukturnya
4) Peningkatan standar struktur ketahanan bangunan pelabuhan berbasis mitigasi (tsunami, SLR, abrasi dan
sedimentasi)
5) Peningkatan aksesibilitas transportasi laut antar kawasan strategis lainnya
6) Penataan rencana alokasi ruang yang dapat memenuhi kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan
prasarana pelabuhan
7) Meningkatkan pelayanan terminal penumpang dan barang untuk melayani pelayaran
XI - 5
DRAFT
LAPORAN AKHIR
8) Perencanaan pengembangan ruang pelabuhan yang memperhatikan standar kualitas lingkungan dan daya
dukung lingkungan secara umum
9) Penyedia sarana dan prasarana ketersediaan air bersih, energi listrik, jaringan telekomunikasi dan instalasi
pengolahan air limbah di kawasan pelabuhan.
c. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Bisnis (Kepentingan Ekonomi)
1) Optimalisasi pemanfaatan ruang sebagai kawasan bisnis, perdagangan barang dan jasa
2) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kawasan bisnis berstandar internasional
3) Meningkatkan standarisasi lingkungan kawasan bisnis sebagai penunjang kawasan
4) Perancangan struktur bangunan yang berbasis mitigasi (tsunami, gempa bumi, abrasi, SLR)
5) Pengaturan pola ruang yang berwawasan lingkungan
6) Membatasi pengembangan ruang kawasan yang bukan untuk kepentingan pola ruang bisnis
7) Mengintegrasikan sarana transportasi antar kawasan strategis bisnis dengan kawasan-kawasan yang lainnya.
8) Pemanfaatan fungsi ruang kawasan pada daya dukung dan daya tampung ruang kawasan
9) Pemanfaatan ruang dilakukan dengan mengacu pada referensi kawasan kepentingan bisnis
d. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Energi Centre (Kepentingan Ekonomi)
1) Mengatur penempatan pembangkit energi dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan masyarakat di
lingkungan sekitarnya
2) Pembatasan pengembangan ruang kawasan yang bukan untuk kepentingan kawasan strategis
3) Penataan ruang kawasan yang berwawasan lingkungan
4) Penyediaan sarana dan prasarana instalasi pengolahan limbah bahan bakar
5) Pengaturan pola pendistribusian energi bahan bakar dan gas ke kawasan-kawasan lainnya
e. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Lindung Lakkang (Kepentingan Lingkungan)
1) Pemanfaatan ruang dikembangkan dalam dimensi perencanaan yang berbasis pada agropolitan dan maritim
2) Melindungi hutan atau vegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa yang beragam serta arsitektur
bentang alam untuk keperluan pendidikan, rekreasi dan pariwisata.
3) Melindungi kawasan dari kegiatan manusia yang dapat merusak lingkungan lindung Lakkang
4) Pemanfaatan ruang kawasan lindung sebagai tempat pendidikan, penelitian dan rekreasi
f. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Wisata Pulau Terpadu (Kepentingan Pariwisata dan
Lingkungan )
1) Pelarangan terhadap perubahan bentang alam kawasan pulau yang dapat merusak keseimbangan lingkungan
pulau
2) Pemanfaatan ruang dikembangkan dalam dimensi perencanaan yang berbasis pada wisata bahari dan bawah
laut
3) Pembatasan pembangunan ruang yang dapat mengubah bentang alam pulau
4) Pelarangan segala bentuk pemanfaatan sumberdaya alam dan kelautan dengan menggunakan alat tangkap
yang dapat merusak ekosistem
5) Pengembangan mata pencaharian alternatif berkelanjutan bagi masyarakat pulau guna menghindari eksploitasi
sumber daya kelautan
6) Penyiapan infrastruktur pariwisata memadai yang berwawasan lingkungan dan berbasis mitigasi
g. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Sungai (Kepentingan Pariwisata dan Lingkungan)
1) Pelarangan pengurangan hutan bakau di sekitar daerah aliran sungai
2) Penertiban penggunaan lahan di sempadan sungai
3) Pembatasan pemanfaatan ruang fungsi untuk budidaya
4) Pemeliharaan vegetasi sempadan sungai untuk menjaga tingkat penyerapan air yang tinggi mengisi air tanah
yang menjadi kunci pemanfaatan sumber air secara berkelanjutan
XI - 6
DRAFT
LAPORAN AKHIR
h. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Koridor Pesisir (Kepentingan Mitigasi dan Lingkungan)
1) Memformulasikan kembali nilai-nilai pemanfaatan ruang pesisir berbasis mitigasi (banjir dan tsunami)
2) Pemanfaatan ruang yang berbasis pada mitigasi Tsunami dengan menetapkan sempadan pantai minimal 100
meter dari titik pasang tertinggi kearah darat
3) Pembatasan penggunaan lahan koridor pesisir yang dapat merusak keberadaan ekosistem pesisir
B. KETENTUAN PERIZINAN
Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan administrasi
pertanahan. Arahan perizinan sebagaimana dimaksud merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam
pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang. Izin pemanfaatan ruang diberikan
oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan kewenangannya. Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut
prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemberian izin pemanfaatan ruang yang
berdampak besar dan penting dikoordinasikan oleh Bappeda.
Arahan pemberian insentif dan disinsentif merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif.Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang, rencana
pola ruang, dan indikasi arahan peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.
Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya
berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten dilakukan oleh Pemerintah Kota kepada masyarakat termasuk swasta.
Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai dengan
kewenangannya.Insentif kepada pemerintah daerah diberikan, antara lain, dalam bentuk:
1. Pemberian kompensasi;
2. Urun saham;
3. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur; atau
4. Penghargaan.
XI - 7
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Disinsentif dari Pemda kota kepada masyarakat dikenakan, antara lain, dalam bentuk:
Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dikoordinasikan oleh Walikota
XI - 8
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan
silang, imbalan, sewa ruang dan urun saham
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi
Pembangunan serta pengadaan infrastruktur
dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang
Kemudahan prosedur perizinan
Pembatasan penyedian infrastruktur, pengenaan
Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta
dan/atau pemerintah daerah kompensasi dan penalti
kepada :
diberikan oleh :
Subsidi
Kompensasi
Dispensasi
Pemerintah dan Pemerintah Daerah Swasta/Masyarakat
Dukungan
Perwujudan RTR
a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten;
b. Pelanggaran ketentuan arahan peratuan zonasi sistem kabupaten;
c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRWK;
d. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRWK;
e. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
RTRWK;
f. Pemanfataan ruang yang menghalangi a kses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.
XI - 9
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud di atas pada huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g
dikenakan sanksi administratif berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin;
f. Pembatalan izin;
g. Pembongkaran bangunan;
h. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. Denda administratif.
Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif diatur dalam Perda tersendiri.
XI - 10