Anda di halaman 1dari 4

OSTEOARTHRITIS

I. Tatalaksana
A. Medikamentosa
1. Obat Antiinflamasi Nonsteroid (AINS), Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-2), dan
Asetaminofen. Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan
obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan
asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi daripada
asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan
rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS
adalah dengan cara mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2
(Felson, 2008).
2. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat obatan yang dapat menjaga atau merangsang
perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat obatan yang termasuk dalam
kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat,
glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya (Felson,2008).
B. Rehabilitasi
Dari segi rehabilitasi medik, penanganan OA genu ditekankan pada problem dan dampak
yang ditimbulkannya.Perlu diperhatikan problem rehabilitasi seperti impairment,
disability, dan handicap. Tujuan umum program rehabilitasi medik pada OA genuadalah
meningkatkan fungsi, mempertahankan fungsi, mencegah disfungsi, sehingga tercapai
derajat fungsional yang seoptimal mungkin yaitu dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Mengurangi rasa nyeri
Rasa nyeri dapat mengganggu fungsi motoric, sehingga menurunkan aktivitas otot,
atrofi otot, osteopenia.Semuanya dapat menyebabkan penurunan lingkup gerak sendi,
gangguan tidur dan stress psikologis.Dapat diberikan terapi termal baik panas/dingin,
karena dapat menolong mengurangi rasa nyeri.Pada fase akut umumnya terapi dingin
lebih baik hasilnya, sesuai dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan pada pasien
OA yang diberikan cryoterapiselama 3 hari dibandingkan dengan AINS.Bila fase akut
lewat, terapi panas memberi hasil yang lebih baik.Terapi panas dapat berupa terapi
panas dalam dengan MWD, SWD, USD.Setelah nyeri berkurang dapat dianjurkan
dengan terapi latihan yang bersifat low impact.
2. Mempertahankan / memperbaiki rang of motion sendi
Dapat dilakukan dengan memberikan latihan ROM aktif / pasif atau latihan
peregangan.Namun kita harus berhati-hati dalam memberikan latihan karena dapat
menambah stress / tekanan pada sendi yang bersangkutan.
3. Memperbaiki stabilitas sendi
Teknik latihan yang diberikan bertujuan untuk menguatkan otot-otot stabilisator
utama sendi yang bersangkutan, dalam hal ini adalah latihan quadriceps setting
4. Melindungi sendi dari stress yang berlebihan
Untuk melindungi sendi lutut dan paha dapat dilakukan dengan memberikan motivasi
kepada pasien agar melakukan hal-hal berikut:
- Kursi jangan terlalu rendah
- Tidak boleh berjongkok
- Kurangi naik turun tangga
- Kalau perlu berjalan dengan alat bantu seperti tongkat (Swedish Knee
Cage/hinged knee brace, tongkat, crutch. Posisi tongkat adala distal
kontralateral dari tungkai kaki yang terkena OA
- Olahraga: berjalan di kolam renang
- Kadang-kadang diperlukan knee brace
- Memakai sepatu/alas kaki yang baik (hak tidak tinggi) dan memenuhi syarat
biomekanik
Rangkaian program rehabilitasi stroke:
1. Fisioterapi
a) Latihan luas gerak sendi/ fleksibilitas dan peregangan/ stretching
b) Latihan penguatan
c) Latihan aerobic seperti berenang, jalan kaki, dan bersepeda statis
d) Latihan mobilisasi
e) Terapi modalitas seperti TENS, MWD, SWD, dan massage. Modalitas fisik
dipakai unutk mengatasi nyeri, mengurangi kekakuan dan otot yang kram
(spasme) serta memperkuat struktur sekitar sendi untuk menunjang sendi.
Pemilihan jenis terapi disesuaikan dengan respons individu dan proses akut/
kronis.
2. Okupasi Terapi (aktifitas kehidupan sehari-hari/AKS)
Pasien OA genu sering mengalami gangguan aktivitas seperti baik turun
tangga, duduk dan bangkit dari kursi atau toilet, atau mengambil neda dari
lantai.Perlu dilakukan latihan yang bertujuan mengatasi gangguan fungsional
khusus yang dialami pasien.Latihan ini berupa latihan penguatan dengan
modifikasi aktivitas sehari-hari. Contohnya:
a) Latihan step up dan step down (latihan naik turun tangga)
b) Wall slides dan mini swuat sampai 90 o atau sebatas tolerani: bertujuan melatih
aktivitas duduk dan berdiri dari duduk dengan bantuan lengan, serta
menentukan perlu tidaknya adaptasi tinggi kursi untuk fungsi yang lebih aman
c) Partial lunge: bertujuan melatih mekanik tubuh yang efektif untuk mengambil
benda di lantai dengan konsentrasi pada kontrol otot trunk saat melakukan
gerakan. Pasien diajarkan untuk mengkontraksikan otot abdomen untuk
menstabilkan pelvis saat melakukan gerakan lunge
d) Latihan keseimbangan dan proprioseptif, dimulai bila pasien mempunyai
kemampuan kontrol yang bbaik misalnya dengan berjalan speanjang garis
sempit, latihan dengan bola swiss, atau latihan keseimbangan dengan wobblo
board.
e) Latihan Tai Chi jga efektif untuk memperbaiki keseimbangan pada penderita
OA
f) Latihan ambulasi: penggunaan alat bantu jalan dikurangi ketika kekuatan otot
quadrisep membaik (MMT4/5) atau nyeri berkurang. Latihan ambulasi
dilakukan pada permukaan yang bervariasi, naik turun ramp, pertama dengan
bantuan kemudian mandiri.
3. Ortotik Prostetik
Knee brace/ insole dapat mengurangi pembebanan dan memperbaiki
biomkenaik sendi lutut.Tongkat selain dapat mengurangi pembebanan sendi lutut
dapat juga memperbaiki keseimbangan.
4. Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui
serial fase psikologis, yaitu: fase shok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase
penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat,
sedangkan sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu fase,
bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus berada pada fase
psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi.
5. Sosial Medik
Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga,
keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup
serta keadaan rumah penderita.
DAFTAR PUSTAKA

Conaghan PG, Dickson J, Grant RL. 2008. Care and management of osteoarthritis in adults:
summary of NICE guidance.British Medical Journal.
Pratiwi DM. 2009.Faktor Risiko Osteoartritis Lutut di RSU DR. Soetomo Surabaya [S1
Skripsi]. Surabaya:Buletin Penelitian RSU Dr. Soetomo

Soeroso S, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 1195-1201

Anda mungkin juga menyukai